Sie sind auf Seite 1von 21

MAKALAH ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

“METODE ANALISIS LABOLATORIUM SAMPEL


PARAMETER AIR“
(Untuk Memenuhi Tugas Analisis Kualitas Lingkungan)
Dosen Pengampu : Andi Asnifatima., S.K.M., M.K.M

Disusun Oleh Kelompok 2


Dewi Indriani
Elsa Oktavia
Humaira Rachmawati
Nur M Ilham
Riski Harzani R
Syifa Aulia
Vera Sundari
Reguler IV B

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Air
merupakan komponen penting dalam lingkungan hidup yang akan mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Sementara itu, air sebagai salah satu
kebutuhan utama untuk menunjang kehidupan manusia memiliki resiko berupa adanya
penyakit bawaan air (water borne disease). Oleh karena itu, salah satu aspek yang
harus diperhatikan dalam penyelenggaraan penyediaan air bersih atau air minum
adalah pencegahan terhadap penyakit bawaan air (Slamet, 2000).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, yang disebut
sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung
diminum (Depkes RI, 2010).
Sementara itu, yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan dan harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan
dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Hadi,
2007). Oleh karena itu, pengolahan Sumber daya air sebaiknya dilakukan secara
terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas (Slamet, 2000).
Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas,
daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan
menurunkan kekayaan sumberdaya alam (Aryana, 2010).
Parameter yang diukur untuk menentukan kualitas air adalah parameter fisika,
kimia dan biologi. Beberapa parameter fisika yang digunakan untuk menentukan
kualitas air meliputi suhu, kekeruhan, warna, jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa, dan
bau (Effendi, 2003), beberapa parameter kimia yang digunakan untuk menentukan
kualitas air meliputi BOD dan COD, sedangkan parameter biologi untuk menentukan
kualitas air meliputi mikrobiologi yang hidup atau ada dalam air tersebut.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kita capai dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel air
2. Untuk mengetahui metode pengambilan sampel air
3. Untuk mengetahui cara pengukuran sampel air

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air


Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup dibumi, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum.
Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri.
Kehilangan air untuk 15% dan berat badan dapat mengakibatkan kematian yang
diakibatkan oleh dehidrasi. Karena orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak
1,5 liter – 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses
metabolisme.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan langsung diminum.

2.2 Sumber Air


Sumber air dialami terdiri dari atas air laut, air atmosfer, air permukaan dan air
tanah 1. Air Laut Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam nacα kadar
garam nacα dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum. 2. Air Atmosfer
Dalam kehidupan sehari-hari disebut air hujan, dapat terjadi pengkotoran dengan
adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran industri/debu. 3. Air
Permukaan Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air
bersih. 4. Air Tanah Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan
bumi dan menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.

3
2.3 Karekteristik Air
Selain berlimpah keberadaanya di muka bumi airpun memiliki karakteristik yang
khas. Menurut Effendi (2003) karakteristik tersebut adalah sebagai beriku:
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan yaitu 0°C (32°F)- 100°C, air
berwujud cair.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memicu sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
4. Air merupakan pelarut yang baik
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku

2.4 Pencemaran Air


Pencemaran air yaitu masuknya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain
didalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanya. Menurut kristanto, pencemaran
air adalah penyimpangan sifat-sifat dari keadaan normal.

2.5 Sumber Pencemaran


Erat kaitannya dengan masalah imdikator pencemaran air, ternyata komponen
penyemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut
Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari idustri, rumah tangga
(pemukiman) dan pertanian dapat dikelommpokkan sebagai bahan buangan: 1. Padat
2. Organic dan olahan bahan makanan 3. Anorganik 4. Cairan berminyak 5. Berupa
panas 6. Zat kimia.

4
2.6 Cara Pelaksanaan Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan pada tujuan pemeriksaan.
Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi
pengambilan sampel di air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan
danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut :
 Air Permukaan
1. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (DPS),
berdasarkan pada :
o Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau
masih sedikit pencemaran
o Sumber air tercermar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau di hilir sumber pencemar
o Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemanfaatan sumber air tersebut
2. Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada :
o Tempat masuknya sungai ke danau/waduk
o Di tengah danau/waduk
o Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
o Tempat keluarnya air danau/waduk

 Air tanah
Lokasi pengambilan sampel air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak
tertekan) dan air tanah tertekan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas (tidak tertekan) :
o Di sebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan sampan
kota/industri
o Di sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida
dan pupuk kimia
o Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin
o Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

