Sie sind auf Seite 1von 29

Kosmologi Hindu merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta

menurut filsafat Hindu. Dalam ajaran kosmologi Hindu, alam semesta dibangun dari lima unsur, yakni: tanah (zat
padat), air (zat cair), udara (zat gas), api(plasma), dan ether. Kelima unsur tersebut disebut Pancamahabhuta atau
lima unsur materi.f

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Purusa dan Prakerti

 2Penciptaan Alam Semesta

o 2.1Dalam Kitab Weda

o 2.2Dalam Kitab Purana dan Upanisad

 3Struktur Alam Semesta

o 3.1Lapisan Atas Alam Semesta

o 3.2Tujuh Hari dan Benda Semesta

o 3.3Lapisan Bawah Alam Semesta

 4Usia Alam Semesta

 5Bacaan lebih lanjut

Purusa dan Prakerti[sunting | sunting sumber]


Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Prakerti merupakan dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap materi di alam
semesta. Purusa dan Prakerti merupakan unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak dapat dipisahkan. Purusa
adalah unsur yang bersifat kejiwaan sedangkan Prakerti adalah unsur yang bersifat kebendaan atau material. Pada
penciptaan alam semesta, Prakerti berevolusi menjadi Pancatanmatra yaitu lima benih yang belum berukuran.
Pancatanmatra setelah melalui evolusi yang panjang akhirnya menjadi Pancamahabhuta, yakni lima unsur materi.
Lima unsur materi ini kemudian membentuk anggota alam semesta, seperti misalnya matahari, bumi, bulan, bintang-
bintang, planet-planet, dan lain-lain.

Penciptaan Alam Semesta[sunting | sunting sumber]


Dalam Kitab Weda[sunting | sunting sumber]
Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam semesta. Nyanyian tersebut
disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai berikut:

Pada mulanya tidak ada sesuatu yang ada namun tidak ada sesuatu yang tidak ada. Tidak ada udara, tidak ada
langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu? Airkah di sana? Air yang tak terduga dalamnya?
Waktu itu tidak ada kematian, tidak pula ada kehidupan. Tidak ada yang menandakan siang dan malam. Yang Esa
bernapas tanpa napas menurut kekuatannya sendiri. Di luar daripada Ia tidak ada apapun.
Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang ada ini adalah sesuatu yang tak terbatas
dan tak dapat dibedakan, yang ada pada waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tenaga
panas yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.
Setelah itu timbullah keinginan, keinginan yang merupakan benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah
bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara yang ada dan yang bukan ada.
Sinarnya terentang keluar. Apakah ia melintang? Apakah ia di bawah atau di atas? Beberapa menjadi pencurah
benih, yang lain amat hebat. Makanan adalah benih rendah, pemakan adalah benih unggul.
Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di dunia ini yang dapat menerangkannya? Dari manakah
kejadian itu, dan dari manakah timbulnya? Para Dewa ada setelah kejadian itu. Lalu, siapakah yang tahu, darimana
ia muncul?
Dia, yang merupakan awal pertama dari kejadian itu, dari-Nya kejadian itu muncul atau mungkin tidak. Dia yang
mengawasi dunia dari surga tertinggi, sangat mengetahuinya atau mungkin juga tidak.

Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar dunia adalah Asat atau ketiadaan yang sama
dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang ada adalah Diti yaitu yang terikat. Ajaran dalam Regweda juga
menyatakan bahwa alam semesta diciptakan oleh Brahman dari unsur yang sudah ada. Hiranyagharba atau "Janin
Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul Brahma yang membangun dunia yang
masih kacau tanpa bentuk agar teratur rapi.

Dalam Kitab Purana dan Upanisad[sunting | sunting sumber]


Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta
dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian
pula Brahman menciptakan alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa.
Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.
Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga
terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua kekuatan ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi
berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul adalah Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi
oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri
dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan
Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria
Pancabuddhindria Pancakarmendria

1. Srotendria (rangsang pendengar; indria


pada telinga)
1. Garbendria (penggerak perut; indria pada perut)

2. Twakindria (rangsang peraba; indria pada


2. Panindria (penggerak tangan; indria pada tangan)
kulit)

3. Padendria (penggerak kaki; indria pada kaki)


3. Caksuindria (rangsang penglihatan; indria
pada mata)
4. Payuindria (penggerak organ pelepasan; indria pada
organ pelepasan)
4. Ghranendria (rangsang pencium; indria
pada hidung)
5. Upasthendria (penggerak alat kelamin; indria pada
alat kelamin)
5. Jihwendria (rangsang pengecap; indria
pada lidah)

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi menjadi
Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak berukuran. Lima benih tersebut
dijelaskan sebagai berikut:

1. Sabdatanmatra (benih suara)

2. Rupatanmatra (benih penglihatan)

3. Rasatanmatra (benih perasa)


4. Gandhatanmatra (benih penciuman)

5. Sparsatanmatra (benih peraba)


Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata.
Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:

1. Pertiwi (zat padat, tanah, logam)

2. Apah (zat cair)

3. Teja (plasma, api, kalor)

4. Bayu (zat gas, udara)

5. Akasa (ether)
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan,
Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda
langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi.
Unsur Teja mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.

Struktur Alam Semesta[sunting | sunting sumber]


Lapisan Atas Lapisan Bawah

1. Bhurloka 1. Atala

2. Bhuwahloka 2. Witala

3. Swahloka atau Swargaloka 3. Sutala

4. Mahaloka 4. Talatala

5. Janaloka 5. Mahatala

6. Tapaloka 6. Rasatala

7. Satyaloka atau Brahmaloka 7. Patala

Lapisan Atas Alam Semesta[sunting | sunting sumber]


Menurut agama Hindu, bagian atas alam semesta terdiri dari tujuh lapisan. Tujuh lapisan tersebut dikenal dengan
istilah Saptaloka (tujuh alam). Bhurloka adalah lapisan yang paling bawah tempat bumi berada; Bhuwahloka adalah
lapisan alam di atasnya yang didiami oleh para raksasa; Swahloka atau Swargaloka atau surga adalah kediaman
para dewa yang dipimpin oleh dewa Indra; Mahaloka adalah kediaman Resi Bhrigu; Janaloka adalah kediaman
Sapta Resi; Tapaloka merupakan kediaman ras makhluk yang disebut Weragi; Satyaloka atau Brahmaloka
merupakan kediaman penguasa satu alam semesta yakni dewa Brahma.[1]

Tujuh Hari dan Benda Semesta[sunting | sunting sumber]


Saptawara atau tujuh hari yang masing-masing memiliki benda semesta:

No Indonesi Inggris Surya- Bali Benda


. a
siddhanta Semesta

1. Senin Monday Soma Soma Bulan

2. Selasa Tuesday Angaraka ANggara Mars

Wednesda
3. Rabu Buddha Buda Merkurius
y

4. Kamis Thursday Brhaspati Wraspati Jupiter

5. Jumat Friday Sukra Sukra Venus

Saniscar
6. Sabtu Saturday Saniscara Saturnus
a

7. Minggu Sunday Aditya Radite Matahari

Ketujuh benda angkasa tersebut berada di Bhurloka.[2] Saptaloka bukan merupakan tujuh lapisan langit,
sebab loka berarti alam dan di dalam satu loka terdapat banyak planet. Lapisan langit disebut Akasha (IAST: Ākāśa)
yang berarti angkasa.

