Sie sind auf Seite 1von 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN KONSUMSI NATRIUM, MAGNESIUM, KALIUM,


KAFEIN, KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA
(Studi di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kabupaten Semarang
Tahun 2017)

Dewi Kurniasih*), Dina Rahayuning Pangestuti **), Ronny Aruben **)


*)Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang
**)Dosen Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang
E-mail : dHewykurnia@gmail.com

ABSTRACT

Hypertension still the main causes of coronary heart disease and stroke. The risk
of hypertension is more bigger when getting old. The other controlled factors are
dietary pattern, life style, physical activity, obesity and stress. The research
purpose was to analyze the correlation of dietaries (sodium, magnesium,
potassium micronutrients and caffeine) and life style (smoking and physical
activity) with hypertension in elderly. This research type was descriptive
observational study with cross sectional approach. The purposive proportional
sampling technique was used in five villages of Puskesmas Duren duty region
with total sample are 40 elderlies. Data were obtained through questionnaires,
IPAQ, SM-FFQ with supported by Food Weighing of 15 respondents. Data were
analyzed by univariate and bivariate analysis. The result showed that the average
of respondent blood pressure was in prehypertension category. Respondents
were often consume high potassium (52,5%) than sodium (47,5%) and
magnesium (45%). Micronutrients intake of magnesium (35%), sodium and
potassium (100%) were low rate. Respondents were often drinking tea (82,5%)
than coffee (25%). Most respondents were not smoking (90%) with their physical
activities was minimally active (70%). The result showed that there were no
significant correlation (p>0,05) between the habit and intake of high sodium,
magnesium, potassium, drinking coffee, drinking tea, smoking and physical
activity. Elderly more often consume high potassium than sodium and
magnesium although all micronutrition was low intake. Elderly more often drinking
tea than coffee and smoking. Most respondents still do minimally active in daily
life although they had entered into old age stage.

Keywords : Hypertension, Elderly, Dietary, Life Style, Physical Activity

PENDAHULUAN kardiovasikuler.1Pada tahun 2008


Latar Belakang diperkirakan sebanyak 17,3 juta
Prevalensi penyakit tidak kematian disebabkan penyakit
menular selalu meningkat tiap jantung koroner. Kasus kematian
tahunnya. Beberapa kasus PTM akibat penyakit stroke (51%) dan
yang tertinggi di Indonesia yaitu kardiovasikuler (45%) disebabkan
stroke dan penyakit oleh kejadian hipertensi.2

629
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hipertensi atau tekanan konsentrasi magnesium


