Sie sind auf Seite 1von 59

EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN REBUSAN KUNYIT ASAM

UNTUK MENGURANGI NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI


DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTTAQIN SUBAN,
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2017

(Skripsi)

Oleh

TRI NALDI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
EFFECTIVENESS OF TAMARIND TREATMENT DRINKS TO REDUCE MENSTRUAL
PAIN IN ADOLESCENT GIRLS IN PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTTAQIN
SUBAN, SOUTH LAMPUNG IN 2017
By
Tri Naldi

This study was conducted to determine the efficacy of turmeric and tamarind stew drinks to

reduce menstrual pain in young women in Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban, South

Lampung in 2017. This study was to determine the effectiveness of turmeric stew drinks to

reduce menstrual pain and find out the frequency of menstrual pain before and after given a

decoction of sour turmeric. The experiment was conducted using a quasi-experimental method.

Containing several experimental design models, which were time series design, and respondents

who cannot be randomly selected. The respondents were eighteen students of 13-15 year – old –

girls were as many as 18 people and doing work as students. The intensity of painfulness showed

that about 12 respondents or 66,67% out of all respondents experieneed in moderate painfulness

before treatment and 6 respondents or 33,34% experieneed in light painfulness. However, the

intensity of the painfulness experieneed by respondents reduced after treatment of providing

turmeric beverages they were is respondents or 83,34% didn’t feel painfull and only 3

respondents or 16,67% felt slightly painfull.

Keywords: Decoction of turmeric and tamarind, menstruation, primary dysmenorhea


EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN REBUSAN KUNYIT ASAM UNTUK
MENGURANGI NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN
BUSTANUL MUTTAQIN SUBAN, LAMPUNG SELATAN 2017

Oleh

Tri Naldi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemberian minuman rebusan kunyit

asam untuk mengurangi nyeri haid pada remaja putri di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin

Suban, Lampung Selatan tahun 2017. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas

pemberian minuman rebusan kunyit asam untuk mengurangi nyeri haid dan mengetahui

frekuensi nyeri haid sebelum dan setelah diberikan minuman rebusan kunyit asam. Penelitian

dilakukan dengan metode quasi eksperimen menggunakan time series design. Responden

adalah remaja putri berusia 13 -19 tahun sebanyak 18 orang siswi. Pemberian minuman

rebusan kunyit asam selama 3 bulan efektif dalam menurunkan nyeri haid pada remaja putri

di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban, Lampung Selatan. Pada bulan Maret

intensitas nyeri haid sebelum diberi perlakuan sebesar 7,15 dan sesudah diberi perlakuan

sebesar 4,12. Pada bulan april intensitas nyeri haid sebelum diberi perlakuan sebesar 6,86 dan

setelah diberi perlakuan sebesar 3,64. Pada bulan mei intensitas nyeri haid sebelum diberi

perlakuan sebesar 6,50 dan sesudah diberi perlakuan sebesar 3,47. Sebelum perlakuan,

pemberian minuman rebusan kunyit asam sebanyak 12 responden (66,67%) mengalami

tingkat nyeri haid sedang dan 6 responden (33,33%) mengalami tingkat nyeri haid ringan.

Setelah diberi perlakuan dengan minum rebusan kunyit asam sebanyak 15 responden

(83.33%) tidak mengalami nyeri haid dan 3 responden (16.67%) dengan kategori nyeri

ringan.

Keyword : dismenorea primer, menstruasi, minuman rebusan kunyit asam


EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN REBUSAN KUNYIT ASAM
UNTUK MENGURANGI NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI
DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTTAQIN SUBAN,
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2017

Oleh

TRI NALDI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 11 Desember 1993. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Suryadi

dan Ibu Siti Zubaidah. Penulis memiliki dua orang kakak serta memiliki seorang

adik.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Gapura Kotabumi,

Lampung Utara pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Bandar

Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Perintis 2 Bandar

Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

melalui jalur Ujian Mandiri

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Kiluan Negeri

Kecamatan Kiluan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dengan tema

“Implementasi Keilmuan dan Teknologi Tepat Guna dalam Pemberdayaan

Masyarakat dan Pembentukan Karakter Bangsa melalui Penguatan Fungsi

Keluarga (POSDAYA)” pada bulan Januari – Maret 2016. Penulis melaksanakan

Praktik Umum (PU) di PTPN 7 Muara Enim. Sumatera Selatan dan

menyelesaikan laporan PU yang berjudul “Mempelajari Proses Pengolahan

Minyak Sawit di PTPN 7 Muara Enim, Sumatera Selatan pada bulan Agustus

2016.
SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan ridha-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul

“Efektivitas Pemberian Rebusan Kunyit Asam untuk Mengurangi Nyeri Haid pada

Remaja Putri di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban, Lampung Selatan

Tahun 2017”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ibu Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan untuk

kelancaran proses penyusunan skripsi.

3. Ibu Dr. Dra. Maria Erna Kustyawati, M.Sc. selaku pembimbing satu skripsi

atas bimbingan, arahan, saran, dan motivasi yang diberikan dalam proses

penelitian dan penyelesaian skripsi penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Sussi Astuti, M.Si. selaku pembimbing dua atas bimbingan, arahan,

saran, dan motivasi yang diberikan dalam proses penelitian dan penyelesaian

skripsi penulis.

5. Bapak Dr. Ir. Subeki, M.Si., M.Sc. selaku pembahas atas saran, evaluasi, dan

motivasi terhadap karya penulis.


6. Bapak Wisnu Satyajaya, S.T.P., M.M., M.Si. selaku dosen pembimbing

akademik (PA) atas bimbingan dan motivasi selama menjadi mahasiswa.

7. Seluruh dosen pengajar atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan serta

teknisi Laboratorium Jurusan Teknologi Hasil Pertanian atas bantuan selama

penelitian.

8. Kedua orang tua, kakak dan adik tercinta yang telah mendidik, memberikan

doa, semangat, motivasi, dan selalu menyertai penulis.

9. Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik di Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian atas dukungan semangat dan motivasi kepada penulis.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan amal

perbuatan semua pihak di atas. Semoga sripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan pembaca. Aamiin.

Bandar Lampung, 11 Desember 2018

Penulis

Tri Naldi
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii

BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ........................................................ 4
1.3. Kerangka Pemikiran .................................................... 4
1.4. Hipotesis ...................................................................... 7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA


2.1. Menstruasi atau Haid................................................... 8
2.2. Dismenorea ................................................................. 9
2.3. Penanganan Dismenorea ............................................. 13
2.4. Nyeri ........................................................................... 15
2.5. Remaja ........................................................................ 19
2.6. Kunyit ........................................................................ 22
2.7. Asam Jawa .................................................................. 24
2.8. Rebusan Kunyit Asam ................................................ 28
2.9. Senyawa Aktif pada Kunyit dan Asam ....................... 29
2.10. Kontra Indikasi Mengkonsumsi Rebusan
Kunyit Asam…………………………………………. 30

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................... 31
3.2. Bahan dan Alat ........................................................... 31
3.3. Metode Penelitian ....................................................... 32
3.4. Populasi dan Sampel ................................................... 32
3.4.1. Populasi ............................................................ 32
3.4.2. Sampel .............................................................. 32
3.5. Pelaksanaan Penelitian ............................................... 35
3.6. Pengolahan Data ......................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Profil Responden. ........................................................ 39
4.2. Efektivitas Pemberian Minuman Rebusan
Kunyit Asam .............................................................. 42
4.3. Keamanan Minuman Rebusan Kunyit Asam ............... 49

iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 53
5.2. Saran 53

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................54

LAMPIRAN...............................................................................................................................59
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi kimia asam jawa dalam 100g bahan.................................................26

2. Definisi operasional.....................................................................................................35

3. Data profil responden yang mengalami nyeri haid di


Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban
Lampung Selatan 39

4. Tingkat intensitas rasa nyeri haid sebelum dan sesudah


pemberian minuman rebusan kunyit asam 42

5. Korelasi sampel berpasangan pada bulan


Maret, April dan Mei 2017 43

6. Uji sampel berpasangan pada bulan


Maret, April dan Mei 2017 44

7. Jumlah responden pada berbagai nyeri saat haid


sebelum dan sesudah pemberian minuman rebusan kunyit asam
rebusan kunyit asam 46

8. Hasil perhitungan jumlah total mikroorganisme


pada minuman rebusan kunyit asam 51

9. Pemberian minuman rebusan kunyit asam pada remaja


putri bulan Maret 2017 60

10. Statistik sampel berpasangan pada bulan Maret 2017.....................................60

11. Korelasi sampel berpasangan pada bulan Maret 2017....................................60

12. Uji sampel berpasangan pada Maret 2017..........................................................61

v
13. Pemberian minuman rebusan kunyit asam pada remaja
putri bulan April 2017...............................................................................................61