Lapisan Bawah Alam Semesta[sunting | sunting sumber]


Menurut agama Hindu, di bawah Bhurloka terdapat tujuh lapisan alam bawah yang dihuni oleh makhluk dengan
unsur kasar. Saptapatala terdiri dari: Atala, Witala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan
Mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh raksasa Bali;
Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni para Detya dan Danawa; Patala
dipimpin oleh Basuki, raja para naga. Planet-planet naraka atau neraka berada di Patala. Dengan demikian satu
alam semesta menurut Weda terdiri dari 14 lapisan alam.[1]

Usia Alam Semesta[sunting | sunting sumber]


Dalam kitab-kitab suci Hindu disebutkan bahwa alam semesta diciptakan, dimusnahkan, dan dibuat ulang menurut
suatu siklus yang berputar abadi. Siklus tersebut disebut Kalpaatau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan
4.320.000.000 tahun bagi manusia sedangkan bagi Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi
Hindu, alam semesta berlangsung selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau air. Pada saat
itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang satu hari baginya. Proses itu disebut Pralaya
(Katalismik) dan berulang-ulang selama seratus tahun bagi Brahma (311 Triliun tahun bagi manusia) yang
merupakan umur Brahma.
Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang berada pada tahun ke-51 bagi Brahma atau 155 Triliun
tahun telah berlangsung semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru
dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah dimusnahkan diciptakan kembali. Proses ini merupakan siklus abadi
yang terus berulang-ulang dan tak akan pernah berhenti.
Masa hidup Brahma dibagi setiap satu siklus Mahayuga. Yuga terdiri dari empat bagian, yang mana dalam setiap
bagian merupakan zaman yang memiliki karakter berbeda-beda. Mahayuga memiliki 71 Divisi, dan setiap divisi
merupakan 14 Manvantara (1000) tahun. Setiap Mahayuga berlangsung 4.320.000 tahun. Manwantara adalah
siklus Manu, leluhur manusia menurut kepercayaan Hindu.

1. ^ a b Wikana, Ngurah Heka: "Loka", 2010:2

2. ^ http://narayanasmrti.com/2010/07/misteri-di-balik-nama-nama-hari/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kosmologi_Hindu

usanti
0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Alam semesta, dalam Hindu disebut dengan Bhuwana agung. Bhuwana agung juga disebut

dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar, brahmanda”. Semua gugusan

matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut

bhuwana agung.

Pada saat ini sering muncul berbagai pertanyaan mengenai alam smesta. Sebenarnya alam

semesta ini apa? bagaimana awal dari alam semesta ini? dan siapa yag menciptakan?.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul di berbagai kalangan. Dan sejauh ini para

ilmuwan sudah melakukan penelitian-penelitian secara mendetail.dari penelitian-penelitian

tersebut memunculkan berbagai teori-teori tentang alam semesta/kosmologi. Dan seiring

dengan berjalannya waktu, teori-teori tersebut banyak yang digugurkan para ilmuwan

lainnya. Namun dari teori-teori yang sudah ada masih belum bisa diketahui mana yang lebih

jelas atau benar.


Penelitian-penelitian tersebut sudah terjadi sejak sebelum masehi hingga sekarang, namun

apabila dikaitkan dengan keadaan saat ini masih belum ada teori yang menjelaskan secara

pasti. Oleh sebab itu saya akan memaparkan sedikit pengetahuan yang saya ketahui

tentang definisi alam semesta menurut ajaran Hindu dan konsep harmoni alam semesta.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah definisi alam smesta menurut Ajaran Hindu ?

2. Apa saja konsep harmoni alam semesta ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi alam semesta menurut Ajaran Hindu

2. Mengetahui konsep-konsep harmoni Alam Semesta

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Veda tentang Alam Semesta menurut Hindu

Adapun beberapa konsep tentang alam semesta/kosmologi Hindu, Antara lain sebagai brikut

1. Matsya Purana 2.25-30


Penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di

mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak ada materi apapun, baik yang bergerak

maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk di

luar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan di

dalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan

disebut Visnu karena memasukinya.

1. Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman.

Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan.

Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir zaman. Semesta hanyalah manifestasi dari

Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat

semua kembali pada Purusa. Di akhir zaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak

ada jiwa.

1. Rg. Veda menjelaskan bahwa sebelum penciptaan Alam semesta dalam bentuk tak

berwujud yang disebut rahim emas, rahim dari semesta atau Hiranyagharba.

“Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia

memegang bumi.” –Rg. Veda 10.121.1

Saat Penciptaan Semesta, Purusa/Prajapati/Brahman menciptakan dua kekuatan yang

disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin/nama) dan Prakerti (pradana/rupa) yaitu

kekuatan kebendaan. Kemudian timbul “cita” yaitu alam pikiran yang dipengaruhi oleh Tri

Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran/Dharma), Rajah (sifat kenafsuan/dinamis) dan Tamah

(Adharma/kebodohan/apatis). Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul

Manah (akal dan perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul

Dasa indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok;


a) Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria

(penglihatan), Ghrana indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria

(pengecap), Twak indria (sentuhan atau rabaan).

b) Panca Karma Indria yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria (mulut), Pani

(tangan), Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin).

Setelah itu timbullah lima jenis benih benda alam (Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra

(suara), Sparsa Tanmatra (rasa sentuhan), Rupa Tanmatra (penglihatan), Rasa Tanmatra

(rasa), Gandha Tanmatra (penciuman). Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi

yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ether), Bayu (angin), Teja (sinar), Apah (zat

cair) dan Pratiwi (zat padat).

1. Taittiriya Brahmana 2.2.9.1

“Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.”

1. e. Vayu Purana 4.72-73

“Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada di dalam telur.

Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.”

1. f. Vayu Purana 24.73

“Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.”

1. g. Manusmrti 1.13

“Dari telur emas, alam material diciptakan.”

Ketika alam semesta berekspansi, Ia juga diberi nama Virata yang diturunkan dari akar kata

‘Vr’ yang artinya untuk menutupi yang juga berarti ‘sangat besar’.
“Vrtra menutupi kesemua tri loka.” -Taittiriya Samhita 2.4.12.2

“Vrtra berada jauh di atas di Antariksa.” –Rg.Veda 2.30.3

Tri loka melukiskan alam semesta, jadi disini Vrtra menutupi alam semesta. Jika Vrtra ada di

batas alam semesta, ia bisa dikatakan berada ditempat yang jauh sekali.

1. Rg.Veda 1.32

Dilukiskan bahwa Vrtra (sang ular) menahan air, dimatra 12 dijelaskan bahwa kekalahan

Vrtra dari Indra membebaskan tujuh sungai untuk mengalir. Pembebasan tujuh sungai

(sapta sindhu) oleh Indra bukanlah disebutkan hanya satu kali, tapi berulang-ulang kali

dalam Rg.Veda. Ide dimana ular menahan air juga ditemukan dalam manuskrip yang

berbeda-beda diseluruh dunia.

1. Mitos dari Quiches, suku Indian di Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh.

Suku Quiches percaya bahwa pada mulanya adalah air dan ular berbulu.

