Sie sind auf Seite 1von 13

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :67-79 (2016) ISSN : 2303-2960

KUALITAS AIR, KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, DAN EFISIENSI


PAKAN IKAN NILA YANG DIBERI PUPUK HAYATI CAIR PADA AIR MEDIA
PEMELIHARAAN

Water Quality, Survival Rate, Growth, and Feed Efficiency of Tilapia With Biofertilizer
Liquid in Water Media Rearing
Tyen K. Panggabean1, Ade Dwi Sasanti1*, Yulisman1
1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : sasanti.ade@gmail.com

ABSTRACT
Biofertilizer is active biological product contain of microbes. Liquid biofertilizer in
aquaculture contains Bacillus sp. The utilization of Bacillus sp. in aquaculture is aimed to
keep balancing of microbes in digestive, increasing nutrient absorbtion rate and improving
water quality, therefore it can preserve survival rate and growth of fish. The aim of this
research was to find out the effect of liquid biofertilizer in media rearing for water quality,
survival rate, growth and feed efficiency of nile tilapia. This research was conducted from
January to May 2015 at Budidaya Perairan Laboratory, Budidaya Perairan Study Program,
Agricultural Faculty, Sriwijaya University, Indralaya. This research used Completely
Randomized Design (CRD) with seven treatments. The liquid biofertilizer was in added
rearing media every week with different concentrations were 0; 0.5 µl.L-1; 1 µl.L-1; 1.5 µl.L-1;
2 µl.L-1; 2.5 µl.L-1 ; 3 µl.L-1. Parameters observed included water quality, survival rate,
growth, and feed efficiency. Liquid biofertilizer addition in water media rearing didn’t show
significant role to water quality, and it didn’t significant show different with survival rate,
growth, and feed efficiency of tilapia. Additional liquid biofertilizer in 2.5 µl.L-1 dan 3 µl.L- 1
showed the highest survival rate (85%), where as the best concentration of liquid biofertilizer
for growth was 1.5 µl.L-1 (4.82 g), and the best concentration of liquid biofertilizer for feed
efficiency was 2.5 µl.L-1 (91.8 %).
Keywords : Biofertilizer, Bacillus sp, Tilapia

PENDAHULUAN organik, senyawa fosfat dan nitrogen


toksik karena rendahnya kecepatan
Pengembangan budidaya perikanan pergantian air (Tchobanoglous dan Burton,
secara intensif dicirikan dengan adanya 1991 dalam Radhiyufa, 2011).
peningkatan kepadatan ikan dan suplai Pengelolaan kualitas air untuk
pakan yang seluruhnya menggunakan keperluan budidaya sangat penting, karena air
pakan buatan. Masalah yang kemudian merupakan media hidup bagi organisme
muncul adalah terjadinya penurunan akuakultur (Mulyanto, 1992 dalam Aquarista
kualitas air yang disebabkan et al., 2012). Menurut Anggika (2010), salah
terakumulasinya siss pakan, bahan satu usaha untuk mengatasi pencemaran air

67
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2015)