darah tinggi merupakan suatu berpengaruh terhadap otot jantung
kondisi peningkatan tekanan pada yang tidak dapat bekerja secara
pembuluh darah.3Tekanan darah maksimal dan mempengaruhi
diperlukan sebagai daya dorong tekanan darah.12
mengalirkan darah di dalam arteri, Menurut Bustan, masyarakat
arteriola, kapiler venula dan vena, yang bertempat tinggal di daerah
dimana jantung berperan sebagai pantai berisiko lebih tinggi
pemompa darah.4 mengalami hipertensi dibandingkan
Faktor risiko hipertensi yang dengan masyarakat yang tinggal di
tidak dapat dikendalikan antara lain daerah pegunungan.13 Puskesmas
genetik, bertambahnya usia, jenis Duren berlokasi di dataran tinggi
kelamin, dan ras.5Faktor risiko yang Kecamatan Bandungan bukan
dapat dikendalikan yaitu kelebihan termasuk daerah yang memiliki
asupan natrium, kekurangan asupan prevalensi kejadian hipertensi yang
magnesium, kekurangan asupan paling rendah.
kalium, kebiasaan merokok, Laporan terkini hasil kegiatan
kurangnya aktivitas fisik, minum lanjut usia Bulan Februari dan Maret
kopi/kafein, stress dan obesitas.6 2017 menunjukkan bahwa hipertensi
Beberapa pola konsumsi dan menempati urutan pertama dalam 10
gaya hidup yang tidak tepat dapat besar penyakit pada lanjut usia di
mempengaruhi terjadinya penyakit wilayah kerja Puskesmas Duren.
hipertensi. Faktor risiko tersebut Oleh karena itu, dilakukanlah
antara lain kurangnya asupan sayur penelitian mengenai hubungan
dan buah, konsumsi lemak tinggi, antara konsumsi berdasarkan
perilaku merokok, konsumsi alkohol, frekuensi kebiasaan dan asupan
hingga obesitas dan kurang makanan yang mengandung tinggi
olahaga.7 zat gizi (natrium, magnesium dan
Hasil penelitian Agnesia kalium), kebiasaan mengonsumsi
dkkmenyatakan bahwa orang minuman berkafein, kebiasaan
terbiasa merokok memiliki risiko merokok dan aktivitas fisik dengan
terkena hipertensi 9,537 kali lebih kejadian hipertensi pada lansia yang
besar dibandingkan orang yang tidak bertempat tinggal di dataran tinggi
merokok.8 Kopi dan teh wilayah kerja Puskesmas Duren
mengandung kafein yang apabila pada tahun 2017
dikonsumsi berlebihan akan memicu
terjadinya hipertensi. METODE PENELITIAN
Perilaku konsumsi makanan Penelitian menggunakan
asin diyakini mempengaruhi kejadian jenis penelitian deskriptif
penyakit hipertensi.9 Hasil penelitian observasional dengan pendekatan
Sugihartono menyatakan bahwa cross sectional. Populasi dalam
seseorang yang terbiasa penelitian ini adalah seluruh lansia
mengonsumsi makanan asin yang memeriksakan diri di posyandu
berisiko terkena hipertensi 3,95 kali desa masing-masing menggunakan
lebih besar dibandingkan orang yang teknik purposive propotional
tidak terbiasa mengonsumsi samplingdengan total jumlah sampel
makanan asin.10Asupan kalium yang sebanyak 40 lansia.
tinggi mampu mengatasi terjadinya Data primer diperoleh dari
retensi antara cairan intraseluler wawancara langsung dengan
dengan ekstraseluler.11 Rendahnya responden. Data primer didapatkan

630
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menggunakan instrumen kuesioner kelompok elderly yang didominasi


(karakteristik responden, kebiasaan respondenberjenis kelamin
mengonsumsi minuman berkafein perempuan (77,5%). Lansia banyak
dan merokok), FFQ Semi yangtidak mengetahui adanya
Quantitative didukung oleh Food riwayat hipertensi (37,5%) disertai
Weighing (konsumsi zat gizi mikro) mayoritas lansia tidak tamat
serta aktivitas fisik (IPAQ Short pendidikan Sekolah Dasar/Sederajat
Form). Data sekunder meliputi (65%).
data presensi posyandu lansia 2. Analisis Univariat
masing-masing desa dan monografi Tabel 2. Distribusi Tekanan Darah
Kecamatan Bandungan. Sistolik Responden menurut
Uji normalitas data Klasifikasi Hipertensi
penelitian ini menggunakan Shapiro Sistolik
Klasifikasi
N Max Min % Rerata SD
Wilk Test. Uji korelasi statistik Normal 6 15
Fisher Exact digunakan untuk Prehiperten
16 40
menguji hubungan variabel dengan si
Hipertensi 200 100 132,50 20,096
besar expected count cell less than tingkat 1
13 32,5
5 dan format tabel 3x2. Uji korelasi Hipertensi
5 12,5
statistik Chi Squaredigunakan tingkat 2
Jumlah 40 100
apabila format tabel 2x2. Uji
korelasi statistik Pearson
digunakan bila data berdistribusi Tabel 3. Distribusi Tekanan Darah
normal dan Rank Spearman Diastolik Responden menurut
digunakan bila data berdistribusi Klasifikasi Hipertensi
Diastolik
tidak normal. Klasifikasi
N Max Min % Rerata SD
Normal 3 7,5
HASIL DAN PEMBAHASAN Prehiperten
18 45
si
1. Karakteristik Respoden Hipertensi 100 60 84,25 7,808
17 42,5
Tabel 1. Distribusi Karakteristik tingkat 1
Responden Hipertensi
2 5
tingkat 2
No Karakteristik Responden N %
Jumlah 40 100
1. Kelompok Umur
49 - 59 tahun 8 20 Tabel 2 dan 3 menunjukkan hasil
60 - 74 tahun 26 65 rata-rata tekanan darah sistolik dan
> 75 tahun 6 15
Jumlah 40 100
diastolik masuk kategori
2. Jenis Kelamin N % prehipertensi
Laki-Laki 9 22,5
Perempuan 31 77,5
Lanjutan
Tabel 4. Distribusi Responden
Jumlah 40 100 menurut Konsumsi Natrium,
3. Riwayat Hipertensi Magnesium dan Kalium
Tidak Riwayat Hipertensi 15 37,5 Kebiasaan Tidak Total
Memiliki Riwayat Sering
10 25 No Konsumsi Sering
Hipertensi Gizi Mikro N(%) N(%) N(%)
Tidak Tahu 15 37,5 1. Natrium 19 (47,5) 21 (52,5) 40 (100)
Jumlah 40 100 2. Magnesium 18 (45) 22 (55) 40 (100)
4. Pendidikan 21
Tidak Tamat SD/Sederajat 26 65 3. Kalium 19 (47,5) 40 (100)
(52,5)
Tamat SD/Sederajat 12 30
Tamat SMP/Sederajat 2 5
Jumlah 40 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa
responden lebih sering
Hasil penelitian pada tabel 1 mengonsumsi makanan tinggi
menunjukkan bahwa sebagian besar kalium (52,5%) dibandingkan
responden (65%) masuk kategori natrium(47,5%) dan magnesium