14. Statistik sampel berpasangan pada bulan April 2017.......................................62

15. Korelasi sampel berpasangan pada bulan April 2017......................................62

16. Uji sampel berpasangan pada bulan April 2017................................................62

17. Pemberian minuman rebusan kunyit asam pada remaja


putri bulan Mei 2017.................................................................................................63

18. Statistik sampel berpasangan pada bulan Mei 2017.........................................63

19. Korelasi sampel berpasangan pada bulan Mei 2017........................................64

20. Uji sampel berpasangan pada bulan Mei 2017..................................................64

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skala analogi visual.................................................................................................18

2. Struktur kunyit..........................................................................................................23

3. Curcumae domesticae rhizoma (Kunyit)..........................................................24

4. Tamarindus indicia L. (Asam Jawa)...................................................................27

5. Diagram alir pembuatan pasta kunyit................................................................36

6. Proses pembuatan minuman rebusan kunyit asam.........................................37

7. Responden yang mengalami dismenorea primer............................................67

8. Penjelasan tentang penanganan dismenorea primer


dengan minuman rebusan kunyit asam.............................................................67

9. Pre test sebelum diberi minuman rebusan kunyit asam................................68

10. Mengkonsumsi minuman rebusan kunyit asam..............................................68

11. Post test setelah diberi minuman rebusan kunyit asam................................69

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa

dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik

tampak lebih jelas, tubuh berkembang pesat mencapai bentuk tubuh orang dewasa

disertai berkembangnya kapasitas reproduksi (Widiastuti, 2009). Keadaan yang

sering ditakuti oleh remaja putri adalah menstruasi pertama (menarche). Remaja

putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus menstruasi tiap

bulannya. Pada saat haid, sebagian perempuan ada yang mengalami gangguan

haid mulai dari yang ringan, sedang sampai berat. Hal ini terjadi karena kontraksi

otot-otot halus pada rahim yang dapat menyebabkan sakit kepala, sakit perut,

merasa lemas hingga nyeri yang luar biasa (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Dismenorea adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan adanya jumlah

prostaglandin yang berlebihan pada darah menstruasi, yang merangsang

hiperaktivitas uterus dan terjadinya kejang otot uterus. Dismenorea dibagi dua

yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pada dismenorea primer tidak

terdapat hubungan dengan kelainan ginekologi, sedangkan dismenorea sekunder

disebabkan oleh kelainan ginekologi. Nyeri menstruasi yang paling sering terjadi
2

adalah nyeri menstruasi primer yang timbul sejak haid pertama dan akan pulih

seiring dengan berjalannya waktu. Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat

berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, syok,

penyempitan pembuluh darah, kurang darah dan kondisi tubuh yang menurun

(Anurogo dan Wulandari, 2011).

Di Amerika Serikat, prevalensi dismenorea diperkirakan sekitar 45-90%.

Tingginya angka tersebut diasumsikan dari berbagai gejala yang belum

dilaporkan. Banyak perempuan yang membeli obat sendiri dan tidak konsultasi ke

dokter. Dismenorea menyebabkan karyawan izin dari pekerjaan, 13-51% siswi

satu persatu absen sekolah, dan 5-14% siswi berulang kali absen. Hasil survey

terhadap 113 pasien di klinik Praktek Keluarga menunjukkan prevalensi

dismenorea sebanyak 19-44% (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja di Amerika Serikat, prevalensi

desminorea sebanyak 59,7% dengan kategori 12% nyeri berat, 37% nyeri sedang,

49% nyeri ringan, dan 14% remaja putri sering tidak masuk sekolah. Di Indonesia,

lebih banyak perempuan dismenorea yang tidak melapor ke sekolah atau

konsultasi ke dokter. Hal ini karena rasa malu dan mereka cenderung untuk

meremehkan penyakit tersebut. Sekitar 90% perempuan di Indonesia dilaporkan

Anurogo dan Wulandari (2011) pernah mengalami dismenorea.

Di antara perempuan yang mengalami dismenorea primer, ada yang mengatasi

dan menyembuhkan nyeri haid dengan mengkonsumsi obat-obatan. Namun obat

obatan tersebut hanya menghilangkan rasa nyeri, sehingga menyebabkan

ketergantungan obat yang jika dikonsumsi terus menerus akan menimbulkan

dampak negatif bagi kesehatan (Anurogo dan Wulandari, 2011).


3

Selain dengan obat, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan cukup istirahat,

olahraga teratur, pemijatan, konsumsi minuman herbal dan kompres hangat.

Produk herbal menjadi alternatif remaja putri untuk mengurangi nyeri haid tanpa

mendapat efek samping. Salah satu produk herbal yang biasa dikonsumsi adalah

minuman kunyit asam. Minuman kunyit asam adalah minuman yang diolah

dengan bahan utama kunyit dan asam. Secara alamiah, kunyit memiliki kandungan

bahan aktif kurkumin yang berfungsi sebagai analgetika, antipiretika, dan

antiinflamasi. Asam jawa berfungsi sebagai antipiretika, antiinflamasi, dan

penenang atau pengurang tekanan psikis, serta mengurangi aktifitas sistem saraf

(Limananti dan Triratnawati, 2003).

Berdasarkan hasil prasurvey pada bulan Januari di Pondok Pesantren Bustanul

Muttaqin Suban, Lampung Selatan, terdapat 25 santriwati yang sudah mengalami

menarche. Sebanyak 18 orang santriwati (72%) sering mengalami gangguan

menstruasi mulai nyeri ringan sampai nyeri berat. Mereka mengeluh nyeri pada

daerah sekitar perut bagian bawah dengan durasi dan intensitas nyeri yang

berbeda-beda. Beberapa santriwati tersebut selama haid ada yang mengkonsumsi

obat pereda nyeri seperti asam mefenamat dan beberapa santriwati yang lainnya

tidak melakukan tindakan apapun untuk mengurangi nyeri haid tersebut (Laporan

Bagian Kemahasiswaan Ponpes Bustanul Muttaqin, 2017). Berdasarkan

permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas

pemberian minuman rebusan kunyit asam untuk mengurangi nyeri haid pada

remaja putri di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban, Lampung Selatan

tahun 2017.
4

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektifitas pemberian minuman rebusan kunyit asam untuk

mengurangi nyeri haid pada remaja putri di Pondok Pesantren Bustanul

Muttaqin Suban, Lampung Selatan tahun 2017.

2. Mengetahui intensitas nyeri haid sebelum dan setelah diberikan minuman

rebusan kunyit asam pada remaja putri di Pondok Pesantren Bustanul

Muttaqin Suban, Lampung Selatan tahun 2017.

1.3. Kerangka Pemikiran

Dismenorea pada remaja putri disebabkan banyak hal, salah satunya berkaitan

dengan peningkatan kadar prostaglandin. Nyeri ini timbul sebagai reaksi

pengeluaran mediator inflamasi (radang) yang dinamakan prostaglandin. Judha

(2012) menyatakan bahwa nyeri haid timbul akibat adanya hormon prostaglandin

yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi. Bila nyeri haid ringan dan masih

dapat beraktivitas, hal ini masih dalam batas wajar. Namun, bila nyeri haid yang

terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau bahkan tidak

mampu melakukan aktivitas apapun, maka hal ini termasuk gangguan haid. Nyeri

haid tersebut dirasakan di daerah panggul bagian bawah, pinggang bahkan

punggung. Nyeri haid yang sering terjadi adalah nyeri haid fungsional (wajar)

yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat penekanan pada

kranalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore akan menghilang atau

membaik pada hari-hari berikutnya saat siklus menstruasi tiba.

Menurut Judha (2012) intensitas nyeri setiap individu dipengaruhi oleh deskripsi

individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman nyeri. Setiap orang memberikan
5

persepsi serta reaksi yang berbeda satu sama lain tentang nyeri haid. Hal ini

karena nyeri merupakan perasaan subjektif individu tentang tingkat nyeri haid

yang dialami.

Untuk mengatasi nyeri haid (dismenorea), terapi dilakukan dengan pemberian

obat analgesik dan anti inflamasi serta ramuan herbal yang telah di percaya

khasiatnya yang berasal dari bahan-bahan tanaman. Beberapa bahan tanaman

dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri yaitu kunyit, asam jawa, kayu manis,

cengkeh, jahe (Anurogo dan Wulandari, 2011). Salah satu produk herbal yang

menjadi alternatif bagi para remaja putri yang ingin mengurangi nyeri haid adalah

minuman kunyit asam. Minuman kunyit asam merupakan minuman tradisional

yang di olah dari kunyit dan asam yang mengandung kurkumin dan antosianin

yang berfungsi sebagai pereda nyeri haid. Kunyit dan asam berperan sebagai anti

inflamasi sehingga mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus. Selain

sebagai anti inflamasi, kunyit asam juga bermanfaat sebagai analgesik dan

antipiretika (Anindita, 2010).

