Sie sind auf Seite 1von 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Kelenjar Hipofise (Pituitari)


Hipofisis terletak di baris cranii dalam sella tursica yang terbentuk oleh os
sphenoidale, Sella tursica dekat dengan chiasmaopticum. Besarnya kira-kira 10 x
13 x 6 mm dan beratnya sekitar 0,5 gram. Bentuk anatomis dari hipofisis sangat
kompleks dan agar pengertian tentang susunannya ia harus ditinjau kembali sejak
pembentukannya didalam embrio. Kelenjar hipofise sebenarnya terdiri dari dua
kelenjar, pituitari anterior yang berukuran lebih besar terletak di anterior atau
disebut adenohipofise dan pituitari posterior atau neurohipofise. Dua bagian dari
hipofisis, yakni ADENOHIPOFISIS (bagian anterior) dan NEUROHIPOFISIS
(bagian posterior). Berat adenohipofisis sekitar 75% dari seluruh hipofisis. Lobus
anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dngan hipotalamus melalui tangkai
hipofisis, lobus anterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus.
Bagian anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan karena memiliki
kemampuan dalam mengatur fungsi-fungsi dari kelenjar hipofisis endokrin lain,
maka bagian anterior kelenjar hipofisis ini dikenal juga dengan nama master gland.
Lobus posterior kelenjar hipofisis terutama berfingsi untuk mengatur
keseimbangan cairan. Pituitari anterior biasa juga disebut sebagai Master of gland,
karena pengaruhnya pada kelenjar lain dan pada seluruh tubuh. Pengaruh ini
dilaksanakan oleh 6 hormon yang diproduksi oleh sel yang berbeda- beda
yangterdapat di lobus anterior hipofise, dan oleh dua hormon yang diproduksi oleh
lobus posterior hipofise.
Bagian anterior kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi dan karena memiliki
kemampuan dalam mengatur fungsi-fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin lain,
maka bagian anterior kelenjar hipofisis ini dikenal juga dengan nama kelenjar
utama (Master Of Gland). Sel-sel hipofisis anterior merupakan sel-sel yang khusus
menyekresikan hormon-hormon tertentu. Tujuh macam hormon dan peranan
metabolik fisiologinyatelah diketahui dengan baik. Hormon- hormon tersebut
adalah Adreno Cortoco Tropichormone (ACTH), Melanocyte-Stimulating
Hormone (MSH), Thyroid-Stimulating Hormon (thyrotropin, TSH), Follicle-
Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), Growth Hormon (GH)
dan Prolactin (PRL). Beberapa hormon ini (ACTH,MSH, GH, dan prolaktin)
merupakan polipeptida, sedangkan hormon yang lainnya (TSH, FSH, dan LH)
merupakan glikoprotein. Penelitian morfologis menemukan bahwa setiap hormon
disintesis oleh satu jenis sel tertentu. Dapatdikatakan bahwa bagian anterior
kelenjar hipofisis sesungguhnya merupakan gabungan dari beberapa kelenjar yang
berdiri sendiri-sendiri, yang semuanya berada di bawah pengawasan hipotalamus.
a. Hipofisis :
1) Terletak di bawah hipotalamus
2) Terdiri dari hipofisis anterior dan hipofisis posterior
3) HIPOFISIS ANTERIOR: memproduksi growth hormone (GH), adreno
corticotrophic hormon (ACTH), thyroid stimulating hormone, (TSH),
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH),
prolaktin, thyrotropin releasing hormone
4) HIPOFISIS POSTERIOR: mengahsilkan anti diuretic hormone (ADH),
oksitosisin
b. Kelenjar hipofisis
1) Merupakan bagian otak terletak di bawah hipotalamus.
2) Kerja hipofisis dipengaruhi oleh hipotalamus
3) Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-
hipofisis.
4) Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai
hipofisis, sehingga hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.
c. Hormon- hormon yang di sekresi oleh hipofisis
1) Growth Hormone (GH) atau somatotropin
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari
hipotalamus) GH diperlukan untuk:
a) Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
b) Mengatur sistesis protein dan pembungan nutrien
c) Efek pertumbuhan diperoleh oleh somatomedin yang dikeluarkan oleh
GH tsb.
2) Adreno corticotrophic hormone (ACTH)
Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari
hipotalamus. Fungsi dari hormon ini adalah :
a) Berfungsi merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal
b) Mengatur produksi kortisol
3) Thyroid stimulating hormone (TSH)
a) TSH menyebabkan pelepasan tiroksin dan triyodotironin
b) Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH)
dari hipotalamus
c) Merangsang pertumbuhan
4) Follicles stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH).
FSH dan LH dikenal sebagai gonadrotropin. Fungsi dari kedua hormon ini
adalah:
a) Pada pria FSH merangsang spermatogenesis dan LH merangsang
sekresi testosteron oleh sel leydig (sel interstitial testis).
b) Pada wanita FSH merangsang perkembangan folikel dan sekresi
estrogen oleh sel-sel folikel. LH merangsang sekresi progesteron oleh
korpus luteum.
5) Prolaktin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH. Fungsi
prolakstin ; Menstimulasi produksi ASI
6) Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya
adalah uterus dan payudara. Oksitosin berfungsi meningkatkan kontraksi
uterus dan menyebabkan laktasi
7) Anti Diuretic Hormone /Vasopresin
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel
targetnya adalah tubulus dan arteriol. Efek: meningkatkan TD,
meningkatkan absorsi di tubulus distal, menurunkan krja otot saluran GI
2. Hubungan antara hipotalamus dengan hipofise
Hipotalamus terdiri dari sebuah nuklei dan berperan sebagai suatu
penghubungyang penting antara mekanisme pengaturan neurologis dan hormonal.
Hipotalamus melaksanakan pengontrolan pada kelenjar hipofise anterior dan
terhadap kelenjar lain dan sel-sel tubuh. Hipotalamus (terletak pada jaringan
sekitar ventrikel ketiga)dan lobus hipofise anterior dihubungkan oleh sistem
perdarahan portalhipotalamus-hipofise (hipotalamus-hipofise portal blood system)
dengan demikianneurosekresi releasing factor (RF) dan inhibiting factor (IF)
dilakukan dari hipotalamus ke hipofise. Diduga bahwa masing-masing hormon
hipofise memiliki RF dan IF yang menstimulir atau menghambat pelepasan
hormon-hormon tersebut. Dengan diketahuinya struktur kimia dari suatu inhibitory
dan releasing factor, istilah faktor diubah menjadi hormon.
Hipotalamus juga mengendalikan kelenjar hipofise posterior yang berhubungan
dengannya secara struktural. ADH dan oksitosin sebenarnya diproduksi di
hipotalamus dalam nuklei paraventrikular dan supraoptik dan dibawa oleh neuron
melalui transport aksonal melalui cabang-cabang terminal yang terletak di lobus
posterior hipofise. Disana mereka disimpan dan kemudian dilepaskan.

