Sie sind auf Seite 1von 18

MENINGITIS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Anak 1
Dosen Pengampu : Ns. Rokhaida, S.Kep, M.Kep.,Sp.Kep.An
Disusun Oleh :

Tessya Deant Eka 1610711070


Anggryta Putry L. 1610711082
Nessa Ishmah M. 1610711083
Hanifah Eka C. 1610711087
Agatta Surya W. 1610711088
Miranti Nisrina 1610711092
Adelia Putri F. 1610711098
Bunga Salsabilla 1610711101

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca..

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Depok , 16 Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 4
C. TUJUAN .......................................................................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
A. DEFINISI ......................................................................................................................................... 5
B. FAKTOR RISIKO .......................................................................................................................... 5
C. ETIOLOGI ...................................................................................................................................... 6
D. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................................ 7
E. PATOFISIOLOGI .......................................................................................................................... 9
F. PENATALAKSANAAN MEDIS ................................................................................................. 11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................................................. 12
H. ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................................................... 13
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 17
B. SARAN ........................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita


meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,
epilepsy, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita diseluruh dunia. Data WHO
menunjukan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita diseluruh dunia setiap tahun,
lebih dari 700.000 kematian anak terjadi dinegara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik
Barat.
Streptococcus pneumonia (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering
menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan gejala penyakit ) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Pasien
yang terlanjur koma ketika dibawa kerumah sakit sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi
pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak
belum bisa memproduksi antibody yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50% pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan,
atau keterbelakangan mental.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi dan factor resiko dari meningitis ?


2. Apa sajakah etiologi dan manifestasi klinis dari meningitis ?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari meningitis ?
4. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dan pemeriksaan penunjang dari meningitis ?
5. Apasajakah asuhan keperawatan dari meningitis ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dan factor resiko dari meningitis


2. Untuk mengetahui etiologi dan manifestasi klinis dari meningitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari meningitis
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis serta pemeriksaan penunjangnya
5. Untuk mengetahui asuhan keperwatan dari meningitis

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab
meningitis bacterial memasuki meningitis secara langsung sebagai akibat cedera
traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh
ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Berbagai organisme dapat menimbulkan
inflamasi pada meninges. Pada neonates, organisme primer penyebab meningitis
adalah basil enteric gram-negatif, batang gram-negatif, dan spreptokokus grup B. Pada
anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis
adalah Haemophilus influenza tipe-B. Meningitis pada anak-anak lebih besar
umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitides atau infeksi stafilokokus.

Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang
menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau
nonspesifik atau virus.

B. FAKTOR RISIKO
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan meningitis, antara lain :

1. Usia, banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun.


2. Beberapa pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung
sehingga mempermudah penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya
sekolah, kampus, dsb.
3. Kehamilan. Jika sedang hamil, terjadi peningkatan listeriosis – infeksi yang
disebabkan oleh bakteri listeria yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jika
memiliki listeriosis, maka janin dalam kandungan juga memiliki risiko yang
sama.
4. Bekerja dengan hewan ternak dimana juga dapat meningkatkan risiko listeria
yang juga dapat meningkatkan risiko meningitis.
5. Memiliki sistem imun yang lemah.
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan terutama pada
periode neonatal. Angka kesakitan tertinggi setelah timbulnya meningitis mengenai
anak-anak pada usia antara kelahiran sampai dengan empat tahun (dibawah lima
tahun). Faktor maternal seperti ketuban pecah dini dan infeksi ibu hamil selama
trimester akhir merupakan penyebab utama meningitis neonatal.

5
Menignitis yang muncul sebgaai perluasan dari infeksi-infeksi bakteri yang
bervariasi kemungkinan disebabkan kurangnya resistensi terhadap berbagai
organisme penyebab. Adanya kelainan SSP, prosedur/trauma bedah saraf, infeksi-
infeksi primer dilain organ merupakan faktor-faktor yang dihubungkna dengan
mudahnya terkena penyakit ini.