2. Rg.Veda 4.17.13

Indra disebut sebagai Asanimana yang artinya Ia yang menguasai petir. Lebih lanjut

dalam Kausitaki Brahmana 6.9, Indra disebut sebagai Asani

(petir). Satapatha Brahmana mengatakan :

“Siapakah Indra dan siapakah Prajapati? Petir adalah Indra dan Yajna adalah Prajapati.” -

Satapatha Brahmana 11.6.3.9

1. 4. Teori penciptaan Veda lebih jauh dijelaskan dalam Bhagavata Purana/

Srimad Bhagavatam :

a) Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi

alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan

kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam

kombinasi yang besar.”


b) Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di pertengahan alam

semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka”

c) Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengatakan munculnya alam semesta dari

pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhodakasayi Visnu

yang berikutnya dari pusar Beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas

bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma.

Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi beserta

isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan

tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam

semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepala 4

seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga

Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan

sebagainya.

Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah

alam semesta dan di seluruh jagat material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan

saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini.

Hal pertama yang diciptakan Brahma adalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan

sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam

penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk

kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap

unsur dalam ciptaannya. Setelah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan

mulai dari para dewa, alien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada bakteri yang

keseluruhannya berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.

1. Rg.Veda bab II.72.4

“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa

(energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).


mengatakan bahwa alam semesta muncul dari pori-pori Tuhan yang merupakan energi

maha besar dan berikutnya berkembang dan terus meluas membentuk materi yang

memenuhi semesta raya.

Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu

alam semesta, alam semesta akan kembali masuk ke dalam pori-pori Tuhan.

Sementara itu pada akhir abad ke-20 para ilmuan mengamati adanya lubang hitam yang

memiliki medan gravitasi sangat besar dan bahkan menarik cahaya masuk ke dalamnya,

benda inilah yang disebut sebagai Black Hole. Jadi dikaitkan dengan fenomena tertariknya

materi termasuk cahaya ke dalam lubang hitam ini, penulis mengajukan hipotesa dengan

nama baru sesuai dengan konsep penciptaan dan peleburan alam semesta versi Veda, yaitu

konsep Black Hole – White Hole. Meskipun pada kenyataannya saat ini belum satupun

ilmuan yang mengamati keberadaan White Hole, White Hole barulah sebuah teori yang

dihasilkan dari pemodelan Relativitas umum.

Black Hole adalah sebagai lubang tempat materi (aditi) kembali berubah menjadi energi

(daksa) dan White Hole adalah lubang tempat energi (daksa) berubah menjadi materi (aditi).

Dari satu White Hole akan terbentuk gelembung besar yang pada akhirnya membentuk satu

alam semesta yang antara satu alam semesta dengan alam semesta lainnya masing-masing

dibatasi oleh tegangan permukaan/lapisan yang sangat kuat (Srimad Bhagavatam

3.11.41). Dalam satu alam semesta sendiri juga terbentuk gelembung-gelembung (phena)

yang memberi jarak yang tidak merata antara satu susunan galaksi dengan yang lainnya

( Satapatha Brahmana 6.1.3.2). Sementara itu di jagat raya terdapat

jutaan White Hole yang masing-masing memunculkan satu gelembung alam semesta.

2.2 Konsep Harmoni Alm Semesta :

Hal ini dapat dikaitkan dengan ajaran agama Hindu antara lain :
1. a. Tri Hita Karana

Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang

berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita

Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.

Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut

memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di

tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita

karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan

itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar,

dan hubungan dengan Tuhanyang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan

memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya

harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia

akan hidup dengan menghindari dari pada segala tindakan buruk. Hidupnya

akan seimbang, tenteram, dan damai.

Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu

bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia

dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan

falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih

mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan

dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.

1. b. Bagian-bagian dai Tri Hita Karana (Tiga Penyebab Kebahagian )

Yang diketahui 3 Penyebab Kebahagian diantaranya, Manusia dengan Tuhan, Manusia

dengan Alam Lingkungannya, dan Manusia dengan Sesamanya, berikut

penjelasannya:

 Manusia dengan Tuhan ( Parahyangan )


Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan

percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari

segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap

manusia wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji

terhadap kebesaran Nya, yaitu :

1. Dengan beribadah dan melaksanakan perintahnya.

2. Dengan melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempat-

tempat suci.

3. Dengan melaksanakan Yoga Samadhi.

4. Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.

 Manusia dengan Alam Lingkungan ( Palemahan )

Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan

hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada

lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi

lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak.

Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan

tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena

dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya,

keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan

menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan

tenteram dalam diri manusia.

 Manusia dengan Sesamanya ( Pawongan )

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan

dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik

dan harmoni. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling

asih dan saling asuh,yang artinya saling menghargai, saling mengasihi dan saling
membingbing. Hubungan antar keluarga dirumah harus harmoni. Hubungan

dengan masyarakat lainya juga harus harmoni. Hubungan baik ini akan

menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin di masyarakat. Masyarakat yang aman

dan damai akan menciptakan Negara yang tenteram dan sejahtera.

1. c. Unsur-Unsur Tri Hita Karana

Unsur-Unsur ini meliputi:

1. Sanghyang Jagatkarana.

2. Bhuana

3. Manusia

Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci Bagawad Gita (III.10), berbunyi:

Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih anena prasawisya dhiwan esa wo’stiwistah

kamadhuk

yang artinya, Pada jaman dahulu Prajapati menciptakan manusia dengan yadnya

dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk

dari keinginanmu.

Dalam sloka Bhagavad-Gita tersebut ada nampak unsur penting:

1. Prajapati = Tuhan Yang Maha Esa

2. Praja = Manusia

Tri Hita Karana dalam Sistem Irigasi Subak

Sistem Irigasi Subak


Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah

yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak ini biasanya memiliki pura yang

dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan

diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan Dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur

oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali.

Sistem Subak dalam landasan Tri Hita Karana

Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya

varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering

mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan

sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada

revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti

dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di

tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional

sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.

Sistem Organisasi Subak

Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik

perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di

Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing.

Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan

model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta

pentingnya sistem ini.

Nilai Budaya

Dengan menerapkan Tri Hita Karana secara mantap, kreatif dan dinamis akan terwujudlah

kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti

bakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan

serta rukun dan damai dengan sesamanya.


Iklan
https://susannetwork.wordpress.com/2013/09/12/agama/

MAKALAH PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT VEDA

BAB I
1.1Pendahuluan

Teori tentang penciptaan jagat raya bersumber kepada kitab suci Veda dan susastra
Hindu. Kitab suci Veda merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terdiri dari kitab
Ṛgveda, Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda. Masing-masing kitab itu disebut Samhita
dan keempatnya disebut Catur Veda Samhita. Masing-masing Samhita tersebut memiliki
kitab-kitab Brahmana, Aranyaka dan Upaniṣad yang jumlahnya cukup banyak. Seluruh kitab-
kitab tersebut digolongkan ke dalam kitab-kitab Sruti atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