akibat limbah organik adalah dengan dalam media dapat meningkatkan jumlah
menggunakan teknologi yang memanfaatkan partikel organik dan bakteri sehingga
mikroorganisme yang mampu merombak berpengaruh terhadap kulitas air. Kualitas
bahan organik. Salah satu produk teknologi air merupakan salah satu faktor penentu
yang menggunakan mikroba untuk keberhasilan budidaya ikan. Kualitas air
menciptakan lingkungan yang lebih baik yang sesuai dengan kebutuhan hidup ikan
dengan cara merombak bahan organik adalah dapat menunjang kelangsungan hidup dan
pupuk hayati cair. pertumbuhan ikan. Dengan demikian pada
Berdasarkan Peraturan Menteri penelitian ini dilakukan uji coba
Pertanian Nomor 70/Permentan/S.R. pemberian pupuk hayati cair pada air
140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk media pemeliharaan untuk melihat
hayati dan pembenahan tanah dijelaskan pengaruhnya terhadap kualitas air,
bahwa pupuk hayati cair adalah produk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
biologi aktif terdiri atas mikroba yang efisiensi pakan ikan nila.
dapat meningkatkan efisiensi pemupukan,
kesuburan, dan kesehatan tanah. Formula BAHAN DAN METODA
pupuk hayati adalah komposisi mikroba
atau mikrofauna dan bahan pembawa Bahan-bahan yang digunakan
penyusun pupuk hayati. Mikroba yang dalam penelitian ini adalah benih ikan nila
terdapat pada pupuk hayati cair adalah (bobot 2,5 ± 0,5 g) sebagai hewan uji.
jenis Bacillus sp. Bakteri ini merupakan Pakan komersil untuk pakan ikan nila
salah satu jenis bakteri aerob yang dapat (protein 28%). Pupuk hayati cair sebagai
dijumpai di alam dan telah diproduksi bahan uji yang mengandung Bacillus sp.
secara komersial serta efektif sebagai agen N, P, K, C-organik. Alat-alat yang
biologi dalam pengolahan limbah organik digunakan dalam penelitian ini adalah
(Poernomo, 2004 dalam Apriadi, 2008). akuarium ukuran 40×40×40 cm3 sebagai
Febrianti (2004) dalam Pursetyo et wadah pemeliharaan ikan nila. Blower
al. (2011) menyatakan bahwa pemberian sebagai penyuplai oksigen terlarut. DO
pupuk tambahan yang berbeda waktu meter sebagai pengukur DO, pH meter
maupun dosis pupuk secara langsung akan sebagai pengukur pH, termometer sebagai
mempengaruhi bahan organik yang ada di pengukur suhu, spektrofotometer sebagai
dalam media. Tingginya bahan organik pengukur amonia, gelas ukur sebagai

68
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

pengukur volume. Penelitian dilaksanakan Cara kerja


di Laboratorium Budidaya Perairan, Persiapan Media
Program Studi Budidaya Perairan, Persiapan media dilakukan dengan
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya pencucian seluruh akuarium yang
pada bulan Januari sampai dengan Mei digunakan hingga bersih lalu dikeringkan.
2015. Selanjutnya, akuarium disusun
berdasarkan rancangan yang telah
Rancangan Penelitian ditetapkan dan masing-masing akuarium
Penelitian ini menggunakan diisi air setinggi 25 cm (40 L). Persiapan
metode eksperimen dengan Rancangan selanjutnya yaitu pemasangan aerasi pada
Acak Lengkap (RAL) yang meliputi tujuh masing-masing akuarium yang
taraf perlakuan dan tiga ulangan. dihubungkan sebuah blower lalu
Perlakuan yang diujicobakan adalah dilakukan penambahan pupuk hayati cair
pupuk hayati cair dengan perlakuan sesuai dengan konsentrasi yang telah
sebagai berikut: ditentukan pada masing-masing media
P1 : Tidak ada penambahan pupuk hayati dan kemudian diendapkan selama 24 jam
pada air media pemeliharaan sebelum benih ikan nila dimasukkan ke
-1
P2 : Penambahan pupuk hayati 0,5 µl.L dalam media pemeliharaan. Sebelum
air media pemeliharaan ditebar ke dalam media pemeliharaan,
P3 : Penambahan pupuk hayati 1 µl.L-1 air benih ikan nila terlebih dahulu
media pemeliharaan diadaptasikan, benih ikan yang sudah
P4 : Penambahan pupuk hayati 1,5 µL.l-1 beradaptasi selanjutnya dipuasakan selam
air media pemeliharaan 24 jam kemudian ditimbang bobotnya
-1
P5 : Penambahan pupuk hayati 2 µl.L air sebagai data awal. Penimbangan bobot
media pemeliharaan dilakukan secara manual yaitu dengan
P6 : Penambahan pupuk hayati 2,5 µl.L -1 menimbang satu per satu hewan uji.
air media pemeliharaan Masing-masing akuarium diisi benih ikan
P7 : Penambahan pupuk hayati 3 µl.L-1 air nila dengan padat tebar 1 ekor/2 L
media pemeliharaan (Yulianti et al., 2003 dalam Warasto et
al., 2013).