Menurut Nair et al. (2004), buah asam jawa mengandung antosianin sebagai anti

inflamasi dan antipiretika. Pauly (1999) mengatakan bahwa buah asam jawa juga

mengandung tannin, saponin, sesquiterpen, alkaloid. Menurut Sina (2012), kunyit

memiliki kandungan senyawa fenolik yang berperan sebagai antioksidan,

bermanfaat sebagai analgetika, anti inflamasi, dan antimikroba. Marlina (2012)

menyatakan kunyit mengandung kurkuminoid yang merupakan salah satu jenis

antioksidan dan berkhasiat antara lain sebagai bakteriostatik, spasmolitik,

antihepatotoksik, dan antiinflamasi. Asam adalah buah yang memiliki kadar


6

antioksidan tinggi dan akan bertambah kadar antioksidannya apabila dipadukan

dengan rempah lain.

Hasil penelitian Nair et al. (2004), menunjukkan bahwa pemberian minuman

kunyit yang dicampur dengan asam dapat mengurangi skala nyeri dismenore.

Kandungan kurkumin pada kunyit dan antosianin pada asam jawa dapat

menghambat reaksi cyclooxygenase (COX) yang mampu menghambat atau

mengurangi terjadinya inflamasi, sehingga mengurangi atau menghambat

kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri haid. Anindita (2010), melaporkan

bahwa terdapat pengaruh kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit asam

terhadap keluhan dismenorea primer pada remaja putri di Kotamadya Surakarta.

Keluhan dismenorea primer pada remaja putri menjadi berkurang, dan terlihat dari

hubungan positif antar variabel berdasarkan hasil penghitungan Odds Ratio.

Winarso (2014) melakukan penelitian dengan pengukuran skala nyeri haid

menggunakan metode skala numerik. Dari 44 siswi yang mengalami nyeri haid,

sebanyak 33 siswi (75%) mengalami nyeri ringan dan 11 siswi (25%) mengalami

nyeri sedang sebelum diberikan minuman rebusan kunyit asam. Setelah minum

rebusan kunyit asam, sebanyak 17 siswi (38,6%) tidak mengalami nyeri, 21 siswi

(47,7%) nyeri ringan dan 6 siswi (13,6%) nyeri berat. Dalam penelitian tersebut

pemberian minuman kunyit asam hanya diberikan 1 kali dalam satu siklus

menstruasi. Uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Rank-Test. Pada

penelitian ini dilakukan pengukuran skala nyeri haid menggunakan metode skala

nyeri VAS (Visual Analog Scale) dan metode quasi eksperimen dengan uji

statistik uji T-Test. Intervensi yang dilakukan pada siswi Pondok Pesantren

Bustanul Muttaqin Suban, Lampung Selatan saat menstruasi adalah pemberian


7

minuman rebusan kunyit asam selama 3 kali siklus menstruasi. Berdasarkan data

yang diperoleh diharapkan dapat diketahui efektifitas pemberian minuman

rebusan kunyit asam dan frekuensi nyeri haid sebelum dan setelah diberikan

minuman rebusan kunyit asam pada remaja putri di Pondok Pesantren Bustanul

Muttaqin Suban, Lampung Selatan.

1.4. Hipotesis

1. Terdapat efektifitas pemberian minuman rebusan kunyit asam untuk

mengurangi nyeri haid pada remaja putri di pondok pesantren Bustanul

Muttaqin

2. Terdapat penurunan frekuensi nyeri haid pada remaja putri di pondok

pesantren Bustanul Muttaqin setelah pemberian rebusan kunyit asam.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menstruasi atau Haid

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

(deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 1999). Wanita dewasa yang sehat dan

tidak hamil, setiap bulan teratur mengeluarkan darah dari kandungannya

(Anonymous, 1983). Menstruasi terjadi karena sel telur yang dikeluarkan oleh

salah satu ovarium tidak mengalami pembuahan (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim

perempuan berlangsung secara periodik (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Menurut Prawirohardjo (1999), siklus menstruasi dapat dibedakan menjadi 4 fase

endometrium yaitu :

a. Fase menstruasi atau deskuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai

perdarahan. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel

darah merah dalam hemolisis, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami

disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar

vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.

b. Fase pascahaid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi berangsur-angsur sembuh dan ditutup

kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel
9

endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini dimulai

sejak menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

c. Fase intermenstrum atau fase proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm. Fase ini

berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase poliferasi

dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu fase proliferasi dini (hari ke-4 - hari ke-

7), fase proliferasi madya(hari ke-8 - hari ke-10), fase proliferasi akhir (hari

ke-11 - ke-14).

d. Fase prahaid atau fase sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28.

Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya.

Sindrom sebelum haid atau Pre Menstrual Syndrome (PMS) sering berhubungan

dengan naik turunnya kadar esterogen dan progesteron yang terjadi selama siklus

haid. Esterogen berfungsi untuk menahan cairan yang dapat menyebabkan

bertambahnya berat badan, pembengkakan jaringan, nyeri payudara, hingga perut

kembung. Penyebab terjadinya sindrom ini belum pasti namun sering dikaitkan

dengan unsur budaya, sosial, biologis, dan masalah psikis emosional. PMS terjadi

pada wanita usia subur dengan jenis dan gejala yang berbeda-beda tergantung

pada kondisi kesehatan masing-masing (Anurogo dan Wulandari, 2011).

2.2. Dismenorea

Menurut Prawirohardjo (1999), dismenorea adalah suatu gejala yang paling sering

menyebabkan wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan.

Karena gangguan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai.

Dismenorea adalah nyeri di sekitar perut yang terjadi selama menstruasi


10

berlangsung. Walupun frekuensi desminorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah

lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan

dengan memuaskan. Dismenore adalah salah satu keluhan ginekologi yang paling

umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter (Anurogo dan

Wulandari, 2011).

Dismenorea merupakan keluhan yang sering dirasakan sehingga menjadi

penyebab paling banyak hilangnya waktu kerja atau absen masuk sekolah

(Manuaba, 2010). Hampir semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman

selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah, biasanya di sertai

mual, pusing, bahkan pingsan (Anurogo dan Wulandari, 2011). Dismenorea dapat

disebabkan oleh radang di sekitar rahim atau keadaan yang menghalangi

pengaliran darah keluar (Anonymous, 1983).

Dismenorea di bedakan menjadi dismenorea primer dan dismenorea sekunder.

Pada dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), tidak terdapat hubungan

dengan kelainan ginekologi, terjadi beberapa waktu setelah menarche atau setelah

12 bulan atau lebih (Prawirohardjo, 1999). Dismenorea primer adalah nyeri haid

yang tidak berhubungan dengan pelvis makroskopis (ketiadaan penyakit pada

pelvis) (Anurogo dan Wulandari, 2011). Dismenorea sekunder (ekstrinsik)

disebabkan oleh kelainan ginekologi (salpingitis kronika, endometriosis,

adenomiosis uteri, stenosis servisis uteri dan lain-lain). Dismenorea sekunder

adalah nyeri haid akibat anatomi atau patologi pelvis makroskopis, seperti yang

dialami oleh perempuan dengan endometriosis atau radang pelvis kronis. Kondisi

ini paling sering dialami oleh penderita usia 30-45 tahun (Anurogo dan Wulandari,

2011).
11

Menurut Prawirohardjo (1999), faktor penyebab dismenorea primer, antara lain:

1. Faktor kejiwaan

Pada gadis yang secara emosional tidak stabil, dan tidak mendapat penjelasan

yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.

2. Faktor konstitusi

Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun erat hubungannya

dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya keluhan dismenorea

primer, karena faktor ini menurunkan ketahanan seseorang terhadap rasa

nyeri.

3. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang menjelaskan terjadinya dismenorea primer adalah

stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin

dapat terjadi stenosis kanalis servikalis.

4. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea

primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin erat

hubungannya dengan keadaan tersebut. Jika hormon prostaglandin yang

diproduksi banyak dan dilepaskan di peredaran darah, maka selain

mengakibatkan dismenorea juga menyebabkan keluhan lain seperti vomitus,

nousea dan diarhea.

5. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan stetelah memperhatikan adanya asosiasi antara

dismenorea dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale.

