Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PORONG - SIDOARJO
PENYUSUN
KELOMPOK 6
Pembimbing :
dr. Sugiharto, M.Kes (MARS)
BagianIlmuKesehatanMasyarakat
FakultasKedokteran
UniversitasWijayaKusuma Surabaya
SURABAYA
2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SIDOARJO
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Laporan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini sebagai salah satu prasyarat untuk dapat
Disetujui :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kenongo
(............................................)
NIP. 19620224 198912 2 001
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga kami bisa
menyelesaikan penyusunan "LAPORAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA JUWET KENONGO KECAMATAN PORONG KABUPATEN
SIDOARJO BULAN APRIL 2015" Pada kesempatan ini tidak lupa kami kami ucapkan
terima kasih atas segala bimbingan dan bantuannya yang tak ternilai kepada pihak-pihak
sebagai berikut :
1. Prof. DR. Sri Harmadji, Sp.THT-KL (K), selaku Rektor Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
2. Prof. Soedarto,dr., DTM & H., PHD., spPark. Selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma
3. Prof.DR.Rika Subarniati T,dr.SKM selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
4. dr. Ayu C. Noviana. selaku koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
5. Sugiharto,dr,M.Kes (MARS) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf dan jajarannya.
7. dr. Esti Handayani, selaku Kepala Puskesmas Porong Kabupaten Sidoarjo beserta staf.
8. dr. Anis Mahmudah Lestari selaku pembimbing di Pukesmas Porong.
9. Bpk. H. Totok Indarto, S.Kep., Ns.
10. Kepala Desa Juwet Kenongo beserta staf dan jajarannya.
11. Bidan Desa Juwet Kenongo
12. Rekan - rekan Dokter Muda yang terlah membantu menyelesaikan penelitian ini.
13. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan laporan konsep penyelesaian masalah.
Akhirnya, sebagai harapan dari kami semoga laporan konsep penyelesaian masalah
dalam rangka kegiatan kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan masyarakat ini dapat
memberikan manfaat bagi kami dan pembaca semua. Amin.
Surabaya, April
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
lingkungan secara fisik, kimia, biologi maupun sosial dapat memungkinkan setiap
samping itu terjadi peningkatan kejadian pada penyakit tidak menular. Adanya
sebagai pandemi di seluruh dunia, penyakit lama yang muncul kembali (Re-emerging
Infectious Disease) dan penyakit yang ada saat ini (Emerging Infectious Disease)
hubungannya dengan higiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan yang
jelek (seperti penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan
kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan
minuman yang tidak sempurna) serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut pada manusia yang
merupakan fakta yang tidak dapat dibantah kebenarannya(5). Bakteri masuk melalui
Selama masa inkubasi banyak keluhan penderita yang dirasakan seperti rasa
lelah, kepala pusing, anoreksia, mual, muntah, tidak enak badan, batuk.Keluhan ini
hampir sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu ditandai dengan
demam yang tinggi mencapai di atas 38oC khususnya pada malam hari, tetapi pada
Demam Tifoid panas akan turun pada pagi hari. Keluhan dan gejala lain yang terjadi
adalah konstipasi dan atau diare yang terjadi pada sepertiga penderita Demam
Tifoid(8).
S. typhi dari tinja dan urine penderita atau carier.Di beberapa negara pencemaran
terjadi karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air yang tercemar,
interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan atau zat yang tidak
dikehendaki yang datang dari luar tubuh(15). Demam tifoid berhubungan erat dengan
kondisi perumahan yang jelek, makanan yang kurang bersih serta higiene perorangan
yang tidak adekuat(16). Kualitas air, sistim pembuangan air limbah, lantai rumah
tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, kebiasaan menutup
perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang tepat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk dapat menurunkan angka kejadian dan menanggulangi Demam Tifoid, serta
2. Tujuan khusus
Puskesmas Porong.
Puskesmas Porong.
sanitasi lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
terdapat zat anti (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut (Ngastiyah,
1997).
a. Distribusi penyakit
antara musim dan peningkatan jumlah kasus pada musim hujan, ada
2010).
2) Jenis kelamin
3) Umur
sembuh sendiri dan menjadi kebal. Insidensi pada pasien yang berumur
4) Epidemiologi
pada daerah endemik dengan kondisi air dan sanitasi lingkungan yang
buruk.Salmonella Typhi menyebabkan lebih dari 25 juta terinfeksi di
al., 2010).
limfe ini S,typhi masuk aliran darah melalui ductus thoraticus. Demam
sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.
B. Pengobatan
1. Perawatan
Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
2. Diet
Pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien
demam tifoid.Karena ada juga pasien demam tifoid yang takut makan nasi, maka
apakah mau makan bubur saring, bubur kasar atau nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa.