69
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

Persiapan Induk
Kelangsungan hidup = x 100%
Induk yang digunakan pada penelitian
Keterangan :
ini merupakan hasil tangkapan nelayan
Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
dari rawa lebak yang berada di Desa
(ekor)
Arisanjaya, Kecamatan Pemulutan Barat,
No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan
Ogan Ilir yang kemudian diadaptasi di
(ekor)
kolam yang terkontrol selama seminggu.

Penimbangan bobot tubuh hewan


Pemeliharaan Awal
uji dilakukan pada awal dan akhir
Pemeliharaan hewan uji dilakukan
pemeliharaan. Rumus yang digunakan
selama 28 hari dengan penambahan pupuk
untuk menghitung pertumbuhan bobot
hayati cair ke dalam media sesuai
menurut Effendie (1979) adalah :
perlakuan pada hari 1, 7, 14 dan 21.
W = Wt – Wo
Selama pemeliharaan ikan diberi pakan
Keterangan :
dengan frekuensi pemberian pakan
W : Pertumbuhan bobot mutlak (g)
sebanyak tiga kali sehari pada pukul 07.30,
Wt : Bobot ikan akhir (g)
12.30 dan 17.30 WIB secara at satiation.
Wo : Bobot ikan awal (g)
Selama pemeliharaan ikan yang mati
dihitung dan ditimbang bobotnya.
Efisiensi pakan dihitung dengan
Demikian juga dengan jumlah pakan yang
membandingkan pertambahan bobot tubuh
dikonsumsi ditimbang selama
hewan uji terhadap jumlah pakan yang
pemeliharaan.
dikonsumsi (Afriyanto dan Liviawaty,
2005) :
Kualitas Air
Kualitas air yang diukur yaitu suhu, EP = x 100%
nilai pH, oksigen terlarut, dan amonia.
Keterangan :
Pengukuran pH, oksigen terlarut, dan
EP : Efisiensi pakan (%)
amonia dilakukan pada hari 1, 7, 14, 21,
Wt : Bobot ikan akhir (g)
28, dan suhu diukur setiap hari.
Wo : Bobot ikan awal (g)
Rumus yang digunakan untuk
D : Bobot ikan mati (g)
mengetahui persentase kelangsungan
F : Pakan yang dikonsumsi (g)
hidup ikan uji menurut Effendie (1979) :

70
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

Analisa Data Excel 2007. Data kualitas air dibahas


Parameter pertumbuhan, efisiensi secara deskriptif.
pakan dan kelangsungan hidup ikan nila
dianalisis secara statistik. Keseluruhan HASIL DAN PEMBAHASAN
data nilai tengah dilakukan uji respon pada
tingkat kepercayaan 95% menggunakan Kualitas Air
analisis ragam. Jika terjadi perbedaan Suhu
nyata, diuji lanjut menggunakan uji Beda Berdasarkan data hasil penelitian
Nyata Terkecil (Hanafiah, 2010). Alat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
bantu pengolahan data statistik perlakuan pemberian pupuk hayati cair
menggunakan program Microsoft Office menghasilkan nilai yang sama pada
kisaran suhu air media pemeliharaan.

Tabel 1. Data suhu air media pemeliharaan ikan nila


Suhu (oC)
Perlakuan
Pagi Siang Sore
P1 24-26 28-33 27-33
P2 24-26 28-33 27-33
P3 24-26 28-33 27-33
P4 24-26 28-33 27-33
P5 24-26 28-33 27-33
P6 24-26 28-33 27-33
P7 24-26 28-33 27-33