Penyebab dismenorea sekunder menurut Anurogo dan Wulandari (2011), yang

disebabkan oleh alat kontrasepsi dalam rahim, adenomyosis, tumor jinak rahim,
12

adhesions, stenosis, kista ovarium, sel telur terpelintir, gangguan atau sumbatan di

panggul, nyeri saat pertengahan siklus ovulasi, nyeri psikogenik, endometriosis,

penyakit radang di panggul, kelainan letak uterus, faktor psikis, kerusakan lapisan

otot dipanggul. Menurut Anurogo dan Wulandari (2011), faktor resiko dismenorea

antara lain menarche atau menstruasi petama di usia dini, periode haid yang lama,

aliran darah haid yang hebat, wanita perokok (smooking), adanya riwayat nyeri

menstruasi pada keluarga. obesitas atau kegemukan/kelebihan berat badan dan

konsumsi alkohol.

Gejala dismenorea yang paling umum ditemukan adalah nyeri perut seperti kram

bagian bawah yang kemudian menyebar ke bagian punggung. Gejala lain yang

ditimbulkan diantaranya mual, muntah, diare, sakit kepala, cemas, lelah, pusing,

dan rasa kembung. Biasanya timbul sebelum dan berlangsung beberapa hari

selama menstruasi, ada pula yang merasa lebih baik setelah perdarahan menstruasi

berupa gumpalan jaringan telah keluar, ada pula yang terasa hilang setelah satu

atau dua hari menstruasi (Prawirohardjo, 2008).

Dismenorea secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:

1. Dismenorea ringan, berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat

melaksankan aktifitas sehari-hari.

2. Dismenorea sedang, memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi

penderita masih dapat beraktivitas.

3. Dismenorea berat memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat di sertai

sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.
13

2.3. Penanganan Dismenorea

Menurut Anurogo dan Wulandari (2011), cara yang dapat dilakukan untuk

mengatasi dan menyembuhkan nyeri haid yaitu :

1) Pencegahan

Langkah pencegahan ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan sendiri oleh

penderita nyeri haid, tanpa memerlukan obat-obatan. Caranya adalah dengan

memperhatikan pola siklus haidnya, melakukan langkah-langkah antisipasi agar

tidak mengalami nyeri haid. Langkah-langkah ini biasaya dilakukan oleh mereka

yang mengalami nyeri haid, tetapi tidak sampai dalam kondisi parah. Berikut

langkah-langkah pencegahannya :

a. Hindari stres

b. Pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai

c. Saat menjelang haid sebisa mungkin menghindari makanan yang cenderung

asam dan pedas

d. Istirahat cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah dan tidak menguras

energi secara berlebihan

e. Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari

f. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi maupun coklat karna dapat

memicu bertambahnya kadar esterogen

g. Melakukan pijatan dengan aroma terapi

h. Melakukan hal-hal positif

a. Pengobatan herbal

Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat

obat salah satunya dalam upaya menanggualangi masalah kesehatan. Tidak


14

hanya di tanah air obat herbal juga telah diterima secara luas hampir seluruh

negara di dunia. WHO telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional

dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan

penyakit. Pengobatan herbal yang dapat mengurangi nyeri haid adalah kayu

manis, kedelai, cengkeh, kunyit, jahe, oso dresie, dan herbal cina.

b. Penggunaan suplemen

Mengurangi haid dapat menggunakan suplemen yaitu minyak ikan yang

mengandung asam lemak omega 3 bermanfaat untuk mencegah efek

peradangan saat haid, dan vitamin E selain baik untuk kesehatan kulit dan

mecegah penuaan disi sel tubuh dapat juga mengurangi nyeri haid dengan

meningkatkan produksi hormon prostaglandin.

c. Perawatan medis

Perawatan secara medis adalah perawatan yang ditangani oleh dokter atau

tenaga kesehatan lain. Perawatan medis ini dilakukan dalam beberapa tahap

yaitu diagnosis banding, pemeriksaan laboratorium, imaging studies, prosedur

pemeriksaan lainnya, penanganan, perawatan pembedahan pada dismenorea

sekunder, dan konsultasi.

d. Relaksasi

Tubuh bereaksi saat stres maupun ketika kita dalam keadaan rileks. Saat

terancam atau takut, tubuh kita memberikan 2 macam reaksi yaitu melawan

atau menyerah yang dicetuskan oleh hormon adrenalin. Dalam kondisi rileks

tubuh juga menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon

pemicu stress.

e. Hipnoterapi
15

Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari negatif

menjadi positif.

f. Akupuntur

Sebagian besar penggunaan akupuntur yang ada di Indonesia untuk

mengurangi nyeri haid digabungkan dengan perawatan medis.

2.4. Nyeri

Secara medis nyeri merupakan suatu sensori yang dibawa oleh stimulus sebagai

akibat adanya ancaman atau kerusakan jaringan, dapat disimpulkan bahwa nyeri

merupakan ketika seseorang terluka secara fisik. Sedangkan nyeri secara

psikologis terdapat empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu nyeri

bersifat individu, tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi dan

bersifat tidak berkesudahan (Prasetyo, 2010).

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang

disebbakan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat

individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan atau

mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi

ego seorang individu (Potter dan Perry, 2005).

Prasetyo (2010), mengungkapkan bahwa rangsang nyeri dapat terjadi pada

seseorang dengan beberapa teori, beberapa teori tentang terjadinya rangsangan

nyeri, yaitu :

a) Teori Pola (Pattern Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa terdapat dua serabut nyeri utama yaitu

serabut yang mengantarakan nyeri secara cepat dan serabut yang


16

menghantarkan nyeri secara lambat (serabut A-delta dan srabut C). Stimulasi

dari serabut saraf ini membentuk pattern atau pola. Teori ini juga

mengenalkan konsep central summation dimana impuls periver dari kedua

saraf disatukan di spinal cord dan dari sana hasil penyatuan impuls diteruskan

ke otak untuk diinterpretasikan.

b) Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Control Theory)

Dalam teori ini dikatakan bahwa nyeri dan presepsi nyeri dipengaruhi oleh

interaksi oleh dua sistem yaitu subtansia gelatinosapada dorsal horn di

medulla spinalis dan sistem yang berfungsi sebagai inhibitor yang terdapat

pada batang otak.

c) Teori spesifik

Teori ini didasarkan oleh adanya jalur-jalur tertentu transmisi nyeri. Adanya

ujung-ujung saraf bebas pada perifer bertindak sebagai reseptor nyeri, dimana

saraf-saraf ini diyakini mampu utnutk menerima stimulus nyeri dan

menghantarkan impuls nyeri ke susunan saraf pusat.

Menurut Smeltzer (2002), VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk

memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan

setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no

pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk

menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang

dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda

yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang menunjukkan

level intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan

pengobatan/terapi selanjutnya.
17

Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran

lainnya seperti VRS skala 5-point karena responnya yang lebih terbatas. Begitu

pula, VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri kronik daripada nyeri

akut. Ada beberapa keterbatasan dari VAS yaitu pada beberapa pasien khususnya

orang tua akan mengalami kesulitan merespon grafik VAS daripada skala verbal

nyeri (VRS). Beberapa pasien mungkin sulit untuk menilai nyerinya pada VAS

karena sangat sulit dipahami skala VAS sehingga supervisi yang teliti dari

dokter/terapis dapat meminimalkan kesempatan error. Dengan demikian, jika

memilih VAS sebagai alat ukur maka penjelasan yang akurat terhadap pasien dan

perhatian yang serius terhadap skore VAS adalah hal yang vital (Jensen dan

Karoly, 2008).

Gambar 1. Skala analogi visual (VAS)


Sumber : Jensen (2008).

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) (Gambar 1), suatu garis lurus,

yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada

setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi

keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada

dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter et al. 2006).

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak

memerlukan banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat

membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala
18

deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri,

tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan

setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri

mengalami penurunan atau peningkatan (Potter et al 2006). Keterangan :

0 : Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.

1 : nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan

nyamuk. Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.

2 : nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.

3 : nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung

berdarah, atau suntikan oleh dokter.

4 : Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah.

5 : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir

6 : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya sebagian

mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi

terganggu.

7 : Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi indra

Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu

melakukan perawatan diri.

8 : Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering

mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan

berlangsung lama.

9 : Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-

sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya,

tidak peduli apa efek samping atau risikonya.


19

10 : Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah

mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti

mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang

sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.

Peneliti dapat menanyakan kepada responden tentang nilai nyerinya dengan

menggunakan skala 0 sampai 10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu

menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. Nyeri yang ditanyakan pada skala

tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk

mengevaluasi keefektifannya (Kinney et al, 2000).

1. Nyeri akut, terjadi setelah terjadinya cidera akut, penyakit, atau intervensi

bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif

dan berlangsung untuk waktu yang singkat. Fungsi nyeri akut adalah untuk

memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri

akut biasanya akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area

yang rusak pulih kembali.

