Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
Emergency Medical Services (EMS) in Indonesia has not been developed comprehensively. EMS service
that has been running is in RSUD dr. Iskak Tulungagung named Tulungagung Emergency Medical
Services (TEMS) with the most incident call are traffic accidents. Nurses experienced some obstacles
when handling the traffic accident victims which made it cannot be done optimally. This study aims
to explore the experience of nurses in conducting EMS on the handling of traffic accident victims in
RSUD dr. Iskak Tulungagung. The research was using qualitative method with interpretive
phenomenology approach by using data analysis process based on Interpretative Phenomenological
Analysis (IPA). Nine themes were obtained from 9 participants: 1) Assuming the importance of providing
the best treatment, 2) Encourage team cohesiveness to facilitate handling, 3) Feel the contradictions in
the self when dealing with victims, 4) Feeling the emergence of spirit in self, 5) Serving with
wholeheartedly embodied with the priority of the victim, 6) Experiencing poor acceptance from the
community, 7) Experiencing the limited, 8) Craving accurate service by a competent team, and 9)
Feeling increasing public trust who knowing TEMS. Establishing EMS from the beginning to the current
process, based on the awareness of the nurse and the relevant parties regarding the appropriate and
best handling of traffic accident victims to achieve patient safety. Regular evaluation is needed from
all related parties and education for community for handling of traffic accident victims in EMS service
so it can be given maximally by the nurse.
Keywords: TEMS Nurse, Handling of Traffic Accident Victims
ABSTRAK
Pelayanan Emergency Medical Services (EMS) di Indonesia belum dikembangkan secara komprehensif.
Pelayanan EMS yang sudah berjalan berada di RSUD dr. Iskak Tulungagung yang dinamai dengan
Tulungagung Emergency Medical Services (TEMS) dengan panggilan kejadian terbanyak adalah
kecelakaan lalu lintas. Penanganan korban kecelakaan lalu lintas oleh perawat TEMS mengalami
adanya hambatan sehingga penanganan belum dapat dilakukan secara maksimal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam melakukan EMS pada penanganan
korban kecelakaan lalu lintas di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif dengan menggunakan proses analisa
data berdasarkan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Sembilan tema berhasil didapatkan
dari 9 partisipan, yaitu: 1) Menganggap sangat penting memberikan penanganan yang terbaik, 2)
Mengupayakan kekompakan tim untuk mempermudah penanganan, 3) Merasakan pertentangan
dalam diri ketika menangani korban, 4) Merasakan munculnya semangat dalam diri, 5) Melayani
dengan sepenuh hati yang diwujudkan dengan mengutamakan korban, 6) Mengalami penerimaan
yang buruk dari masyarakat, 7) Mengalami adanya keterbatasan sumber daya, 8) Mendambakan
pelayanan yang akurat oleh tim yang kompeten dan 9) Merasa meningkatnya kepercayaan masyarakat
yang mengetahui TEMS. Membentuk EMS sejak dari awal hingga proses yang berjalan saat ini,
didasarkan pada kesadaran perawat TEMS serta pihak-pihak terkait tentang adanya penanganan
korban kecelakaan lalu lintas yang sesuai dan yang terbaik guna tercapainya keselamatan pasien.
Diperlukan adanya evaluasi secara berkala dari seluruh pihak terkait serta edukasi kepada masyarakat
luas agar penanganan korban kecelakaan lalu lintas pada layanan EMS dapat diberikan secara
maksimal oleh perawat.
Kata kunci: Perawat TEMS, Penanganan Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 6, No.1 Mei 2018; Korespondensi : Maria Wisnu Kanita.
Universitas Brawijaya. Jalan Veteran, Ketawanggede, Lowokwaru, Ketawanggede, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145. maria_wisnu@yahoo.co.id. 089673305582.
www.jik.ub.ac.id
67
PENDAHULUAN serta pengambilan keputusan yang berbeda
Wallis, & Suryanto, 2016). Selain itu kejadian pada korban kecelakaan lalu lintas.
