Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TUGAS AKHIR
Oleh
ii
ABSTRAK
Oleh
1405141049
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat
dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada proyek Pembangunan Masjid
Agung Medan”.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Manajemen Rekayasa Konstruksi Gedung (MRKG)
pada Politeknik Negri Medan (POLMED).
Penulis menyadari penulisan Tugas Akhir ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak M. Syahruddin, S.T, M.T, Direktur Politeknik Negeri Medan
2. Bapak Ir. Samsudin Silaen, M.T, Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Medan;
3. Bapak Samiran, S.S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh
perhatian penulis mulai dari pengajuan judul hingga penulisan Tugas Akhir ini
selesai. membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membantu saya
menyelesaikan Tugas Akhir ini;
4. Bapak Palghe Tobing S.T.,M.T.Kepala Program Studi MRKG;
5. Bapak Ir. Amsuardiman M.T, selaku Ketua Penguji yang telah bersedia menguji dan
mengarahkan guna penyempurnaan Tugas Akhir ini;
6. Bapak Indrawan Sati Hutagalung , Project Manager PT. PP Persero Tbk;
7. Seluruh staf pengajar Bapak/Ibu Dosen Program Manajemen Rekayasa Konstruksi
Gedung (MRKG) Politeknik Negri Medan (POLMED), yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Direksi PT. PP Persero Tbk Proyek Pembangunan Masjid Agung Medan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Secara khusus kepada orang tua tercinta, Arifin Siregar M.E dan Hawani Daulay,
serta Kakak dan Adik saya, Finny Hayati Siregar A.Md., Inas Fikriyyah reda
Siregar,dan Rafif Ghaly Siregar yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis secara moril maupun materil hingga Tugas Akhir ini selesai.
10. Rekan-rekan mahasiwa Program Studi Teknik Sipil angkatan 2014 secara umum dan
terkhusus kepada MRKG 8B.
ii
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.
iii
Daftar Isi
Abstrak .................................................................................................................. i
Daftar Isi................................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN
iv
2.4 Alat Pelindung Diri .................................................................................. 15
v
4.1.5 Hasil Penelitian Standard Operating System ........................................ 52
Kesimpulan ........................................................................................................... 60
Saran ..................................................................................................................... 61
vi
Daftar Tabel
Tabel 4.1.3.2 Distribusi Pemakaian Alat Pelindung Diri oleh kontraktor ............ 44
Tabel 4.1.3.4 Distribusi Pemakaian Alat Pelindung Diri oleh owner ................... 46
Tabel 4.1.3.6 Distribusi Pemakaian Alat Pelindung Diri oleh pengawas ............. 47
vii
Tabel 4.1.4.6 Distribusi Penelitian Kesehatan Kerja pengawas............................ 52
viii
Daftar Gambar
ix
Daftar Grafik
Grafik 4.1.8.1 Laporan Kecelakaan Bulanan ........................................................ 58
x
Daftar Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Kurangnya pemantauan/pengawasan K3 akan berdampak fatal terhadap
pekerja akan menyebabkan kecelakaan kerja seperti di proyek Podomoro City
Deli, Medan, Indonesia, yang sudah tiga kali mengalami kecelakaan kerja. Runtuh
nya lantai 13 dan 14 pembangunan gedung Podomoro Deli City yang
mengakibatkan satu orang pekerja tewas pada Sabtu 5/12/2015. Sebelumnya,
sekitar satu tahun yang lalu empat pekerja dikabarkan tewas di proyek tersebut.
Kecelakaan itu disebabkan oleh trafo yang tiba-tiba meledak dan mengeluarkan
suara yang keras. Setelah suara ledakan, empat orang terjatuh dari perancah
bangunan tersebut Para korban tewas karena terjatuh dari ketinggian sekitar 25
lantai di sebuah gedung yang tengah direnovasi. hal itu terjadi karena kurangnya
pengawasan yang diberikan oleh pihak K3, dan kurangnya pemantauan pada
lokasi kerja tersebut, sebelum pekerja bekerja seharusnya pihak K3 telah
memeriksa lingkungan pekerjaan tersebut, ketika pihak K3 menyatakan bahwa
lingkungan kerja tersebut aman, maka pekerja diperbolehkan untuk bekerja.
Berdasarkan hal diatas bahwa beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja adalah bekerja tidak sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP), sosialisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang belum
terlaksana dengan baik, sikap dan tindakan tidak aman tenaga kerja dalam hal
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), kurangnya pemantauan/pengawasan K3.