Di samping sumber utama tersebut di atas, sumber lainnya adalah kitab-kitab yang
digolongkan ke dalam kitab-kitab susastra Hindu, yaitu kitab-kitab Itihasa seperti Ramayana
dan Mahabharata, juga kitab-kitab Purāṇa yang jumlahnya sebanyak 18 buah. Kitab-kitab
tersebut menguraikan tentang penciptaan alam semesta, makhluk hidup di dalamnya dan
bagaimana proses penciptaan tersebut terjadi. Khusus kitab-kitab Purāṇa, sampradaya atau
kelompok keagamaan Hindu Vaiṣṇava memasukkannya ke dalam kitab Veda atau sruti, yakni
wahyu Tuhan Yang Maha Esa dan meyakini mahārṣi Vyasa sebagai penyusun kitab-kitab
tersebut juga
sebagai avatara-Nya (Penjelmaan Tuhan Yang Maha Esa).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penciptaan alam semesta menurut Veda(Nasadiyasūkta) ?
2. Bagaimana penciptaan alam semesta menurut Veda(Puruṣasūkta) ?
3. Bagaimana penciptaan alam semsesta menurut purana (Sarga) ?
4. Bagaimana Stuktur Dunia Dalam Agama Hindu ?
5. Berapa Umur alam semesta menurut agama hindu ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Penciptaan Alam Semesta Menurut
Veda (Nasadiyasūkta)!
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Penciptaan Alam Semesta Menurut
Veda (Puruṣasūkta)!
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Penciptaan Alam Semesta Menurut Purana
(Sarga)!
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Bagaimana Struktur Dunia Jika Ditinjau Dalam Agama
Hindu !
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Berapa Umur Alam Semesta Menurut Agama Hindu !

BAB II

2.1 Penciptaan Menurut Kitab Suci Veda


Di dalam kitab suci Veda terdapat dua Sūkta (himne) yang secara khusus menguraikan
tentang penciptaan jagat raya yang dikenal dengan sebutan Nasadiyasūkta dan Puruṣasūkta.
Yang pertama menjelaskan asal atau kejadian alam semesta dan yang kedua merupakan dasar
filosofis Veda yang menyatakan bahwa segala sesuatunya berasal dari Yajña, yakni
pengorbanan Tuhan Yang Maha Esa yang mesti diikuti oleh umat-Nya sebagai usaha untuk
menjaga kelangsungan dan harmoni alam semesta.
2.1.1 Penciptaan Menurut Nasadiyasūkta
Berikut dikutipkan terjemahan Nasadiyazūkta (Terjadinya Alam Semesta)(Ṛgveda X.129.1-
7) tersebut.
Pada waktu itu, tidak ada mahluk (eksistensi) maupun non makhluk (non eksistensi);
pada waktu itu tidak ada atmosfir dan juga tidak ada lengkung langit di luarnya. Pada
waktu itu apakah yang menutupi, dan di mana ? Airkah di sana, air yang tak terduga
dalamnya (1)’

Waktu itu, tidak ada kematian, pun pula tidak ada kehidupan. Tidak ada tanda yang
menandakan siang dan malam. Yang Esa bernafas tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri.
Bernafas menurut kekuatan-Nya sendiri. Di luar Dia tidak ada apa pun juga (2)’

‘Pada mula pertama kegelapan ditutupi oleh kegelapan. Semua yang ada ini adalah
keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada waktu itu adalah kekosongan dan yang
tanpa bentuk. Dengan tapas (tenaga panas) yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong
(3)’

‘Pada awal mulanya keinginan menjadi bermanifestasi. Yang merupakan benih awal
dan benih semangat. Para Ṛṣi setelah meditasi dalam hatinya menemukan dengan
kearifannya hubungan antara eksistensi dan non eksistensi (4)’

‘Sinar-Nya terentang ke luar, apakah ia melintang, apakah ia di bawah atau di atas.


Kemudian ada kemampuan memperbanyak diri dan kekuatan yang luar biasa dahsyatnya,
materi gaib ke sini dan energi ke sana (5)’

‘Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui dan memapar-kannya di sini, dari manakah


datangnya alam semesta yang menjadi ada ini? Orang-orang bijaksana lebih belakang dari
ciptaan alam semesta ini, karena itu siapakah yang mengetahui dari mana munculnya
(ciptaan) ini (6)’

‘Sesungguhnya Dia yang telah menciptakan alam semesta ini, serta mengendalikannya (di
dalam kekuasaan-Nya). Dia yang mengawasi alam semesta ini berada di atas angkasa yang
tak terhingga, sesungguhnya Dia mengetahui alam semesta ini seluruhnya dan Wahai
Manusia! Janganlah mengakui eksistensi lain yang mana pun sebagai Pencipta alam
semesta ini (7)’

Dari terjemahan mantram Ṛgveda di atas dapat diketahui pandangan yang mendasar
tentang misteri dari alam semesta ini. Sūkta di atas menjelaskan tentang asal alam semesta
dan Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan asal dari alam semesta tersebut. Sūkta pertama
menjelaskan bahwa pada mulanya adalah kosong, tidak ada apa pun benda material. Sūkta
kedua menjelaskan eksistensi Tuhan Yang Maha Esa yang bernafas dengan kekuatan-Nya
sendiri. Sūkta ketiga menjelaskan bahwa pada mulanya adalah kekosongan, tidak ada sesuatu
apa pun dan tanpa bentuk. Disebutkan pula dari pada-Nya tenaga panas (energi) muncul yang
merupakan proses awal penciptaan. Dari keinginan-Nya muncul penciptaan dan hal ini dapat
diketahui oleh para Ṛṣi yang bermeditasi kepada-Nya (Sūkta 4). Sūkta kelima menjelaskan
terciptanya benih-benih kehidupan. Sūkta keenam dan ketujuh menjelaskan terjadinya alam
semesta.

Klaus K. Klostermaier (1990:110) mengemukakan beberapa kata kunci untuk


memahami proses penciptaan menurut Nasadiyasūkta di atas, yaitu: tapas, panas, kekuatan
seorang Yogi (Ṛṣi) yang disebut sebagai yang bertanggung jawab pertama dalam proses
penciptaan. Kama, keinginan atau dorongan nafsu (keinginan untuk mencipta) yang
menyebabkan keserbaragaman dan yang melekat dalam ketidakabadian.

2.1.2 Penciptaan menurut Puruṣasūkta


Tentang penciptaan alam semesta lebih jauh dinyatakan dalam Puruṣasūkta (Yajña
Tuhan Yang Maha Esa) (Ṛgveda X.90.1-16) yang terjemahannya dikutipkan sebagai berikut:

‘Puruṣa (Manusia Kosmos) berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, memenuhi
jagat raya, pada semua arah, mengisi seluruh angkasa (1)’

‘Sesungguhnya Puruṣa adalah semua ini, semua yang ada sekarang dan yang akan datang,
Dia adalah raja keabadian yang terus membesar dengan makanan (2)’

‘Demikian hebat kebenarannya. Dan Puruṣa bahkan lebih besar dari ini. Semua wujud ini
adalah seperempat dari diri-Nya. Tiga perempat lagi adalah keabadian ada di sorga (3)’

‘Tiga perempat dari Puruṣa pergi membubung jauh. Seperempat lagi lagi berada di alam ini
yang berproses terus menerus berselang-seling dalam berbagai wujud yang bernyawa dan
yang tidak bernyawa (4)’.