2. Nyeri kronik, berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya

bevariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Dapat dirasakan

oleh klien hampir setiap hari dalam suatu periode yang panjang.

2.5. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa

dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik

yang tampak lebih jelas tubuh berkembang pesat mencapai bentuk tubuh orang

dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi.


20

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,

emosi dan psikis dimana usianaya yakni antara 10-19 tahun dan masa ini adalah

suatu periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa

pubertas (Widiastuti, 2009).

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah

dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata

latin yang berarti usia kedewasaan, kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik

daripada perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang

dan mampu memberikan keturunan. Menurut Widiastuti (2009), bahwa pubertas

berasal dari kata puber (pubescent) yang berarti mendapatkan puber atau rambut

kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukan perkembangan

seksual.

Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secra seksual menjadi matang dan

berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut WHO disebut

remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Depkes RI adalah

antara 10-19 tahun dan belum kawin (Widiastuti, 2009). Undang-undang No. 4

tahun 1978, remaja adalah individu yangbelum mencapai usia 21 tahun dan belum

menikah. Namun menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja

apabila telah mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai

tempat tinggal. Menurut undang- undang perkawinan No. 1 tahun 1974, anak

dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun

untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki (Proverawati 2009).

Perkembangan fisik yang menyangkut perkembangan seksual adalah pertumbuhan

organ-organ genital yang ada baik di dalam maupun di luar badan


21

yang sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku selanjutnya. Istilah

tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada organ badan yang langsung

berhubungan dengan proses reproduksi. Pada anak perempuan tanda kelamin

primer ditandai dengan adanya perkembangan rahim dan saluran telur, vagina,

bibir kemaluan, dan klitoris. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada

anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid atau menarche, ini adalah

permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang

hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai

menopause. Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak

teratur dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal

sebagai tahap kemandulan remaja.

Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda yang tidak langsung

berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas

untuk perempuan dan khas untuk laki-laki. Pada perempuan tanda yang pertama

kali muncul yaitu tumbuhnya rambut kemaluan yang merupakan gambar segitiga

dengan basis ke atas. Kemudian tanda kelamin sekunder yang paling penting pada

wanita adalah tumbuhnya payudara dengan sedikit mencuatnya bagian puting

susu, hal ini terjadi padausia antara 8-13 tahun.

Berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melewati tahapan

berikut :

a. Masa remaja awal umur 11-13 tahun

Remaja awal dimulai kurang lebih antara usia 11 sampai 13 tahun. Masa

remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan

mencakup semua perubahan pubertas.


22

b. Masa remaja pertengahan umur 14-16 tahun

Minat pada karir, dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata dalam masa

remaja akhir. Terdapat pergerakan pasti menjauh dari keluarga, hubungan

seusia (Peer group) mendominasi di atas keluarga.

c. Masa remaja lanjut umur 17-20 tahun

Remaja akhir merupakan fase kematangan secara fisik. Kebanyakan remaja

akhir mencapai body image yang stabil. Remaja akhir menjadi seseorang

yang mandiri penuh sebagai warga negara yang produktif.

2.6. Kunyit

Kunyit (Curcumae domesticae rhizoma) adalah suatu tanaman yang sudah dikenal

di berbagai belahan dunia. Nama lain tanaman ini antara lain saffron (Inggris),

kurkuma (Belanda), kunir (Jawa), konyet (Sunda), dan lain-lain. Kunyit memiliki

ciri warna kuning yang bentuknya berbentuk umbi-umbian. Warna kulit rimpang

jingga kecoklatan atau agak kuning sampai kuning kehitaman, sedangkan warna

daging rimpang jingga kekuningan dengan bau yang khas. Kunyit termasuk dalam

kingdom plantae (tumbuh-tumbuhan), divisi spermatophyta (tumbuhan berbiji),

sub divisi angiospermae (berbiji tertutup), kelas monocotyledonae (biji berkeping

satu), spesies curcuma domestica valet (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial)

yang tersebar di seluruh daerah tropis. Diperkirakan berasal dari Binar pada

ketinggian 1300-1600 m dpl. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan

Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini

sebagai Cyperus yaitu tanaman yang menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, sedikit
23

pedas, dan tidak beracun. Tanaman ini banyak di budidayakan di Asia Selatan

khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina (Sharma

et al., 2005).

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid

yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksi kurkumin dan

zat-zat manfaat lainnya. Kandungan Zat kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %,

Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1-5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 =

R2 = H, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron,

tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-

3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, Mineral (Zat besi,

fosfor, dan kalsium) (Sharma et al., 2005).

Gambar 2. Struktur kunyit


Sumber : Sharma et al., (2005)

Kunyit mengandung protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%), karbohidrat

(69,4%), dan moisture (13,1%). Terdapat minyak esensial (5,8%) yang diperoleh

melalui distilasi uap dari rhizome/rimpang tanaman kunyit yang mengandung

phellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%), zingiberene

(25%) dan sesquiterpenes (53%). Curcumin (diferuloylmethane) (3–4%) membuat

warna rhizoma kunyit menjadi kuning dan terdiri dari curcumin I (94%),
24

curcumin II (6%) dan curcumin III (0.3%). Derivat dari curcumine, berupa

demethoxy, bisdemethoxy, dan curcumenol juga diperoleh melalui distilasi uap

rhizomanya (Sharma et al., 2005).

Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu sebagai bahan obat tradisional, bahan baku

industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan, dan lain lain. Di

samping itu rimpang tanaman kunyit juga bermanfaat sebagai analgetika,

antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, pencegah kanker, antitumor, dan

menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol (Olivia et al, 2006). Curcumin atau

diferuloylmethane, merupakan suatu pigmen kuning dari kunyit, digunakan

sebagai bumbu dan pewarna alami makanan. Selain itu juga memiliki agen

antiinflamasi dan antioksidan.

Gambar 3. Curcumae domesticae rhizoma (kunyit)

2.7. Asam Jawa

Asam jawa (Tamarindus indicia L) merupakan famili dikotiledon yang termasuk

ke dalam famili Leguminoceae sub family Caesalpiniaceae. Kandungan asam

jawa adalah xylose (18%), galaktosa (23%), glukosa (55%), dan arabinose (4%).
25

Bahan lain yang bisa diperoleh dari buah ini melalui dilusi menggunakan asam

dan pemanasan adalah xyloglycans, tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids,

phlobatamins dan anthocyanin (Nair et al., 2004).

Sejak dulu tanaman asam, khususnya asam jawa dikenal sebagai obat tradisional,

bumbu dapur, kayu bangunan, dan merupakan salah satu komoditas ekspor

potensial. Tanaman asam berpotensi untuk dikembangkan secara intensif dan

berpola komersial karena nilai sosial dan ekonominya cukup tinggi. Tanaman

asam dapat berfungsi untuk memperindah dan melindungi pekarangan rumah,

jalan-jalan didalam kota, dan jalan raya. Disamping itu pohon asam juga berfungsi

sebagai bahan penghijauan dan penahan angin serta banyak digunakan untuk

memperbaiki lingkungan yang gersang dan tandus (Amin, 2009).

Klasifikasi Tamarindus indica L ( Asam Jawa ) antara lain plantae (tumbuhan),

tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), spermatophyta (menghasilkan biji),

magnoliophyta (tumbuhan berbunga), magnoliopsida (berkeping dua/dikotil).

Asam jawa dihasilkan oleh pohon yang bernama ilmiah Tamarindus indica.

Spesies ini adalah satu satunya anggota marga Tamarindus. Nama lain asam jawa

adalah asam (Melayu), asem (Jawa.), sampalok (Tagalog), ma-kham (Thailand),

dan tamarind (Inggris) ( Doughari, 2006 ).

Daging buah asam jawa mengandung 8-14% asam tartarat, 30-40% gula, serta

sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitaetrat sehingga berasa sangat masam.