5
2. Air tanah tertekan :
o Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan,
pedesaan, pertanian dan industri
o Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum
o Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah
o Di lokasi kawasan industri
o Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan
o Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis
(misalnya : cekungan artesis Bandung)
o Pada sumur observasi di wilayah pesisir dirnana terjadi penyusupan air
asin
o Pada sumur observasi penimbunan/pengolahan limbah industri bahan
berbahaya

 Air permukaan
Titik pengambilan sampel dapat dilakukan di sungai dan danau/waduk, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai (lihat Gambar 16) dengan
ketentuan :
o Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/ detik, contoh diambil pada satu
titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air
o Sungai dengan debit antara 5 - 150 m3/ detik, contoh diambil pada dua
titik masingmasing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x
kedalaman dari permukaan air ;
o Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/ detik contoh diambil minimum
pada enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2 dan 3/4 lebar sungai
pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air

6
2. Di danau/waduk, titik pengambilan sampel di danau /waduk dengan ketentuan :
o Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 1.0 m, contoh diambil
pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk ;
o Danau/waduk dengan kedalaman antara 10 - 30 m, contoh diambil pada
tiga titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar
danau/waduk ;
o Danau/waduk dengan kedalaman antara 30 - 100 m, contoh diambil
pada empat titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin
(metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di dasar danau/ waduk ;
o Danau/waduk yang kedalamannya Lebih dari 100 m, titik pengambilan
contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.

 Air Tanah
Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air tanah
tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas :
o Pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah
permukaan air dan sebaiknya diambil pada pagi hari ;
o Pada sumur bor dengan pompa tangan /mesin, contoh diambil dari
kran/mulut pompa tempat keluarnya air setelah air dibuang selama lebih
kurang lima menit.
2. Air tanah tertekan (artesis) :
o Pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah
ditentukan sesuai keperluan eksplorasi
o Pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air
dalam sumur bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga
kali ;
o Pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa keluarnya
air.

7
2.7 Persyaratan Alat Pengambil Sampel
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari logam)
2. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya
3. Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalammya
4. Kapasitas alat 1 - 5 L tergantung dari maksud pemeriksaan
5. Mudah dan aman dibawa.

2.8 Metode Pengambilan Sampel Air


Metode yang dipergunakan dalam pengambilan sampel air yaitu dengan cara
pengambilan sampel air pada satu titik pengukuran dengan menggunakan alat berupa
botol sampel yang terbuat dari kaca kemudian disimpan dalam cooling box untuk
pengujian parameter fisika (TDS, DHL, kekeruhan, warna, dan bau) serta pengujian
parameter kimia. Sementara itu, untuk parameter mikrobiologi digunakan botol kaca
yang telah steril pada satu titik pengambilan sampel dengan pengambilan sampel pada
kedalaman 30 cm dari permukaan perairan sehingga diperoleh gambaran kondisi
perairan yang sesungguhnya. Untuk parameter suhu dan pH, pengukuran dilakukan
secara langsung pada titik pengambilan sampel (in situ).

2.9 Metode Pengukuran


Pengukuran dilakukan secara in situ dan ex situ. Pengukuran secara in situ
meliputi pengukuran pada parameter suhu dan pH air. Sementara itu, pengukuran
secara ex situ meliputi pengukuran pada parameter bau, kekeruhan, rasa, warna, zat
padat terlarut (TDS), dan daya hantar istrik (DHL).

8
BAB III
PENGUKURAN LABOLATORIUM ANALISIS AIR

3.1 Pengukuran Parameter Fisika


3.1.1 Pengukuran sampel
Pada penelitian ini meliputi pengukuran parameter fisis air meliputi pengukuran
suhu, TDS, kekeruhan, DHL, pH, bau, rasa, dan warna air. Sementara itu, pada
pengukuran TDS, DHL dan warna sebelum dilakukan pengukuran sampel air
disaring menggunakan kertas saring berpori 0,45 μm agar diperoleh gambaran
air sesungguhnya. Pengukuran sampel akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengukuran Suhu
Pada pengukuran suhu, alat yang diperlukan adalah termometer gelas
alkohol, pengukuran suhu dilakukan pada air dan lingkungan. Cara kerja
untuk pengukuran suhu adalah sebagai berikut : Termometer yang
dipergunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan termometerpresisi atau
degan percobaan titik beku dan titik didih air. Pengukuran sampel mata air
dilakukan in situ. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum
mengukur sampel air adalah dengan mencatat suhu udara sekitar.
Kemudian termometer gelas alkohol dicelupkan ke dalam air, ditunggu
beberapa menit hingga termometer menunjukkan suhu yang konstan.
Diangkat dan dicatat suhunya.

