Sie sind auf Seite 1von 16

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PHLEBITIS PADA ANAK YANG

DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI


RUANG PERAWATAN ANAKLONTARA IV
RS DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
Oleh A.Ijriani

ABSTRAK

Phlebitis adalah peradangan vena yang merupakan komplikasi dari pemberian terapi
intarvena yang dikarakteristikan rasa nyeri sepanjang vena, kemerahan dan terdapat
pembengkakan.Phlebitis dapat timbul secara spontan ataupun merupakan akibat dari
prosedur medis.Bentuk penelitian ini termasuk penelitian analitik dengan desain studi
kohor prospektif dimana sekelompok subjek penelitian yang belum mengalami
pajangan terhadap factor resiko dan belum mengalami penyakit atau efek tertentu
diikuti secara prospektif.Penggunaan sampel menggunakan metode total sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 36 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama
pemasangan infus menjadi faktor risiko terjadinya phlebitis pada anak dengan nilai ρ =
0,002 dan nilai Odds Ratio (OR) = 18,333 dengan confidence interval 2,016 – 166,725.
Kesesuaian alat punksi bukan menjadi faktor risiko phlebitis pada anak dengan nilai ρ =
0,444 dan terdapat hubungan antara lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis
pada anak dengan nilai ρ = 0,027 dan nilai Odds Ratio (OR) = 0,189 dengan confidence
interval 0,041 –0,875.Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dalam pelaksanaan
tindakan hendaknya tetap memperhatikan prinsip steril dan non-steril agar bisa
mengurangi komplikasi pada pemasangan infus terutama pada pasien anak dan
hendaknya petugas kesehatan tetap memperhatikan dampak psikologis pada anak
karena mereka biasanya rentan terhadap perubahan kondisi fisik dan lingkungan yang
terjadi terhadap dirinya.

ABSTRACTION

Phlebitis is of vena representing complicatio of giving of therapy of intarvena which is


feel pain in bone as long as vena, red and there are . Phlebitis can arise spontaneously
and or represent effect of procedure of medis. In this research is including analytic
research with study desain of kohor prospektif where a group of research subjek which
not yet experienced of to risk factor and not yet experienced of followed certain effect
or disease by prospektif. Usage of sampel use total method of sampling with amount of
sampel counted 36 people. Result of research indicate that llama installation of infus
become risk factor the happening of phlebitis at child with value = 0,002 and value of
Odds Ratio ( OR) = 18,333 with international confidence 2,016 - 166,725. According to
appliance of punksi non becoming risk factor of phlebitis [at] child with value = 0,444
and there are relation/link between location pricking of vena with occurence of phlebitis
[at] child with value = 0,027 and value of Odds Ratio ( OR) = 0,189 with international
confidence 0,041 - 0,875. result of the research hence in execution of action shall
remain to pay attention sterile principle and non-steril to be can lessen complication at
installation of infus especially at child patient and officer of health shall remain to pay
attention psychological impact at child because them usually rentan to change of
physical condition and environment that happened to x'self.