B. Definisi
Hiperpituitarisme adalah penyakit kronik progresif yang ditandai oleh disfungsi
hormonal yang mengakibatkan pertumbuhan skeletal yang berlebihan. (Saputra, 2012)
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormone hipofisisn anterior.
Hiperpituitarisme biasanya mengenai hanya satu jenis hormone hipofisis. Hormon-hormon
hipofisis lainya sering di keluarkan dalam kadar yang lebih rendah (corwin J Elizabeth
2001)
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormon hipofisis anterior.
Hiperpituitarisme biasanya mengenai hanya satu hormon hipofisis, sedangkan hormon
lainnya sering disekresi dalam kadar yang lebih rendah (Corwin, 2009).

C. Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penyebab mencakup (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC) :
1. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,
ACTH atau prolakter.
2. Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi
apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.

D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki,
jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
2. Impotensi
3. Visus berkurang
4. Nyeri kepala dan somnolent
5. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
6. Libido seksual menurun
7. Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
8. Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
9. Gangguan penglihatan sampai kebutaan total
E. Pathway

F. Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus.
2. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal
gonadal primer.
3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom parkinson

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mengetahui hormon-hormon yang
berlebihan.
2. Kadar prolaktin serum : ACTH, GH
3. Foto tengkorak
4. CT Scan otak
5. Angiografi
6. Tes supresi dengan Dexamethason
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama :
1) Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
2) Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
3) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
4) Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
5) Nyeri kepala.
6) Gangguan penglihatan.
7) Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
c. Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk wajah.
b. Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c. Adanya kesulitan menguyah.
d. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak.
e. Peningkatan respirasi kulit.
f. Suara membesar karena hipertropi laring.
g. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h. Disfagia akibat lidah membesar.

B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial (TIK).
2. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi pada syaraf okulomotorius dan toklearis.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial (TIK).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mengatakan rasa nyaman.
Kriteria Hasil :
 Pasien tidak mengeluh nyeri
 Pasien merasa nyaman
 Skala nyeri 2 (0 – 4)

Intervensi Rasional
1. Dorong klien agar mau 1. Agar perawat mengetahui
mengungkapkan apa yang apa yang dirasakan klien.
dirasakan.
2. Kaji skala nyeri 2. Untuk mengetahui
intensitas dari nyeri dan
menentukan intervensi
3. Ajarkan tehnik relaksasi selanjutnya.
dan distraksi 3. Pengalihan perhatian dapat
4. Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri.
analgetik untuk 4. Pemberian obat analgetik
mengurangi rasa nyeri. untuk mengurangi nyeri.

2. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls akibat kompresi pada nervus okulomotorius dan toklearis.
Tujuan :
Pasien mencapai fungsi optimal dalam batas-batas kemampuan
Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengatur lingkungan yang aman
Intervensi Rasional
1. Dorong klien agar mau 1. Untuk mengetahui jarak
melakukan pemeriksaan lapang klien.
lapang pandang.
2. Nilai usia pasien 2. Kejadian degenerasi
muscular, katarak,
kerusakan retina

3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.


Tujuan :
Pasien menunjukkan peningkatan citra tubuh dan harga diri yang di buktikan dengan
kemampuan melihat, menyentuh, berbicara tentang, kondisi dan perawatan untuk
dirasakan bagian tubuh atau fungsi yang berubah.
Kriteria Hasil :

 Pasien mengungkapkan menerima keadaan dirinya sesuai dengan kondisi sekarang


 Pasien dapat mengungkapkan harapan melakukan hal yang positif dengan kondisinya.
Intervensi Rasional
1. Dorong klien agar mau 1. Perawat dapat mengetahui
mengungkapkan pikiran apa yang dirasakan oleh
dan perasaannya terhadap klien sehubungan
perubahan. perubahan tubuhnya.
2. Bantu klien 2. Membantu klien untuk
mengidentifikasi mampu mengembangkan
kekuatannya serta segi – dirinya kembali.
segi positif yang dapat
dikembangkan oleh klien. 3. Klien tetap optimis dan
3. Yakinkan klien bahwa berfikir positif selama
sebagian gejala dapat pengobatan.
berkurang dengan
pengobatan

Das könnte Ihnen auch gefallen