Sie sind auf Seite 1von 7

NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN RESIKO


PERILAKU KEKERASAN DENGAN FOKUS STUDI
LATIHAN ASERTIF DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

KTI
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Pada Program
Studi D III Keperawatan Semarang

Disusun :
Dian Rahmawati
P1337420115097

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Naskah Publikasi dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien

Resiko Perilaku Kekeraan Dengan Fokus Studi Latihan Asertif Di RSJD

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah telah disetujui dan dinyatakan

memenuhi syarat untuk diunggah atau di upload pada laman repository.poltekkes-

smg.ac.id Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Semarang, April 2018

Pembimbing I

Ramelan Sugijana, SPd,Mkes

NIP. 195704301983031001
NASKAH PUBLIKASI
http://ejournal.poltekkes-smgacid/ojs/index.php/jrk

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DENGANFOKUS STUDI LATIHAN ASERTIF DI RSJD
AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Dian Rahmawati (2018)


Dosen Pembimbing 1: Ramelan Sugijana, SPd,Mkes
Dosen Pembimbing 2: wien soelistyo Adi, SPd, SKM, MHKes

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang

Abstract
Background : Violent behaviour is an expression of feeling angry that can cause harm to physical,
good in yourself and other people as well as the surrounding environment canbe endangering or
can make desdructive propulsion. Desdructive is one of action can make break something, client
the risk of violent behaviour with the asertive training to lose feeling angry.
The purpose from this observation for analyzing orphanage of nursing with client the risk of
violent behaviour with the asertive training in RSJD Dr. Amino Gondohutomo of Central Java.
The subject from this study is client with principle diagnosis riskthe behaviour of meet criteria of
inclusion adulthood (18-55 years old), may communicate verbal, and the client with the risk of
violent behaviour. This study was conducted for 5 (five) days in RSJD Dr. Amino Gondohutomo
of Central Java. Instrument who used is the format orphanage souls and medical equipment (
tensimeter and stetoscope ). The techniques collecting data done by the interview, a physical
examination, observations, and studies documentation.
The result of obtained after orphanage nursing is there decrease in the feeling angry at the subject
of both compared with the subject of the first. Based on the provision orphanage nursing, proved
the subject of both tend to cooperative and more easily when done the asertive training, while the
subject of the first ten to be more difficult when trained asertive training, because lack of
concentration while trained. By doing asertive training, then the client more able to control his
temper with how to express to other people without having to hurt. Asertive training is
components pf therapy behaviour so that the individual more able to control her/his emotion.

Keywords: The risk of violent behaviour, asertive trainning

Abstrak

Latar belakang: : Perilaku kekerasan adalah suatu ungkapan dari perasaan marah yang dapat membahayakan
fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain serta dapat membahayakan lingkungan sekitar atau hilang
kontrol dan akan menimbulkan dorongan destruktif. Destruktif merupakan suatu tindakan yang dapar
merusak, memusnahkan, atau menghancurkan. Kegiatan yang berpengaruh pada klien resiko perilaku
kekerasan dengan latihan asertif untuk menurunkan perasaan marahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa asuhan keperawatan pada klien resiko perilaku kekerasan dengan
latihan asertif di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Subjek dalam penelitian ini adalah klien dengan diagnosa utama resiko perilaku kekerasan yang memenuhi
kriteria inklusi yaitu klien usia dewasa (18-55 tahun), dapa berkomunikasi verbal, dan klien dengan resiko
perilaku kekerasan. Penelitian ini dilakukan selama 5 hari di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Instrumen yang digunakan adalah format asuhan keperawatan jiwa dan alat kesehatan (tensimeter
dan stetoskop). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi,
dan studi dokumentasi.
Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan adalah terdapat penurunan perasaan marah pada
subjek kedua dibanding dengan subjek pertama. Berdasarkan saat pemberian asuhan keperawatan, terbukti
subjek kedua cenderung kooperatif dan lebih mudah ketika dilakukan latihan asertif, sedangkan subjek
pertama cenderung lebih sulit saat dilatih latihan asertif karena kurangnya konsentrasi saat dilatih. Dengan
dilakukannya latihan asertif, maka klien lebih mampu untuk mengontrol amarahnya dengan cara
mengungkapkan kepada orang lain tanpa harus menyakiti. Latihan asertif merupakan komponen dari terapi
perilaku sehingga individu lebih mampu mengontrol emosi yang ada pada dirinya.

Kata kunci : Resiko Perilaku Kkeraan, Latihan Asertif.