631
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

(45%). Seluruh asupan zat gizi mikro konsumsi responden adalah


responden masuk kategori rendah 2287,242 mg.
meskipun responden
yangberasupan magnesium rendah Tabel 5. Distribusi Responden
(35%) lebih sedikit dibandingkan menurut Kebiasaan Konsumsi
natrium dan kalium (100%). Minuman Berkafein dan Merokok
Telur ayam (44,4%), ikan No Kebiasaan
Sering Tidak Sering Total
asin (32%) dan biskuit (23,6%) N(%) N(%) N(%)
adalah tiga sumber makanan tinggi 33
1. Minum Teh 7 (17,5) 40 (100)
(82,5)
natrium yang sering dikonsumsi 2. Minum Kopi 10 (25) 30 (75) 40 (100)
responden. Hal tersebut dipengaruhi 3. Merokok 4 (10) 36 (90)
40
oleh harga telur ayam dan ikan asin (100)
yang terjangkau serta masih
tersedianya beragam jenis biskuit Tabel 5 menunjukkan bahwa
pasca lebaran di rumah responden. responden lebih sering minum teh
Rata-rata konsumsi natrium (82,5%) dibandingkan minum kopi
responden adalah 394,753 mg. (25%) dan hanya sedikit yang
Beras putih (40,4%), tahu merokok (10%).
(37,4%) dan buncis (22,2%) adalah
tiga sumber makanan tinggi Tabel 6. Distribusi Responden
magnesium yang sering dikonsumsi menurut Aktivitas Fisik
No Aktivitas Fisik N %
responden. Hal tersebut dikarenakan 1. Inactive 4 10
nasi putih masih menjadi makanan 2. Minimally Acrive 28 70
pokok responden. Selain itu 3. HEPA Active 8 20
Jumlah 40 100
terjangkaunya harga tahu serta
responden mempunyai kebun buncis
sendirisehingga mudah didapatkan Tabel 6 menunjukkan bahwa
dan dikonsumsi sehari-hari.Rata-rata responden lebih banyak yang
konsumsi magnesium responden beraktivitas cukup (70,0%)
adalah 274,215 mg. dibandingkan dengan beraktifitas
Pisang (37,0%), sawi sangat aktif (20,0%) meskipun masih
(34,9%) dan pepaya (28,1%) adalah terdapat responden yang tidak aktif
adalah tiga sumber makanan tinggi (10,0%) dengan rata-rata energi
kalium yang sering dikonsumsi yang dibutuhkan responden dalam
responden. Hal tersebut dikarenakan melakukan aktivitas sehari-hari
hampir seluruh responden memiliki sebesar 1794,75MET-menit/minggu.
kebun sayur sawi maupun buah 3. Analisis Bivariat
pepaya dan pisang sendiri. Rata-rata
Tekanan Darah
Total
Variabel Hipertensi Tidak Hipertensi p
N (%) N (%) N (%)
Sering 7 (36,8%) 12 (63,2%) 19 (100%)
Kebiasaan Konsumsi Natrium 0,324
Tidak Sering 11 (52,4%) 10 (47,6%) 21 (100%)