3. Obat
a. Kloramfenikol
untuk demam tifoid. Belum ada obat antimikroba lain yang dapat menurunkan
karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa
merupakan antibiotika pilihan utama yang diberikan untuk demam tifoid anak
Dosis untuk orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari
Dosis untuk orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari
rata-rata setelah 5-6 hari.Berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan sehari,
tifoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan
pasti. Hasil lain menunjukkan adanya pemberian obat golongan sefalosporin
f. Fluorokinolon
Drug Related Problems (DRPs) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang mana melibatkan atau diduga
melibatkan terapi obat dan berpotensi bertentangan terhadap hasil yang diinginkan
pasien. Drug Related Problems (DRPs) sering juga disebut Drugs Therapy Problems
terdiri dari actual DRPs, yaitu masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi
yang sedang diberikan pada penderita dan potensial DRPs, yaitu masalah yang
diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada
penderita (Cipolle at al., 1998). Beberapa masalah dalam kajian DRPs dapat
1. Permasalahan Terapi
premedication.
saat itu.
2) Pasien yang sengaja atau tidak disengaja toksik karena obat atau
2. Permasalahan Dosis
70 Kg (154 pon).Rasio antara jumlah obat yang diberikan dan ukuran tubuh
berdasarkan bobot pada pasien anak menggunakan hukum Clark, yaitu dengan
mengalikan jumlah bobot dosis dengan bobot badan pasien (Ansel, 2004).
Hukum Clark:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝐾𝑔)
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘 = 𝑥𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
70
Permasalahan dosis meliputi:
diharapkan.
2) Konsentrasi obat dalam serum pasien diatas terapeutik range obat yang
diharapkan.
D. Farmakoekonomi
dan pembandingan dari harga, resiko, keuntungan program atau pelayanan dengan
memilih alternatif produk yang lebih efektif dan efisien dari berbagai perspektif
(Dipiro, 1993).Untuk beberapa praktisi sistem ini dapat digunakan untuk memilih
produk obat yang tepat sehingga didapat hasil yang optimal dengan pengeluaran biaya
yang rendah.
Dari definisi diatas farmakoekonomi tidak lepas dari beberapa acuan dalam
1. Perspektif pasien
yang didapat adalah efek klinik terhadap pasien baik itu positif ataupun
2. Perspektif penyedia
dibandingkan.
3. Perspektif pembayar
pembayar.
4. Perspektif masyarakat
secara keseluruhan. Secara teori, biaya tidak langsung dan biaya langsung
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan dan dengan pengobatan yang baik
berarti melaksanakan pencegahan yang baik pula.Kedua ungkapan ini berlaku juga
untuk tifoid, dimana kegiatan pencegahan lebih efisien dan tanpa risiko yang
adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh
basil salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni:
kesehatan baik dalam bidang kuratif, preventif atau kegiatan lai yang terkait,
Beberapa kegiatan dalam aspek pencegahan dan pengendalian tifoid, antara lain:
Karier akan terjadi bila penderita tidak diobati atau pengobatan yang tidak
susah dimusnahkan dari tubuh. Dianggap karier bila hasil kultur feses atau
urin masih positif sampai 3 bulan setelah sakit dan disebut kronik bila basil
antibiotic.Relaps dapat timbul dengan gejala klinis lebih ringan atau lebih
berat.
Resistensi adalah basil yang tidak peka lagi dengan antimikroba yang
kloramfenikol sering diambil sebagai standar penelitian karena obat ini adalah
obat yang menjadi pilihan utama untuk tifoid (drug of choice). Resistensi
b. Pemakaian antibiotik oleh dokter yang tanpa pedoman dan tanpa control.
terhadap makanan dan air serta system pembuangan kotoran dan limbah,
a. Penyediaan air bersih untuk seluruh warga. Penyediaan air yang aman,
c. Pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah harus benar sehingga tidak
mencemari lingkungan.
masyarakat.
makanan:
dimasak.
lainnya.
untuk dimakan.
merupakan ciri berperilaku hidup sehat.Budaya cuci tangan yang benar adalah
makanan, maka tangan sudah harus bersih.Kegiatan ini sangat penting untuk
yang merawat dan mengasuh anak.Setiap kontak dengan feses, urin atau dubur
maka harus cuci tanga pakai sabun dan kalau perlu dapat disikat.
Sampai saat ini vaksin tifoid baru diprioritaskan untuk traveler, tenaga
kebersihannya.
dilaporkan, ada yang mencapai 10% dan sayangnya di Indonesia hanya 36-
66%. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam
tahun.