Warna asli daging asam adalah kuning kecoklat-coklatan. Akibat pengaruh

pengolahan, warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman. Pulp buah asam yang

masak mengandung air sekitar 63,3-68,6%, bahan padat total 31,3-36,6%, protein

1,6-3,1%, lemak 0,27-0,69%, sukrosa 0,1-0,8%, selulosa 2,0-3,4%, dan abu 1,2-
26

1,6%. Abu dari tanaman asam tersusun atas kalium, silikon, natrium, fosfor, dan

kalsium. Asam tartarat merupakan komponen asam yang paling utama dalam

pulp. Kandungan asam dalam pulp asam berkisar antara 8-16%, sedangkan asam

lainnya total hanya sekitar 3% dari berat pulp ( Heyne, 1987). Komposisi kimia

asam jawa dalam 100 g bahan dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia asam jawa dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah
Kalori (kal) 239,00
Protein (g) 2,80
Lemak (g) 0,60
Karbohidrat (g) 62,50
Kalsium ( mg) 74,00
Zat besi (mg) 0,60
Vitamin A ( SI ) 30,00
Vitamin B ( mg ) 0,34
Vitamin C (mg) 2,00
Air ( g) 31,40
Fosfor ( mg ) 113,00
Bagian dapat dimakan ( %) 48,00

Sumber Departemen Kesehatan R.I. (1996)

Menurut Heyne (1987), senyawa kimia yang terkandung dalam Tamarindus

indica L memiliki berbagai kegunaan untuk tubuh manusia. Adapun kegunaannya

adalah sebagai berikut:

1. Asam tartrat, asam malat, asam sitrat, asam suksinat, asam asetat,

memperlancar BAB, memperlancar peredaran darah, mendinginkan.

2. Pektin : menurunkan kolestrol melalui mekanisme pengikatan kolestrol dan

asam empedu kemudian mendorong dan mengeluarkannya dari saluran

pencernaan.
27

3. Flavonoid : memperlancar BAB, penghilang rasa sakit, antiradang, dan

membantu pengeluaran keringat.

4. Tanin : antiseptik.

5. Antioksidan : Asam jawa, terdapat antioksidan dalam bentuk lain yang

bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu Fenol.

Nair, et al (2004) menyatakan bahwa buah asam jawa memiliki banyak manfaat

medis. Xylose dan xyloglycans sangat bermanfaat dalam kosmetika medis.

Sedangkan kandungan buah asam jawa yang bermanfaat dalam mengurangi

tekanan psikis dan menenangkan pikiran saat terjadi nyeri haid pada remaja putri

yaitu antiinflamasi dan antipiretika karena menghambat kerja enzim

cyclooxygenase (COX) sehingga mampu menghambat dilepaskannya

prostaglandin atau tekanan darah menstruasi yang disertai dengan adanya

kandungan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins pada

buah asam jawa.

Gambar 4. Tamarindus indicia L (asam jawa)


28

2.8. Rebusan Kunyit Asam

Kunyit asam merupakan salah satu jenis minuman tradisional yang sangat populer

di masyarakat, khususnya daerah Jawa. Minuman ini dikenal sebagai jamu, tetapi

karena kemajuan zaman dan efek yang ditimbulkan, saat ini minuman kunyit

asam di kenal sebagai minuman fungsional. Minuman kunyit asam bisa diperoleh

dengan jalan membuat sendiri atau membeli produk jadi yang diproduksi pabrik

(Olivia et al., 2006).

Untuk pecinta jamu, kunyit asam adalah salah satu jamu favorit. Campuran manis

dan asam yang menyegarkan tanpa rasa pahit dan getir seperti jamu-jamu lain

membuat kunyit asam disukai. Selain rasanya enak ternyata jamu kunyit asam

membuat tubuh menjadi langsing. Kunyit asam adalah ramuan alami yang

dipercaya secara turun-temurun mengatasi berbagai keluhan kaum perempuan.

Selain diyakini bisa menjaga badan tetap langsing, kunyit asam juga dipercaya

mengatasi masalah menstruasi seperti nyeri haid (Winarto, 2004).

Perebusan kunyit asam diolah dengan bahan utama kunyit dan asam. Salah

satunya dapat diolah menjadi rebusan kunyit asam. Rebusan kunyit asam ini

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan biasanya sering digunakan dalam

berbagai obat tradisional. Rebusan kunyit asam mempunyai aktivitas antioksidan

karena mengandung senyawa fenolik dan bermanfaat sebagai analgetika, anti-

inflamasi, antioksidan, antimikroba. asam jawa yang mengandung flavonoid

berfungsi sebagai obat penghilang rasa nyeri dan peluruh keringat. Rebusan

kunyit asam merupakan minuman yang sangat berkhasiat untuk mengurangi rasa

sakit saat haid (nyeri haid) (Sina, 2012).


29

2.9. Senyawa Aktif pada Kunyit dan Asam Jawa

Kunyit memiliki senyawa aktif yang berfungsi sebagai analgetika, antipiretika,

dan antiinflamasi, sedangkan asam jawa memiliki senyawa aktif yang juga

berfungsi sebagai antipiretika dan penenang atau pengurang tekanan psikis.

Senyawa aktif dalam kunyit yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik

adalah kurkumin, sebagai analgetika adalah kurkumenol. Buah asam jawa,

memiliki agen aktif alami anthocyanin sebagai antiinflamasi dan antipiretika (Nair

et al., 2004). Selain itu buah asam jawa juga memiliki kandungan tannin, saponin,

sesquiterpenes, alkaloid, dan phlobotamin untuk mengurangi aktivitas sistem

saraf.

Pada saat menstruasi, saat tidak ada pembuahan ovum pasca ovulasi, hormon-

hormon reproduksi wanita turun drastis karena korpus luteum berinvolusi. Hal ini

mengakibatkan segala kondisi endometrium yang telah dipersiapkan sebelumnya

untuk implantasi hasil fertilisasi menjadi luruh. Semua kelenjar meluruh, terjadi

penurunan nutrisi, dan vasospasme pembuluh darah di endometrium. Vasospasme

akan menyebabkan reaksi inflamasi yang akan mengaktifkan metabolisme asam

arakhidonat dan pada akhirnya akan melepaskan prostaglandin, terutama PGF2-

alfa yang akan menyebabkan vasokonstriksi dan hipertonus pada miometrium.

Hipertonus pada momentum menyebabkan dismenorea primer.

Kandungan bahan alami minuman kunyit asam bisa mengurangi keluhan

dismenorea primer. kurkumin dan antosianin bekerja dalam menghambat reaksi

cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau mengurangi terjadinya

inflamasi sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus.

Mekanisme penghambatan kontraksi uterus melalui kurkumin adalah dengan


30

+
mengurangi influks ion kalsium (Ca² ) ke dalam kanal kalsium pada sel-sel epitel

uterus. Kandungan tannin, saponin, sesquiterpen, alkaloid, dan phlobotamin akan

mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga bisa mempengaruhi otak untuk bisa

mengurangi kontraksi uterus. Sebagai senyawa analgetika, kurkumin akan

menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan.

2.10. Kontra Indikasi Mengkonsumsi Rebusan Kunyit Asam

Bagi wanita hamil, penderita penyakit hati, penderita penyakit ginjal, dan balita

sebaiknya menghindari mengkonsumsi rebusan kunyit asam ini. Efek samping

obat herbal bersifat individual. Cocok untuk satu orang belum tentu cocok untuk

yang lain. Namun tidak perlu khawatir, karena sebagai pengguna obat herbal yang

cerdas kita dapat menghindari atau mencegah efek samping yang mungkin

muncul dari mengkonsumsi obat herbal tersebut yaitu dengan cara menggunakan

obat secara tepat meliputi ketepatan cara penggunaan, ketepatan dosis, ketepatan

waktu penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat

tradisional tersebut (Aprilistyawati, 2011).


31

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan, Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan di Pondok Pesantren

Bustanul Mutaqqin Suban, Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan selama 4

bulan yaitu pada bulan Maret – Juni 2017.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan minuman rebusan kunyit asam

adalah kunyit temu mangga (Curcumae domesticate rhizoma) dan asam jawa

(Tamarindus indicia L). Bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatan

minuman rebusan kunyit asam adalah garam halus merek Segibiru, air, dan gula

aren yang dibeli dari Pasar Tugu, Bandar Lampung.

Alat yang digunakan untuk pembuatan minuman rebusan kunyit asam adalah

blender, pengaduk, saringan, panci, kompor, timbangan, dan gelas. Alat yang

digunakan untuk mendapatkan data sekunder adalah lembar observasi, lembar

skala pengukuran nyeri, pena, dan penggaris.


32

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen. Menurut

Notoatmodjo dan Soekidjo (2012), quasi eksperimen adalah bentuk penelitian

yang digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek

manusia. Dalam metode ini, tidak ada kelompok kontrol, sehingga setiap

responden yang terlibat mendapat perlakuan yang sama. Dalam metode penelitian

quasi eksperimen terdapat beberapa desain eksperimen model. Eksperimen model

yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series design, responden yang

digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi

perlakuan, responden diberikan pretest berupa lembar skala pengukuran nyeri.

Setelah kondisi responden berkaitan dengan nyeri haid diketahui dengan jelas,

baru dilakukan pemberian minuman rebusan kunyit asam dengan lama pemberian

selama siklus haid. Evaluasi dilakukan selama 3 kali siklus menstruasi.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo dan Soekidjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

remaja putri yaitu 25 santriwati di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban

Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo dan Soekidjo,


33

2012). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 18 santriwati yang

mengalami nyeri saat haid di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin Suban

Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 yang

memenuhi kriteria sampel.