2. Pengukuran Total Dissolved Solid(TDS)


Pengukuran TDS dilakukan untuk mengukur banyaknya zat padat total
pada sampel dalam satuan mg/L. Alat yang digunakan untuk mengukur
TDSadalah TDS meter seperti pada Gambar 3.1.2 Metode yang
dipergunakanadalah Potensiometer. Cara kerja untuk pengukuran TDS
adalah sebagai berikut: Alat dihidupkan dengan menekan tombol mode,
kemudian setditekan untuk mencari anallisis TDS lalu ditunggu hingga
pada layar tertera nilai ppm. Kemudian elektrode dimasukkan pada sampel

9
yang diukur lalu ditunggu hingga nilai yang tertera pada layar
menunjukkan nilai yang stabil/tidak berubah-ubah dalam satuan ppm. Nilai
yang tertera pada alat merupakan nilai TDS yang terkandung di dalam
sampel yang diukur. Setelah selesai pengukuran, elektrode pada alat TDS
meter diangkat dan dibilas dengan air suling/aquades lalu dikeringkan
dengan tisue. Kemudian alat dimatikan dengan menekan tombol
modehingga pada layar tidak muncul nilai.

Gambar 3.1.2 TDS Meter

3. Pengukuran Kekeruhan
Kekeruhan air diukur dengan alat turbidity meterseperti pada Gambar 3.1.3
Pada alat ini, nilai kekeruhan hasil pengukuran secara otomatis dapat
diketahui dalam satuan NTU (Nephlometer Turbidity Units). Metode yang
digunakan adalah visualdengan turbidimeter hellige. Cara pengujiannya
adalah dengan membandingkan intensitas cahaya yang melalui contoh air
dengan intensitas cahaya yang melalui larutanbaku silika. Langkah-
langkah pengukuran kekeruhan adalah sebagai berikut:
(1)Menekan tombol on/offuntuk menghidupkan alat, menunggu hingga
alat menyala dan tertera “Rd”.
(2) Memasukkan sampel ke dalam botol sampel kemudian menutup botol.
Langkah selanjutnya yaitu dengan menekan tombol read pada alat dan
menunggu nilai yang muncul pada layar yang menyatakan nilai kekeruhan
sampel.

10
Gambar 3.1.3 Turbidimeter

4. Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL)Daya hantar listrik dinyatakan


dalam satuan μmhos/cm yang merupakan nilai konduktansi dari suatu
konduktor dengan panjang 1 cm dan mempunyai nilai penampang 1 cm2
(Kurniawan, 2014). Peralatan yang dipergunakan adalah konduktivitimeter
seperti pada Gambar 3.1.4 Cara kerja untuk pengukuran daya hantar listrik
adalah sebagai berikut:
(1) Memasukkan elektroda ke dalam wadah yang berisi sampel lalu melihat
nilai yang tertera pada alat dan menunggu hingga nilai stabil.
(2) Nilai yang tertera pada layar merupakan nilai sampel.

Gambar 3.1.4 Konduktivity

5. Pengukuran pH
Alat yang digunakan untuk mengukur pH adalah pH meter seperti pada
Gambar 3.1.5 Cara kerja untuk pengukuran pH air adalah sebagai berikut:
menghidupkan alat dengan cara menekan tombol on/off,kemudian ditekan
Calhingga muncul insert pH pada layar monitor, selanjutnya elektroda
dimasukkan ke larutan buffer pH 7, setelah itu Calditekan sampai muncul
nilai 7 pada layar monitor. Elektroda diangkat dan dibilas dengan

11
menggunakan aquades. Langkah selanjutnya Cal ditekan sampai muncul
insert buffer pH 4 pada layar monitor, lalu elektroda pH dimasukkan ke
dalam larutan buffer pH 4 sampai muncul nilai pH 4 pada layar monitor.
Setelah selesai dikalibrasi, alat dapat digunakan dengan cara sebagai
berikut: 1) Memasukkan elektroda alat pH meter ke dalam sampel yang
akan diukur (2) Menekan tombol readpada alat dan menunggu hingga nilai
pada alat stabil. Angka yang tertera merupakan nilai pH pada sampel yang
diukur.

Gambar 3.1.5 pH Meter, Larutan Buffer

6. Pengukuran Bau dan Rasa


Pengukuran bau dan rasa dilakukan untuk menunjukkan bau dan rasa yang
tidak normal. Cara kerja pengukuran yaitu diuji secara organoleptik.
Prinsip pengukuran yaitu dengan membandingkan bau dan rasa sampel
dengan air baku standar (aquades). Sampel dipantau selama 6 (enam hari)
dalam wadah sehingga parameter bau dapat ditentukan dengan lebih
akurat.