Sehingga perlu dilakukannya upaya atau program untuk mendorong terlaksananya
program K3 dan perlindungan K3 yang efektif dan efisien, guna meningkatkan
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilakukan oleh pelaksaan
Pembangunan gedung Masjid Agung Medan antara lain Standart Operational
Procedure (SOP), , Alat Pelindung Diri (APD), pemantauan dan pengawasan K3,
oleh karena itu diharapkan dengan pelaksanaan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, pekerja akan merasa aman terlindungi dan terjamin.
Menyadari pentingnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja didalam
mencegah terjadinya kecelakaan Kerja dan potensi bahaya lainnya yang
merugikan pekerja dan perusahaan, maka penulis ingin melakukan penelitian
mengenai Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di proyek
pembangunan Masjid Agung Medan.
2
Oleh karena itu, menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja
sangat penting karena bertujuan untuk memberikan suasana lingkungan dan
kondisi yang baik, nyaman dan aman serta dapat menghindari kecelakaan dan
penyakit kerja. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga merupakan
sebuah aturan yang tersusun dan berguna untuk menyikapi masalah masalah
keselamatan dan kesehatan kerja saat berada di lingkungan proyek.
3
1.3 Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan kepada pekerja proyek pembangunan Masjid Agung
Medan, jalan Pangeran Diponegoro Medan, Sumatera Utara.
2. Penelitian dilakukan untuk menganalisis penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada proyek Masjid Agung Medan dari Maret 2017 sampai
April 2018.
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar belakang, rumusan masalah,batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
4
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tinjauan teori yang mendiskripsikan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu Definisi Kesehatan
Kerja, Indikator – Indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Bahaya-bahaya yang timbul pada pekerjaan
konstruksi, Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program
K3, Tujuan dan Sasaran Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Upaya Pengembangan Program K3, Sosialisasi K3, Standard
Operational Procedure (SOP), , Persyaratan Alat Pelindung Diri
(APD), Prinsip Umum pemakaian Alat Pelindung Diri (APD),
Tujuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Pemantauan
atau Pengawasan K3 dan Kerangka konsep penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian yang digunakan ialah
penyebaran kuesioner kepada kontraktor, owner, pengawas.
Metode pengumpulan data, baik data primer maupun data
sekunder, dan teknik pengolahan data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian analisis Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Proyek Pembangunan Masjid Agung
Medan.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang
cukup familiar dalam dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui
pengertian K3 sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO
(International Labour Organization) dan beberapa ahli :
Menurut International Labour Organization (ILO) Keselamatan dan
Kesehatan kerja merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan
diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.
Menurut Mangkunegara (2002),Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001), Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
6
Menurut Mathis dan Jackson (2002), Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
7
2) Faktor kerja/lingkungan
(K3)
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-
alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam
melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan
utama yang akan dijadikan barang.
3. Cara melakukan pekerjaan
8
Menurut Budiono (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
1. Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2. Kapasitas kerja
9
Atau yang berkaitan dengan aspek kerja, pekerjaan yang monoton yang membuat
kejenuhan, lokasi tempat kerja yang sangat terpencil sehingga membuat
kebosanan dll.
7. Biological Hazards
Yang disebabkan oleh serangga, bakteri, virus, parasit, dll.
10
dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Program kerja Keselamatan dan
Kesehatan kerja meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program Kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi dibidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar Keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya. Suatu program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata ditempat kerja sesuai dengan
potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing
perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan
pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010) .
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja
dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.
Dessler (2007) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan
kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan
dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan.
Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan
keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
11
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap
pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para
supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan
dan penyakit fatal.
3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan
dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil
saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk memberi ganti rugi
kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
12
1. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3
semua unsur pimpinan dan pekerja pada suatu perusahaan.
2. Meningkatkan fungsi manajemen K3 atau Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
3. Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan.
4. Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyarakat umum
(Sukarmin, 1997).
13
2. SOP dapat menggambarkan semua resiko pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
3. Identifikasi semua resiko keselamatan, bahaya lingkungan, dan
ergonomi yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
4. Menentukan alat pelindung diri yang sesuai untuk menghindari terkena
resiko Keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan di
laknasanakan.
5. Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
6. Menggambarkan aturan, tanggung jawab maupun kewenangan untuk
semua karyawan.
7. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua karyawan.