Pengukuran tingkat nyeri diperoleh dari hasil lembar skala pengukuran nyeri yang

diberikan sebelum dan sesudah diberikan intervensi minuman rebusan kunyit

asam. Lembar skala pengukuran nyeri yang digunakan adalah Visual Analog Scale

(VAS). VAS adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri

dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujung ditandai dengan

level intensitas nyeri (ujung kiri di beri keterangan tidak nyeri dan ujung kanan di

beri keterangan nyeri sangat hebat).

Responden diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level

intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Jarak pegukuran skala VAS diukur dari

batas kiri sampai tanda yang diberikan oleh responden (ukuran mm). Hasil

pengukuran tersebut merupakan skor yang menunjukkan level intensitas nyeri.

Skor tersebut kemudian dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi

selanjutnya.

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, di mana kriteria tersebut

menentukan dapat atau tidaknya sampel dilakukan. Adapun kriteria inklusi dan

ekslusi adalah sebagai berikut :


34

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo dan Soekidjo,

2012), yaitu:

(1) Usia remaja putri 11-20 tahun, sudah menarche dan belum menikah

(2) Bersedia menjadi responden penelitian

(3) Bersedia tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo dan Soekidjo, 2012), yaitu:

(1) Remaja putri dengan haid tidak teratur

(2) Remaja putri dalam keadaan sakit baik fisik maupun kejiwaan, misalkan

sakit ginjal, sakit hati, dan hamil.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil sampel yang berjumlah18

orang pada bulan Maret - Juni tahun 2017.

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu (Notoatmodjo dan Soekidjo, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan

dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat yang dalam peneitian ini adalah pemberian rebusan kunyit asam
35

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas yang dalam penelitian ini adalah nyeri haid

Pada Tabel 2 disajikan definisi operasional. Definisi operasional digunakan untuk

membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati. Definisi

operasional bermanfaat untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang dievaluasi serta pengembangan instrument (alat

ukur) (Notoatmodjo dan Soekidjo, 2012).

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Ukur


Ukur Ukur
Pemberian Pemberian rebusan kunyit dan asam Mengkonsumsi Lembar Minuman rebusan kunyit
rebusan dibuat dengan cara direbus dan rebusan kunyit observasi asam ini di konsumsi
kunyit asam diminum setiap pagi hari selama asam setiap pagi setiap pagi hari selama
menstruasi sebanyak ±100cc hari selama menstruasi.
menstruasi
Bahan : kunyit 25 g, asam jawa 12,5 sebanyak Minuman ini dikonsumsi
g, garam 0,1 g, air 104 ml, gula aren ±100cc sebanyak 1 gelas /hari
(gula merah) 25 g (±100 cc)

Nyeri haid / Rasa tidak enak di perut bagian Observasi Lembar VAS ( Visual Analog
dismenorea bawah sebelum dan selama haid skala Scale)
sehingga memaksa penderita untuk pengukuran
istirahat dan meninggalkan pekerjaan nyeri 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
atau kegiatan sehari-hari selama
beberapa jam atau beberapa hari

3.5. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian :

1. Pembuatan minuman rebusan kunyit asam


Proses pembuatan minuman rebusan kunyit asam ini meliputi 2 tahap. Pada

tahap pertama, kunyit (empu kunyit) kulit rimpang kunyit dikupas, kemudian

ditimbang sebanyak 250 g, setelah ditimbang kunyit dicuci untuk


36

menghilangkan kotoran yang masih terdapat pada empu kunyit. Selanjutnya

empu kunyit diiris dengan ketebalan 0,02 mm untuk mempermudah proses

penghalusan. Empu kunyit yang telah diiris ditambahkan air sebanyak 200 ml

dan diblender selama 7 menit sampai menjadi pasta kunyit (Gambar 5.).

Pada tahap kedua, pasta kunyit ditambah air sebanyak 1100 ml dan direbus

pada suhu 85ºC selama 10 menit. Pada saat perebusan dimasukkan asam jawa

sebanyak 125 g, gula aren sebanyak 250 g, garam sebanyak 1 g dan dilakukan

pengadukan. Selanjutnya hasil rebusan disaring untuk memisahkan ampas dan

air rebusan kunyit asam, sehingga diperoleh minuman rebusan kunyit asam

(Gambar 6.).

Kunyit
(Bagian Empu)

Pengupasan kulit rimpang kunyit

Penimbangan (250 g)

Pencucian

Pengirisan (Slicer)

Penghalusan (Blender) Air (200 ml)

Pasta Kunyit

Gambar 5. Diagram alir pembuatan pasta kunyit


Sumber : Aprilistyawati yang dimodifikasi (2011)
37

Pasta Kunyit
± 250 ml

Asam jawa (125 g)


Gula aren (250 g) Perebusan
Garam (1 g) (T 85ºC ; t 10 menit)
Air (1100 ml)

Pengadukan

Penyaringan Ampas

Minuman Rebusan
Uji TPC
Kunyit Asam

Gambar 6. Diagram alir pembuatan minuman rebusan kunyit asam


Sumber : Aprilistyawati yang di modifikasi (2011)

2. Evaluasi awal (pre-test) pada responden

Responden diberi lembar skala pengukuran nyeri (VAS) untuk mengetahui

intensitas nyeri haid sebelum dilakukan intervensi minuman rebusan kunyit

asam.

3. Intervensi minuman rebusan kunyit asam pada responden

Pada tahap ini responden diberi intervensi minuman rebusan kunyit asam

sebanyak 100 ml pada pagi hari selama menstruasi, sampai dengan 3 kali

siklus menstruasi.

4. Evaluasi akhir (Post test) pada responden

Responden diberi lembar skala pengukuran nyeri (VAS) untuk mengetahui

intensitas nyeri haid setelah dilakukan intervensi minuman rebusan kunyit

asam.
38

(Visual Analog Scale)

3.6. Pengolahan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi skala

pengukuran nyeri (VAS) dari hasil pre test dan post test, kemudian di olah

menggunakan program SPSS 16.0.

Pengolahan data melalui tahap-tahap (Notoatmodjo dan Soekidjo, 2012) :

a. Editing

Kegiatan editing dilakukan dengan cara mengecek ulang kelengkapan dan

kejelasan jawaban responden. Penjelasan makna, meliputi kesesuaian satu

sama lain, relevansi dan keseragaman data. Editing dilakukan di tempat

pengumpulan data sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi

dengan segera.

b. Data Entry

Memasukkan hasil skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi ke dalam

program SPSS 16.0, kemudian diolah. Data yang diinginkan adalah rata-rata

nyeri pada remaja nyeri sebelum diberikan rebusan kunyit asam, rata-rata

nyeri sesudah diberikan rebusan kunyit asam dan mengetahui ada atau tidak

pengaruh pemberian kunyit asam terhadap penurunan nyeri haid.

c. Tabulasi

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengelompokan data dalam bentuk tabel

menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian agar

selanjutnya mudah dianalisa.


53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pemberian minuman rebusan kunyit asam selama 3 bulan efektif dalam

menurunkan nyeri haid pada remaja putri di Pondok Pesantren Bustanul

Muttaqin Suban, Lampung Selatan. Pada bulan Maret intensitas nyeri haid

sebelum diberi perlakuan sebesar 7,15 dan sesudah diberi perlakuan

sebesar 4,12. Pada bulan april intensitas nyeri haid sebelum diberi

perlakuan sebesar 6,86 dan setelah diberi perlakuan sebesar 3,64. Pada

bulan mei intensitas nyeri haid sebelum diberi perlakuan sebesar 6,50 dan

sesudah diberi perlakuan sebesar 3,47.

2. Sebelum perlakuan pemberian minuman rebusan kunyit asam, sebanyak

12 responden (66,67%) mengalami tingkat nyeri haid sedang dan 6

responden (33,33%) mengalami tingkat nyeri haid ringan. Setelah diberi

perlakuan minuman rebusan kunyit asam, sebanyak 15 responden

(83.33%) tidak mengalami nyeri haid dan 3 responden (16.67%) dengan

kategori nyeri ringan.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel dan

perlakuan yang lebih banyak untuk melihat waktu yang paling efektif dalam

menurunkan tingkat nyeri dismenorea.


54

DAFTAR PUSTAKA

Afroh, F., M. Judha, dan Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Persalinan.
Nuha Medika. Yogyakarta.

Amin dan Asni. 2009. Obat Asli Indonesia. Universitas Muslim Indonesia Press.
Makassar.

Anindita, A. Y. 2010. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit


Asam terhadap Keluhan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di
Kotamadya Surakarta. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.