cedera yang serius seperti akibat kecelakaan Tim EMS yang terdiri dari multidisipliner
lalu lintas hanya sedikit yang menggunakan akan memiliki tanggungjawab serta persepsi
ambulans untuk transportasi ke layanan yang berbeda sehingga dapat menyebabkan
kesehatan terdekat (WHO, 2015). hambatan dalam komunikasi (Berben et al.,
Sistem layanan EMS dikembangkan 2012). Berdasarkan Aminizadeh (2014)
sesuai dengan keadaan serta kebutuhan dari perawat juga akan merasakan adanya
masing-masing negara. Di Indonesia perawat tekanan akibat adanya permasalah kultural
ikut dilibatkan dalam layanan pra rumah yang ada di masyarakat. Beberapa tenaga
sakit karena tidak adanya pendidikan pra kesehatan yang bertugas di EMS juga
rumah sakit bagi perawat (Boyle, Wallis, & menyatakan memiliki pengalaman menerima
Suryanto, 2016). Pelayanan EMS yang sudah adanya gangguan berupa verbal di tempat
berjalan di Indonesia berada di RSUD dr. kejadian sehingga mempengaruhi
Iskak Tulungagung yang dinamai dengan penanganan (Bigham, 2014).
Tulungagung Emergency Medical Services Penelitian mengenai “Pengalaman
(TEMS). TEMS menerima panggilan kejadian Perawat dalam Melakukan EMS pada
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas. Penanganan Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Korban kecelakaan lalu lintas di negara di RSUD Dr. Iskak Tulungagung” diharapkan
berkembang rata-rata masih belum dapat menunjang pengembangan
merasakan adanya layanan EMS karena penanganan korban kecelakaan lalu lintas
belum memiliki adanya sistem transportasi di pelayanan TEMS khususnya oleh perawat
dari tempat kejadian hingga ke layanan di Indonesia.
kesehatan terdekat yang didukung dengan
adanya tenaga yang terlatih, ambulans dan
METODE
peralatan yang lengkap didalamnya (Nielsen
et al., 2012; WHO, 2015). Keterbatasan Penelitian ini menggunakan desain
dalam layanan EMS akan menyebabkan penelitian kualitatif dengan pendekatan
penanganan yang kurang optimal. fenomenologi interpretif. Partisipan yang
Tertundanya pemberian penanganan oleh terlibat dalam penelitian ini berjumlah 9
EMS dapat menyebabkan cedera sekunder orang yang ditentukan melalui purposive
pada korban kecelakaan lalu lintas (Gonzales sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi
et al., 2009; Newgard et al., 2010). yaitu: 1) Memiliki pengalaman dalam
Penanganan korban kecelakaan lalu melakukan penanganan korban kecelakaan,
lintas oleh perawat TEMS memiliki beberapa 2) Sehat jasmani dan rohani, 3) Mampu
hambatan. Adanya keterbatasan sumber menceritakan pengalamannya secara lisan
daya manusia, adanya batasan kewenangan dengan baik, 4) Bersedia menjadi partisipan.
www.jik.ub.ac.id
69
2. Mengupayakan kekompakan tim dingonokke uwong-uwong (ya
untuk mempermudah penanganan jengkel sih mbak, lha gimana lagi
Tema ini terdiri dari sub tema meyakini sini sudah tergesa-gesa masih
kesepahaman itu penting, dengan digitukan juga sama warga)..” (P5)
pernyataan partisipan sebagai berikut: Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
“Yang penting koordinasi antar kru, partisipan merasa kesal dengan warga yang
sudah saling memahami…” (P3) kurang paham sehingga memberikan
tekanan kepada partisipan dalam berusaha
“Ketika saya sudah memasang ini,
menangani korban kecelakaan lalu lintas.
inisiatif dari temen itu pegang yang
lainnya. Dengan saling melengkapi 4. Merasakan munculnya semangat
kemudian pasien sampai di RS itu Tema ini terdiri dari dua sub tema.
tindakan sudah selesai.” (P2) Sub tema pertama adalah tulus dalam
melakukan penanganan, dengan pernyataan
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa
partisipan sebagai berikut:
partisipan menganggap bahwa perawat
TEMS yang saling memahami dan “Gak usah golek jeneng neng kono,
berkoordinasi akan mampu menangani gak usah pamer(tidak usah cari nama
korban dengan cepat. disana, tidak usah pamer)…”(P1)
www.jik.ub.ac.id
71
kekurangan dari dalam tim, dengan sendiri sudah sanggup untuk ETT,
pernyataan partisipan sebagai berikut: tapi kalau enggak ada dokternya
kan kita enggak...ya berani sih
“…Ya mungkin sebagai manusia
berani, tapi untuk yang
kekurangan dari kami kurang up-
bertanggungjawab itu yang menjadi
date.” (P1)
kendala..…”(P1)
“Ya mungkin dari tenaganya yang
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa
terbatas,”(P1)
partisipan tidak dapat bertanggungjawab
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa untuk tindakan yang bukan menjadi
partisipan merasa tidak memiliki ilmu yang kewenangan perawat walaupun korban
terbarukan dan merasakan adanya sebenarnya membutuhkan penanganan
keterbatasan tenaga. tersebut.