L vaccine adalah 51-66%. Dosis untuk dewasa adalah 0,5 ml; anak 6-12
tahun adalah 0,25 ml; anak 1-5 tahun adalah 0,1 ml. Diberikan 2 dosis
nyeri kepala, lesu dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan.Vaksin
Mempunyai daya proteksi 60-70% pada orang dewasa dan anak diatas 5
tahun. Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 ml yang berisi 25
pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak < 2
tahun.
BAB III
Topik : Tifoid
Pelaksanaan
3 tahap, yaitu :
tingkat pengetahuan peserta ( tanya jawab ) tentang materi yang akan di berikan.
Adanya peserta yang menjawab pertanyaan pemateri dengan benar dan ada
peserta yang tidak paham. Setelah itu pemateri menyajikan penyuluhan tentang
oleh pendengar di desa juwet kenongo. Di sela - sela materi yang disampaikan,
3. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
sarana dan prasarana untuk kegiatan penyuluhan. Semua peserta datang tepat waktu.
pembagian sabun cuci tangan. Setelah itu di lanjutkan dengan penyuluhan sampai
selesai
b. Evaluasi Proses
Peserta yang hadir sekitar 5 Anak - anak, 12 Ibu berseta balita, 3 kepala
mengetahui tentang penting nya kebersihan diri dan bahayanya penyakit tifus
c. Evaluasi Hasil.
Lebih dari 80% dari peserta yang hadir mampu menjawab tentang materi yang
disampaikan
BAB IV
A. ANALISIS
berjarak 4 km dari puskesmas porong. Desa ini perempuan banyak bekerja sebagai
ibu rumah tangga, beberapa warga laki - laki banyak yg bekerja sebagai pegawai
swasta.
Sumber daya desa yang dapat di indentifikasi sebagai modal kekuatan untuk
2. Lokasi pemukiman warga desa berada dalam area yang berdekatan sehingga
4. Sistem pelayanan yang di koordinir puskesmas porong selama ini berjalan lancar,
Fishbone. Cara ini sering juga disebut Cause and Effect Diagram atau Ishikawa
Diagram diperkenalkan oleh dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas
dari jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar ( 7 basic quality tools )
penyebab masalah. Suatu tindakan dan langkah Improvement akan lebih mudah
dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat dari
akan di perbaiki dan permasalahan tersebut ditemukan pada " kepala ikan ". Penyebab
dari masalah kemudia diletakkan sepanjang " tulang " dan di klarisifikasi ke dalam
Sanitasi
Lingkungan
ENVIRONMENT
MANAGEMENT
B. Pembahasan
kebersihan diri dan kebersihan lingkungan yang di selenggarakan oleh tenaga dokter
4. Kausa
sehingga menimbulkan:
5. Kausa Alternatif
lingkungan yang bersih dan sehat dengan pendektan strategi sesuai progam - progam
yang ada
BAB V
RENCANA PROGAM
A. Pra - Progam
masih kurang bersih. Tujuan pemberdayaan masyarakat dalam hal kebutuhan di desa
B. Strategi Pemberdayaan
pendekatan yang efektif dan antisipatif untuk pelaksanaan progam pos sanitasi
lingkungan
3. Perumusan model monitoring dan evaluasi dari progam sanitasi lingkungan yang
kurang bersih
kenongo
pemantauan dan evaluasi. Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan pelatihan kepada
setempat, menentukan wilayah yang akan di bentuk. Wilayah yang dipilih adalah
Pos Sanitasi lingkungan dibentuk atas arahan dan bimbingan tenaga kesehatan
puskesmas porong. Lalu bersama kader, Lurah RT/RW dan tokoh masyarakat
dengan daftar keperluan yang disepakati bersama. Kebutuhan tersebut meliputi dana,
peralatan dan fasilitas progam dan penunjang untuk kelangsungan sistem jangka
panjang.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa juwet kenongo ini
1.Sanitasi lingkungan di posyandu desa juwet kenongo pada bulan maret 2015
didapatkan masalah yaitu beberapa anak di desa juwet kenongo terjangkit penyakit
tifoid
2. Dari proses penelusuran akar masalah yang dilaksanaan melalui pendekatan dan
4. Keluaran dari target progam sanitasi lingkungan di desa juwet kenongo adalah
secara menyeluruh.
B. Saran
sebagai contoh untuk mengatasi suatu masalah yang ada di desa juwet kenongo.
Di sisi lain, diharapkan warga desa juwet kenongo dapat memberikan perhatian pada
semua kelompok umur anak dan remaja. Termasuk pembentukan kader - kader muda
Foto bersama dokter muda, bidan kesehatan, kader desa juwet kenongo