C. ETIOLOGI
Meningitis, peradangan pada leptomeningens, dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, atau meski jarang, jamur. Istilah meningitis aseptik, pada prinsipnya merujuk
pada meningitis virus, tetapi sebenarnya gambaran serupa juga dapat ditemukan pada
infeksi organisme lain (penyakit Lyme, sifilis, tuberkulosis), infeksi parameningeal
(absesotak, abses epidural, epiema sinus venosus), paparan kimia (obat anti infalamasi
nonsteroid, imunoglobulin intravena), penyakit gangguan autoimun dan banyak
penyakit lainnya.

Bakteri Penyebab Meningitis

Usia Paling Sering Jarang


Neonatus Streptokokus group B Listeria monocytogenes
Escherichia coli Stafilokokus koagulase
Klebsiella Enterococcus faecalis
Enterobacter Citrobacter diversus
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa
Haemophilus influenzae tipe a, b,
c, d, e, f, dan nontypable
>1 bulan Streptococcus pneumoniae H. influenzae tipe b
Neisseria meningitidis Streptokokus grup A
Batang gram negatif
L. monocytogenes

Bakteri yang sering menyebabkan meningitis bakterialis pada tabel diatas


sebelum tersedianya vaksin terkonjugasi adalah Haemophilus influenzae,
Streptococcus pneumonia, dan Neisseria meningitidis. Bakteri yang menyebabkan
meningitis pada neonatus serupa dengan bakteri yang menyebabkan sepsis neonatal.
Meningitis staphylococcus terjadi terutama pada pasien dengan riwayat pembedahan
saraf atau trauma tembus kepala.
Meningitis yang diobati secara parsial, yaitu meningitis bakterialis yang telat
diberi terapi antibiotik oral sebelum dilakukan pungsi lumbal, dapat memberikan hasil

6
kultur cairan serebrospinal (CSS) yang negatif, meski temuan lainnya dapat tetap
menunjukkan adanya infeksi bakterial. Etiologi dapat dikonfirmasi melalui deteksi
antigen pada CSS dan urin.

Meningitis viral umumnya disebabkan oleh virus enterovirus, termasuk coxsackie


virus, echovirus, dan pada pasien yang tidak mendapatkan vaksinasi virus polio.
Eksresi dan transmisi melalui feses terjadi berkelanjutan dan bertahan selama
beberapa minggu. Virus lain yang dapat menyebabkan meningitis adalah virus herpes
simplex, virus Epstein Barr, sitomegalovirus, virus limfositik koriomeningitis, dan
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus Mumps (gondongan) adalah satu
penyebab meningitis yang umum terjadi pada anak yang belum divaksinasi. Penyebab
meningitis lainnya yang tidak umum adalah Borrelia burgodoferi (penyakit Lyme),
Bartonella henselae Toxoplasma, jamur (Cryptococcus, Hitoplasma dan
Coccidioides) dan parasit (Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri, dan
Acanthamoeba).

D. MANIFESTASI KLINIS

Neonatus Bayi dan Anak Yang Masih Anak-Anak dan Remaja


Kecil
Tanda-tanda spesifik:  Demam  Biasanya awitan
 Sangat sulit  Pemberian makan mendadak
menegakkan buruk  Demam
diagnosis  Vomitus  Menggigil
 Manifestasi penyakit  Iritabilitas yang nyata  Sakit kepala
samar dan tidak  Serangan kejang  Vomitus
spesifik yang sering (disertai  Perubahan sensorium
 Pada saat lahir dengan tangisan  Kejang (sering menjadi
terlihat sehat, tetapi bernada tinggi) tanda awal)
dalam beberapa hari  Fontanela menonjol  Iritabilitas
mulai terlihat dab  Kaku kuduk dapat  Agitasi
menunjukkan terjadi atau tidak Dapat terjadi:
perilaku yang buruk terjadi Fotofobia
 Menolak pemberian Delirium
susu/makan Halusinasi
 Kemampuan Perilaku agresif
mengisap susu buruk Mengantuk
 Vomitus atau diare Stupor
 Tonus otot buruk Koma