‘Dari Dia Viraj (Dia Yang Bercahaya) lahir dan dari Virāj Dia kembali. Segera setelah Dia
lahir Dia mengembang ke seluruh penjuru, mengembang mengatasi alam semesta (5)’

‘Ketika para Dewa mengadakan upacara kurban dengan Puruṣa sebagai persembahan,
maka minyaknya adalah musim semi, kayu bakarnya adalah musim panas dan sajian
persembahannya adalam musim gugur (6)’

‘Mereka mengorbankan sebagian korban pada rumput. Puruṣa yang lahir pada awal
kejadian alam semesta. Pada Dia para Dewa dan semua Sadhya dan para Ṛṣi
mempersembahkan kurban (7)’

‘Dari korban Puruṣa dipersembahkan keluarlah dadih dan mentega yang sudah bercampur.
Kemudian Dia jadikan binatang-binatang yang padanya berbeda. Baik binatang buas
maupun binatang jinak (8)’

‘Dari korban Puruṣa yang dipersembahkan, Ric (Ṛgveda) dan Sama (Samaveda) muncul.
Dari Dia lahirnya metrik. Dari Dia lahirnya Yajus (Yajurveda) (9)’

‘Dari Dia lahirlah kuda dan binatang apa saja yang mempunyai gigi dua baris. Sapi lahir
dari Dia. Dari Dialah lahirnya kambing dan biri-biri (10)’.

‘Ketika mereka menjadikan Puruṣa persembahan, menjadi berapa bagiankah Dia? Dan
apakah mereka sebut paha kaki-Nya? (11)’

‘Dari mulut-Nya muncul Brahmana, dari lengan-Nya muncul Rajanya (Ksatriya), dari paha-
Nya muncul Vaisya, dan Sudra muncul dari kaki-Nya (12)’

‘Bulan muncul dari pikiran-Nya, matahari dari mata-Nya, Indra dan Agni muncul dari
mulut-Nya, dan Vayu dari nafas-Nya (13)’.

‘Dari pusar-Nya cakrawala ini muncul, dari kepala-Nya muncul langit, dari kaki-Nya
muncul bumi, dari telingap-Nya lahir keempat penjuru mata angin, demikianlah Dia
membentuk alam semesta ini (14)’.

‘Tujuh pagar kelilingnya upacara korban itu, tiga kali enam potong kayu bakar disiapkan,
ketika para Dewa mempersembahkan upacara itu yang menjadikan Puruṣa sebagai kurban
(15)’

‘Dewa-dewa dengan mengandakan upacara korban memuja Dia (Manusia Kosmos) yang
juga merupakan upacara korban itu. Dia yang agung mencapai sorga yang mulia tempat
para Sadhyas, Dewa-Dewa zaman dahulu (16)’

Puruṣasūkta adalah sebuah Sūkta (himne) yang menjelaskan kondisi sebelum


penciptaan dan pengejawantahan-Nya. Kondisi tersebut merupakan dua kondisi berubah dan
kekal abadi, jagatas tasthusas. Hal tersebut merupakan proses abadi yang dari padanya Ia
Yang Tidak Terbatas menjadi terbatas. Sūkta tersebut merupakan perubahan bentuk yang
direncanakan dari Wujud Manusia Tertinggi (Supreme Person) dan proses terciptanya alam
semesta. Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Sempurna dikenal oleh para mahārṣi (orang-
orang suci). Mereka menggambarkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Yang Bercahaya seperti
cahaya ribuan matahari, yang terletak di samping Kegelapan. Pengetahuan tentang Tuhan
Yang Maha Tunggal, dinyatakan oleh para mahārṣi yang membebaskan pencari kebenaran
dari segala keterikatan dan menjadikannya kekal abadi (Reddy, 1991: 175).

Puruṣa bukanlah semata-mata Manusia Kosmos, tetapi juga merupakan aspek


personal dari seluruh realitas. Konsep manusia meliputi esensi hubungan internal. Segala
sesuatunya merupakan bagian dari Yang Esa dan unik yakni Puruṣa. Dari Puruṣa, Viraj,
emanasi kedewataan yang pertama menampakkan diri dan berproses. Makhluk yang tidak
terciptakan, yang keberadaan-Nya berfungsi sebagai media dalam proses penciptaan,
meningkatkan dan juga turun kepada semua makhluk, dan juga kepada keseluruhan aktivitas,
Dia juga mengandung aspek feminin, tidak hanya dalam kaitannya dengan gender, tetapi
juga dalam hukum-Nya (Panikkar, 1989:73).
Menurut Puruṣasūkta di atas, Tuhan Yang Maha Esa sendiri yang mengorbankan diri-
Nya untuk menciptakan jagat raya ini, yang penampakkan-Nya di alam semesta dalam wujud
materi hanya seperempat bagian sedang tiga perempat lainnya tidak terjangkau oleh umat
manusia.

Seluruh jagat raya berasal dari pada-Nya melalui Viraj, proses alam semesta dan
segala isi di dalamnya berlangsung. Proses penciptaan (sristi atau utpati) dan pemeliharaan
(stiti) alam semesta ini berlangsung selama Tuhan Yang Maha Esa menghendakinya dan
tentunya juga akan berakhir ketika Dia menghendakinya pula.

Proses tercipta, terpelihara, dan peleburan (pralaya) kembali alam semesta berserta
seluruh isinya disebut Trikona, tiga titik kulminasi yang berlangsung terus. Proses tersebut
juga dinamakan lila atau krida Tuhan Yang Maha Esa. Menurut A.L.Basham (1992:3240
motivasi penciptaan seperti tersebut, yakni berupa lila atau krida dari Jiwa Alam Semesta
dapat dianalogikan dengan hasil karya seni yang muncul dari pikiran seorang artis.

Di samping mantra-mantra tentang peenciptaan seperti telah disebutkan di atas


terdapat juga mantra yang menjelaskan tentang bibit abadi berupa telur berwarna keemasan
(Hiranyagarbha) yang kemudian dari pada-Nya terciptalah seluruh jagat raya seperti
dinyatakan dalam Ṛgveda X.121.1 berikut:

Pada awalnya terlahirlah Hiranyagarbha, Dia yang demikian menunjukkan eksistensinya,


menjadi raja dari semua makhluk, Dia yang menyangga bumi dan sorga.

Di dalam kitab suci Veda dijelaskan tentang awal penciptaan alam semesta ini dan
yang pertama eksis adalah Tuhan Yang Maha Esa sendiri, kemudian menjadikan diri-Nya
sendiri sebagai Yajna dan kemudian berpikir “aham bahu syam”, “Saya ingin menciptakan
yang banyak”. Sejak saat itu mulailah penciptaan alam semesta. Pertama-tama tercipta air. Di
sanalah telur Hiranyagarbha berada. Telur itu kemudian pecah menjadi dua bagian, yaitu satu
bagian menjadi bumi dan bagian yang lain menjadi angkasa. Segala proses penciptaan alam
semesta baru dimulai setelah telur yang mengandung air itu pecah (Somvir, 2001:34-35).

Berdasarkan kutipan terjemahan mantra-mantra Veda di atas, maka penciptaan alam


semesta menurut kitab suci Veda dimulai dengan tapas yang memancarkan cahaya (energi),
selanjutnya Tuhan Yang Maha Esa berkehendak dan melaksanakan Yajña dan yang terakhir
dari pada-Nya pula lahir bibit berupa telur keemasan (Hiranyagarbha) yang di alam semesta
tampak plenet-planet yang demikian banyak jumlahnya berwujud sebagai telor dan berwarna
keemasan.