Sub tema kedua adalah menemukan
8. Mendambakan pelayanan yang
kesulitan akibat keterbatasan lahan, dengan
akurat oleh tim yang kompeten
pernyataan partisipan sebagai berikut:
Tema ini terdiri dari empat sub tema.
“…tindakan infus yang menjadi
Sub tema pertama adalah menginginkan
kendala itu. Waktu ambulan berjalan
terciptanya layanan yang meningkat bagi
itu waktu kita nginfus itu, ya walau
masyarakat, dengan pernyataan partisipan
sudah distiweng (di torniket) dengan
sebagai berikut:
teman-teman … namanya ambulan
berjalan goyang kan ya itu kesulitan “…Nanti kalau sudah berjalan
kita disitu.” (P1) sebagai mana mestinya karena ini
program baru, kalau sudah berjalan,
“Kalau di jalan raya itu tidak ada
kita bisa tingkatkan ke arah itu.”
masalah ya mbak ya, kalau di jalan
(P1)
yang kayak jalan kelinci yang njepit-
njepit, jalanan kecil gitu. Ketika ada “Pengennya semua pasien kecelakaan
kecelakaan, masuk got, masuk khususnya di daerah Tulungagung
sungai, nah itu hambatan kita.…” dapat ditangani oleh orang-orang
(P7) yang kompeten dibidangnya…” (P3)
www.jik.ub.ac.id
73
“sudah koordinasi dengan membuat penanganan menjadi lebih sulit.
manajemen,“ (P1) Hal tersebut mengakitbatkan adanya
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pertentangan dalam diri ketika menangani
partisipan sudah melakukan adanya usaha korban. Masyarakat yang mengerti bahwa
untuk melakukan peningkatan dalam pelayanan yang tulus diberikan oleh
penanganan korban dengan dilakukannya perawat TEMS kemudian berimbas pada
koordinasi dengan pihak manajemen. meningkatnya kepercayaan yang mengerti
bagaimana perawat TEMS menangani
Sub tema keempat adalah masyarakat
korban kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut
memberikan tanggapan positif, dengan
memunculkan adanya semangat positif
pernyataan partisipan sebagai berikut:
dalam diri sehingga perawat TEMS
“banyak juga lho Mbak yang kalau
mendambakan adanya pelayanan yang
daerah sini itu sampai bilang ke kita,
akurat oleh tim yang kompeten. Hal tersebut
waktu itu bilang “Koyo nang
kemudian kembali lagi kepada motivasi
Amerika Amerika yo...” (“Seperti di
perawat TEMS untuk dapat memberikan
Amerika Amerika ya…”) (P1)
penanganan yang terbaik bagi masyarakat
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
terutama korban kecelakaan lalu lintas.
masyarakat mempercayai dan beranggapan
bahwa layanan EMS yang dilakukan
partisipan seperti layanan EMS yang ada di
Amerika.
tergabung pada layanan EMS sepenuhnya di lokasi kejadian yang terkadang tidak
sadar jika tindakan yang dilakukan di EMS ditemukan pada layanan intra RS. Perawat
korban kecelakaan lalu lintas yang harus karena tidak mampu menolong korban,
kasihan ketika mendapati korban kecelakaan
dilakukan secara fokus pada penanganan
sudah tidak bernyawa dan merasa kasihan
bagi pasien dan memberikan penanganan
saat menemukan rekan sejawat menjadi
yang terbaik pula.
korban kecelakaan itu sendiri. Selain itu
Penelitian lain menyatakan bahwa
perawat merasakan adanya kepanikan,
perawat yang tergabung dalam layanan EMS
merasa mendapat tekanan, dan merasa
merasa harus mempersiapkan diri dan
terganggu karena masyarakat yang tidak
menciptakan kondisi untuk perawatan yan
paham.
baik. Selain itu perawat merasa harus
Aminizadeh (2014) menyatakan ketika
mencapai perawatan yang terbaik yang
melakukan penanganan kepada pasien akan
dekat dengan pasien yang membutuhkan
merasakan adanya tekanan akibat adanya
penanganan gawat darurat di luar rumah
permasalah kultural yang ada di masyarakat.
sakit (Holmberg & Fagerberg, 2010).