Data hasil penelitian menunjukkan 330C. Adanya peningkatan suhu pada air
nilai suhu berkisar antara 24-330C, dimana media pemeliharaan diduga disebabkan
pada pagi nilai suhu yaitu 24-260C, siang oleh penempatan wadah pemeliharaan.
28-330C dan sore 27-330C. Kisaran suhu Selama penelitian lokasi pemeliharaan
untuk produksi ikan nila kelas pembesaran benih ikan nila berada di luar ruangan.
di kolam air tenang adalah 25-320C (BSNI, Berdasarkan Effendi (2003), bahwa cahaya
2009) dan menurut Kordi K (2009), suhu matahari yang masuk ke perairan akan
optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu mengalami penyerapan dan perubahan
25-300C. Nilai suhu terendah yaitu 240C energi panas. Sehingga wadah
terjadi pada pagi hari, sedangkan nilai pemeliharaan terpapar langsung pada sinar
tertinggi pada siang dan sore hari yaitu matahari dan mengakibatkan nilai suhu air

71
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

media pemeliharaan mengalami perubahan Power of Hydrogen (pH)


pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Selama pelaksanaan penelitian,
Berdasarkan nilai kelangsungan nilai pH pada air media pemeliharaan ikan
hidup (Gambar 3) diketahui bahwa kisaran nila berkisar antara 6,1 – 7,6. Penambahan
suhu selama pemeliharaan masih dapat pupuk hayati cair dengan konsentrasi
ditolelir oleh ikan nila. Persentase berbeda pada air media pemeliharaan
kelangsungan hidup ikan nila berkisar menghasilkan respon pola nilai pH yang
antara 75-85%. Hal ini sesuai dengan sama pada setiap perlakuan yaitu
BSNI (2009) bahwa kelangsungan hidup mengalami peningkatan pada setiap
untuk produksi ikan nila pada kolam air minggunya. Adapun nilai pH air media
tenang adalah ≥75%. pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai pH air media pemeliharaan ikan nila
Hari ke-
Perlakuan
0 7 14 21 28
P1 6,1 6,4 6,6 7,1 7,4
P2 6,1 6,4 6,9 7,0 7,3
P3 6,1 6,5 6,7 7,1 7,6
P4 6,1 6,4 6,8 7,1 7,5
P5 6,1 6,5 6,8 7,1 7,5
P6 6,1 6,4 6,7 7,0 7,6
P7 6,1 6,4 6,9 7,1 7,6

Nilai pH yang terendah terdapat nila adalah 5-11. Hal ini dapat dilihat dari
pada awal pemeliharaan yaitu sebesar 6,1 nilai kelangsungan hidup yang masih
pada seluruh perlakuan dan mengalami tergolong tinggi yaitu 75-85% dan masih
peningkatan sampai akhir pemeliharaan, tergolong baik untuk pemeliharaan ikan
namun masih dapat ditoleransi oleh ikan. nila di kolam air tenang yaitu >75% (BSNI,
Berdasarkan data penelitian, nilai pH masih 2009) serta pertumbuhan bobot mutlak ikan
dapat ditoleransi benih ikan nila. Menurut nila yang tidak menunjukkan perbedaan
BSNI (2009), nilai pH untuk produksi ikan yang signifikan yaitu sebesar 3,92-4,82
nila pada kolam air tenang berkisar 6,5-8,5. gram.
Sedangkan Kordi K (2009), nilai pH air
yang cocok untuk ikan nila adalah 6-8,5
dan nilai pH yang masih ditoleransi ikan