2.2 Penciptaan menurut kitab-kitab Purāṇa


Isi pokok kitab-kitab Purāṇa umumnya dikenal dengan Pancalaksana, yang terdiri
dari: (1) Sarga (ciptaan alam semesta yang pertama/yang sangat halus), (2) Pratisarga
(penghancuran dan penciptaan kembali alam semesta), (3) Manvantara (masa dan perubahan
Manu-Manu pada setiap masa), (4) Vamsa (cerita dinasti raja-raja yang berkuasa di bumi,
dan (5) Vamsanucarita (dinasti raja-raja & Ṛṣi-Ṛṣi dan raja yang akan datang). Dalam uraian
ini dibatasi hanya pada sarga

2.2.1 Sarga (ciptaan alam semesta yang pertama/yang sangat halus)

Sarga adalah (proses) penciptaan (yang halus) berupa lima unsur (Panca Mahabhuta),
obyek-obyek indriya, organ indriya dan pikiran, ego (ahamkara) dan prinsip kecerdasan
kosmik (mahat), selanjutnya terganggunya keseimbangan dari sifat-sifat alam (guna/bhuta-
matendriya-dhiyam janmasarga udaritah).

Di kitab-kitab Purāṇa yang lain digambarkan sebagai “evolusi mahat, karena


terganggunya keseimbangan Triguna selanjutnya mendorong yang tidak termanifestasikan,
avyakrita, yakni unsur materi yang pertama atau Prakriti), dari tiga lapis Ahamkara (keakuan
dari Mahat) dan (tiga lapis Ahamkara) dari 5 unsur alam (Bhuta), (sebelas) organ indriya
(Panca Budhiriya, Karmendriya dan pikiran) dan obyek-obyek indriya.

Penciptaan ada dua jenis, yaitu: (1). Alaukika (kedevataan) dan (2) Laukika (keduniawian).

Penciptaan Alaukika/kedevataan merupakan penciptaan yang terdiri dari 33 devata,


saat itu Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk Yajna-Varaha, mewujudkan diri-Nya sebagai
seekor babi hutan untuk menyelamatkan dunia. Penggambaran penjelmaan Tuhan Yang
Maha Esa sebagai seekor babi hutan (yang membunuh raksasa Hiranyaksa) tidak lain
maksudnya adalah untuk selamatnya umat manusia, dan hal ini juga menggambarkan ajaran
Karma Marga (jalan perbuatan).

Penciptaan Laukika (keduniawian), dimaksudkan adalah penciptaan yang


menggambarkan evolusi dari alam semesta yang terdiri dari 28 unsur, empat unsur
materi/alam (bhuta) dan waktu (kala). Episode yang menguraikan ajaran Kapila (dan
istrinya) dalam kitab Bhagavata Purāṇa menggambarkan jalan pengetahuan (Jnana Marga
Di dalam kitab Bhagavata Purāṇa (XII.7.11) diuraikan sepintas tentang penciptaan ini ke
dalam beberapa topik antara lain evolusi Mahat (prinsip dasar dari kecerdasan kosmik), dari
bergejolak dan terganggunya keseimbangan dari Triguna yang belum termanifes (Prakriti,
unsur materi/bahan yang permulaan), memimpin evolusi Triguna selanjutnya (tipe-tipe
Vaikarika atau Sattvika, Rajasa dan Tamasa, tergantung dari dominasi masing-masing guna),
evolusi berlaut pada unsur-unsur alam (bhuta), alat indriya, dan obyeknya (seperti unsur yang
kasar dan devata yang bersemayam pada masing-masing organ indriya (Loc.Cit).
Lebih jauh tentang penciptaan ini digambarkan dalam kitab Agni Purāṇa (17.1-16), sebagai
berikut:

Agni bersabda:

Aku akan menjelaskan sekarang penciptaan alam semesta, yang merupakan dari krida (lila)
Sang Hyang Visnu (dalam Samkhya disebut Brahma). Beliaulah yang menciptakan sorga
dan lain-lain. Pada permulaan ciptaan dan dilengkapi dengan sifat-sifat dan tanpa sifat-
sifat (1).

1) Brahma, yang tidak menampakan diri, sesungguhnya Yang Ada. Saat itu tidak ada langit,
siang atau malam, dan lain-lain. Sang Hyang Visnu masuk ke-dalam Prakriti (unsur materi)
dan ke dalam Puruṣa (unsur kesadaran) dan menggerakkannya(2).

2) Pada saat penciptaan yang pertama kali terpencar adalah intelek (kecerdasan
budi/mahat). Kemudian terwujudlah ego (ahamkara), selanjutnya disusul pertama dari
keadaan natural (Vaikarika), kilauan cahaya (taijasa) unsur-unsur alam, dan sebagainya
dan kegelapan (tamasa/yang menciptakan kebodohan(3).

3) Kemudian meluaplah ether (akasa) yang merupakan unsur dasar suara (sabda) dari ego
(ahamkara). Kemudian angin (vayu) merupakan unsur dasar sentuhan (sparsa) dan api
(teja) sebagai unsur dasar warna (rupa) menjadi ada dari padanya(4).

4) Air (apah) sebagai unsur dasar rasa (rāsa/menjadi ada) dari padanya. Tanah (prithivi)
sebagai unsur bau (gandha). Dari kegelapan lahirlah ego, indriya (menjadi ada) yang
nampak berkilauan(5).

5) Evolusi selanjutnya adalah terciptanya 10 kahyangan dan pikiran, sebelas indriya


selanjutnya munculah Sang Hyang Svayambhu (yang ada dengan sendirinya), yakni Sang
Hyang Brahma yang berkeinginan menciptakan berbagai tipe mahluk hidup(6).

6) Sang Hyang Brahma menciptakan air yang pertama. Air berhubungan dengan (disebut)
sebagai narah, karena hal itu merupakan ciptaan spirit yang Tertinggi(7).

7) Dari pergerakkannya yang pertama dari semuanya itu, karenanya Ia disebut Narayana.
Kemudian tergeletak (mengambang) telur di atas air yang warnanya keemasan(8).

8) Dari pada itu, Sang Hyang Brahma lahir dengan keinginannya sendiri, oleh karenanya
kita mengenal sebagai yang lahir dengan sendirinya (Svayambhu). Hidup (di dalamnya)
sepanjang tahun, karenanya disebut Hiranyagarbha, kemudian menjadikan telur itu dua
bagian, yaitu menjadi sorga dan bumi. Di antara kedua bagian itu, Tuhan Yang Maha Esa
menciptakan langit (9-10).

9) Sepuluh penjuru menyangga bumi yang mengambang di atas air. Kemudian Sang Hyang
Prajapati (Brahma yang merupakan pencipta mahluk hidup dan alam semesta) berkeinginan
mencipta, menciptakan waktu, pikiran, perkataan, keinginan, kemarahan, keterikatan dan
yang lain-lain. Dari cahaya Ia menciptakan petir dan mendung, bianglala, dan burung-
burung. Ia pertama menciptakan Parjanya (Indra, dewa hujan). Kemudian menciptakan
Ṛgveda (Rcah), Yajurveda (Yajumsi), dan Samaveda (Samani) untuk menyelesaikan Yajña-
Nya (11-13).

10) Mereka yang ingin menyelesaikan (Yajña), memuja para devata dengan (merapalkan)
mantra-mantra tersebut. Mahluk hidup yang tinggi dan rendah diciptakan-Nya. Ia
menciptakan Sanatkumara dan Rudra, yang lahir dari kemarahan-Nya (14).

11) Kemudian Ia menciptakan para Ṛṣi Marici, Atri, Angirasa, Pulastya, Pulaha, Kratu,
Vasistha, yang diyakini sebagai putra-putra yang lahir dari pikiran Sang Hyang Brahma
(15).

