Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Water Quality, Survival Rate, Growth, and Feed Efficiency of Tilapia With Biofertilizer
Liquid in Water Media Rearing
Tyen K. Panggabean1, Ade Dwi Sasanti1*, Yulisman1
1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : sasanti.ade@gmail.com
ABSTRACT
Biofertilizer is active biological product contain of microbes. Liquid biofertilizer in
aquaculture contains Bacillus sp. The utilization of Bacillus sp. in aquaculture is aimed to
keep balancing of microbes in digestive, increasing nutrient absorbtion rate and improving
water quality, therefore it can preserve survival rate and growth of fish. The aim of this
research was to find out the effect of liquid biofertilizer in media rearing for water quality,
survival rate, growth and feed efficiency of nile tilapia. This research was conducted from
January to May 2015 at Budidaya Perairan Laboratory, Budidaya Perairan Study Program,
Agricultural Faculty, Sriwijaya University, Indralaya. This research used Completely
Randomized Design (CRD) with seven treatments. The liquid biofertilizer was in added
rearing media every week with different concentrations were 0; 0.5 µl.L-1; 1 µl.L-1; 1.5 µl.L-1;
2 µl.L-1; 2.5 µl.L-1 ; 3 µl.L-1. Parameters observed included water quality, survival rate,
growth, and feed efficiency. Liquid biofertilizer addition in water media rearing didn’t show
significant role to water quality, and it didn’t significant show different with survival rate,
growth, and feed efficiency of tilapia. Additional liquid biofertilizer in 2.5 µl.L-1 dan 3 µl.L- 1
showed the highest survival rate (85%), where as the best concentration of liquid biofertilizer
for growth was 1.5 µl.L-1 (4.82 g), and the best concentration of liquid biofertilizer for feed
efficiency was 2.5 µl.L-1 (91.8 %).
Keywords : Biofertilizer, Bacillus sp, Tilapia
67
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2015)
akibat limbah organik adalah dengan dalam media dapat meningkatkan jumlah
menggunakan teknologi yang memanfaatkan partikel organik dan bakteri sehingga
mikroorganisme yang mampu merombak berpengaruh terhadap kulitas air. Kualitas
bahan organik. Salah satu produk teknologi air merupakan salah satu faktor penentu
yang menggunakan mikroba untuk keberhasilan budidaya ikan. Kualitas air
menciptakan lingkungan yang lebih baik yang sesuai dengan kebutuhan hidup ikan
dengan cara merombak bahan organik adalah dapat menunjang kelangsungan hidup dan
pupuk hayati cair. pertumbuhan ikan. Dengan demikian pada
Berdasarkan Peraturan Menteri penelitian ini dilakukan uji coba
Pertanian Nomor 70/Permentan/S.R. pemberian pupuk hayati cair pada air
140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk media pemeliharaan untuk melihat
hayati dan pembenahan tanah dijelaskan pengaruhnya terhadap kualitas air,
bahwa pupuk hayati cair adalah produk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
biologi aktif terdiri atas mikroba yang efisiensi pakan ikan nila.
dapat meningkatkan efisiensi pemupukan,
kesuburan, dan kesehatan tanah. Formula BAHAN DAN METODA
pupuk hayati adalah komposisi mikroba
atau mikrofauna dan bahan pembawa Bahan-bahan yang digunakan
penyusun pupuk hayati. Mikroba yang dalam penelitian ini adalah benih ikan nila
terdapat pada pupuk hayati cair adalah (bobot 2,5 ± 0,5 g) sebagai hewan uji.
jenis Bacillus sp. Bakteri ini merupakan Pakan komersil untuk pakan ikan nila
salah satu jenis bakteri aerob yang dapat (protein 28%). Pupuk hayati cair sebagai
dijumpai di alam dan telah diproduksi bahan uji yang mengandung Bacillus sp.
secara komersial serta efektif sebagai agen N, P, K, C-organik. Alat-alat yang
biologi dalam pengolahan limbah organik digunakan dalam penelitian ini adalah
(Poernomo, 2004 dalam Apriadi, 2008). akuarium ukuran 40×40×40 cm3 sebagai
Febrianti (2004) dalam Pursetyo et wadah pemeliharaan ikan nila. Blower
al. (2011) menyatakan bahwa pemberian sebagai penyuplai oksigen terlarut. DO
pupuk tambahan yang berbeda waktu meter sebagai pengukur DO, pH meter
maupun dosis pupuk secara langsung akan sebagai pengukur pH, termometer sebagai
mempengaruhi bahan organik yang ada di pengukur suhu, spektrofotometer sebagai
dalam media. Tingginya bahan organik pengukur amonia, gelas ukur sebagai
68
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
69
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
Persiapan Induk
Kelangsungan hidup = x 100%
Induk yang digunakan pada penelitian
Keterangan :
ini merupakan hasil tangkapan nelayan
Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
dari rawa lebak yang berada di Desa
(ekor)
Arisanjaya, Kecamatan Pemulutan Barat,
No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan
Ogan Ilir yang kemudian diadaptasi di
(ekor)
kolam yang terkontrol selama seminggu.