Kata Kunci : Infus, Phlebitis, Anak

A.PENDAHULUAN
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat
mendasar.Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik dan
memiliki berbagai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan,Anak adalah individu
yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkunganya.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rumah sakit dituntut mengikuti
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, perawat harus mampu menyesuaikan
semua aspek perawatan anak sehingga dapat terwujudnya pelayanan rumah sakit yang
bermutu sebagai salah satu tolak ukur adalah rendahnya angka kejadian infeksi
nosocomial.Salah satu prosedur terapeutik yang menyebabkan timbulnya infeksi adalah
prosedur pemasangan infus yang biasanya disebut dengan PHLEBITIS. Phlebitis
adalah peradangan vena yang merupakan komplikasi dari pemberian terapi intarvena
yang dikarakteristikan rasa nyeri sepanjang vena, kemerahan dan terdapat
pembengkakan.(Sudoyo,2006)
Phlebitis dapat timbul secara spontan ataupun merupakan akibat dari prosedur
medisDari hal tersebut diatas maka peran perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan anak di rumah sakit harus memperhitungkan atau mengutamakan
tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru akibat infeksi nosokomial
sebagai dampak dari penyakit atau masalah diderita.
B. PEMBAHASAN
Hubungan antara lama pemasangan infus dengan terjadinya phlebitis pada anak
Secara teknis tempat punksi vena akan tetap steril 48 sampai 72 jam. Pada pasien
yang mendapat perawatan infus harus dilakukan setiap 24 jam dan dalam waktu 48 –
72 jam menganjurkan rotasi / pergantian tempat infus.Hal ini perlu diperhatikan untuk
mencegah masuknya bakteri kedalam aliran darah dan menyebabkan komplikasi local
dan sistemik. (Hening, 2002)
Hasil penelitian terhadap 36 responden dengan pemasangan infus yang lama sebanyak
12 orang (33,3%) dimana 11 orang mengalami phlebitis (30,6%) dan 1 orang tidak
mengalami phlebitis (2,8%). Sedangkan responden dengan pemasangan infus yang
tidak lama sebanyak 24 orang (66,7%) dimana 9 (25%) orang mengalami phlebitis dan
15 orang (41,7%) tidak mengalami phlebitis.
Berdasarkan data di atas dapat di lihat bahwa responden dengan pemasangan infus
yang lama cenderung untuk mengalami phlebitis.Demikian pula sebaliknya, responden
dengan pemsangan infus yang tidak lama cenderung untuk tidak mengalami phlebitis.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Tamrin (2006), dimana
penelitian tersebut mengatakan bahwa salah satu penyebab pasien mengalami
phlebitis di ruang perawatan interna RSU Sawerigading Palopo adalah pemasangan
infus dalam jangka waktu yang lama.
Hasil uji statistic Chi-Square dengan metode yang digunakan adalah pearson chi-
square,dimana diperoleh nilai ρ = 0,002. Dengan demikian nilai ρ < α (0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan antara lama pemasangan infus dengan
terjadinya phlebitis pada anak di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin
Sudirohusodo Makassar”.
Menurut La Rocca- Otto, perawatan tempat punksi vena dilakukan setiap 24 jam. Rotasi
tempat pemasangan infus dilakukan setiap 48 -72 jam dan ini tergantung dari jenis alat
punksi yang digunakan. Jika menggunakan alat sejenis over-the needle tempat
pemasangan infus bisa dipertahankan lebih lama jika tidak ada tanda - tanda
phlebitis.Tapi hal yang perlu diperhatikan adalah selang intravena juga dapat menjadi
reservoir untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga bisa menimbulkan phlebitis
bahkan sepsis yang berat jika dibiarkan.
Nilai Odds Ratio (OR) yang didapat sebesar 18,333 dengan interval kepercayaan 2,016
– 166,725 untuk lama pemasangan infus. Karena nilai OR ˃ 1, maka dapat disimpulkan
anak dengan pemasangan infus yang lama lebih berisiko mengalami phlebitis
dibandingkan anak dengan pemasangan infus yang tidak lama.
Hubungan antara kesesuaian alat punksi dengan kejadian phlebitis pada anak
Keberhasilan terapi intravena sangat dipengaruhi oleh pemilihan alat punksi vena
secara tepat. Menggunakan kanul dengan ukuran yang lebih pendek , diameter kecil
sesuai kondisi vena, umur pasien dan lamanya terapi dan vikositas cairan yang akan
diinfus merupakan hal yang penting untuk keberhasilan tindakan dan terapi. Ada
beberapa ukuran kanul mulai dari nomor 16, 18, 20, 22, 24.Semakin besar nomor
semakin kecil ukuran dan diameternya. Bila menggunakan kateter yang besar dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah akibatnya tubuh akan bereaksi dengan
memberikan tanda radang.
Hasil penelitian terhadap 36 responden dengan pemasangan alat punksi yang sesuai
sebanyak 35 orang (97,2%) dimana 20 orang mengalami phlebitis (55,6%) dan 15
orang tidak mengalami phlebitis. Sedangkan anak dengan pemasangan alat punksi
yang tidak sesuai sebanyak 1 orang (2,8%) dan anak tersebut mengalami phlebitis.
Hasil uji statistic Chi-Square dengan menggunakan metode fisher’s exact test diperoleh
nilai ρ = 0,444. Dengan demikian nilai ρ ˃ α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
“tidak terdapat hubungan kesesuaian alat punksi dengan kejadian phlebitis pada anak
di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Hubungan antara lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis pada anak
Lokasi penusukan vena terutama pada pasien anak sangat berpengaruh bagi
keberhasilan terapi dan menghindari terjadinya phlebitis.Menurut La Rocca, pada
pasien anak vena yang digunakan adalah vena lengan atas / distal, menghindari daerah
yang pergerakannya aktif yaitu pada daerah kaki.Vena kepala boleh digunakan dan
biasanya hanya digunakan pada bayi.
Hasil penelitian terhadap 36 responden dengan ketepatan lokasi penusukan vena,
didapatkan responden anak dengan lokasi penusukan vena yang tepat sebanyak 22
orang (61,1%) dimana 9 orang (25%) mengalami phlebitis dan 13 orang tidak
mengalami phlebitis (36,1%). Sedangkan responden anak dengan lokasi penusukan
vena yang kurang tepat sebanyak 14 orang (38,9%) dimana 11 orang mengalami
phlebitis (30,6%) dan 3 orang tidak mengalami phlebitis (8,3%).
Data tersebut menunjukkan bahwa anak dengan lokasi penusukan vena yang tepat
cenderung untuk tidak mengalami phlebitis.Demikian pula sebaliknya anak dengan
lokasi penusukan vena yang kurang tepat cenderung untuk mengalami phlebitis.
Hasil tersebut juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Syaharuddin Sumera
(2007), dimana dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa aspek yang dapat
berpengaruh terhadap keberhasilan terapi infus pada pasien di ruang perawatan interna
RSU Aloe Saboe Kota Gorontalo adalah teknik penusukan infus dimana didalamnya
terdapat instrumen ketepatan lokasi penusukan vena.
Hasil uji statistic Chi-Square yang menggunakan metode pearson chi-square, diperoleh
nilai ρ = 0,027. Dengan demikian nilai ρ < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
“terdapat hubungan antara lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis pada anak
di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Lokasi vena yang dianjurkan dalam pemasangan infus adalah vena-vena distal, vena
yang cukup besar serta lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktifitas pasien
sehari- hari. Dengan memenuhi kriteria tersebut maka diharapkan angka kejadian
phlebitis dapat dihindari.
Nilai Odds Ratio (OR) yang didapat sebesar 0,189 dengan interval kepercayaan 0,041
– 0,875 untuk lokasi penusukan vena.Karena nilai OR < 1 maka dapat disimpulkan
bahwa anak dengan lokasi penusukan vena tetap maupun kurang tepat bersifat
protektif terjadinya phlebitis. Tapi dengan lokasi penusukan yang tepat terbukti lebih
baik dalam mencegah terjadinya phlebitis pada anak.

METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini termasuk penelitian analitik dengan desain studi kohor prospektif
dimana sekelompok subjek penelitian yang belum mengalami pajangan terhadap factor
resiko dan belum mengalami penyakit atau efek tertentu diikuti secara prospektif.
Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktorrisiko terhadap kejadian
phlebitis pada anak yang dilakukan pemasangan infus di ruang perawatan anak lontara
IV Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
B. Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek yang diteliti berdasarkan tujuan penelitian yang ingin
dicapai maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien
anak yang akan diberikan tindakan atau yang sedang menjalani terapi intravena dan
mengalami phlebitis.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi berdasarkan kriteria penelitian (Notoatmodjo, 2005).
Penggunaan sampel dalam penelitian dalam penelitian menggunakan total sampling
yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua sampel yang ada sampai
batas waktu yang telah ditentukan (Sugiono, 2001).
a. Kriteria inklusi
1) Pada anak yang akan dilakukan pemasangan infus
2) Anak dengan usia toddler
3) Bersedia untuk menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien anakyang telah dilakukan pemasangan infus sebelumnya.
2) Pasien dengan trauma atau luka bakar
3) Tidak bersedia menjadi responden
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen ( terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalalah lamanya
pemasangan infus, kesusuaian alat punksi, pergerakan pada tempat pemasangan.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel independen (bebas).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah phlebitis.

D. Defnisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang diamati dan
didefinisikan tersebut. Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi dan
komunikasi. Karakteristik yang dapat diamati atau diukur yang merupakan kunci
defenisi operasional adalah :
1. Lamanya pemasangan infus adalah waktu sejak dilakukan pemasangan infus
serta pergantian tempat pemasangan ( 48- 72 jam ).
Kriteria Objektif :
a. Lama : jika dilakukan pergantian tempat pemasangan infus lebih
dari 48 -72 jam atau > 3 hari.
b. Tidak lama : jika dilakukan pergantian tempat pemasangan infus
kurang dari 48 – 72 jam atau < 3 hari.
2. Kesesuaian alat punksi adalah jarum/vena cateter yang digunakan untuk
melakukan infus sesuai dengan kondisi vena.
Kriteria Objektif:
a. Sesuai : Bila perawat menggunakan jarum / vena catheter yang
sesuai dengan pembuluh darah vena anak yaitu no 22 dan 24.
b. Tidak Sesuai : Bila perawat menggunakan jarum/ abocath yang
tidak sesuai dengan pembuluh darah vena anak yaitu no 16, 18, dan 20.
3. Lokasi penusukan vena adalah tempat atau lokasi pembuluh darah balik yang
digunakan sebagai tempat masuknya kanula terapi intravena.
Kriteria Objektif :
a. Tepat : Bila menggunakan vena sefalika, vena basilika dan vena metacarpal.
b. Kurang tepat : bila menggunakan vena plantaris, vena digitalis dan vena mediana
cubiti.
4. Phlebitis adalah radang pada pembuluh darah vena tempat pemasangan infus
dipasang.
Kriteria Objektif :
a. Ya : Jika terdapat dua atau lebih tanda - tanda radang (bengkak,
merah, panas, rasa nyeri dan fungsio lesa)
b. Tidak : Jika tidak terdapat tanda – tanda radang vena.
E. Cara Pengumpulan Data
Rencana pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
observasi, yaitu suatu kegiatan pemusatan perhatian pada obyek dengan
menggunakan seluruh indera yaitu penglihatan, penciuman dan perabaan. Dengan
menggunakan daftar observasi dalam bentuk check list yaitu suatu daftar pengamatan
terhadap lamanya pemasangan infus, kesesuain alat punksi, pergerakan pada tempat
pemasangan.Instrument ini dirancang sesuai dengan kebutuhan penelitian berdasarkan
tinjauan pustaka selanjutnya setiap hari peneliti mengobservasi pasien yang dilakukan
pemasangan infus dan pasien yang sedang menjalani perawatan infus untuk melihat
apakah terjadi phlebitis atau tidak dengan menggunakan skala Guttman.
F. Langkah Pengolahan Data Dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Rencana pengolahan data dan analisa data yang dilakukan setelah data diperoleh
berdasarkan hasil observasi meliputi : proses editing, coding, dan tabulasi data dengan
menggunakan computer program SPSS.
a. Editing
Setelah data terkumpul dilakukan editing atau perhitungan untuk memeriksa lembar
observasi yang telah diisi, lalu data dikumpulkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
b. Koding
Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi atau disederhanakan ke dalam angka-
angka atau simbol – symbol tertentu sehingga memudahkan dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Tabulasi
Mengelompokkan data dalam bentuk tabel yaitu hubungan antara variabel dependen
dengan independen.
2. Analisa data
a. Analisa univariat
Dilakukan terhadap tiap – tiap variabel penelitian terutama melihat distribusi
frekuensi dan presentase dan tiap variabel tentang lamanya pemasangan infus,
kesusuaian alat punksi, dan lokasi penusukan vena.

b. Analisa bivariat
Untuk melihat hubungan variabel independen ( pemasangan infus meliputi lamanya
pemasangan infus, kesesuaian alat punksi , pergerakan pada tempat pemasangan.)
dengan variabel dependen yaitu phlebitis menggunakan uji statistic chi- square, dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05.
G. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan anak lontara IV di Rumah Sakit wahidin
Sudirohusodo Makassar pada tanggal 3 Januari 2011 sampai dengan 31 Januari 2011.
Penentuan tempat penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan mudah dijangkau dan
cukup banyak responden yang dilakukan pemasangan infus.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi dari
institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi /
lembaga tempat penelitian dan dalam pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan
masalah etik meliputi :
1. Lembar persetujuan ( informed consent)
Lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan menandatangani surat persetujuan
tersebut.