1. Pendahuluan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,


kesehatan jiwa adalah suatu kebutuhan akan status dan prestise
kondisi dimana seorang individu yang tidak terpenuhi. Frustasi, sesorang
merasa sehat baik dalam hal emosional, yang mengalami hambatan dalam
psikososial maupun sosial, serta mencapai tujuan/keinginan yang
memiliki koping yang positif , konsep diharapkannya menyebabkan ia
diri yang positif dan memiliki menjadi frustasi. Ia merasa terancam
hubungan interpesonal yang dan cemas. Jika ia tidak mampu
memuaskan. Sedangkan gangguan jiwa menghadapi rasa frustasi itu dengan
adalah suatu sindrom yang dapat cara lain tanpa mengendalikan orang
merubah seorang individu menjadi tak lain dan keadaan sekitarnya misalnya
terkontrol baik emosional maupun dengan kekerasan. Hilangnya harga diri
psikososialnya yang disebabkan oleh ; pada dasarnya manusia itu
distres aatau penderitaan yang dapat mempunyai kebutuhan yang sama
menimbulka gangguan pada kehidupan untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
manusia. terpenuhi akibatnya individu tersebut
Perilaku kekerasan merupakan suatu mungkin akan merasa rendah diri, tidak
keadaan di mana seseorang melakukan berani bertindak, lekas tersinggung,
tindakan yang dapat membayakan lekas marah, dan sebagainya sehingga
secara fisik baik diri sendiri, orang lain, bisa mecetus terjadinya perilaku
lingkungan (Stuart & Sundeen 1995, kekerasan. Kebutuhan akan status dan
dalam fitria 2009). Perilaku kekerasan prestise ; Manusia pada umumnya
atau agresif merupakan suatu bentuk mempunyai keinginan untuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai mengaktualisasikan dirinya, ingin
seseorang secara fisik maupun dihargai dan diakui statusnya.
psikologis (Berkowitz, 1993). Salah satu cara atau tindakan yang
Perilaku kekerasan merupakan dapat dilakukan untuk mengurangi
suatu keadaan di mana seseorang perilaku kekerasan adalah dengan
melakukan tindakan yang dapat terapi komunikasi verbal. Komunikasi
membayakan secara fisik baik diri verbal adalah salahsatu cara
sendiri, orang lain, lingkungan (Stuart & mengungkapkan kemarahan dengan
Sundeen 1995, dalam fitria 2009). kalimat yang lebih baik/ halus.
Perilaku kekerasan atau agresif Komunikasi verbal yang akan saya
merupakan suatu bentuk perilaku yang bahas dalam karya tulis ilmiah ini
bertujuan untuk melukai seseorang adalah terapi Asertif. Asertif adalah
secara fisik maupun psikologis tindakan mengemukakan
(Berkowitz, 1993). pendapat/ekspresi tidak senang/tidak
Beberapa faktor yang setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
mempengaruhi terjadinya kemarahan Latihan asertif dapat dilakukan dengan
prinsip komunikasi langsung pada Klien juga mengatakan pada saat marah
orang lain sebagai contoh: mengatakan mendengar suara-suara yang
tidak untuk hal yang tidak menyuruhnya memukul orang lain
beralasan/tidak logis, mampu yang berakibat klien memukul
mengungkapkan keluhan, anaknya. Hal ini sesuai dengan teori
mengungkapkan penghargaan/pujian. (Prabowo, 2014) yaitu perilaku
Pelaksanaan asertif dapat terlihat kekerasan ini selain akibat kontrol
melalui bahasa tubuh, mendengar dan marah yang tidak sesuai juga dapat
percakapan (Ermawati, dkk, 2009). mencederai diri, orang lain, dan
lingkungannya.
Tujuan umum dari penelitian ini Nn. A sering mengamuk dirumah.
adalah mengetahui penatalaksanaan Klien sering melempar-lempar barang,
keperawatan jiwa pada klien Resiko kadang sampai membakar sprei.
Perilaku Kekerasan di RSJD Amino dirumah klien sering teriak-teriak, tidur
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah kurang. Sesuai dengan teori (Prabowo,
Melihat masih tingginya kasus 2014) yang menyatakan resiko perilaku
Resiko Perlaku Kekerasan dan mafaat kekerasan ini dapat terjadi karena
dari Latihan Asertif dirumah sakit. kemarahan yang tidak sesuai sehinga
Untuk itu dilakukan penyusun karya mengakibatkan tindakan -tindakan yang
tulis ilmiah dengan judul “Asuhan dapat membahayakan/mencederai diri