8. Dapat digunakan sbagai pedoman dalam pembuatan Job Safety
Analysis.
9. Menjelaskan pengoperasian normal dan tindakan yang akan dilakukan
jika terjadi perubahan.
10. Menjelaskan tanggapan keadaan darurat dan prosedur pelaksanaan
shutdown.
Standard Operating Procedure (SOP) memiliki manfaat sebagai berikut :
1. dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pelaksanaan
suatu pekerjaan .
2. dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian
terhadap proses layanan.
3. dapat digunakan sebagai sarana pelatihan bagi staf baru sehingga
mengurangi waktu yang terbuang untuk memberikan pengarahan.
4. dapat digunakan sebagai sarana mengendalikan dan menggantisipasi
apabila terdapat suatu perubahan sistem.
5. dapat digunakan sebagai sarana audit sistem informasi (Anonim, 2012)
14
2.4. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para
pekerja atau buruh bangunan yang bekeja disebuah proyek atau pembangunan
sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Alat pelindung diri (APD) berperan
penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Anizar, 2009).
Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang
dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Menurut
Harrington (2005), alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi
kesehatan sampai saatnya pengendalian yang memadai tercapai dengan cara yang
lain.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan usaha yang dilakukan setelah semua
usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (working practice)
dilakukan maksimal (Rijanto, 2010).
Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh
tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga
kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak
memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan
faktor-faktor pertimbangan dimana APD harus :
1. Enak dan nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak
pekerja
3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis
bahaya/potensi bahaya
4. Memperhatikan efek samping penggunaan APD
5. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga
terjangkau.
15
Tiap alat pelindung diri (APD) yang digunakan biasanya berfungsi untuk
menghindari penyakit akibat kerja yang mungkin diderita jika tidak
mengenakannya (Anizar, 2009).
Dengan seluruh jenis APD yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis
yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan
beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan sebagainya berdasarkan
prinsip umum yang harus diikuti sebagai berikut:
1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut
4. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya
5. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas
6. Memiliki konstruksi yang sangat kuat
7. Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan
16
2.4.6. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
17
1. Pengusaha wajib melakukan pemantauan/pengawasan kinerja K3.
2. Pemantauan/ pengawasan K3 melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran,
dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten.
3. Jika perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan
pemantauan/pengawasan K3 dapat menggunakan jasa pihak lain.
4. Hasil pemantauan/pengawasan K3 dilaporkan kepada pengusaha.
5. Hasil pemantauan dan pengawasan K3 digunakan untuk melakukan
tindakan perbaikan.
Pelaksanaan pemantauan/ pengawasan K3 dilakukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan/atau standar. (Ramli, 2010)
Pemantauan/pengawasan K3 merupakan persyaratan dalam sistem
manajemen K3, pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kondisi pelaksanaan K3 di suatu tempat kerja, apakah telah berjalan
sesuai dengan rencana atau terjadi penyimpangan yang tidak di inginkan.
Pemantauan dan evaluasi juga dilakukan pada lingkungan kerja, hal ini
dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman di
lingkungan kerja, serta dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor lingkungan,
Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan secara. Interval waktu
pelaksanaan pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja disesuaikan dengan
ketentuan/standar yang berlaku.
Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik dan
psikologis merupakan hal yang sangat penting karena faktor lingkungan kerja
juga memiliki pengaruh atau peran terhadap terhadinya kecelakaan kerja,
18
lingkungan kerja yang tidak nyaman akan menimbulkan gangguan bagi tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
20
yang meninjau 35 responden yang meroupakan kontraktor,owner, dan pengawas
pada proyek pembangunan Masjid Agung Medan.
21
Nama : Pendidikan Terakhir
:
Jabatan :
Isilah nama dan jabatan anda pada proyek ini
Isi Tabel pertanyaan berikut dengan mencentang(̌) jawaban yang benar
No
. PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
1. Apakah anda memahami mengenai sosialisasi K3 terkait
pekerjaan anda
2. Apakah ditempat kerja anda dilakukan sosialisasi K3
22
Isilah nama dan jabatan anda pada proyek ini
Pilih jawaban dari beberapa pilihan berikut
Ya : Ada
Tidak : Tidak Ada
KUESIONER (QUESTIONNAIRE)
Tabel 4.1.2 Pelaksanaan Pengawasan K3
No
PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
No. JAWABAN
PERTANYAAN
YA TIDAK
23
3. Apakah pernah ditegur pimpinan karena tidak menggunakan
APD
4. Apakah pernah mengalami kecelakaan kerja karena tidak
menggunakan APD
KUESIONER (QUESTIONNAIRE)
Tabel 4.1.4 Kesehatan Kerja
No. JAWABAN
PERTANYAAN
YA TIDAK
1. Apakah perusahaan pernah memberikan sosialisasi tentang
kesehatan kerja di tempat kerja?