7
 Penurunan gerakan  Kaku kuduk
 Fontanela yang Menjadi opistotonos
penuh, tegang, dan  Tanda kering dan
menonjol dapat Brudzinski positif
terlihat pada akhir  Respons refleks hiperaktif
perjalanan penyakit tetapi bervariasi
 Leher biasanya lemas Tanda-tanda dan gejala yang khas
Tanda-tanda nonspesifik sesuai dengan masing-masing
yang mungkin terdapat: organisme:
 Hipotermia atau  Ruam petekie atau
demam (bergantung purpurik (infeksi
maturitas bayi) meningokokus)
 Ikterus khususnya jika disertai
 Iritabilitas dengan keadaan mirip
 Mengantuk syok
 Kejang  Kelainan sendi (infeksi
 Pernapasan ireguler meningokokus dan H.
atau apnea Influenzae)
 Sianosis  Telinga mengeluarkan
 Penurunan berat sekret yang kritis
badan

8
E. PATOFISIOLOGI

(Neonatus) (Anak 3-5 tahun)

Bakteri enterik gram negatif : Bakteri Hapinophilus, Influenza


SGB, E.Coli, Liseria Stafilococus tipe-B

Menyebar melalui jalur pernapasan

Kolonisasi traktus respiratori bagian atas

Pelekatan di nasofaring

Masuk kealiran darah melalui kapiler submukosa

Menyebar keruang subraknoid

Memperbanyak diri

Pembentukan sitokin proinflamatorik (TNF, IL-Iβ, IL-6)

Pelekatan leukosit ke endotel pembuluh darah di otak

Permeabilitas sawar darah - otak

9
Meningkatnya TIK

Otak tertutup oleh lapisan eksudat

Infeksi meluas ke dalam ventrikulus otak

Obstruksi aliran cairan serebrospinal

MENINGITIS

Edema Serebral Bakteri masuk ke Permeabilitas kapiler


jantung meningkat

Penekanan Hipotalamus Darah diedarkan Kebocoran cairan


keseluruh tubuh intravaskuler

Perubahan Pusat pengatur


Resiko Tinggi Infeksi Ketidakseimbangan
suhu
asam basa

Hiperaktivitas neuron
Demam

Resiko Cidera Kontraksi otot Kejang


Hipertermi meningkat

10
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Antibiotik
 Berikan pengobatan antibiotic lini pertama sesegera mungkin.
 Seftriakson : 100 mg/KgBB via IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12
jam.
atau
 Sefotaksim : 50 mg/KgBB/kali via IV setiap 6 jam.

 Pada pengobatan antibiotic lini kedua, berikan:


 Kloramfenikol : 25 mm/KgBB/kali via IM atau IV setiap 6 jam.
ditambah
 Ampisilin : 50 mg/KgBB/kali via IM atau IV setiap 6 jam.

 Jika diagnosa sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama


sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada
gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan
harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari.

 Jika tidak ada perbaikan:


 Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural atau
abses serebral. Jika hal ini dicurigai, dianjurkan rujuk.
 Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin mmenyebabkan demam, seperti
selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomyelitis.
 Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 3-5
hari,, ulangi pungsi umbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS.

 Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat


ditambahkan.
Untuk meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:

 INH : 10 mg/KgBB/hari (maksimum 300 mg) selama 6 – 9 bulan.


 Rifampisin : 15-20 mg/KgBB/hari (maksimum 600 mg) selama 6 – 9
bulan.
 Pirazinamid : 35 mg/KgBB/hari (maksimum 2000 mg) selama 2 bulan
pertama.
 Etambutol : 15 – 25 mg/KgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin : 30 – 5- mg/KgBB/hari (maksimum 1 g) selama 2 bulan.

11
2. Steroid
 Prednison 1 – 2 mg/KgBB/hari dibagi 3 – 4 dosis, diberikan selama 2 – 4
minggu, dilanjutkan tappering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan
dapat diberikan deksametason dengan dosis 0,6 mg/KgBB/hari via IV selama
2 – 3 minggu.

Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin


deksametason pada semua pasien meningitis bakteri

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pungsi lumbal yang segera dilakukan adalah hal penting. Jika dicurigai terdapat
peningkatan tekanan intrakarnial atau ditemukan adanya tanda-tanda instabilitas sistem
kardiovaskular, pungsi lumbal mungkin tidak bisa dilakukan( karena resiko terjadinya
herniasi). Pewarnaan Gram dan penghitungan jenis sel memberikan informasi segera
yang sangat berharga. Biasanya informasi ini mampu membedakan meningitis viral
(limfositik) dengan meningitis bakterial (purulen) dan pemeriksaan CSS yang
diberikan jika anak belum mendapatkan antibiotika (Tabel 1). Pemeriksaan CSS rutin
mencakup hitung jumlah leukosit, hitung jenis, kadar protein dan glukosa, serta
pewarnaan Gram (Tabel 2).
Tabel 1.

KARAKTERISTIK CAIRAN SEREBROSPINAL


Normal Meningitis Viral Meningitis Bakterial
Penampakan Jernih Jernih atau agak Berkabut atau purulen
keruh
3
Sel (mm ) 0-4 20-1000 500-5000
Tipe Limfosit Limfosit Neutrofil
Protein g/L 0.2-0.4 Meningkat Sangat meningkat
Glukosa mmol/L 3-6 3-6 Menurun

Pemeriksaan kultur bakteri pada CSS perlu dilakukan dan bila memungkinkan
dilakukan pula kultur jamur, virus, dan mirobakterium. Pemeriksaan
PCR(polymerasenchain reaction) digunakan untuk mendeteksi infeksi enterovirus dan
herpes simpleks. Pemeriksaan PCR lebih sensitif dan cepat dibandingkan pemeriksaan
kultur virus. Pemeriksaan hematologi biasanya menunjukan leukositosis. Pada 90%
kasus meningitis bakterial, pemeriksaan kultur darah juga akan positif. Pemeriksaan
EEG dapat digunakan untuk mengkonfirmasi adanya ensefalitis.

12
H. ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
Pengkajian

 Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, agama pendidikan
dan alamat.
 Riwayat Kesehatan klien
Yang berkaitan dengan infeksi sebelumnya, cedera atau pemajanan
 Neurologis:
a. Kejang-kejang
b. Peningkatan intrakranial (TIK)
c. Mata Terbenam (setting-sun-sign)
d. Kekakuan kuduk
e. Tanda kernig positif
f. Tanda Brudzinski positif
g. Reaktivitas pupil menurun
h. Iritabilitas
i. Sakit kepala
j. Tangisan dengan nada tinggi
 Respirasi:
 Baru saja mengalami riwayat infeksi, atau tanda dan gejala flulike.
 Gastrointestinal
 Muntah
 Integumen
 Ubun-ubun menonjol
 Petekie
 Ekstremitas dingin
 Ruam
 Sianosis
 Demam
 Kaji status Hidrasi
 Kaji adanya nyeri
 Kaji adanya defisit sensoris
Diagnosa Keperawatan

 Diagnosa 1 :
Gangguan perfusi jaringan serebrum b/d peningkatan TIK
Hasil yang di harapkan :

13
Setelah dilakukan asuhan keperawatan , di harapkan anak tidak menunjukan tanda
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Intervensi :

1. Kaji status neurologis anak setiap 2-4 jam, catat tanda letargi, penonjolan ubun-
ubun (pada bayi) ,perubahan pupil, atau kejang-kejang.
R/ : Peningkatan status neurologis yang sesuai di gunakan sebagai dasar
mengidentifikasi tanda dini peningkatan TIK
2. Pantau asupan dan pengeluaran cairan setiap pergantian dinas.
R/ : Peningkatan volume cairan akan mempengaruhi TIK
3. Pantau tanda tanda vital setiap 2-4 jam
R/ : Perubahan tanda-tanda vital yang berhubungan dengan tanda tanda vital
4. Catat kualitas dan nada tangisan anak
R/ : Tangisan bernada tinggi menunjukan peningkatan TIK

 Diagnosa 2 :
Resiko cedera sekunder akibat kejang
Hasil yang diharapkan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan anak tidak akan mengalami


cedera akibat kejang
Intervensi :

1. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti menggunakan jalan napas buatan, dan


peralatan penghisap lender, dan pasang penghalang tempat tidur.
R/ : kewaspadaan ini mencegah anak jatuh, cedera kepala, anoksia, tersedak
dan mati serta mengurangi resiko komplikasi lebih jauh.
2. Beri pengobatan antikonvulsan, sesuai program.
R/ : Pengobatan antikonvulsan dapat mengendalikan kejang
3. Selama kejang, lakukan tindakan berikut :
 Bantu anak berbaring di tempat tidur atau di lantai, singkirkan barang-
barang yang ada di area tempat tidur
 Jangan mengikat anak, tetapi tetap menemani di sampingnya.
 Jangan meletakan sesuatu di mulut anak
 Kaji status pernapasan anak
 Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lamanya kejang
R/ : tindakan ini membantu melindungi anak dan membantu tindak lanjut
medis.

14
 Langkah ini mencegah cedera akibat jatuh dan sentakan selama kejang
 Pengikatan atau memindahkan anak dengan paksa dapat menyebabkan
cedera
 Mencoba memasukan benda kedalam mulut anak dapat merusak gigi dan
gusinya.
 Anak memerlukan resusitasi pernapasan, jika mengalami apnea selama
atau setelah kejang.
 Jenis gerakan dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang
apakah yang didalam anak.

 Diagnosa 3 :
Hipertermia b/d proses infeksi
Hasil yang diharapkan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, di harapkan suhu badan akan tetap berada
di 36-37,8⁰C
Intervensi :

1. Pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 jam


R/ : pemantauan dapat mendeteksi kenaikan suhu
2. Beri obat antipiretiks esuai program
R/ : antipiretik mengurangi demam dengan cara mengurangi set point kenilai
normal
3. Beriobat anti mikroba, sesuai program.
R/ : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit
4. Pertahankan lingkungan yang sejuk
R/ : lingkungan yang sejuk mengurangi demam, melalui kegiatan panas secara
radiasi
5. Beri kompres dengan suhu 37⁰C, sesuai program
R/ : kompres hangat mendinginkan permukaan tubuh melalui proses konduksi

 Diagnosa 4 :
Deficit pengetahuan b/d perawatan dirumah
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan orang tua akan
mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan dirumah

15
Intervensi :

1. Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi obat, termasuk uraian tentang
dosis dan efek samping
R/ : Pemahaman pentingnya pengobatan yang konsisten dapat meningkatkan
kepatuhan. Mengetahui efek samping potensial dapat mengarahkan orang tua
untuk meminta bantuan medis bila diperlukan.
2. Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat yang adekuat pada anak.
R/ : setelah infeksi, istirahat yang sering akan meningkatkan kepulihan.

16
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab meningitis


bacterial memasuki meningitis secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau secara
tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan
serebrospinal (CSS). Berbagai organisme dapat menimbulkan inflamasi pada meninges.
Pada neonates, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram-negatif,
batang gram-negatif, dan spreptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5
tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah Haemophilus influenza tipe-B.
Meningitis pada anak-anak lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria
meningitides atau infeksi stafilokokus.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebrum b/d peningkatan TIK
2. Resiko cedera sekunder akibat kejang
3. Hipertermia b/d proses infeksi
4. Deficit pengetahuan b/d perawatan dirumah

B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dan masyarakat mengetahui


beberapa hal mengenai penyakit Menimgitis dan mampu mengimplementasikan
pencegahan pencegahan nya tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Marcdante,dkk., 2013. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Elsevier – Local.
Jakarta

Baiddulph, J., Stace, J. 1999, Kesehatan Anak Untuk Perawat. Petugas Penyuluhan Kesehatan dan
Bidan di Desa, Alih Bahasa: Harsono, Gajah Mada Univesitas Press, Yogyakarta.

Rudolph Abraham M, dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph Edisi Ke20 Vol . Hal 611. Jakarta.
EGC

Mrmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Cecily, dkk. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi ketiga. Jakarta : EGC

18

Das könnte Ihnen auch gefallen