Keperawatan Jiwa Pada Klien Resiko sendri, orang lain bahkan merusak
Perilaku Kekerasan Dengan Fokus Studi lingkungan. Pengertan klien Ny. S dan
Latian Asertif Di RSJD Amino klien Nn. A ini didukung dengan teori
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah”. (Yosep, iyus, 2010) yang menyatakan
bahwa perilaku kekerasan adalah suatu
2. Metode keadaan emosi yang merupakan
Metode yang digunakan adalah campuran perasaan frustasi dan benci
metode deskriptif. Metode deskriptif atau marah. Hal ini didasarkan keadan
bertujuan untuk mendeskripsikan emosi yang mendalam dari setiap orang
(memaparkan) peristiwa – peristiwa sebagai bagian penting dari keadaan
penting yang terjadi pada masa kini emosional kita yang dapat
(Nursalam, 2009). Laporan kasus ini diproyeksikan kelingkungan, kedalam
melaporkan perbandingan dari hasil diri atau destruktif.
asuhan keperawatan antara dua klien Ny. S mengatakan klien merasa
yang mengalami resiko perilaku marah kepada keluarganya karena
kekerasan dengan latihan asertif. merasa tidak dianggap. Pengobatan
Instrumen yang digunakan dalam sebelumnya kurang berhasil, dan klien
kegiatan penelitian adalah Format putus obat sudah 1 bulan. Ini sesuai
Asuhan Keperawatan. dengan teori (Towsend, 1996, dalam
buku H. Iyus Yosep & Titin Sutini, 2014)
3. Hasil dan Pembahasan bahwa perilaku kekerasan dapat dipicu
Pengkajian pada Ny. S (Klien I) klien karena stress psikologis sehingga
sering marah-marah tanpa menyebabkan dorongan tindakan yang
alasan,mondar-mandir, tidak mau agresif.
mendengarkan orang lain, tidur di Nn. A merasa marah dan
sembarangan tempat kalau dilarang jengkel karena megingat kakaknya yang
marah.. Sesuai dengan teori (Prabowo, dianggapnya lebih sempurna dan lebih
2014) mengatakan bahwa perilaku disayang orang tuanaya. Hal ini sesuai
kekerasan adalah suatu ekspresi dengan teori (Riyadi dan Purwanto,
kemarahan yang tidak sesuai karena 2009) sesuai dengan faktor psikologis
tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. yaitu teori agresif-frustasi, menurut
teori ini perilaku kekerasan terjadi emosi dari klien resiko perilaku
sebagai hasil akumulasi frustasi yang kekerasan menggunakan 5 strategi
terjadi apabila keinginan individu untuk pelaksanaan. Rencana tindak lanjut
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. yang dilakukan, mempertahankan klien
Keadaan tersebut dapat mendorong untuk dapat membina hubungan saling
individu berperilaku agresif karena percaya dengan cara berinteraksi
perasaan frustasi akan berkurang dengan penulis, menerapkan
melalui perilaku kekerasan. komunikasi terapeutik dengan klien,
Tanda dan gejala yang dialami klien mempertahankan cara mengontrol
Ny. S yaitu saat membicarakan yang perilaku kekerasan dengan cara yang
tidak membuatnya senang, secara fisik diajarkan pada klien.
dapat dilihat muka klien tegang dan Pencapaian yang telah
pandangan tajam. Secara verbal dilihat diperoleh Ny. S dan Nn. A mampu
yaitu bicara dengan nada tinggi, keras, melaksanakan tindakan yang diajarkan,
dan kadang ketus. Perilaku yang pernah namun masih perlu setiap hari
dilakukannya adalah marah-marah dilakukan evaluasi tindakan masing-
tanpa alasan, tidak mau mendengarkan masing strategi pelaksanaan. Tahap
orang lain, hingga memukul anaknya. terminasi sangat penting dilakukan
Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala karena sesuai dengan teori Stuart G.W.
menurut (Yosep, 2009). Hal yang sama (1998) dalam Suryani (2005),
terjadi pada klien Nn. A, tanda gejala menyatakan bahwa proses terminasi
yang dialami klien adalah secara fisik perawat-klien merupakan aspek penting
dapat dilihat klien tampak tegang, mata dalam asuhan keperawatan, sehingga
melotot. Secara verbal yaitu klien jika hal tersebut tidak dilakukan dengan
mengatakan iri kepada kakaknya yang baik oleh perawat, maka regresi dan
dianggap lebih sempurna darinya, nada kecemasan dapat terjadi lagi pada klien.