2. Apakah perusahaan menyediakan obat-obatan di tempat
kerja
3. Apakah perusahaan menyediakan klinik untuk tenaga kerja
No. JAWABAN
PERTANYAAN
YA TIDAK
24
3. Apakah anda merasakan adanya kesulitan didalam
melakukan pekerjaan anda sesuai dengan SOP yang
ditetapkan
4. Apakah anda pernah mendapat kecelakaan kerja akibat
bekerja tidak sesuai dengan tahapan pekerjaan
25
3.6. Langkah-Langkah dalam Menganalisis Data
Data diolah dan dianalisis secara deskriptif melalui program Microsoft Excel
untuk mengetahui pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan faktor-faktor yang akan
ditinjau dalam pembuatan penelitian.
2. Melakukan pembuatan kuesioner penelitian seperti pada tabel 3.5.3.2.
3. Menyebarkan kuesioner awal untuk mengambil dan menguji validitas dan
reliabilitas dari daftar pertanyaan pada angket (kuesioner). Kuesioner
disebarkan kepada 5 orang responden yang merupakan pekerja konstruksi.
4. Melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Microsoft
Excel 2010 dengan cara sebagai berikut :
a. Membuat suatu tabel distribusi frekuensi.
Menginput data jawaban dari sampel kuesioner yang telah diisi oleh 5
orang responden yang disebut tabel distribusi frekuensi, dimana pada
tabel tersebut akan di jelaskan sekian persen dari responden menjawab ya
(baik), tidak (buruk), dengan menggunakan skala 0 dan 1, 0 artinya
“tidak”, 1 artinya “ya” sehingga akan dapat hasil akhir apakah
Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tenaga
kerja di proyek Pembangunan Masjid Agung Medan.
b. Melakukan Pengolahan Data
Pengolahan data untuk mengetahui penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan menggunakan teknik formula statistik dan
dibantu dengan aplikasi Ms. Excel.
a. Pengujian reliabilitas
Formula yang dipergunakan untuk menguji reabilitas instrument dalam
penelitian adalah koefisien Alpha (α) dari cronbach’s Alpha atau nilai R-
hitung.. Pengujian ini menentukan konsistensi jawaban responden atau suatu
instrument. Nunnally (1969) mensyaratkan suatu instrumen bahwa :
a. Jika nilai hitung alpha (r hitung)>dari nilai r tabel maka kuesioner
dinyatakan reabel;
26
b. Jika nilai hitung alpha (r hitung)<dari nilai r tabel maka kuesioner
dinyatakan tidak reabel.
- Nilai R hitung atau Alpha didapat dengan menggunakan rumus
Microsoft Excel r Tabel =PEARSON(Total responden yang menjawab
Ya(1) ,total responden yang menjawab Tidak (0).
- Nilai T tabel di didapat dari rumus pada Microsoft Excel T tabel =
TINV (0,05 x jumlah pertanyaan.
- Nilai R tabel di dapat dari rumus Microsoft Excel R tabel = Nilai R
Hitung/SQRT (jumlah pertanyaan x Nilai R Hitung kuadrat)
- Jika nilai R-hitung lebih besar dari R-tabel, maka kuesioner
memenuhi kriteria reabel.
- Jika Jika nilai R-hitung lebih kecil dari R-tabel, maka kuesioner
memenuhi kriteria reabel.
b. Pengujian validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji data yang menggunakan daftar
pertanyaan atau kuesioner untuk melihat pertanyaan dalam kuesioner yang diisi
oleh responden tersebut layak atau belum digunakan untuk mengambil data atau
untuk menguji apakah item-item pertanyaan dalam kuesioner telah mencerminkan
apa yang diteliti atau mampu mengukur elemen faktor dalam penelitian.
Rumusnya adalah CS = 1-[TE/(0,5 x PE)
Keterangan :
CS = Coefficient of Scalebility
TE = Jumlah error semua subjek
PE = Jumlah error yang kemungkinan terjadi yang didapat dari
jumlah responden dikali jumlah pertanyaan atau butir soal.