Kebiasaan Konsumsi Sering 8 (44,4%) 10 (55,6%) 18 (100%)


0,949
Magnesium Tidak Sering 10 (45,5%) 12 (54,5%) 22 (100%)
Sering 10 (47,6%) 11 (52,4%) 21 (100%)
Kebiasaan Konsumsi Kalium 0,726
Tidak Sering 8 (42,1%) 11 (57,9%) 19 (100%)
Tingkat Asupan Natrium Rendah 18 (45%) 22 (55%) 40 (100%) 0,139

632
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tinggi 7 (53,8%) 6 (46,2%) 13 (100%)


Tingkat Asupan Magnesium Cukup 4 (30,8%) 9 (69,2%) 13 (100%) 0,446
Rendah 7 (50%) 7 (50%) 14 (100%)
Tingkat Asupan Kalium Rendah 18 (45%) 22 (55%) 40 (100%) 0,793
Ya 13 (43,3%) 17 (56,7%) 30 (100%)
Kebiasaan Minum Kopi 0,731
Tidak 5 (50%) 5 (50%) 10 (100%)
Ya 16 (48,5%) 17 (51,5%) 33 (100%)
Kebiasaan Minum Teh 0,427
Tidak 2 (28,6%) 5 (71,4%) 7 (100%)
Ya 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%)
Kebiasaan Merokok 1,000
Tidak 16 (44,4%) 20 (55,6%) 36 (100%)
Inactive 2 (25%) 6 (75%) 8 (100%)
Aktivitas Fisik Minimal 13 (46,4%) 15 (53,6%) 28 (100%) 0,214
HEPA 3 (75%) 1 (25%) 4 (100%)

Hubungan Konsumsi Natrium Kebiasaan seseorang yang


dengan Kejadian Hipertensi jarang mengonsumsi makanan tinggi
Hasil uji statistik natrium akan berbanding lurus
menunjukkan bahwa baik kebiasaan dengan rendahnya asupan yang
ataupun tingkat asupan natrium dikonsumsi. Pengurangan asupan
pada responden hipertensi maupun natrium dapat menaikkan hormon
normotensi bernilai p>0,05 yang vasokonstriktor dan tingkatan lipid
berartitidak ada hubungan bermakna sehingga mempengaruhi
(signifikan) antara kebiasaan peningkatan tekanan darah.17Tidak
konsumsi makanan tinggi natrium ditemukan adanya hubungan
dengan kejadian hipertensi pada konsumsi tinggi natrium dengan
lansia yang tinggal di dataran tinggi. tingginya tekanan darah dapat
Natrium adalah kation utama terjadi dikarenakan perbedaan
yang berperan penting dalam sensitivitas respon masing-masing
mempertahankan volume plasma individu serta reaksi asupan zat gizi
dan ekstraseluler, keseimbangan lainnnya yang mempengaruhi
asam-basa, dan fungsi penyerapan natrium.18
neuromuskular.14 Tingkat asupan
yang tinggi dapat menyebabkan Hubungan Konsumsi Magnesium
konsentrasi natrium di dalam cairan dengan Kejadian Hipertensi
ekstraseluler meningkat.15 Selain itu Hasil uji statistik
tingginya konsumsi garam menunjukkan bahwa baik kebiasaan
berdampak pada ukuran diameter ataupun tingkat asupan magnesium
arteri yang mengecil. Kekuatan pada responden hipertensi maupun
jantung harus lebih besar dalam normotensi bernilai p>0,05 yang
memompa volume darah yang berarti tidak ada hubunganbermakna
mengalami peningkatan melalui (signifikan) antara kebiasaan
ruang kecil pada diameter arteri konsumsi makanan tinggi
dibandingkan keadaan normal magnesium dengan kejadian
sehingga menyebabkan tekanan hipertensi pada lansia yang tinggal
darah menjadi tinggi dan terjadilah di dataran tinggi.
hipertensi.16 Peran magnesium adalah
memperkuat jaringan endotel,