bicara klien tinggi. Perilaku yang pernah Timbulnya respon tersebut sangat
dilakukan melempar-lempar barang, dipengaruhi oleh kemampuan perawat
kadang sampai membakar sprei. untuk terbuka, empati dan responsif
Dirumah. terhadap kebutuhan klien pada
pelaksanaan tahap sebelumnya.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5 x 24 jam, pada 4. Simpulan dan Saran
dua klien mendapatkan perbedaan pada Berdasarkan hasil dan pembahasan
Ny. S masih dendam dengan yang telah diulas, maka dapat disusun
keluarganya, namun klien berjanji simpulan sebagai berikut :
untuk sedikit demi sedikit mengontrol Berdasarkan hasil pengkajian
marahnya dan mengurangi rasa pada Ny. S (Klien I), klien sering merasa
dendamnya, jika klien ingin marah klien jengkel, klien terlihat emosi, matanya
mengendalikannya dengan latihan melotot, pandangan tajam, mada suara
asertif untuk mengkomunikasikannya tinggi dan keras.. Pada Nn. A (Klien II),
secara verbal sesuai dengan tindakan Klien sering melempar-lempar barang,
yang sudah diajarkan. Sedangkan Nn. A kadang sampai membakar sprei. Nn. A
sudah tidak ingin marah lagi saat ini, mampu membina hubungan saling
jika klien ingin marah klien percaya dengan mudah dan mampu
mengendalikan marahnya dengan mengikuti arahan dengan mudah.
teknik latihan aserif dan dengan teknik Rencana dilakukan selama 5
lain yang sudah diajarkan oleh penulis. hari yaitu dengan melakukan SP 1 p
Hal ini sesuai dengan teori Keliat (2010) sampai SP 5 p pada klien dengan
untuk mengontrol dan mencegah resiko gangguan resiko perilaku kekerasan
perilaku kekerasan, cara mengurangi namun lebih difokuskan pada SP 3
mengungkapkan secara verbal dengan Ah. Yusuf, R. F. (2015). Buku Ajar
latihan asertif. Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Implementasi yang dilakukan Jakarta: Salemba Medika.
pada Ny. S hasil yang diperoleh yaitu Azis. A. R., (2015) Efektivitas Pelatihan
klien mampu melakukan teknik latihan asertivitas untuk Meningkatkan
asertif dalam hari ketiga, sedangkan Perilaku Asertif . Jurnal
hari pertama dan ketiga klien tidak konseling dan pendidikan. Vol.
dapat berkonsentrasi sehingga latihan 1 (2). 8-14
yang dilakukan tidak bisa maksimal. Corey, G. 2009. Teori dan Praktek
Sedangkan implementasi pada Nn. A Konseling dan Psikoterapi.
hasil yang diperoleh yaitu klien mampu Bandung: PT Refika Aditama.
melakukan latihan asertif pada hari Day, X S. 2008. Theory and
pertama, kedua, dan ketiga tanpa Design in Counseling and
halangan, dan mampu berkonsentrasi Psychotherapy. New York:
sehingga hasilnya bisa maksimal. Lahaska Press.
Hasil evaluasi keperawatan selama 5 Danny I., Anjas S., Ulfa N. (2012)
hari pertemuan adalah Ny. S (Klien I) pengaruh terapi aktivitas kelompok
dan Nn. A (Klien II) mampu melakukan asertif terhadap perubahan perilaku
semua standar pelaksanaan dengan pada pasien perilaku kekerasan.
baik. Namun Klien Ny. S (Klien I) belum Jakarta: EGC
mampu melakukan latihan asertif, Dermawan, D. & Rusdi. (2013).
namun Nn. A (Klien I) mampu Keperawatan Jiwa : Konsep dan
melakukan latihan asertif. Dengan Kerangka Kerja Asuhan
diberikannya latihan asertif klien Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
menjadi lebih mudah untuk Gosyen Publishing.
bersosialisasi dan mampu Keliat, Budi Anna dkk.2006. Proses
mengungkapkan perasaan marah Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi
kepada orang lain yang bisa 2. Jakarta:EGC.
menciptakan perasaan lega.

5. Ucapan Terimakasih
Terimakasih secara khusus saya
sampaikan kepada:
a. Bapak Warijan, SPd,A.kep,MKes
sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang.
b. Direktur dan segenap pegawai RSJD
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
c. Dan semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini.

6. Daftar pustaka
Aditya. (2014). Terapi Perilaku
(Behaviour Therapi), (Online).
(http://adityaadityaa.wordpres
s.com/2014/05/21/terapi-
perilaku-behavior-therapy/
diakses pada tanggal 26
Desember 2017 )

Das könnte Ihnen auch gefallen