Apabila nilai dimasing soal lebih dari 0,9 maka nilai tersebut
VALID, tetapi jika nilai tersebut lebih kecil dari 0,9 maka nilai tersebut
INVALID.
Pada Microsof Excel digunakan rumus =IF(Jumlah nilai hasil hitung
>0.9,"VALID",IF(Jumlah nilai hasil hitung <0.9,"INVALID")).
27
1. Setelah pertanyaan telah valid dan reabel, peneliti menyebarkan kuesioner
yang telah valid ke 30 responden pada proyek pembangunan Masjid
Agung Medan.
2. Melakukan pengambilan data kuesioner dan menghitung data yang didapat
dengan aplikasi Microsoft Excel 2010.
Menghitung jumlah frekuensi terbanyak di tiap pertanyaan dengan rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝐴
% Jawaban YA = x 100
30
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑇𝐼𝐷𝐴𝐾
% Jawaban TIDAK = x 100
30
28
3.7 Diagram alir penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
MULAI
Tinjauan Pustaka
kerangka konsep
penelitan penelitian
Pengumpulan Data
29
BAB 4
HASIL PENELITIAN
30
4.1.1 Hasil Penelitan Pelaksanaan Sosialisasi K3
Berikut ini adalah tabel hasil 30 responden dari pihak kontraktor mengenai
program pelaksanaan sosialisasi K3 :
N % N % N %
31
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 30 orang tenaga kerja (100%)
memahami mengenai sosialisasi K3 menurut pekerjaannya, 30 orang tenaga kerja
(100%) mengakui bahwa di tempat kerjanya dilakukan sosialisasi K3, 26 orang
tenaga kerja (86,66%) menyatakan sosialisasi K3 dilakukan secara rutin dan 4
orang tenaga kerja (13,33%) menyatakan tidak rutin, 21 orang tenaga kerja (70%)
pernah mendapat kecelakaan kerja akibat bahaya dari pekerjaannya sendiri dan 9
orang tenaga kerja (30%) tidak pernah, 27 (90%) orang tenaga kerja mengetahui
upaya pengendalian resiko dari potensi bahaya yang mungkin terjadi di tempat
kerja setelah mendapatkan sosialisasi K3 dan 3 orang tenaga kerja (10%) tidak
mengetahuinya.
Sosialisasi K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
32
Berdasarkan dari tabel distribusi frekuensi diatas adalah bahwa
pelaksaanaan program sosialisasi K3 untuk 30 responden dari pihak kontraktor
dikatakan baik dengan persentase 90% pekerja mengetahui arti dari SOP, bekerja
sesuai dengan SOP, hanya saja beberapa pekerja masih mengalami kesulitan
melakukan pekerjaan tersebut dengan SOP yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Sehingga pekerja dapat berhati-hati dalam bekerja dan tanggap mengambil
tindakan jika terjadi kecelakaan ataupun adanya gangguan kesehatan pada saat
berlangsung nya pekerjaan ataupun setelah jam kerja telah selesai.
Berikut ini adalah tabel hasil dari 2 responden pihak owner mengenai
program pelaksanaan sosialisasi K3 :
N % N % N %
33
setelah mendapatkan sosialisasi
K3?
6. Apakah ada manfaat yang
diperoleh dari sosialisasi K3
2 100 0 0 2
yang di berikan oleh pihak
Perusahaan?
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa owner mengakui bahwa di proyek
Pembangunan Masjid Agung Medan dilakukan sosialisasi K3, 2 orang yang
merupakan pihak owner menyatakan sosialisasi K3 dilakukan secara rutin mereka
tidak pernah mendapat kecelakaan kerja akibat bahaya dari pekerjaannya sendiri
dan mereka mengetahui upaya pengendalian resiko dari potensi bahaya yang
mungkin terjadi di tempat kerja setelah mendapatkan sosialisasi K3.
Sosialisasi K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0.
34
Tabel 4.1.1.5. Pelaksanaan Sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) menurut Pengawas proyek yaitu PPMA Masjid Agung Medan
Berikut ini adalah tabel hasil dari 2 responden pihak pengawas proyek
mengenai program pelaksanaan sosialisasi K3 :
N % N % N %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa owner mengakui bahwa di proyek
Pembangunan Masjid Agung Medan dilakukan sosialisasi K3, 3 (tiga) orang yang
35
merupakan pihak pengawas proyek menyatakan sosialisasi K3 dilakukan secara
rutin dengan persentase 100%. Mereka tidak pernah mendapat kecelakaan kerja
akibat bahaya dari pekerjaannya sendiri,karena mengetahui upaya pengendalian
resiko dari potensi bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja setelah
mendapatkan sosialisasi K3.