633
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

stimulasi prostaglandin dan menjaga tekanan osmotik dalam


meningkatkan penangkapan glukosa cairan intraseluler.22
yang menyebabkan terjadinya
pengurangan resistensi Hubungan Kebiasaan Konsumsi
insulin.19Penurunan konsentrasi Minuman Berkafein dengan
magnesium menyebabkan otot Kejadian Hipertensi
jantung tidak dapat bekerja Hasil uji statistik
maksimal sehingga terjadi menunjukkan nilai p>0,05 yang
perubahan pada kontraksi otot berarti tidak ada hubungan
jantung dan mempengaruhi tekanan bermakna (signifikan) antara
darah.20 kebiasaan minum teh dengan
kejadian hipertensi pada lansia yang
Tidak ditemukan adanya tinggal di dataran tinggi.
hubungan konsumsi tinggi Hasil uji statistik
magnesium dengan tingginya menunjukkan nilai p>0,05 p>0,05
tekanan darah dapat terjadi yang berarti tidak ada hubungan
dikarenakan kurang optimalnya bermakna (signifikan) antara
penyerapan magnesium yang terjadi kebiasaan minum teh dengan
di dalam usus halus. Hal tersebut kejadian hipertensi pada lansia yang
disebabkan oleh faktor stress tinggal di dataran tinggi.
ataupun konsumsi serat, oksalat, Kafein pada umumnya dapat
fitat, dan fosforyang menghambat ditemukan di daun, biji dan/atau
proses absorpsi magnesium.21 buah minimal 63 spesies tanaman di
seluruh dunia yang terkandung di
Hubungan Konsumsi Kalium dalam methylxanthines.23 Teh hijau
dengan Kejadian Hipertensi memiliki kandungan sedikit kafein.
Hasil uji statistik Pada teh hitam mengandung rata-
menunjukkan bahwa baik kebiasaan rata 3% kafein.24Pada 1 cangkir teh
ataupun tingkat asupan kalium pada mengandung 20-90 mg kafein.25
responden hipertensi maupun Jumlah cangkir yang dikonsumsi
normotensi bernilai p>0,05 yang seluruh responden yang melakukan
berarti tidak ada hubungan kebiasaan tersebut hanya satu gelas
bermakna (signifikan) antara dalam sehari.
kebiasaan konsumsi makanan tinggi Kandungan alkaloid xantin
kalium dengan kejadian hipertensi (purin) atau kafein pada kopi
pada lansia yang tinggal di dataran sebesar 1-2 persen terutama pada
tinggi. kopi instan yang mengandung
Kalium dan natrium sekitar 50 mg kafein. Kafein
mempengaruhi regulasi tekanan mengandung stimulan SSP dan
darah dengan memelihara salah satu komponen Proplus, suatu
keseimbangan cairan, elektrolit, dan produk yang berkhasiat mengatasi
asam basa tubuh.21 Tekanan darah keletihan da kantuk. Kafein juga
akan dipengaruhi oleh kalium bersifat diuretik yang sering
apabila kadar natrium di dalam digunakan sebagai kombinasi obat
tubuh tinggi. Banyak mengonsumsi dan analgesik.26
kalium akan meningkatkan
konsentrasi di dalam cairan Hubungan Kebiasaan Merokok
intraseluler sehingga cairan dengan Kejadian Hipertensi
ekstraseluler akan meningkat. Oleh Hasil uji statistik
karena itu, kalium berperan dalam menunjukkan nilai p>0,05 yang