72
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

Oksigen Terlarut oksigen terlarut pada air media


Data hasil pengukuran oksigen pemeliharaan ikan nila dari hasil penelitian
terlarut berkisar 4,91-5,50 mg.L-1.Nilai dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai oksigen terlarut (mg.L-1 ) air media pemeliharaan ikan nila
Hari ke-
Perlakuan 0 7 14 21 28
P1 5,02 5,11 5,14 5,50 5,32
P2 5,05 5,09 5,07 5,29 5,26
P3 4,91 5,07 5,15 5,21 5,13
P4 5,06 5,12 5,23 5,19 5,34
P5 5,02 5,14 5,20 5,44 5,23
P6 5,08 5,12 5,09 5,28 5,28
P7 5,03 5,15 5,19 5,37 5,21
kolam air tenang adalah ≥3mg.L-1 dan
Data hasil pengukuran oksigen konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4
terlarut terendah terdapat pada perlakuan
P3 yaitu 4,91 mg.L-1 pada awal mg.L-1 dapat menimbulkan efek yang
pemeliharaan dan nilai oksigen terlarut kurang menguntungkan bagi hampir semua
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 organisme akuatik (Effendi, 2003).
-1
sebesar 5,50 mg.L . Hal ini menunjukkan Konsentrasi oksigen yang masih dalam
penambahan pupuk hayati cair tidak kisaran optimum tersebut diduga karena
memberikan perbedaan terhadap nilai adanya pengadaan oksigen yang tercukupi
oksigen terlarut pada media pemeliharaan dengan penerapan sistem aerasi pada
ikan nila. Walaupun demikian kadar media pemeliharaan, sehingga dapat
oksigen terlarut pada media pemeliharaan mempertahankan nilai oksigen terlarut.
masih dalam kondisi baik untuk Menurut Soetomo (1988) jumlah oksigen
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan terlarut dalam media dapat mengalami
nila. Hal ini didukung dengan pernyataan perubahan dikarenakan pengaruh proses
Apriliza (2012) bahwa kisaran oksigen penguraian bahan organik oleh bakteri di
terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan dalam media pemeliharaan.
perkembangan ikan nila sebesar 5 mg.L-1. Amonia
Menurut BSNI (2009) nilai oksigen Berdasarkan data hasil penelitian
terlarut untuk produksi ikan nila pada pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai

73
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

amonia pada seluruh perlakuan mengalami bahwa penerapan pupuk hayati cair tidak
peningkatan seiring pertambahan waktu menunjukkan adanya perbedaan nilai
pemeliharaan. Namun peningkatan amonia amonia pada pemeliharaan ikan nila.
pada seluruh perlakuan membuktikan

Tabel 4. Nilai amonia (mg.L-1 ) air media pemeliharaan ikan nila


Hari ke-
Perlakuan 0 7 14 21 28
P1 0,002 0,003 0,011 0,017 0,060
P2 0,002 0,003 0,016 0,016 0,036
P3 0,002 0,004 0,010 0,020 0,056
P4 0,002 0,004 0,010 0,020 0,060
P5 0,002 0,006 0,017 0,019 0,030
P6 0,002 0,006 0,012 0,022 0,045
P7 0,002 0,007 0,012 0,026 0,056

Kadar amonia masih berada pada menyebabkan terbentuknya senyawa-


kisaran toleransi, yaitu 0,002-0,017 mg.L-1 senyawa beracun bagi ikan. Proses
hingga pemeliharaan pada hari ke-14. Nilai nitrifikasi dibutuhkan untuk mengubah
amonia terus mengalami peningkatan amonia menjadi nitrat yang tidak
hingga hari ke-28 yang berada diluar batas berbahaya melalui senyawaan nitrit
toleransi yang dianjurkan oleh BSNI sebagai intermediet (Wijaya, 2003).
(2009) sebesar <0,02 mg.L-1. Namun Menurut BSNI nilai amonia
demikian, meskipun nilai amonia lebih produksi ikan nila kelas pembesaran di
tinggi dari batas toleransi BSNI tersebut, kolam air tenang adalah <0,02 mg.L-1.
kelangsungan hidup ikan nila masih tinggi Nafsu makan dan pertumbuhan ikan nila
yaitu 75-85%. akan menurun pada konsentrasi amonia
Bahan organik dan anorganik pada lebih dari 0,08 mg.L-1. Hal ini disebabkan
pemeliharaan ikan terutama berasal dari pada kondisi perairan dengan konsentrasi
sisa pakan yang tidak termakan dan sisa 0,08 mg.L-1 dapat menyebabkan daya
metabolisme ikan. Akumulasi bahan-bahan tahan tubuh ikan nila menurun (Egna dan
organik dan anorganik tersebut Boyd, 1997 dalam Hardi, 2008).