2. Tanpa nama ( Anonimity)


Untuk menjaga kerahasiaaan, Peneliti tidak akan mencatumkan nama responden,
tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Kerahasiaan ( Confidentiality )
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya melaporkan data tertentu
sebagai hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi kohor
prospektif dimana sekelompok subjek penelitian yang belum mengalami pajangan
terhadap factor resiko dan belum mengalami penyakit atau efek tertentu diikuti secara
prospektif. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor yang berisiko
terhadap kejadian phlebitis pada anak yang dilakukan pemasangan infus di ruang
perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Pengukuran dilakukan dengan cara survey yang ditujukan kepada klien dengan
melakukan observasi. Sampel yang digunakan sebanyak 36 sampel yang telah
memenuhi kriteria yang ditentukan sebelumnya.
Dari hasil penelitian data yang telah dilakukan, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel
karakteristik umum responden dalam bentuk tabel analisa univariat dan tabel analisa
bivariat, sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian
1. Analisa univariat
a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi responden menurut golongan umur anak
di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Umur Anak
n
%
1 tahun – 1 tahun 6 bulan
19
52,8%
1 tahun 7 bulan – 2 tahun
10
27,8%
2 tahun 1 bulan – 2 tahun 6 bulan
7
19,4%
Total
36
100%
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat dilihat bahwa responden terbanyak terdapat pada
umur 1 tahun – 1 tahun 6 bulan yaitu sebanyak 19 orang (52,8%) dan yang paling
sedikit terdapat pada umur 2 tahun 1 bulan – 2 tahun 6 bulan yaitu sebanyak 7 orang
(19,4%)
b. Jenis kelamin
Tabel 4.2
Distribusi responden menurut jenis kelamin anak
diruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
18
50%
Perempuan
18
50%
Total
36
100%
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.2 maka dapat dilihat responden dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan jumlahnya sama yaitu 18 orang (50%).
c. Lama pemasangan infus
Tabel 4.3
Distribusi responden menurut lamanya pemasangan infus
diruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Lama Pemasangan Infus
n
%
Lama
12
33,3%
Tidak lama
24
66,7%
Total
36
100%
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.3 maka dapat dilihat responden dengan pemasangan infus yang
lama sebanyak 12 responden (33,3%) dan responden dengan pemasangan infus yang
tidak lama sebanyak 24 orang (66,7%).
d. Kesesuaian alat punksi
Tabel 4.4
Distribusi responden menurut kesesuaian alat punksi
diruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Kesesuaian Alat Punksi
n
%
Sesuai
35
97,2%
Tidak sesuai
1
2,8%
Total
36
100%
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat dilihat responden dengan alat punksi yang sesuai
sebanyak 35 orang (97,2%) dan responden dengan alat punksi yang tidak sesuai
sebanyak 1 orang (2,8%).
e. Lokasi penusukan vena
Tabel 4.5
Distribusi responden menurut lokasi penusukan vena
diruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Lokasi Penusukan Vena
n
%
Tepat
22
61,1%
Kurang tepat
14
38,9%
Total
36
100%
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.5 maka dapat dilihat responden anak dengan lokasi penusukan
vena yang tepat sebanyak 22 orang (61,1%) dan responden dengan lokasi penusukan
vena yang kurang tepat sebanyak 14 orang (38,9%).
f. Terjadinya phlebitis
Tabel 4.6
Distribusi responden menurut kejadian phlebitis
diruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Sikap penerimaan anak
n
%
Ya, mengalami phlebitis
20
55,6%
Tidak mengalami phlebitis
16
44,4%
Total
36
100%
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.6 maka dapat dilihat responden anak yang mengalami phlebitis
sebanyak 20 orang (55,6%) dan yang tidak mengalami phlebitis sebanyak 16 orang
(44,4%).
2. Analisa bivariat
a. Hubungan antara lama pemasangan infus dengan terjadinya phlebitis pada anak
Tabel 4.7
Hubungan antara lama pemasangan infus dengan terjadinya phlebitis pada anak di
ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Lama Pemasangan infus
Terjadi Phlebitis
Jumlah
Ya, mengalami phlebitis
Tidak mengalami phlebitis
N
%
N
%
n
%
Lama
11
30,6%
1
2,8%
12
33,3%
Tidak lama
9
25,0%
15
41,7%
24
66,7%
Total
20
55,6%
16
44,4%
36
100%
ρ = 0,002 OR = 18,333 (CI=2,016-166,725)
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.7 di atas maka dapat dilihat responden dengan pemasangan infus
yang lama sebanyak 12 orang (33,3%) dimana 11 orang mengalami phlebitis (30,6%)
dan 1 orang tidak mengalami phlebitis (2,8%). Sedangkan responden dengan
pemasangan infus yang tidak lama sebanyak 24 orang (66,7%) dimana 9 (25%) orang
mengalami phlebitis dan 15 orang (41,7%) tidak mengalami phlebitis.
Hasil uji statistic Chi-Square dengan menggunakan metode pearson chi-square. Hal ini
disebabkan karena terdapat 0 sel (0%) yang memiliki angka pengharapan (expected
count) kurang dari 5. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh nilai ρ = 0,002. Dengan
demikian nilai ρ < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan antara
lama pemasangan infus dengan terjadinya phlebitis pada anak di ruang perawatan
anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Nilai odds ratio (OR) yang didapat sebesar 18,333 dengan interval kepercayaan 2,016-
166,725 untuk lama pemasangan infus. Karena nilai OR ˃ 1, maka dapat disimpulkan
anak dengan pemasangan infus yang lama lebih berisiko mengalami phlebitis
dibandingkan anak dengan pemasangan infus yang tidak lama.
b. Hubungan antarakesesuaian alat punksi dengan kejadian phlebitis pada anak
Tabel 4.8
Hubungan antarakesesuaian alat punksi dengan kejadian phlebitis pada anak di ruang
perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Kesesuaian Alat punksi
Terjadi Phlebitis
Jumlah
Ya, mengalami phlebitis
Tidak mengalami phlebitis
n
%
N
%
n
%
Sesuai
20
55,6%
15
41,7%
35
97,2%
Tidak sesuai
0
0,0%
1
2,8%
1
2,8%
Total
20
55,6%
16
44,4%
36
100%
ρ = 0,444 OR = -
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.8 di atas maka dapat dilihat anak dengan pemasangan alat punksi
yang sesuai sebanyak 35 orang (97,2%) dimana 20 orang mengalami phlebitis (55,6%)
dan 15 orang tidak mengalami phlebitis. Sedangkan anak dengan pemasangan alat
punksi yang tidak sesuai sebanyak 1 orang (2,8%) dan anak tersebut mengalami
phlebitis.
Hasil uji statistic Chi-Square dengan menggunakan metode fisher’s exact test.Hal ini
disebabkan karena terdapat 2 sel (50%) yang memiliki angka pengharapan (expected
count) kurang dari 5. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh nilai ρ = 0,444. Dengan
demikian nilai ρ ˃ α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa “tidak terdapat hubungan
kesesuaian alat punksi dengan kejadian phlebitis pada anak di ruang perawatan anak
lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
c. Hubungan antara lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis pada anak
Tabel 4.9
Hubungan antara lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis pada anak di ruang
perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Lokasi Penusukan Vena
Terjadi Phlebitis
Jumlah
Ya, mengalami phlebitis
Tidak mengalami phlebitis
n
%
N
%
n
%
Tepat
9
25,0%
13
36,1%
22
61,1%
Kurang tepat
11
30,6%
3
8,3%
14
38,9%
Total
20
55,6%
16
44,4%
36
100%
ρ = 0,027 OR = 0,189 (CI=0,041-0,875)
Sumber : Data primer 2011
Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka dapat dilihat responden anak dengan lokasi
penusukan vena yang tepat sebanyak 22 orang (61,1%) dimana 9 orang (25%)
mengalami phlebitis dan 13 orang tidak mengalami phlebitis (36,1%). Sedangkan
responden anak dengan lokasi penusukan vena yang kurang tepat sebanyak 14 orang
(38,9%) dimana 11 orang mengalami phlebitis (30,6%) dan 3 orang tidak mengalami
phlebitis (8,3%).
Hasil uji statistic Chi-Square dengan menggunakan metode pearson chi-square. Hal ini
disebabkan karena terdapat 0 sel (0%) yang memiliki angka pengharapan (expected
count) kurang dari 5. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh nilai ρ = 0,027. Dengan
demikian nilai ρ < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan antara
lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis pada anak di ruang perawatan anak
lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Nilai odds ratio (OR) yang didapat sebesar 0,189 dengan interval kepercayaan 0,041 –
0,875 untuk lokasi penusukan vena.Karena nilai OR < 1 maka dapat disimpulkan bahwa
anak dengan lokasi penusukan vena tetap maupun kurang tepat bersifat protektif
terjadinya phlebitis.
C.PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor risiko kejadian phlebitis pada
anak yang dilakukan pemasangan infus di ruang perawatan anak lontara IV RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara lama pemasangan infus dengan terjadinya phlebitis
pada anak di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Jadi responden dengan pemasangan infus yang lama cenderung untuk
mengalami phlebitis demikian pula sebaliknya.
2. Tidak terdapat hubungan kesesuaian alat punksi dengan kejadian phlebitis pada
anak di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Jadi anak dengan pemasangan infus sangat rentan terhadap terjadinya phlebitis
walaupun dengan penggunaan alat yang sesuai.
3. Terdapat hubungan antara lokasi penusukan vena dengan kejadian phlebitis pada
anak di ruang perawatan anak lontara IV RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Jadi anak dengan lokasi penusukan vena yang tepat cenderung untuk tidak mengalami
phlebitis. Demikian pula sebaliknya anak dengan lokasi penusukan vena yang kurang
tepat cenderung untuk mengalami phlebitis.Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan tindakan hendaknya tetap memperhatikan prinsip steril dan
non-steril agar bisa mengurangi komplikasi pada pemasangan infus terutama pada
pasien anak.
2. Dalam pemberian tindakan khususnya pada pasien anak, hendaknya petugas
kesehatan tetap memperhatikan dampak psikologis pada anak karena mereka biasanya
rentan terhadap perubahan kondisi fisik dan lingkungan yang terjadi terhadap dirinya.
3. Kepada peneliti berikutnya, diharapkan untuk mengadakan penelitian lanjutan
untuk menilai variabel-variabel yang belum diteliti pada penelitian ini, sehingga nantinya
dapat mengungkapkan berbagai faktor yang bisa berpengaruh terhadap kejadian
phlebitis pada anak yang dilakukan pemasangan infus.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi.2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba
Medika: Jakarta