Beberapa tenaga kesehatan yang bertugas
Perawat yang tergabung dalam layanan
di EMS juga menyatakan memiliki
EMS akan memerlukan adanya koordinasi
pengalaman menerima adanya gangguan
dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
berupa verbal maupun intimidasi ketika
melakukan penanganan korban kecelakaan
sedang melakukan penanganan di tempat
lalu lintas. Penelitian menyatakan bahwa
kejadian sehingga mempengaruhi
partisipan merasa memerlukan adanya
penanganan (Bigham, 2014).
kerjasama tim yang terwujud dengan adanya
Adanya koordinasi yang baik dengan
kerjasama dengan tim.
pihak lain seperti polisi saat melakukan
Penelitian yang dilakukan oleh Bigham penanganan di tempat kejadian akan
et al. (2010) menyatakan bahwa personel membuat perawat merasa nyaman
yang melakukan layanan EMS yang melakukan tindakan seperti di RS. Perawat
mengaplikasikan sebuah urutan prosedur juga merasa senang melakukan tindakan di
akan merasakan adanya hambatan terkait EMS karena dapat menemui berbagai macam
dengan pengambilan keputusan karena kasus yang ada dan merasa bersyukur dapat
bekerja sama dengan banyak pihak terkait. dipercaya oleh masyarakat untuk dapat
Latar belakang pendidikan personel juga membantu orang lain, khususnya korban
menjadi hal yang dapat mempengaruhi kecelakaan lalu lintas.
www.jik.ub.ac.id
75
Romanzini dan Bock (2010) menyatakan masyarakat yang meremehkan perawat
bahwa perawat yang bekerja di EMS merasa TEMS.
aman, siap dan termotivasi untuk bekerja Aminizadeh (2014) menyatakan ketika
dan mereka juga mengalami perasaan yang melakukan penanganan kepada pasien akan
beragam seperti kasih sayang, rasa syukur, merasakan adanya tekanan akibat adanya
marah, kasihan, kesedihan dan kecemasan. permasalah kultural yang ada di masyarakat.
Aminizadeh (2014) menyatakan ketika Beberapa tenaga kesehatan yang bertugas
melakukan penanganan kepada pasien akan di EMS juga menyatakan memiliki
merasakan adanya tekanan akibat adanya pengalaman menerima adanya gangguan
permasalah kultural yang ada di masyarakat. berupa verbal maupun intimidasi ketika
Perawat TEMS berusaha melakukan sedang melakukan penanganan di tempat
tindakan kepada korban kecelakaan lalu kejadian sehingga mempengaruhi
lintas dengan selalu memperhatikan penanganan (Bigham, 2014).
keselamatan korban. Tujuan utama EMS Kementerian Kesehatan Republik Indo-
adalah memberikan perawatan darurat nesia sedang mengembangkan layanan pra
kepada pasien yang membutuhkan rumah sakit untuk keadaan gawat darurat
penanganan dengan segera dan maupun trauma. Tetapi tidak ada jaminan
memindahkan mereka ke layanan kesehatan yang pasti bahwa layanan pra rumah sakit
yang tepat yang dibutuhkan (Al-Shaqsi, tersebut dapat diaplikasikan dengan baik
2010). karena adanya kekurangan di infrastuktur
EMS harus mampu memberikan maupun sumber daya yang mampu
penanganan yang sesuai dengan keadaan mengelola keadaan gawat darurat (Boyle,
korban. Tetapi peningkatan waktu tanggap Wallis, & Suryanto, 2016).
dari EMS, peningkatan penanganan di Adanya kesulitan dalam melakukan
tempat kejadian, serta semakin jauhnya koordinasi dengan tim maupun diluar tim.