Sosialisasi K3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0.
36
Gambar 4.1. Memberikan pengarahan kepada pekerja mengenai K3
37
4. SAFETY MORNING
Memberikan arahan setiap pagi pukul 07.30 sampai 08.15 WIB pada hari
senin – sabtu kepada seluruh pekerja tentang pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja dan memberikan semangat, motivasi untuk bekerja secara berhati
– hati, disiplin serta mematuhi setiap peraturan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, Seperti gambar dibawah ini:
N % N % N %
38
pada saat bekerja?
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 30 orang tenaga kerja (100%)
mengakui bahwa di tempat kerjanya dilakukan pemantauan/pengawasan K3, 36
orang tenaga kerja (86,66%) menyatakan bahwa pemantauan/pengawasan
program K3 dilakukan secara rutin dan 4 orang tenaga kerja (13,33%)
menyatakan tidak rutin, 19 orang tenaga kerja (63,33%) mengatakan bahwa tanpa
adanya pemantauan/pengawasan tetap akan mematuhi program K3 saat bekerja
dan 11 orang tenaga kerja (36,66%) menyatakan tidak mematuhi program K3 saat
bekerja jika tidak ada pemantauan/pengawasan, 25 orang tenaga kerja (83,33%)
merasa mendapat manfaat dengan adanya pemantauan/pengawasan K3 yang
dilakukan di tempat kerja dan 5 orang tenaga kerja (16,66%) merasa tidak
menerima manfaat.
Berdasarkan hasil yang diproleh pada tabel di atas menunjukan bahwa
secara keseluruhan pelaksanaan pengawasan K3 pada proyek pembangunan
Masjid Agung Medan sudah berjalan dengan baik, mereka menyatakan bahwa
pengawasan K3 dilakukan secara rutin dan merasakan adanya manfaat dari
pelaksanaa pengawasan K3.
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi pelaksanaan pengawasan K3 secara
keseluruhan :
39
Tabel 4.1.2.2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pengawasan K3
Pengawasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 4 14.3 14.3 14.3
N % N % N %
40
apakah anda mematuhi K3
pada saat bekerja?
4. Adakah manfaat yang anda
peroleh dengan adanya
2 100 0 0 2 100
pengawasan/pemantauan K3
yang dilakukan ditempat kerja?
5 Apakah ada sanksi yang
dikenakan jika anda tertangkap 2 100 0 0 2 100
tidak menggunakan APD?
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa owner mengakui bahwa di proyek
Pembangunan Masjid Agung Medan dilakukan pengawasan K3. Menurut owner,
pihak kontraktor melakukan pengawasan dengan persentase 100%, pemantuan
secara rutin 100%, kesadaran untuk mematuhi K3 100%, mendapat manfaat
dalam proyek karena adanya K3 100% dan adanya sanksi jika tidak mematuhi
peraturan dan penerapan program K3.Pengawasan dilakukan untuk membantu
pencegahan kecelakaan kerja dilapangan proyek.
Pengawasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0.
41
4.1.2.5. Hasil Penelitian Pelaksanaan Pengawasan K3 menurut pengawas
proyek
Berikut ini adalah tabel hasil dari 3 responden pihak pengawas proyek mengenai
pelaksanaan pengawasan K3 :
N % N % N %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengawas proyek mengakui bahwa di
proyek Pembangunan Masjid Agung Medan dilakukan pengawasani K3, 3 orang
yang merupakan pihak pengawas proyek pembangunan masjid agung medan
42
menyatakan bahwa pengawasan K3 dilakukan pada proyek ini. Pengawasan
dilakukan untuk membantu pencegahan kecelakaan kerja dilapangan proyek.
Pengawasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0.
N % N % N %
43
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 30 orang tenaga kerja (100%)
mengatakan bahwa perusahaan menyediakan APD bagi para pekerjanya, 30 orang
tenaga kerja (100%) menggunakan APD saat bekerja, 8 orang tenaga kerja
(36,66%) pernah ditegur pimpinan karena tidak menggunakan APD saat bekerja
dan 22 orang tenaga kerja (73,33%) mengaku tidak pernah ditegur, 9 orang tenaga
kerja (30%) pernah mengalami kecelakaan kerja karena tidak menggunakan APD
dan 21 orang tenaga kerja (70%) mengakui tidak pernah mengalami kecelakaan
kerja karena tidak mengunakan APD.