Eni Kusyati, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. EGC: Jakarta.

Goyten & Hall. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.EGC: Jakarta.

Hidayat,A.Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika: Jakarta.

Hidayat, A.Alimul. 2007. Konsep Dasar Keperawatan.Salemba Medika: Jakarta.

Hidayat,A.Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika:


Jakarta.

Hidayat,A.Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisa


Data.Salemba Medika: Jakarta.

Hening Purjasari. 2002.Pencegahan Plebitis. Jakarta.

La Rocca Jc &Otto Se. 1998. Terapi Intarvena. EGC: Jakarta.

Notoatmodjo S. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta: Jakarta.

Perry &Poter.2005.Buku Saku Keterampilan dan Prosedur.Edisi 5.EGC: Jakarta.

LAMPIRAN
LEMBARAN OBSERVASI
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PHLEBITIS PADA ANAK YANG
DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DIRUANG PERAWATAN ANAK LONTARA IV
RSUP. DR WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2010.

Nama :
Tgl/ Hari :
Umur :
Jenis Kelamin :
Diagnosa Medis :
NO
DATA OBSERVASI
HASIL
1
Lamanya Pemasangan Infus
1. Lama
2. Tidak lama
2
Kesesuaian Alat Punksi
1. Sesuai
2. Tidak Sesuai
3
Lokasi Penusukan Vena
1. Tepat
2. Kurang Tepat
4
Phlebitis
1.
Bila terdapat dua atau
lebih tanda- tanda radang ( bengkak, merah,nyeri,panas, fungsiolaesa )
2. Bila tidak terdapat tanda- tanda radang

Das könnte Ihnen auch gefallen