Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca..
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 4
C. TUJUAN .......................................................................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
A. DEFINISI ......................................................................................................................................... 5
B. FAKTOR RISIKO .......................................................................................................................... 5
C. ETIOLOGI ...................................................................................................................................... 6
D. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................................ 7
E. PATOFISIOLOGI .......................................................................................................................... 9
F. PENATALAKSANAAN MEDIS ................................................................................................. 11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................................................. 12
H. ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................................................... 13
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 17
B. SARAN ........................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab
meningitis bacterial memasuki meningitis secara langsung sebagai akibat cedera
traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh
ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Berbagai organisme dapat menimbulkan
inflamasi pada meninges. Pada neonates, organisme primer penyebab meningitis
adalah basil enteric gram-negatif, batang gram-negatif, dan spreptokokus grup B. Pada
anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis
adalah Haemophilus influenza tipe-B. Meningitis pada anak-anak lebih besar
umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitides atau infeksi stafilokokus.
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan
selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang
menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau
nonspesifik atau virus.
B. FAKTOR RISIKO
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan meningitis, antara lain :
5
Menignitis yang muncul sebgaai perluasan dari infeksi-infeksi bakteri yang
bervariasi kemungkinan disebabkan kurangnya resistensi terhadap berbagai
organisme penyebab. Adanya kelainan SSP, prosedur/trauma bedah saraf, infeksi-
infeksi primer dilain organ merupakan faktor-faktor yang dihubungkna dengan
mudahnya terkena penyakit ini.
C. ETIOLOGI
Meningitis, peradangan pada leptomeningens, dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, atau meski jarang, jamur. Istilah meningitis aseptik, pada prinsipnya merujuk
pada meningitis virus, tetapi sebenarnya gambaran serupa juga dapat ditemukan pada
infeksi organisme lain (penyakit Lyme, sifilis, tuberkulosis), infeksi parameningeal
(absesotak, abses epidural, epiema sinus venosus), paparan kimia (obat anti infalamasi
nonsteroid, imunoglobulin intravena), penyakit gangguan autoimun dan banyak
penyakit lainnya.
6
kultur cairan serebrospinal (CSS) yang negatif, meski temuan lainnya dapat tetap
menunjukkan adanya infeksi bakterial. Etiologi dapat dikonfirmasi melalui deteksi
antigen pada CSS dan urin.
D. MANIFESTASI KLINIS
7
Penurunan gerakan Kaku kuduk
Fontanela yang Menjadi opistotonos
penuh, tegang, dan Tanda kering dan
menonjol dapat Brudzinski positif
terlihat pada akhir Respons refleks hiperaktif
perjalanan penyakit tetapi bervariasi
Leher biasanya lemas Tanda-tanda dan gejala yang khas
Tanda-tanda nonspesifik sesuai dengan masing-masing
yang mungkin terdapat: organisme:
Hipotermia atau Ruam petekie atau
demam (bergantung purpurik (infeksi
maturitas bayi) meningokokus)
Ikterus khususnya jika disertai
Iritabilitas dengan keadaan mirip
Mengantuk syok
Kejang Kelainan sendi (infeksi
Pernapasan ireguler meningokokus dan H.
atau apnea Influenzae)
Sianosis Telinga mengeluarkan
Penurunan berat sekret yang kritis
badan
8
E. PATOFISIOLOGI
Pelekatan di nasofaring
Memperbanyak diri
9
Meningkatnya TIK
MENINGITIS
Hiperaktivitas neuron
Demam
10
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Antibiotik
Berikan pengobatan antibiotic lini pertama sesegera mungkin.
Seftriakson : 100 mg/KgBB via IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12
jam.
atau
Sefotaksim : 50 mg/KgBB/kali via IV setiap 6 jam.
11
2. Steroid
Prednison 1 – 2 mg/KgBB/hari dibagi 3 – 4 dosis, diberikan selama 2 – 4
minggu, dilanjutkan tappering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan
dapat diberikan deksametason dengan dosis 0,6 mg/KgBB/hari via IV selama
2 – 3 minggu.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pungsi lumbal yang segera dilakukan adalah hal penting. Jika dicurigai terdapat
peningkatan tekanan intrakarnial atau ditemukan adanya tanda-tanda instabilitas sistem
kardiovaskular, pungsi lumbal mungkin tidak bisa dilakukan( karena resiko terjadinya
herniasi). Pewarnaan Gram dan penghitungan jenis sel memberikan informasi segera
yang sangat berharga. Biasanya informasi ini mampu membedakan meningitis viral
(limfositik) dengan meningitis bakterial (purulen) dan pemeriksaan CSS yang
diberikan jika anak belum mendapatkan antibiotika (Tabel 1). Pemeriksaan CSS rutin
mencakup hitung jumlah leukosit, hitung jenis, kadar protein dan glukosa, serta
pewarnaan Gram (Tabel 2).