44
beberapa pekerja pernah mendapatkan kecelakaan kerja diakibatkan tidak
menggunakan APD untuk itu dapat disimpulkan bahwa kesedaran pekerja
terhadap penggunaan APD ini masih kurang. APD yang disediakan oleh
perusahaan untuk pekerjaan pembesian ialah Helm dan Sepatu Safety, seperti
gambar dibawah ini:
N % N % N %
45
menggunakan APD?
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa owner mengakui bahwa di proyek
Pembangunan Masjid Agung Medan telah diterapkan pemakaian APD. Dari
persentase diatas, owner menyatakan bahwa penggunaan APD dalam proyek
Pembangunan Masjid Agung Medan sudah bagus dan merata dengan persentase
100%.
Pemakaian APD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0.
N % N % N %
46
3. Apakah anda menggunakan
3 100 0 0 3 100
APD saat bekerja?
3. Apakah pernah ditegur
pimpinan karena tidak 3 100 0 0 3 100
menggunakan APD?
4. Apakah pernah mengalami
kecelakaan kerja karena tidak 3 100 0 0 3 100
menggunakan APD?
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa owner mengakui bahwa pemakain
APD saat bekerja telah diterapkan dalam proyek pembangunan masjid agung
medan. Pihak pengawas proyek pembangunan masjid agung medan menyatakan
bahwa semua pekerja dari kontraktor,pengawas,dan owner menggunakan APD
saat bekerja di lapangan proyek pembangunan masjid agung Medan.
Pemakaian APD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0.
Berdasarkan hasil dari tabel distribusi pemakaian alat pelindung diri di atas
menunjukan bahwa penerapan program kesehatan kerja pada proyek
pembangunan Masjid Agung Medan telah diterapkan dengan sangat baik, dapat
dilihat bahwa pengawas mengakui bahwa perusahaan memberikan alat-alat
pelindung diri,dan pekerja juga memakai saat bekerja.
47
4.1.4 Hasil Penelitian Kesehatan Kerja
Berikut adalah hasil penelitan dari 30 responden mengenai kesehatan kerja :
N % N % N %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 30 orang tenaga kerja (100%)
mengakui bahwa perusahaan pernah memberikan sosialisasi kesehatan kerja, 30
orang tenaga kerja (100%) mengakui bahwa perusahaan menyediakan obat-obatan
di tempat kerja, 30 orang tenaga kerja (100%) mengakui perusahaan menyediakan
klinik untuk tenaga kerja, dan 14 orang orang tenaga kerja (46,66%) pernah
mengalami gangguan kesehatan ketika selesai bekerja dan 16 orang tenaga kerja
(53,33%) mengaku tidak pernah mengalami gangguan kesehatan ketika selesai
bekerja.
Berdasarkan hasil dari tabel kesehatan kerja di atas menunjukan bahwa
penerapan program kesehatan kerja pada proyek pembangunan Masjid Agung
48
Medan telah diterapkan dengan sangat baik, dapat dilihat bahwa para tenaga kerja
mengakui bahwa perusahaan memberikan sosialisasi kesehatan kerja dan mereka
menyatakan bahwa perusahaan menyediakan obat-obatan dan klinik untuk tenaga
kerja.
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi kesehatan kerja secara keseluruhan :
Tabel 4.1.4.2. Distribusi Frekuensi Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N % N % N %
49
3. Apakah perusahaan
menyediakan klinik untuk tenaga 0 0 2 100 2 100
kerja?
4. Apakah anda pernah mengalami
gangguan kesehatan ketika 0 0 2 100 2 100
selesai bekerja?
5 Apakah perusahaan/kontraktor
0 0 2 100 2 100
memiliki rumah sakit rujukan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
50
Tabel 4.1.4.5.Kesehatan Kerja
Berikut adalah hasil penelitan dari 3 responden yang merupakan pengawas
mengenai kesehatan kerja
N % N % N %
51
Tabel 4.1.4.6. Distribusi Frekuensi Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N % N % N %
52
sesuai dengan SOP yang
ditetapkan?