7. Pengukuran Warna
Pengukuran warna ditentukan dengan membandingkan warna sampel
dengan larutan standar warna. Dalam penelitian ini digunakan larutan
standar warna platina kobalt (PtCo) dengan alat colorimeter sepertipada
Gambar 3.1.7 Cara kerja pengukuran yaitu dengan menyaring sampel
dengan kertas saring berpori 0,45 μm. Warna sampel dibandingkan dengan
warna standar dengan cara melihat vertikal lurus tabung yangdiberi alas

12
warna putih, kemudian diukurdengan menggunakan alat colorimeter. Deret
standar tertera dalam paket alat colorimeter yang digunakan.

Gambar 3.1.7 Larutan standar warna platina kobalt, Colorimeter

3.2 Pengukuran Parameter Kimia


3.2.1 Pengukuran sampel
Pada penelitian ini meliputi pengukuran parameter kimia air meliputi
pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen
Demand (COD).
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerob.
COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah
jumlah oksigen yag dibutuhka untuk mengoksidasi zat-zatorganik yang ada di
dalam satu liter sampel air dimana pengoksidannya adalah K2Cr2O7 atau
KmnO4
Pengukuran sampel BOD akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Skema Kerja:
Alat:
a. Botol Winkler (6 buah)
b. Buret dan statif
c. DO meter
d. Gelas Ukur 100 ml
e. Corong Kaca
f. Erlenmeyer 500 ml (3 buah)

13
g. Pipet Ukur (3 buah)
h. Bulb
i. Beaker Glass
Bahan
a. Larutan MnSO4
b. Larutan Alkali Iodida Azida
c. H2SO4 pekat
d. Larutan Na-tiosulfat 0,025 N
e. Larutan Indikator Amylum
f. Sampel Air waduk UNDIP
g. Aquadest
h. Label
(Alat dan bahan terlampir)
a. Pengukuran DO dan Suhu dengan DO meter:
 Disiapkan alat dan bahan
 DO meter dan beaker glass dicuci dengan aquades dan
dikeringkan menggunakan tisu
 DO meter dinyalakan dengan menekan tombol ‘ON’ hingga
muncul keterangan bagian atas DO dan bagian bawah suhu
 DO meter dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi
sampel air hingga muncul nilai DO dan suhunya
 Dicatat hasil DO dan suhu yang muncul pada DO meter saat
keterangan ‘ready’ muncul
 DO meter diangkat, kemudian tombol ‘OFF’ ditekan.
 DO meter dibersihkan kembali menggunakan aquades dan
dikeringkan.
b. Pengukuran BOD0
 Disiapkan alat dan bahan
 3 botol winkler dilabeli masing-masing BOD0 1,2,3

14
 Sampel air dimasukkan kedalam masing-masing botol hingga
penuh dan dipastikan tidak terdapat gelembung udara didalam
botol
 Masing-masing botol diberi larutan MnSO4 sebanyak 2 ml
 Botol BOD0 1,2,3 ditmbahkan larutan iodida azida masing-
masing 2 ml, ditutup dan dihomogenkan dengan cara dikocok
bolak-balik. Diamkan selama 5 menit.
 Dipisahkan fase beningnya sebanyak 100 ml dalam erlenmeyer
 Fase endapan ditambah larutan H2SO4 masing-masing 2 ml
tiap botol, dihomogenkan.
 Dipindahkan larutan tersebut sebanyak 150 ml kedalam 3
erlenmeyer yang berisi 100 ml fase bening tadi sesuai label dan
dihomogenkan.
 Dititrasi menggunakan larutan Na-tiosulfat secara perlahan
hingga terjadi perubahan warna menjadi cokelat muda
 Masing-masing botol ditambahkan indikator amylum sebanyak
2 ml
 Dititrasi lagi menggunakan larutan Na-tiosulfat secara perlahan
hingga terjadi perubahan warna menjadi cokelat muda
 Dicatat banyaknya Na-tiosulfat yang digunakan.

Dampak terhadap Lingkungan dan Kesehatan Semakin banyak bahan


organik dalam air, maka semakin besar BOD nya sedangkan DO nya akan
semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat DO nya tinggi sedangkan
BOD dan zat padat terlarutnya rendah. Apabila kadar oksigen terlarut kurang,
dapat mengabikbatkan hewan-hewan yang menempati perairan tersebut akan
mati dan perairan menjadi tercemar.Dampak bagi kesehatan yaitu dapat
menyebabkan diare bagi orang yang mengonsumsi air yang memiliki kadar
BOD tinggi.