12) Oh, Yang Mulia! Para Ṛṣi tersebut melahirkan (banyak) mahluk hidup, membagi diri-
Nya atas dua bagian, separo menjadi laki-laki dan saparoh lagi menjadi perempuan.
Selanjutnya Brahma melahirkan anak-anak-Nya melalui separoh bagiannya yakni bagian
yang perempuan (16/Gangadharan, Vol.27, Part I, 1984: 39-41).

Pada bagian lain, kitab Agni Purāṇa (20.9.1-8) menjelaskan lebih terperinci proses
penciptaan alam semesta yang digambarkan sebagai berikut:

1) Ciptaan pertama adalah intelek atau kecerdasan budi (mahat) dari Brahma. Ciptaan
yang kedua adalah unsur materi yang sangat halus (tanMatra) yang dikenal dengan nama
Bhutasarga (penciptaan elemen alam semesta/pañca mahabhuta (1).

2) Ciptaan yang ketiga adalah evolusi (vaikarikasarga) yakni penciptaan organ indriya
(aindriyasarga). Ciptaan tersebut adalah ciptaan pertama (prakritasarga) yang ke luar dari
intelek (kecerdasan budi) (2).

3) Ciptaan yang keempat adalah ciptaan dasar/utama (mukhyasarga). Sesuatu yang tidak
bergerak dikenal sebagai dasar (penciptaan). Penciptaan kelima disebut penciptaan kualitas
yang lebih rendah (tiryaksrota) yang dinamakan sebagai ciptaan mahluk di bawah manusia
(seperti binatang, burung-burung, dan lain-lain (3).

4) Ciptaan yang keenam adalah mahluk-mahluk yang lebih tinggi (urdhvasrota) dikenal
sebagai ciptaan kahyangan. Penciptaan yang ketujuh disebut ciptaan menengah
(arvaksrota), yakni terciptanya umat manusia (4).

5) Ciptaan yang kedelapan adalah Anugrahasarga (kasih sayang devata), disusun dari
karakter (Sattvika dan Tamasika). Kelima ciptaan yang terakhir dikenal dengan
Vaikritasarga (ciptaan subyek yang akan berubah). Ciptaan yang kesembilan disebut
Kaumarsarga (penciptaan Sanatkumara, dan lain-lain). demikianlah sembilan ciptaan sang
Hyang Brahma yang merupakan dasar terciptanya alam semesta (5-6).
6) Bhrigu dan lain-lain mengawini Khyāti dan putri-putri yang dari Daksa. Ciptaan terdiri
dari tiga jenis disebut orang, yaitu yang selalu (biasa) berlangsung (nitya), penciptaan yang
menimbulkan ciptaan yang lain (naimittika) dan yang berlangsung setiap hari (dainandinì).
Ciptaan yang sedang berlangsung ketika masa peleburan disebut Dainandinì. Penciptaan
yang selalu berlangsung (tiada hentinya) disebut nitya (7-8).

Teori penciptaan alam semesta (sarga) yang dikenal dengan sembilan ciptaan Sang Hyang
Brahma diuraikan pula secara sistematis dan terinci dalam kitab Brahmanda Purāṇa, yang
dapat diringkas (direkapitulasi), sebagai berikut.

1) Ciptaan pertama

(1). Mahat (ciptaan kesadaran yang tinggi)

(2). Tanmatra (ciptaan disini disebut juga Bhutasarga)

(3). Vaikarika (ciptaan Aindriyasarga)

Seluruh ciptaan di atas adalah ciptaan Prakrita (dari kata Prakriti), sebagai awal ciptaan.

1) Penciptaan yang kedua

(4). Mukhyasarga (ciptaan yang tidak bergerak)

(5). Tiryaksrota (ciptaan mahluk rendahan dan binatang)

(6). Urdhvasrota (ciptaan berupa dewa-dewa dan mahluk-mahluk sorga).

(7). Arvaksrota (ciptaan umat manusia)

(8). Anugrahasarga (baik Sattvika maupun Tamasika)

Kelimanya (4-8) tersebut di atas disebut Vaikrita (ciptaan kedua) dan fungsi mereka tanpa
kesadaran atau bagian depan (sebelum) pengetahuan (a-budhi-purvaka).

2) Penciptaan (setelah) kedua (?)

(9). Kaumarasarga (penciptaan putra-putra yang lahir dari pikiran). Ketika Sanatkumara dan
yang lain-lain menjadi seorang Yogi dan tidak melahirkan putra-putra, Sang Hyang Brahma
(I.1.5.70-76) menciptakan putra-putra yang lahir dari pikiran-Nya kembali, maka lahirlah:
Bhrigu, Angirasa, Marìci, Pulastya, Pulaha, Kratu, Daksa, Atri dan Vasistha dari berbagai
bagian badan-Nya (Tagare, Vol.22, Part I, 1993: XXXIV).

G. V. Tagare dalam terjemahan kitab Vayu Purāṇa, pada bagian kata pengantarnya
(XXIII) menyatakan bahwa tentang penciptaan alam semesta (Sarga) bahwa di dalam kitab-
kitab Purāṇa ditemukan tiga teori tentang penciptaan alam semesta, yakni (1). Teori
Samkhya-Vedānta, (2). Teori Purāṇa dan (3). Teori Samkhya. Berikut dijelaskan ketiga teori
tersebut:

1) Teori Samkhya-Vedānta. Penciptaan mulai dengan prinsip dasar yang disebut Mahat dan
berakhir dengan Visesa, yakni perbedaan antara lima unsur yang sangat halus dan yang kasar
(kasat mata) yang disebut Pañca Mahabhuta dan Pañca Tanmatra. Sumber alam semesta
adalah Brahman yang abadi, tanpa awal dan tanpa akhir, tidak dilahirkan, dan tidak dapat
dibandingkan dengan apapun. Pada awalnya adalah kegelapan dan Ia yang meresapi seluruh
alam semesta yang diselubungi dalam kegelapan (Ia yang tidak termanifest), saat itu Guna
dalam keadaan seimbang. Brahman juga disebut Atman. Pada awal penciptaan Ksetrajña
(Devata Tertinggi) memimpin Pradhana, menggerakkan Guna dan prinsip dasar Mahat
berkembang. Ketika Guna Sattva menjadi sangat dominan di dalam Mahat, unsur spirit yang
sangat halus pada jasmani berkembang dan dipimpin oleh Ksetrajña.

Kitab-kitab Purāṇa memberikan etimologi yang populer dari sinonim Brahman, Ksetrajña,
dan lain-lain, semacam Samanvaya dan perbedaan istilah dan teori. Ketika Mahat didorong
(oleh keinginan Tuhan Yang Maha Esa), terciptalah alam semesta yang besar, Samkalpa
(kekuatan pikiran) dan Adhyavasaya (kebulatan/tekad) dalam 2 tendensi (Vritti-dvayam/
I.1.4,16). Teori sintese Samkhya-Vedānta tentang penciptaan ini dapat dijumpai dalam
beberapa Purāṇa, antara lain: Agni Purāṇa XVII.2-26, Brahmanda Purāṇa I.1.3.6, dan Kurma
Purāṇa I.2.3.