70
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
Data hasil penelitian menunjukkan 330C. Adanya peningkatan suhu pada air
nilai suhu berkisar antara 24-330C, dimana media pemeliharaan diduga disebabkan
pada pagi nilai suhu yaitu 24-260C, siang oleh penempatan wadah pemeliharaan.
28-330C dan sore 27-330C. Kisaran suhu Selama penelitian lokasi pemeliharaan
untuk produksi ikan nila kelas pembesaran benih ikan nila berada di luar ruangan.
di kolam air tenang adalah 25-320C (BSNI, Berdasarkan Effendi (2003), bahwa cahaya
2009) dan menurut Kordi K (2009), suhu matahari yang masuk ke perairan akan
optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu mengalami penyerapan dan perubahan
25-300C. Nilai suhu terendah yaitu 240C energi panas. Sehingga wadah
terjadi pada pagi hari, sedangkan nilai pemeliharaan terpapar langsung pada sinar
tertinggi pada siang dan sore hari yaitu matahari dan mengakibatkan nilai suhu air
71
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
Nilai pH yang terendah terdapat nila adalah 5-11. Hal ini dapat dilihat dari
pada awal pemeliharaan yaitu sebesar 6,1 nilai kelangsungan hidup yang masih
pada seluruh perlakuan dan mengalami tergolong tinggi yaitu 75-85% dan masih
peningkatan sampai akhir pemeliharaan, tergolong baik untuk pemeliharaan ikan
namun masih dapat ditoleransi oleh ikan. nila di kolam air tenang yaitu >75% (BSNI,
Berdasarkan data penelitian, nilai pH masih 2009) serta pertumbuhan bobot mutlak ikan
dapat ditoleransi benih ikan nila. Menurut nila yang tidak menunjukkan perbedaan
BSNI (2009), nilai pH untuk produksi ikan yang signifikan yaitu sebesar 3,92-4,82
nila pada kolam air tenang berkisar 6,5-8,5. gram.
Sedangkan Kordi K (2009), nilai pH air
yang cocok untuk ikan nila adalah 6-8,5
dan nilai pH yang masih ditoleransi ikan
72
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
Tabel 3. Nilai oksigen terlarut (mg.L-1 ) air media pemeliharaan ikan nila
Hari ke-
Perlakuan 0 7 14 21 28
P1 5,02 5,11 5,14 5,50 5,32
P2 5,05 5,09 5,07 5,29 5,26
P3 4,91 5,07 5,15 5,21 5,13
P4 5,06 5,12 5,23 5,19 5,34
P5 5,02 5,14 5,20 5,44 5,23
P6 5,08 5,12 5,09 5,28 5,28
P7 5,03 5,15 5,19 5,37 5,21
kolam air tenang adalah ≥3mg.L-1 dan
Data hasil pengukuran oksigen konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4
terlarut terendah terdapat pada perlakuan
P3 yaitu 4,91 mg.L-1 pada awal mg.L-1 dapat menimbulkan efek yang
pemeliharaan dan nilai oksigen terlarut kurang menguntungkan bagi hampir semua
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 organisme akuatik (Effendi, 2003).
-1
sebesar 5,50 mg.L . Hal ini menunjukkan Konsentrasi oksigen yang masih dalam
penambahan pupuk hayati cair tidak kisaran optimum tersebut diduga karena
memberikan perbedaan terhadap nilai adanya pengadaan oksigen yang tercukupi
oksigen terlarut pada media pemeliharaan dengan penerapan sistem aerasi pada
ikan nila. Walaupun demikian kadar media pemeliharaan, sehingga dapat
oksigen terlarut pada media pemeliharaan mempertahankan nilai oksigen terlarut.
masih dalam kondisi baik untuk Menurut Soetomo (1988) jumlah oksigen
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan terlarut dalam media dapat mengalami
nila. Hal ini didukung dengan pernyataan perubahan dikarenakan pengaruh proses
Apriliza (2012) bahwa kisaran oksigen penguraian bahan organik oleh bakteri di
terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan dalam media pemeliharaan.
perkembangan ikan nila sebesar 5 mg.L-1. Amonia
Menurut BSNI (2009) nilai oksigen Berdasarkan data hasil penelitian
terlarut untuk produksi ikan nila pada pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
73
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
amonia pada seluruh perlakuan mengalami bahwa penerapan pupuk hayati cair tidak
peningkatan seiring pertambahan waktu menunjukkan adanya perbedaan nilai
pemeliharaan. Namun peningkatan amonia amonia pada pemeliharaan ikan nila.