Tabel 1.
Pemeriksaan kultur bakteri pada CSS perlu dilakukan dan bila memungkinkan
dilakukan pula kultur jamur, virus, dan mirobakterium. Pemeriksaan
PCR(polymerasenchain reaction) digunakan untuk mendeteksi infeksi enterovirus dan
herpes simpleks. Pemeriksaan PCR lebih sensitif dan cepat dibandingkan pemeriksaan
kultur virus. Pemeriksaan hematologi biasanya menunjukan leukositosis. Pada 90%
kasus meningitis bakterial, pemeriksaan kultur darah juga akan positif. Pemeriksaan
EEG dapat digunakan untuk mengkonfirmasi adanya ensefalitis.
12
H. ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
Pengkajian
Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, agama pendidikan
dan alamat.
Riwayat Kesehatan klien
Yang berkaitan dengan infeksi sebelumnya, cedera atau pemajanan
Neurologis:
a. Kejang-kejang
b. Peningkatan intrakranial (TIK)
c. Mata Terbenam (setting-sun-sign)
d. Kekakuan kuduk
e. Tanda kernig positif
f. Tanda Brudzinski positif
g. Reaktivitas pupil menurun
h. Iritabilitas
i. Sakit kepala
j. Tangisan dengan nada tinggi
Respirasi:
Baru saja mengalami riwayat infeksi, atau tanda dan gejala flulike.
Gastrointestinal
Muntah
Integumen
Ubun-ubun menonjol
Petekie
Ekstremitas dingin
Ruam
Sianosis
Demam
Kaji status Hidrasi
Kaji adanya nyeri
Kaji adanya defisit sensoris
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 :
Gangguan perfusi jaringan serebrum b/d peningkatan TIK
Hasil yang di harapkan :
13
Setelah dilakukan asuhan keperawatan , di harapkan anak tidak menunjukan tanda
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Intervensi :
1. Kaji status neurologis anak setiap 2-4 jam, catat tanda letargi, penonjolan ubun-
ubun (pada bayi) ,perubahan pupil, atau kejang-kejang.
R/ : Peningkatan status neurologis yang sesuai di gunakan sebagai dasar
mengidentifikasi tanda dini peningkatan TIK
2. Pantau asupan dan pengeluaran cairan setiap pergantian dinas.
R/ : Peningkatan volume cairan akan mempengaruhi TIK
3. Pantau tanda tanda vital setiap 2-4 jam
R/ : Perubahan tanda-tanda vital yang berhubungan dengan tanda tanda vital
4. Catat kualitas dan nada tangisan anak
R/ : Tangisan bernada tinggi menunjukan peningkatan TIK
Diagnosa 2 :
Resiko cedera sekunder akibat kejang
Hasil yang diharapkan :
14
Langkah ini mencegah cedera akibat jatuh dan sentakan selama kejang
Pengikatan atau memindahkan anak dengan paksa dapat menyebabkan
cedera
Mencoba memasukan benda kedalam mulut anak dapat merusak gigi dan
gusinya.
Anak memerlukan resusitasi pernapasan, jika mengalami apnea selama
atau setelah kejang.
Jenis gerakan dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang
apakah yang didalam anak.
Diagnosa 3 :
Hipertermia b/d proses infeksi
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, di harapkan suhu badan akan tetap berada
di 36-37,8⁰C
Intervensi :
Diagnosa 4 :
Deficit pengetahuan b/d perawatan dirumah
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan orang tua akan
mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan dirumah
15
Intervensi :
1. Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi obat, termasuk uraian tentang
dosis dan efek samping
R/ : Pemahaman pentingnya pengobatan yang konsisten dapat meningkatkan
kepatuhan. Mengetahui efek samping potensial dapat mengarahkan orang tua
untuk meminta bantuan medis bila diperlukan.
2. Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat yang adekuat pada anak.
R/ : setelah infeksi, istirahat yang sering akan meningkatkan kepulihan.
16
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebrum b/d peningkatan TIK
2. Resiko cedera sekunder akibat kejang
3. Hipertermia b/d proses infeksi
4. Deficit pengetahuan b/d perawatan dirumah
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Marcdante,dkk., 2013. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Elsevier – Local.
Jakarta
Baiddulph, J., Stace, J. 1999, Kesehatan Anak Untuk Perawat. Petugas Penyuluhan Kesehatan dan
Bidan di Desa, Alih Bahasa: Harsono, Gajah Mada Univesitas Press, Yogyakarta.
Rudolph Abraham M, dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph Edisi Ke20 Vol . Hal 611. Jakarta.
EGC
Mrmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Cecily, dkk. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi ketiga. Jakarta : EGC
18