4. Apakah anda pernah mendapat
kecelakaan kerja akibat bekerja
3 10 27 90 30 100
tidak sesuai dengan tahapan
pekerjaan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
53
Berdasarakan tabel distribusi diatas,bahwa pelaksanaan Program Standard
Operating Pocedure sudah dilakukan dengan baik dan memiliki tahapan tahapan
yang telah disetuji oleh Safety Healthy Environtmental Organization. Dan
persentase keseluruhan dalam penerapan SOP ini mencapai 93%.
N % N % N %
54
Tabel 4.1.5.4. Distribusi Pelaksanaan SOP
SOP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0
N % N % N %
55
Berdasarkan tabel diatas, bahwa di proyek Pembangunan Masjid Agung
Medan, pengawas menyatakan bahwa, tenaga kerja pembangunan Proyek Masjid
Agung Medan memiliki tahapan pekerjaan yang sesuai dengan SOP,mereka
mengetahui tahapan pekerjaan masing-masing, dan tidak pernah mendapat
kecelakaan dan juga kesulitan dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 0 0 0 0
Dari tabel distibusi frekuensi diatas dapat dilihat pelaksanaan SOP pada
pekerjaan sudah dilakukan dan semua pekerjaan dilakukan dengan SOP yang
benar..
56
penyebab kecelakaan, mengatur agar proses produksi ditempat karyawan
yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya dengan
memilih dan melatih ataupun menerima karyawan baru.
4. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan
pertama dan staf departemen rumah sakit,
5. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya atau
oleh karena tercemarnya bahan-bahan baku,
6. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi
pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun
akibat-akibat lain yang serupa,
7. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh
bagi karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali bekerja,
walaupun mereka (mungkin belum penuh sepenuhnya) hanya
menghasilkan separuh dari kemampuan normal
8. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur.
9. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja
karena kecelakaan tersebut,
10. Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan yang luka.
57
Grafik 4.3.1 Laporan Kecelakaan Bulanan pada Proyek Pembangunan Masjid
Agung Medan
0
april
juni
april
november
maret
maret
agustus
september
oktober
desember
januari
februari
juli
mei
2017 2018
laporan kecelakaan bulanan
Pada Grafik 4.3.1 diketahui bahwa , pada bulan Agustus terjadi kecelakaan
kepada 4 orang pekerja , pada bulan September kecelakaan menurun menjadi tiga
orang, dan pada bulan Oktober terjadi penurunan kecelakaan menjadi satu orang.
Total kecelakaan kerja selama proyek berlangsung dari bulan maret sampai april
yaitu 8 orang pekerja.
58
Grafik 4.3.2 Laporan Investigasi Kategori Kecelakaan.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
FAT LTI MTC RWC FAC NM ENV/DAM
Laporan Investigasi kecelakaan
Kategori Kecelakaan
FAT : Fatality/Meninggal
Pada grafik 4.3.2 didapat bahwa kategori FAC (First Aid Case) adalah
ketegori kecelakaan yang paling sering terjadi di Proyek Pembangunan Masjid
Agung yang merupakan kecelakaan tingkat rendah dan hanya membutuhkan obat-
obatan pada luka luar atau kulit. Sebanyak delapan pekerja mengalami kecelakaan
First Aid Case saat bekerja pada proyek pembangunan masjid agung Medan.
59
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tenaga kerja
di Proyek Pembangunan Masjid Agung Medan sudah terlaksana dengan baik,
hanya saja belum optimal dilakukan. Berikut adalah penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang belum optimal dilaksanakan:
1. Untuk pelaksaanaan program Standard Operating Precedure belum
maksimal karena presentase dari responden yaitu kontraktor masih dibawah 70%.
2. Untuk pelaksaanaan program kesehatan kerja masih belum optimal karena
persentase responden yaitu owner terhadap kesehatan kerja menunjukkan 60%.
3. Kecelakaan paling banyak terjadi pada Proyek Pembangunan Masjid Agung
Medan yaitu pada bulan Agustus.
4. Kategori FAC (First Aid Case) adalah ketegori kecelakaan yang paling
sering terjadi di Proyek Pembangunan Masjid Agung
60
Saran
Melakukan pengawasan terhadap Program Standard Operaring System,
mengecek kondisi pekerja, membuat lingkungan pekerjaan bebas penyakit serta
melakukan sistem Audit untuk penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, dan juga menambah
lingkup pekerjaan yang ditinjau serta melakukan wawancara mendalam dengan
manager K3 atau safety supevisor dan orang-orang yang terlibat dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sehingga penelitian selanjutnya dapat
dilakukan lebih baik lagi.
61
DAFTAR PUSTAKA
62
63