Anonim. 1992. Prosedur Operasional Baku Pengujian Mikrobiologi. Pusat


Pemeriksaan Obat dan makanan. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

Anurogo, D. dan A. Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.


C.V Andi Offset. Yogyakarta.

Aprilistyawati, A. 2011. Khasiat Ramuan dan Jamu Tradisional.


Balqist Yogyakarta. Yogyakarta.

Anonymous. 1983. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas


Kedokteran Universitas Padjadjaran. Eleman. Bandung.

Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Bogor.


Penebar Swadaya.

Badan POM RI. 2008. The Society of Plastic Industry. Jakarta. Depkes RI.

Dannik K. S. 2012. Pengaruh Pemberian Kunyit Asam terhadap Kejadian


Dismenorea pada Remaja Putri Di Pedukuhan Dagen Pendowohardjo
Sewon. (Skripsi) Program Studi Ilmu Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu.
Kesehatan AISYIYAH. Yogyakarta.

Doughari, J. H. 2006. Antimicrobia Activit of Tamarindus indica Linn.


l y
Grafrika. Surabaya.

Filzahazny. 2013. Perhitungan Mikroba. http://perhitunganmikroba-


filzahazny.com. Diakses 4 Juni 2017.
55

Fitriana, W. dan Rahmayani. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Dismenore pada Mahasiswi di Akademi Meuligo Meulaboh Tahun 2013.
(Skripsi). Banda Aceh : STIKES U’Budiyah Banda Aceh.

Guithirie.1997. Food Sanition. Westport Connecticut The AVI Publishing


Company Inc. New Delhi.

Guyton A.C. dan J.E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Handayani dan Suharmiati. 2000. Pemeriksaan Mikrobiologi Jamu Gendong.


Medika. 28:424-428

Handoyo. 2014. Jamu Sakti Mengobati Berbagai Penyakit. Penerbit Dunia Sehat.
Yogyakarta

Hartati dan Munjiati. 2012. Mekanisme Koping Mahasiswi Keperawatan dalam


Menghadapi Dismenorea. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 8:325-
327

Harel, Z. 2006. Dysmenorrhea in Adolescents and Young Adults. Etiology and


Management. J Pediatric Adolescent Gynecology. 19: 363-71.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid ke-3. Yayasan Sarana Warna
Jaya. Jakarta.

Hillard, P.J.A. 2006. Dysmenorhea. Pediatric in Review. 27(2): 64-71.

Jensen, M. and P. Karoly. 2008. Measurement of Cancer Pain Via Patient Self
Report.Available from :
http://painresearch.utah.edu/cancerpain/ch13.html.

Jovanovic SV, Boone, CW, Steenken S, Trinoga M, dan Kasley RB. 2001. How
curcumin works prefentially with water soluble antioxidants. J Am
Chem Soc 123:3064-3068.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.661/MENKES/SK/VII/1994 Tentang


Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta. DepKes RI. 1994.

Kinney, M. C. 2000. Maternal-Child Nursing. WB Saunders. Philadelphia.

Kinanti, 2009. Rahasia Pintar Wanita. Aulya Publishing. Yogyakarta

Laporan Bagian Kemahasiswaan Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin. 2017.


Suban. Lampung Selatan.
56

Leli, R dan Atik. 2011. Pengaruh Kunyit Asam terhadap Penanganan Nyeri Haid
pada Siswi Kelas XI SMAN Sugihwaras. Diakses pada tanggal 2 April
2018 dari http://journalakes.files.com/2012/06/jurnal-akes-rajekwesi-vol-
4.pdf

Limananti, A. I dan A. Triratnawati. 2003. Ramuan Jamu Cekok sebagai


Penyembuh Kurang Nafsu Makan pada Anak. Makara Kesehatan.
12(1):11-21.

Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat Alami Potensi dan Porspek


Pengembangan. Institut Pertanian Bogor.
http : //rudyct.Tripod.com/sem2012/heramaheswari.htm. Diakses pada 20
Desember 2017.

Manuaba, I. G. B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Marlina, E. 2012. Pengaruh Minuman Kunyit terhadap Tingkat Nyeri Dismenore


Primer pada Remaja Putri di SMA N 1 Tanjung Mutiara Kab. Agam.
http://repository.unand.ac.id/17914. Diakses 20 Desember 2016

Marriot, N. G. 1995. Principles of Food Sanition. Third Edition. Capman and


Hall. New York.

Mugiati, 2016. Hubungan antara Stres dengan Perubahan Pola Menstruasi pada
Mahasiswi Kebidanan Tanjungkarang, Jurnal Ilmu Kesehatan, 3 (1),
http://ejurnal.poltekke stjk.ac.id/index.php/JKM/article/ view/164/156.
Diakses 25 Oktober 2018

Mulyani, S., Kurniawan dan L. Triani. 2006. Potensi Minuman Kunyit-Asam


(Curcuma domestica Val - Tamarindus Indica L.) sebagai Sumber
Antioksidan Beserta Analisis Finansialnya. Laporan Research Grant,
TPSDP. ADB- LOAN.

Nair, M. G., W. Haibo, and D. David. 2004. Dietary Food Supplement Containing
Natural Cyclooxygenase Inhibitors And Methods For
Inhibiting Pain And Inflammation. Available from:
http://www.freepatentsonline.com/6818234.html.
Diakses 20 Desember 2016.

Ning Harmanto. 2008. Jenis Tanaman Obat Tradisional. PT. Agro Media
Pustaka. Jakarta.

Notoatmodjo dan Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka


Cipta. Jakarta.

Novia, I. dan Puspitasari. 2008. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian


Dismenorea Primer. http://journal.lib.unair.ac.id. Diakses 21 Maret 2018.
57

Olivia F., S. Alam, dan I. Hadibroto. 2006. Seluk Beluk Food Supplement.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Pauly, G. 1999. Use of Extracts of Tamarind Seeds Rich in Xyloglycans and


Cosmetic or Pharmaceutical Product Containing such Extracts.
http://www.freepatentsonline.com/5876729.html. Diakses 20 Desember
2016.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 007. 2012. Registrasi Obat Tradisional.


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Potter, Fatricia dan P. Anne. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan


Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi ke 4. EGC. Yogyakarta.

Pradika, E.I. 2008. Isolasi Mikroorganisme. http://ekmon-saurus.blogspot.com/


2008/ II/ bab-4isolasimikroorganisme/ diakses 7 maret 2017.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Proverawati, A. 2014. Menarche Menstruasi Pertama Penuh. Muha


Medika. Yogyakarta.

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Perawatan Nyeri. Graha Ilmu.


Yogyakarta.

Saptorini E. 2000. Efek Samping Tanaman Obat, Sisipan (Mudah, Murah,


Manjur). Suara Merdeka. Semarang.

Sina, M. Y. 2012. Khasiat Super Minuman Alami Tradisional Beras Kencur dan
Kunyit Asam. Diandra Pustaka Indonesia. Yogyakarta

Smiltzer., C. Suzanne, dan B. G. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi.8. Diterjemahkan oleh A. Waluyo.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Soediro, I. 2000. Tinjauan Aspek Keamanan Obat Tradisional. Warta Tumbuhan


Obat Indonesia. 6:178-184

Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI 01-3544-2013. Syarat Mutu Sirup.


Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Surtiretna. (2001). Prilaku Remaja Putri dalam Menstruasi. Remaja


Rosda Karya. Bandung

Utami, P. 2012. Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta


Selatan. AgroMedia Pustaka.
58

Verawati, S. 2012. Kualitas Mikroba Jamu Gendong Jenis Kunir Asem yang Di
Produksi Di Kelurahan Merbung Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten
Klaten. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2):504-513

Vonny, M dan A, Wijaya 2013. Efektifitas Kompres Hangat dalam Menurunkan


Intensitas Nyeri Disminorea pada mahasiswa Stikes RS.Baptis Kediri.
(Skripsi). STIKES RS Baptis Kediri.

Waluyo, L. 2007 Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

Waluyo. 2004. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Universitas Jenderal Sudirman

Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.

Widjanarko, B. 2006. Dismenore Tinjauan Terapi pada Dismenorea Primer.


Makalah Kedokteran Damianus. 5:1-6

William, L dan Wilkins. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit.


Alih Bahasa Paramita. PT. Indeks. Jakarta

Winarso, A. 2014. Pengaruh Minum Kunyit Asam terhadap Penurunan Tingkat


Nyeri Dismenorea pada Siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom
Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3(2):106-214.

Yunita, Y. 2014. Efektifitas Terapi Kompres Hangat terhadap Tingkat Nyeri


Haid (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Rantau Kabupaten
Tapin Tahun 2014. (Skripsi). Fakultas Kesehatan. Akademi kebidanan
Abdi Persada

Das könnte Ihnen auch gefallen