tempat kejadian, dapat berkontribusi pada Merasakan adanya kesulitan dalam
kematian korban kecelakaan lalu lintas melakukan tindakan selama di dalam
(Gonzalez, et al., 2009). Perawat merasa perjalanan karena. Selain itu juga terdapat
bahwa penanganan yang cepat dan sesuai dilema etik dalam melakukan penanganan
harus diberikan dengan segera kepada pada korban, yaitu disaat korban
korban kecelakaan lalu lintas. membutuhkan penanganan yang bukan
Kendala-kendala juga dirasakan oleh kewenangan perawat sebagai perawat.
perawat dalam melakukan tindakan. Adanya Tim EMS memiliki banyak tuntutan dan
kendala karena kebiasaan masyarakat ketika tantangan. Maragh-Bass, Fields, McWilliams,
terdapat kejadian kecelakaan lalu lintas Knowlton (2017) menyatakan bahwa
dengan mengerumuni korban dan personel EMS mengakui adanya
ketidakmampuan masyarakat menerima keterbatasan waktu serta sumber daya yang
penjelasan dari perawat untuk menangani membuat penanganan EMS menjadi lebih
korban yang lebih gawat. Selain itu adanya sulit. Selain itu personel EMS juga
www.jik.ub.ac.id
77
DAFTAR PUSTAKA time affect patient mortality in rural
motor vehicle crashes? A statewide
Al-Shaqsi, S. (2010). Models of International
analysis, The American journal of
Emergency Medical Service (EMS)
surgery. 197 (1): 30-34.
Systems, Oman Medical Journal. 25 (4):
320-323. Holmberg, M., & Fagerberg, I. (2010). The
encounter with the unknown: Nurses
Aminizadeh, M., et al. (2014). Experiences of
lived experiences of their responsibility
emergency medical service personnel: (A
for the care of the patient in the
qualitative study), J Nov. Appl Sci. 3 (9):
Swedish ambulance service, Int J Qual
967-970.
Stud Health Well-being. 5 (2) : 1-9.
Berben, S.A.A., et al. (2012). Facilitators and
Maragh-Bass, A.C., Fields, J.C., McWilliams,
barriers in pain management for trauma
J., dan Knowlton, A.R. (2017). Challenges
patients in the chain of emergency care,
and Opportunities to Engaging
Injury, Int. J. Care Injured. 43: 1397-1402.
Emergency Medical Service Providers in
Bigham, B.L., et al. (2010). Knowledge Substance Use Research: A Qualitative
translation in emergency medical Study, Prehosp Disaster Med. 26:1-8.
services: A qualitative survey of
Newgard, C. D., et al. (2010). Emergency
barriers to guideline implementation, J.
medical services intervals and survival in
Resuscitation. 81: 836-840.
trauma: assessment of the “Golden Hour”
Bigham, B.L., et al. (2014). Paramedic in a North American Prospective Cohort,
Self-reported Exposure to Violence in the Annals of Emergency Medicine. 55 (3):
Emergency Medical Services (EMS) 235-240.
Workplace: A Mixed-methods Cross-
Nielsen, K., et al. (2012). Assessment of the
sectional Survey, Journal Prehospital Status of Prehospital Care in 13 Low and
Emergency Care. 18 (4) : 489-494. Middle-Income Countries, Journal
Boyle, M., Wallis, J., & Suryanto. (2016). Prehospital Emergency Care. 16 (3):
Pre-hospital care in developing countries, Romanzini, E. M., & Bock, L. F. (2010).
Australasian Journal of Paramedicine. 13 Conceptions and feelings of nurses
(3) : 1-2. working in emergency medical services
Djaja, S., et al. (2016). Gambaran Kecelakaan about their professional practice and
Lalu Lintas Di Indonesia Tahun 2010- training, Rev Lat Am Enfermagem. 18 (2)
2014, Jurnal Ekologi Kesehatan. 15 (1): : 240-246.
30 – 42. Sánchez-Mangas, R., et al. (2010). The
Gondocs, Z., et al. (2010). Prehospital probability of death in road traffic
Emergency Care in Hungary: What can accidents. How important is a quick
we learn from the past?,The Journal of medical response?,Accident Analysis and
Emergency Medicine. 39 (4): 512-518. Prevention. 42 (2010): 1048-1056.
Gonzalez, R.P., et al. (2009). Does increased WHO. (2015). Global status report on road
emergency medical services prehospital safety 2015. WHO: Switzerland.