634
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berarti tidak ada hubungan elastis sehingga timbunan lemak


bermakna (signifikan) antara akan berkurang serta kontraksi otot
kebiasaan merokok dengan kejadian dinding pembuluh.
hipertensi pada lansia yang tinggal
di dataran tinggi. KESIMPULAN
Jenis rokok yang dihisap oleh 1. Rata-rata tekanan darah sistolik
responden yang memiliki kebiasaan dan siastolik responden masuk
merokok adalah rokok lintingan. kategori prehipertensi.
Rokok jenis ini umum dikonsumsi 2. Pola konsumsi responden lebih
oleh masyarakat yang tinggal di sering mengonsumsi makanan
pedesaan. tinggi kalium dibandingkan
Nikotin pada rokok dapat konsumsi makanan tinggi
mengakibatkan gangguan pada natrium dan magnesium.
jantung, mempercepat aliran darah, 3. Responden lebih banyak
irama jantung tidak teratur, mengonsumsi kafein pada
kerusakan pada pembuluh darah, minuman teh dibandingkan kopi.
dan penggumpalan darah.27 4. Aktivitas fisik responden
tergolong cukup aktif yang rata-
Hubungan Aktivitas Fisik dengan rata membutuhkan energi
Kejadian Hipertensi sebesar 1794,75 MET-
Hasil uji statistik menit/minggu.
menunjukkan bahwa baik kebiasaan 5. Tidak ada hubungan antara
ataupun tingkat asupan kalium pada konsumsi natrium, magnesium
responden hipertensi maupun dan kalium dengan kejadian
normotensi bernilai p>0,05 yang hipertensi pada lansia dataran
berarti tidak ada hubungan tinggi Semarang.
bermakna (signifikan) antara 6. Tidak ada hubungan antara
kebiasan aktivitas fisik dengan kebiasaan mengonsumsi
kejadian hipertensi pada lansia yang minuman berkafein (teh dan
tinggal di dataran tinggi. kopi)dan merokok dengan
Frekuensi denyut nadi kejadian hipertensi pada lansia
menjadi lebih tinggi dapat dataran tinggi Semarang.
disebabkan oleh kurangnya aktivitas 7. Tidak ada hubungan antara
fisik sehingga otot jantung harus aktivitas fisik dengan kejadian
memompa darah lebih keras.28 hipertensi pada lansia dataran
Semakin keras dan sering otot tinggi Semarang.
jantung harus memompa aliran
darah maka semakin besar tekanan DAFTAR PUSTAKA
yang harus dihasilkan. Obesitas 1. Mochtar I. Perubahan Gaya
dapat terjadi sehingga resiko Pengaruh Program Hidup “Ide
terjadinya hipertensi makin besar.29 Konsulen” Terhadap Faktor
Bertani telah menjadi mata Risiko da n Risiko
pencaharian mayoritas masyarakat Kardiovasikular Mayor Pada
sejak lama dengan didukung oleh Kelompok Penderita dan Bukan
tanah yang subur. Kegiatan fisik bila Penderita Penyakit Jantung
dilakukan secara teratur akan Koroner. Universitas Gadjah
memperkuat otot polos jantung Mada; 2007
sehingga daya tampung besar, 2. Kementerian Kesehatan RI.
denyutan kuat dan teratur, dan Infodatin Situasi Kesehatan
pembuluh darah menjadi lebih Jantung. Jakarta: Pusat Data

635
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dan Informasi Kemenkes RI. 12. Uiterwaal CSPM, Verschuren