74
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

Kelangsungan Hidup pemeliharaan dengan penambahan pupuk


Data kelangsungan hidup benih hayati cair maupun tanpa penambahan
ikan nila selama pemeliharaan dapat pupuk hayati cair diduga akibat kualitas air
dilihat pada Gambar 1. yang masih mampu mendukung kehidupan
ikan nila yaitu suhu berkisar antara, 24-33
100
83,33 85 85 o
80 80 78,33 C; pH berkisar antara 6,1-7,6; oksigen
80 75
Kelangsungan

terlarut 4,91-5,50 mg.L-1.


hidup (%)

60

40

20
Pertumbuhan
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Pertumbuhan bobot mutlak
Konsentrasi pupuk hayati cair (µl.L-1)
tertinggi ikan nila dari hasil penelitian
ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi
Gambar 1. Kelangsungan Hidup Benih 1,5 µl.L-1 (P4) yaitu sebesar 4,82 gram
Ikan Nila sedangkan nilai terendah ditunjukkan pada
Berdasarkan Gambar 1 konsentrasi 1µl.L-1 (P3) yaitu sebesar 3,92
kelangsungan hidup tertinggi ditunjukkan gram. Data pertumbuhan bobot mutlak
pada konsentrasi 2,5µl.L-1 (P6) dan 3µl.L-1 ikan nila selama pemeliharaan dapat
(P7) yaitu sebesar 85%, sedangkan nilai dilihat pada Gambar 2.
terendah ditunjukkan pada konsentrasi
5 4,77 4,37 4,64
4,27 4,17
1µl.L-1 (P3). Menurut BSNI (2009), 4,5
4
3,92 3,82
Bobot mutlak (g)

3,5
kelangsungan hidup untuk produksi ikan 3
2,5
nila pada kolam air tenang adalah ≥75%. 2
1,5
1
Berdasarkan ketetapan tersebut, 0,5
0
kelangsungan hidup pada seluruh 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Konsentrasi pupuk hayati cair (µl.L-1)
perlakuan sesuai dengan acuan. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa Gambar 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak
penambahan pupuk hayati cair dengan Ikan Nila
konsentrasi yang berbeda pada media Hasil analisis ragam menunjukkan
pemeliharaan benih ikan nila tidak bahwa penambahan pupuk hayati cair
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan dengan konsentrasi yang berbeda pada
hidup ikan nila. Kelangsungan hidup ikan media pemeliharaan ikan nila tidak
nila yang tergolong baik selama

75
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Efisiensi Pakan


bobot mutlak ikan nila. Berdasarkan hasil penelitian yang
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, telah dilakukan, nilai efisiensi pakan
yaitu faktor internal diantaranya sifat benih ikan nila selama pemeliharaan
keturunan dan umur, sedangkan faktor dapat dilihat pada Gambar 3.
eksternal yaitu lingkungan perairan, pakan
dan penyakit (Kordi K, 2009). Menurut 100 89,4 91,8 91,63

Efisiensi pakan (%)