pada seluruh perlakuan membuktikan
74
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
60
40
20
Pertumbuhan
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Pertumbuhan bobot mutlak
Konsentrasi pupuk hayati cair (µl.L-1)
tertinggi ikan nila dari hasil penelitian
ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi
Gambar 1. Kelangsungan Hidup Benih 1,5 µl.L-1 (P4) yaitu sebesar 4,82 gram
Ikan Nila sedangkan nilai terendah ditunjukkan pada
Berdasarkan Gambar 1 konsentrasi 1µl.L-1 (P3) yaitu sebesar 3,92
kelangsungan hidup tertinggi ditunjukkan gram. Data pertumbuhan bobot mutlak
pada konsentrasi 2,5µl.L-1 (P6) dan 3µl.L-1 ikan nila selama pemeliharaan dapat
(P7) yaitu sebesar 85%, sedangkan nilai dilihat pada Gambar 2.
terendah ditunjukkan pada konsentrasi
5 4,77 4,37 4,64
4,27 4,17
1µl.L-1 (P3). Menurut BSNI (2009), 4,5
4
3,92 3,82
Bobot mutlak (g)
3,5
kelangsungan hidup untuk produksi ikan 3
2,5
nila pada kolam air tenang adalah ≥75%. 2
1,5
1
Berdasarkan ketetapan tersebut, 0,5
0
kelangsungan hidup pada seluruh 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Konsentrasi pupuk hayati cair (µl.L-1)
perlakuan sesuai dengan acuan. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa Gambar 2. Pertumbuhan Bobot Mutlak
penambahan pupuk hayati cair dengan Ikan Nila
konsentrasi yang berbeda pada media Hasil analisis ragam menunjukkan
pemeliharaan benih ikan nila tidak bahwa penambahan pupuk hayati cair
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan dengan konsentrasi yang berbeda pada
hidup ikan nila. Kelangsungan hidup ikan media pemeliharaan ikan nila tidak
nila yang tergolong baik selama
75
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
20
tubuh ikan berjalan dengan lancar. Pada
0
kondisi kualitas air yang buruk energi 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Konsentrasi pupuk hayati cair (µl.L-1 )
banyak digunakan untuk proses adaptasi
fisiologis tubuh ikan terhadap Gambar 3. efisiensi Pakan Benih Ikan
lingkunganHal tersebut mengakibatkan Nila
proporsi energi yang tersimpan kedalam
tubuh akan semakin sedikit. Selain itu pada Nilai efisiensi pakan terendah
kondisi fisiologis yang terganggu terdapat pada perlakuan 1 µl.L-1 (P3) yaitu
menyebabkan penurunan konsumsi pakan 83,81% dan nilai efisiensi pakan tertinggi
oleh ikan untuk meminimalisasi energi yang terdapat pada perlakuan 2,5 µl.L-1 (P6)
digunakan, sehingga pemenuhan energi yang yaitu 91,80 %. Hasil analisis ragam
dibutuhkan berasal dari cadangan nutrisi menunjukkan bahwa penambahan pupuk
yang tersimpan dalam tubuh ikan. hayati cair dengan konsentrasi yang
Pemberian pakan yang sesuai dengan berbeda pada media pemeliharaan benih
kebutuhan nutrisi, bukaan mulut dan ikan nila tidak berpengaruh nyata
kebiasaan makan akan menyebabkan terhadap nilai efisiensi pakan benih ikan
peningkatan pertumbuhan ikan (Hepher nila. Namun, nilai efisiensi pakan pada
dan Pruginin, 1981 dalam Maryam, konsentrasi 1,5µl.L-1 (P4), 2µl.L-1 (P5),
2010). Pakan yang sesuai dengan 2,5µl.L-1 (P6), 3µl.L-1 (P7) lebih tinggi
kebutuhan ikan akan ditandai dengan dari nilai kontrol (P1) dan masih
peningkatan pertumbuhan. tergolong baik.
76
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
77
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Panggabean, et al. (2016)
78
Negeri Syarif Hidayahtullah
Jakarta, Jakarta.
Soetomo HAM. 1988. Teknik Budidaya
Udang Windu. Sinar Baru
Bandung. Bandung.
Warasto., Yulisman., Mirna F. 2013.
Tepung Kiambang (Salvinia
molesta) Terfermentasi Sebagai
Bahan PakanIkan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (2):
173-183.
Wijaya K. 2003. Pengaruh aplikasi
konsorsium mikroba penitrifikasi
terhadap konsentrasi amonia
(NH3) pada air tambak. Jurnal
Teknik Lingkungan P3TL-BPPT.
4(2): 62-67.
79