2) Teori Purāṇa. Ksetrajña disebut Brahma yang bangkit dari telur kosmos. Ia adalah mahluk
yang pertama mengambil wujud (yang berwujud pertama kali). Ia pencipta dari seluruh
Pañca Mahabhuta (baik unsur material maupun mahluk hidup). Hiranyagarbha (Brahman)
dalam empat wajah adalah Ksetrajña, baik pada saat penciptaan maupun pada saat Pralaya
(penghancuran) alam semesta. Telur kosmos terdiri dari tujuh dunia, bumi dengan tujuh
benua, samudra-samudra dan segala sesuatunya termasuk matahari, bulan, bintang-bintang,
Loka (Saptaloka) dan Aloka (Saptapatala). dari luar telur kosmos ini dilapisi oleh tujuh
lapisan (I.1.1.44-45). Empat yang pertama terdiri dari 4 elemen, yaitu: air, api, angin dan
ether (akasa), masing-masing selubung 10 kali lebih besar dibandingkan selubung yang
pertama (sebelumnya/yang ditengahnya) dan tiga selubung lainnya terdiri dari Bhutadi,
Mahat dan Pradhana yang tidak termanifest. Avyakta (yang tidak termanifest) disebut Ksetra
dan Brahma disebut Ksetrajña. Prakrita-sarga dipimpin oleh Brahma. Penciptaan
berlangsung tanpa pra-rencana (abuddhipurvaka) seperti halnya kerdipan cahaya (I.1.4.68.-
78).

3) Teori Samkhya. Teori Vedānta, Samkhya dan Purāṇa dipadukan dalam teori ini. Analisis
yang terang ditunjukkan bahwa Prakrita Sarga adalah penciptaan dari Prakriti. Teori
Samkhya yang teistik dapat lebih dijelaskan secara lebih ekplisit dinyatakan dalam uraian
(II.5.104) sebagai berikut: “Sebelum penciptaan alam semesta adalah kondisi laya
(keseimbangan) dari semua Guna. dalam wujudnya yang Avyakta (tidak termanifestasi),
secara potensial terbentang seperti minyak susu (ghee) di dalam susu. Tuhan Yang Maha
Agung, dengan kekuatan Yoga-Nya, menciptakan ketidak-seimbangan dari Tri Guna dan
terciptalah Tiga Devata Utama (Tri Murti), Brahma (dari Rajas), Api atau Rudra (dari Tamas)
dan Visnu (dari Sattva). Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa yang membagi diri-Nya ke
dalam 3 fungsi utama itu”.

2.2.2.Stuktur Dunia Dalam Agama Hindu


Lapisan bumi Lapisan langit
Keterangan:
1. Atala Keterangan:
1. Bhurloka
2. Witala
2. Bhuwahloka
3. Sutala
3. Swahloka atau Swargaloka
4. Talatala
4. Mahaloka
5. Mahatala
5. Janaloka
6. Rasatala
6. Tapaloka
7. Patala
7. Satyaloka atau Brahmaloka
8. Kala Geni Rudra (inti bumi)
Lapisan bumi
Menurut agama Hindu, bumi berbentuk bulat dengan inti yang sangat panas di
dalamnya. Inti bumi tersebut merupakan neraka yang terpanas. Sebelum mencapai inti bumi,
ada tujuh lapisan yang menyusun bumi. Tujuh lapisan itu disebut Saptapatala. Penghuni
lapisan tersebut adalah makhluk supranatural dan naga. Saptapatala terdiri dari: Atala,
Witala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan Mahamaya; Witala
dipimpin oleh manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh
raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni
para Detya dan Danawa; Patala dipimpin oleh Basuki, raja para naga.

Lapisan Langit
Menurut agama Hindu, langit yang menyelimuti bumi terdiri dari tujuh lapisan.
Tujuh lapisan tersebut dikenal dengan istilah Saptaloka. Bhurloka adalah lapisan yang paling
bawah atau lapisan langit yang menyentuh bumi; Bhuwahloka adalah lapisan udara di
atasnya, antara langit dan matahari; Swahloka atau Swargaloka adalah kediaman
Dewa Indra; Maharloka adalah kediaman Resi Bhrigu; Janaloka adalah kediaman para
putera Brahma; Tapaloka merupakan kediaman ras makhluk yang disebut Weragi; Satyaloka
atau Brahmaloka merupakan kediaman Brahma.
2.2.3 Umur alam semesta menurut agama hindu
Dalam kitab-kitab suci Hindu disebutkan bahwa alam semesta diciptakan,
dimusnahkan, dan dibuat ulang menurut suatu siklus yang berputar abadi. Siklus tersebut
disebut Kalpa atau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun bagi
manusia sedangkan bagi Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi
Hindu, alam semesta berlangsung selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur
api atau air. Pada saat itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang satu
hari baginya. Proses itu disebut Pralaya (Katalismik) dan berulang-ulang selama seratus
tahun bagi Brahma (311 Triliun tahun bagi manusia) yang merupakan umur Brahma.
Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang berada pada tahun ke-51 bagi
Brahma atau 155 Triliun tahun telah berlangsung semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma
melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah
dimusnahkan diciptakan kembali. Proses ini merupakan siklus abadi yang terus berulang-
ulang dan tak akan pernah berhenti.
Masa hidup Brahma dibagi setiap satu siklus Mahayuga. Yuga terdiri dari empat
bagian, yang mana dalam setiap bagian merupakan zaman yang memiliki karakter berbeda-
beda. Mahayuga memiliki 71 Divisi, dan setiap divisi merupakan 14 Manvantara (1000)
tahun. Setiap Mahayuga berlangsung 4.320.000 tahun. Manwantara adalah siklus Manu,
leluhur manusia menurut kepercayaan Hindu.

BAB III
3.1 Simpulan
Ada beberapa konsep Penciptaan Alam semesta yang jika ditinjau dari Hinduisma
atau dari agama Hindu,Konsep itu dapat kita temukan baik dari Veda ataupun Purana-purana
Agama Hindu.Jika dilihat dari Veda terdapat dua Sūkta (himne) yang secara khusus
menguraikan tentang penciptaan jagat raya yang dikenal dengan sebutan Nasadiyasūkta dan
Puruṣasūkta. Yang pertama menjelaskan asal atau kejadian alam semesta dan yang kedua
merupakan dasar filosofis Veda yang menyatakan bahwa segala sesuatunya berasal dari
Yajña, yakni pengorbanan Tuhan Yang Maha Esa yang mesti diikuti oleh umat-Nya sebagai
usaha untuk menjaga kelangsungan dan harmoni alam semesta. Jika ditinjau dari purana
proses penciptaan alam semesta dapat kita lihat pada Isi pokok purana yang pertama kitab-
kitab Purāṇa umumnya dikenal dengan Pancalaksana, yaitu Sarga (ciptaan alam semesta
yang pertama/yang sangat halus).

DAFTAR PUSTAKA
Jro Mangku Shri Dhanu.2009.Penciptaan jagat raya menurut Agama Hindu.Diakses pada
tanggal 02 Nopember 2011 dari http://sanggrahanusantara.blogspot.Com/2009/11/
penciptaan -jagat-raya-menurut-hindu-dan.html

I Made Titib,Dr.2003.Purana Sumber Ajaran Hindu Komprehensip.Jakarta:Pustaka Mitra


Jaya
Diposting oleh blisoe di 19.49

http://soegitha.blogspot.com/2012/04/makalah-penciptaan-alam-semesta-menurut.html

Das könnte Ihnen auch gefallen