84,5 84,22 83,81 85,21
80
Effendi (2003), kondisi kualitas air yang
60

baik akan menyebabkan fungsi fisiologis 40

20
tubuh ikan berjalan dengan lancar. Pada
0
kondisi kualitas air yang buruk energi 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Konsentrasi pupuk hayati cair (µl.L-1 )
banyak digunakan untuk proses adaptasi
fisiologis tubuh ikan terhadap Gambar 3. efisiensi Pakan Benih Ikan
lingkunganHal tersebut mengakibatkan Nila
proporsi energi yang tersimpan kedalam
tubuh akan semakin sedikit. Selain itu pada Nilai efisiensi pakan terendah
kondisi fisiologis yang terganggu terdapat pada perlakuan 1 µl.L-1 (P3) yaitu
menyebabkan penurunan konsumsi pakan 83,81% dan nilai efisiensi pakan tertinggi
oleh ikan untuk meminimalisasi energi yang terdapat pada perlakuan 2,5 µl.L-1 (P6)
digunakan, sehingga pemenuhan energi yang yaitu 91,80 %. Hasil analisis ragam
dibutuhkan berasal dari cadangan nutrisi menunjukkan bahwa penambahan pupuk
yang tersimpan dalam tubuh ikan. hayati cair dengan konsentrasi yang
Pemberian pakan yang sesuai dengan berbeda pada media pemeliharaan benih
kebutuhan nutrisi, bukaan mulut dan ikan nila tidak berpengaruh nyata
kebiasaan makan akan menyebabkan terhadap nilai efisiensi pakan benih ikan
peningkatan pertumbuhan ikan (Hepher nila. Namun, nilai efisiensi pakan pada
dan Pruginin, 1981 dalam Maryam, konsentrasi 1,5µl.L-1 (P4), 2µl.L-1 (P5),
2010). Pakan yang sesuai dengan 2,5µl.L-1 (P6), 3µl.L-1 (P7) lebih tinggi
kebutuhan ikan akan ditandai dengan dari nilai kontrol (P1) dan masih
peningkatan pertumbuhan. tergolong baik.

76
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

Lebih tingginya nilai efisiensi nutrien yang terbuang, sehingga akan


pakan ikan nila pada perlakuan menyebabkan efisiensi pakan lebih tinggi.
penambahan pupuk hayati cair terutama
pada konsentrasi yang lebih tinggi KESIMPULAN DAN SARAN
2,5µl.L-1 (P6) dan 3µl.L-1 (P7) diduga Penambahan pupuk hayati cair
adanya peranan mikroba yang terdapat dalam air media pemeliharaan belum
pada pupuk hayati cair tersebut berupa menunjukkan peranan yang berarti
Bacillus sp. yang dapat merombak terhadap kualitas air, dan tidak berbeda
senyawa kompleks menjadi senyawa nyata terhadap kelangsungan hidup,
sederhana. Menurut Fardiaz (1992) dalam pertumbuhan, dan efisiensi pakan ikan
Anggriani et al. (2012) bahwa Bacillus sp. nila. Penambahan pupuk hayati cair
merupakan bakteri yang dapat dengan konsentrasi 2,5 µl.L-1dan 3 µl.L- 1
menguraikan protein menjadi asam menunjukkan kelangsungan hidup
amino. Asam amino ini digunakan bakteri tertinggi (85%), sedangkan konsentasi
untuk memperbanyak diri, sehingga dapat pupuk hayati cair terbaik untuk
meningkatkan protein pakan dan pertumbuhan adalah 1,5 µl.L-1 (4,82
menurunkan serat kasar (Schlegel dan gram), dan konsentrasi pupuk hayati cair
Schmidth, 1985 dalam Anggriani et al., terbaik untuk nilai efisiensi pakan adalah
2012). Selain itu juga bakteri ini mampu 2,5 µl.L-1 (91,8 %).
menguraikan disakarida atau polisakarida
menjadi gula sederhana dan dengan SARAN
sifatnya yang pektinolitik mampu Berdasarkan hasil penelitian yang
menghasilkan pektin yaitu karbohidrat telah dilaksanakan, perlu dilakukan
kompleks (William dan Wetshoff, 1989 analisa lebih lanjut mengenai kandungan
dalam Anggriani et al., 2012). Senyawa pupuk hayati cair. Berdasarkan hasil
sederhana yang dihasilkan tersebut akan penelitian ini tidak disarankan
lebih mudah diserap oleh saluran penggunaan pupuk hayati cair pada
pencernaan dan lebih mudah pembesaran ikan nila di akuarium dengan
dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber padat tebar 1 ekor/2 liter air dengan bobot
energi untuk mendukung pertumbuhan ikan saat tebar 2,5 ± 0,5 gram.
ikan. Hal tersebut akan mengurangi

77
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)