[cited 2017 Mar 27] Available WMM, Bueno-de-mesquita HB,
from: Ocké M, Geleijnse JM. Coffee
www.depkes.go.id/download.ph Intake and Incidence Of
p?file=download/pusdatin/buleti Hypertension. 2007;(2):718–23
n/bu letin-ptm.pdf 13. Bustan. Epidemiologi Penyakit
3. Word Health Organization Tidak Menular. Jakarta: Rineka
(WHO). Hypertension. Geneva: Cipta; 2007
World Health Organization; 14. Ghidurus M, TurtorM, et al.
2015. [cited 2017 Mar 27] Nutrional and Health Aspects
Available Related to Frying. Rom
from:http://www.who.int/ Biotechnol Univ Bucharest.
topics/hypertension/en/ 2010;15:6
4. Watson R. Anatomi Fisiologi 15. Astawan M. Cegah Hipertensi
untuk Perawat. 10th ed. dengan Pola Makan. 2007 [cited
Jakarta: EGC; 2002 2017 Aug 11]. Available
5. Hanafi A. Gambaran Gaya from:htttp://www.depkes.go.id
Hidup Penderita Hipertensi di 16. Almatsier S. Penuntun Diet
Kecamatan Sumowono Edisi Baru. Jakarta: PT
Kabupaten Semarang. Gramedia Pustaka Utama; 2004
Semarang: Universitas 17. McCullough M, Lin P. Nutrition
Diponegoro; 2016 in The Prevention and
6. Purwati S. Perencanaan Menu Treatment of Disease. In
untuk Penderita Tekanan Coulston AM, Rock CL ME,
Tinggi. Jakarta; 2004 editor. Nutrition, Diet and
7. Aisyiyah NF. Faktor Risiko Hypertension. San Diego:
Hipertensi pada empat Academic Press; 2001. p. 305
Kabupaten/Kota dengan 18. Lidiyawati, Kartini A. Hubungan
Prevalensi Hipertensi Tertinggi. Asupan Asam Lemak Jenuh,
Institut Pertanian Bogor; 2012. Asam Lemak Tidak Jenuh dan
8. Kartikasari AN. Faktor Risiko Natrium dengan Kejadian
Hipertensi Pada Masyarakat di Hipertensi pada Wanita
Desa Kabongan Kidul, Menopause di Kelurahan
Kabupaten Rembang. Bojongsalaman. J Nutr Coll.
Universitas Diponegoro. J 2014;3:612–9
Media Medika Muda. 19. Krummel DA. Medical Nutrition
Semarang; 2012 Therapy for Cardiovascular
9. Kothcen T. Nutrition, Diet, and Disease. In Mahan, L.K., Escott-
Hypertnesion Modern Nutrition Stump, S., Krausse’s Food and
in Health and Disease (2). Nutirition Therapy. Canada:
Phildelphia: Lippicot William & Saunders Elsvier; 2008. 834-
Wilkins; 2006 835 p.
10. Sugihartono A. Faktor-Faktor 20. Palmer A dan WB. Tekanan
Risiko Hipertensi Grade II Pada Darah Tinggi. Jakarta:
Masyarakat. Semarang: Erlangga; 2007
Universitas Diponegoro; 2007 21. Rofles S et al. Water and The
11. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi Major Mineral. In Understanding
untuk Pemula (diterjemahkan Normal and Clinical Nutrition.
oleh Palupi Widyastuti). Jakarta; 7th ed. USA: Thomson
2004 Wadsworth; 2006. p. 41–122

636
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

22. Haendra F, Anggara D, Prayitno


N. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga
Murni, Cikarang Barat Tahun
2012. J Ilmu Kesehatan.
2013;5(1):20–5
23. Hendraswari DE. Beberapa
Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi di
Kelurahan Jagakarsa tahun
2008. Universitas Indonesia;
2008.
24. Tjay TH, Rahardja K. Obat-Obat
Penting. 6th ed. Jakarta: Elex
Media Komputindo; 2002
25. IFIC. Caffeine & Health:
Clarifying The Controversies. Int
Food Inf Counc Found. 2007;1–
16
26. Heinrich et al. Farmakognosi
dan Fitoterapi. Jakarta: EGC;
2010
27. Kalimullah W. Hipertensi pada
Orang Dewasa di Dusun
Tambak Rejo Desa Gayaman
Kecamatan Mojoanyar. 2015
[cited 2017 Aug 11]. Available
from:http://repository.poltekkes
majapahit.ac.id/
28. Price W. Patofisiologi Volume 2.
Jakarta: EGC; 2006
29. Sheps SG. Mayo Clinic
Hipertensi; Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta: Intisari
Mediatama; 2005

637
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

639

Das könnte Ihnen auch gefallen