15
2. Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)
Skema kerja:
Alat
a. Beaker Glass
b. Pipet Ukur
c. Bulb
d. Penjepit Kayu
e. Thermoreaktor
f. COD Analizer
Bahan
a. Larutan Standart K2Cr2O7 0,25N
b. Air Suling
c. Sampel Air Limbah
d. Larutan Blanko
e. Tissue
(Alat dan bahan terlampir)
Prosedur Kerja
 Disiapkan alat dan bahan
 Air sampel dimasukkan kedalam reagen K2Cr2O7 , lalu
dihomogenkan
 Reagen yang berisi sampel dipanaskan menggunaka
Thermoreaktor slama 2 jam dengan suhu 148C
 Sambil menunggu reagen panas, lalrutan blanko dimasukkan ke
COD Analizer sampai menghasilkan agka 0 agar COD
Analizernya netral
 Reagen diangkat lalu dikeringkan dengan tissue
 Setelah 2 jam reagen yang berisi sampel diambil menggunakan
penjepit dan didinginkan dalam beaker glass yang berisi air
selama 10 menit

16
 Reagen berisi sampel kemudian dimasukkan ke dalam COD
Analizer
 Diamati angka yang dihasilkan dan dikonversikan

Berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 1995 baku mutu COD limbah


cair kelas II yaitu sebesar 300 mg/L . Sehingga air limbah laundry melebihi
baku mutu air limbah dari segi parameter COD (470 mg/L > 300 mg/L).
Konsentrasi COD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut di
dalam air menjadi rendah, bahkan habis sama sekali. Akibatnya oksigen
sebagai sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuh-tumbuhan )
tidak dapatt terpenuhi sehingga makhluk air tersebut menjadi mati

3.3 Pengukuran Parameter Biologi


3.3.1 Pengukuran Sampel
Pada penelitian ini meliputi pengukuran parameter biologi air meliputi
pengukuran mikrobiologi yang ada pada air. Pengambilan contoh untuk
pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan pada air permukaan dan air tanah
dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Air permukaan secara langsung tahapan pengambilan contoh ini sebagai
berikut :
o Siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 mL dan telah
disterilkan pada suhu 120°C selama 15 menit atau dengan cara
sterilisasi lain
o Ambil sampel dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan
celupkan botol stern + 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi
mulut botol berlawanan dengan arah aliran.
2. Air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung
tahapan pengambilan ini sebagai berikut :
o Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium
o Ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol

17
o Buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol
perlahan-lahan ke dalam permukaan air
o Tarik tali sambil digulung
o Buang sebagian isi botol hingga volumcnya ± 3/4 volume botol.
o Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali.
3. Air tanah pada sumur gali, tahapan pengambilan sampel sama dengan
pengambilan sampel pada air permukaan dari jembatan atau lintasan
gantung;
4. Air tanah pada kran air tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :
o Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium
o Buka kran selama 1 - 2 menit
o Sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap air
o Alirkan lagi air selama 1 - 2 menit
o Buka tutup botol steril dan isi sampai ± 3/4 volume botol
o Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi.
Adapun alat yang dapat digunakan untuk pengambilan sampel air yaitu:
Gambar alat pengambilan sampel air

Horizontal sampel water Cool Box sampel

Vertikal Sampel Water

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup dibumi, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Parameter yang diukur untuk menentukan kualitas air adalah parameter fisika, kimia
dan biologi. Beberapa parameter fisika yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, kekeruhan, warna, jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa, dan bau,
beberapa parameter kimia yang digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi
BOD dan COD, sedangkan parameter biologi untuk menentukan kualitas air meliputi
mikrobiologi yang hidup atau ada dalam air tersebut.
Pengukuran dilakukan secara in situ dan ex situ. Pengukuran secara in situ
meliputi pengukuran pada parameter suhu dan pH air. Sementara itu, pengukuran
secara ex situ meliputi pengukuran pada parameter bau, kekeruhan, rasa, warna, zat
padat terlarut (TDS), dan daya hantar istrik (DHL), pengukuran parameter kimia dan,
parameter biologi.

4.2 Saran
Saat pengambilan sampel harus dilakukan dengan steril, agar saat dilakukan
pengecekan labolatorium menjadi valid untuk menentukan hasilnya. Dan saat
pengambilan sampel harus diperhatikan titik pengambilan sampel dengan benar

19
LAMPIRAN
PENGUKURAN PARAMETER KIMIA

Beaker Glass Pipet Ukur Penjepit Kayu Thermoreaktor

Botol Winkler Buret COD Analyzer DO Analyzer

20

Das könnte Ihnen auch gefallen