DAFTAR PUSTAKA Kolam Air Tenang. Badan


Standardisasi Nasional, Jakarta.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air.
Anggika W. 2010. Pengaruh Probiotik Kanisius. Yogyakarta.
Terhadap Total Bakteri pada
Media Pemeliharaan, Kualitas Air Effendie MI. 1979. Biologi Perikanan.
dan Kelangsungan Hidup Ikan Koi Yayasan Pustaka Nusatama.
(Cyprinus carpio L.), Skripsi S1 Yogyakarta. Hardi MRZ. 2008.
(Tidak dipublikasikan). Fakultas Jumlah Bakteri Bacillus sp. Pada
Pertanian Universitas Sriwijaya Usus Ikan Nila (Oreochromis
Indralaya, Indralaya. niloticus) Yang Diberi Pakan
Berformulasi Rumput Gajah dan
Anggriani R., Iskandar dan Ankiq T. Rumput Kumpai Dengan
2012. Efektifitas Penambahan Campuran Bacillus sp. Sebagai
Bacillus sp. Hasil Isolasi dari Probiotik, Skripsi S1 (Tidak
Saluran Pencernaan Ikan Patin dipublikasikan). Fakultas
pada Pakan Komersil Terhadap Pertanian Program Studi Budidaya
Kelangsungan Hidup dan Perairan Universitas Sriwijaya
Pertumbuhan Benih Nila Merah Indralaya, Indralaya.
(Oreochromis niloticus). Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3 (3): Kordi K. 2009. Budi Daya Perairan. PT
75-83. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Apriadi T. 2008. Kombinasi Bakteri dan Maryam S. 2010. Budidaya Super Intensif
Tumbuhan Air Sebagai Ikan Nila Merah Oreochromis sp.
Bioremediator dalam Mereduksi dengan Teknologi Bioflok : Profil
Kandungan Bahan Organik Kualitas Air, Kelangsungan
Limbah Kantin, Skripsi S1 (Tidak Hidup, dan Pertumbuhan. Skripsi
dipublikasikan). Departemen S1 (Tidak dipublikasikan).
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dah Ilmu
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bogor. Pursetyo KT, Satyantini WH dan
Apriliza K. 2012. Analisa genetic gain Mubarak AS. 2011. Pengaruh
Anakan Ikan Nila Kunti F5 Hasil Pemupukan Ulang Kotoran Ayam
Pembesaran I (D90-150). Journal Kering Terhadap Populasi Cacing
of Aquaculture Management and Tubifex tubifex. Jurnal Ilmiah
Technology. 1 (1) : 132-146. Perikanan dan Kelautan. 3 (2).
Aquarista F., Skandar., Subhan U. 2012. Radhiyufa M. 2011. Dinamika Fosfat dan
Pemberian Probiotik Dengan Klorofil Dengan Penebaran Ikan
Carrier Zeolit pada Pembesaran Nila (Oreochromis niloticus) Pada
Ikan Lele Dumbo (Clarias Kolam Budidaya Ikan Lele
gariepinus). Jurnal Perikanan dan (Clarias gariepinus) Sistem
Kelautan. 3 (4): 133-140. Heterotrofik, Skripsi S1 (Tidak
dipublikasikan). Program Studi
BSNI. 2009. SNI No.7550:2009Produksi Biologi Fakultas Sains dan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus Teknologi Universitas Islam
Bleeker) Kelas Pembesaran di

78
Negeri Syarif Hidayahtullah
Jakarta, Jakarta.
Soetomo HAM. 1988. Teknik Budidaya
Udang Windu. Sinar Baru
Bandung. Bandung.
Warasto., Yulisman., Mirna F. 2013.
Tepung Kiambang (Salvinia
molesta) Terfermentasi Sebagai
Bahan PakanIkan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (2):
173-183.
Wijaya K. 2003. Pengaruh aplikasi
konsorsium mikroba penitrifikasi
terhadap konsentrasi amonia
(NH3) pada air tambak. Jurnal
Teknik Lingkungan P3TL-BPPT.
4(2): 62-67.

79

Das könnte Ihnen auch gefallen