Sie sind auf Seite 1von 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ULCUS CORNEA

I. Pengertian
Ulcus cornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. (Ilyas sidarta, 2004)
Ulcus cornea merupakan nekrosa pada jaringan kornea akibat
trauma (radang dapat dipermukaan atau menyusup ke jaringan yang lebih
dalam). ( Long Barbarac, 1996)
Ulcus cornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. ( arief mansjoers, dkk. 2001).

II. Anatomi Fisiologi


Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,
berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertical, serta memiliki
indek reflaksi 1.37 kornea memberikan kontribusi 74% atau setara dengan
43,25 dioptri dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Dalam
nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan
oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.
Secara histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu:
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 nm, terdiri atas 5 lapisan sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, stu lapisan sel basal, sel polygonal dan sel
gepeng. Lapisan epitel memiliki daya regenerasi.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak beraturan seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma. Lapisan ini tidak memiliki daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lain.
4. Membran Decesement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 30-40
nm, endotel melekat pada membran desecement melalui hemidosom
dan zonula acluden. ( Riordan- Eva, 2010)
Kornea dipersyarafi oleh banyak syaraf sensorik terutama dari
syaraf siliar longus saraf nasosiliar, saraf ke 5, saraf siliar longusc berjalan
supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea menembus membran
bowman melepaskan selubung schwannya. Bulbus krause untuk snsasi
dingin ditemukan diantara daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Tugas utama lapisan endotel adalah memompa kelebihan cairan
keluar dari stroma. Tanpa aksi pompa ini, stroma akan membengkak
dengan air, menjadi kabur dan akhirnya buram. Jika terlalu banyak sel
endotel yang rusak, edema kornea terjadi kebutaan terapi yang dapat
dilakukan yaitu transplatasi.
Peran kornea dalam pertahanan tubuh:
a. Melindungi seluruh mata dari kuman, debu dan materi bahaya lainnya.
b. Kornea bertindak sebagai lensa, mengontrol dan berfokus masuknya
cahaya
Proses pembentukan air mata:
Proses terbentuknya air mata disebut dengan proses lakrimasi.
Dalam proses pembentukannya ada 2 macam air mata yang dihasilkan,
yaitu air mata pelumas yang mengandung air, lemak dan mukosa
sedangkan yaitu air mata aqueus yang hanya mengandung air sebagai
respon luapan emosi dan iritasi.
Air mata muncul melalui saluran keluar yang berada di sudut luar mata.
Saat mata berkedip, lakrima gland menyebarkan air mata ke semua bagian
mata kemudian air mata akan mengalir melalui sudut dalam, selanjutnya
menuju bidang dibelakang hidung.
Kelenjar air mata terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Kelenjar lakrimasi
2. Kelenjar lakrimal assesorius
Kandungan air mata:
1. Zat garam
2. Air
3. Lemak
4. Mukosa

III. Epidemologi
Di amerika insiden ulcus kornea bergantung penyebabnya. Insiden
ulcus kornea tahun 1999 adalah 5,3 per 100. 000 penduduk di indonesia,
sedangkan presdiposisi terjadinya ulcus kornea antara lain terjadi karena
trauma, pemakaian lensa kontak dan kadang-kadang tidak diketahui
penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada
tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 kerakomikosis diperhatikan.
Banyak laporan peningkatan angka kejadian karena penggunaan
kortikosteroid topikal, obat munasupresif dan lensa kontak.
Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulcus
kornea 22 beretiologi jamur. Morbilitas tergantung dari ulkus kornea
seperti parut kornea, kelamaan reflaksi, neovaskularisasi dan kebutaan.
Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih sering terjadi ulkus
kornea yaitu sebanyak 71% begitu juga dengan penelitian di India

IV. Etiologi
1. Infeksi
 Infeksi bakteri : P.aeraginosa, strepcoccus pneumonia dan spesies
morarella.
 Infeksi jamur : disebabkan candida, fusarium, aspergills,
cephalosporium dan spesies mikrosis fungoidis
 Infeksi virus : ulcus kornea oleh herpes simplex
 Achantamoeba : protozoa hidup bebas yang terdapat di dalam air
yang tercemar materi organik
2. Non-Infeksi
 Bahan kimia
 Radiasi atau suhu
 Sindrom sjorgen
 Defisiensi vitamin A
 Obat-obatan
 Kelainan dari membran basal
 Pajanan (exposure)
 Neurotropik
3. Sistem imun
 Granulomatosa wagener
 Rheumatoid arthritis

V. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi dikenal 2 bentuk ilkus kornea:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulcus kornea bakterialis
 Ulkus streptococcus
Khasnya sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea. Ulkus berwarna ke abu-abuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke
dalam dan menyebabkan perforasi kornea.
 Ulcus stopilokokus
Awalnya berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas
tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat akan terjadi abses kornea yang disertai stroma dan
infitrat sel leukosit.
 Ulcus pseudomonas
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea
dalam waktu 48 jam. Ulkus berwarna abu-abu dengan kotoran
yang dikeluarkan berwana kehijauan. Kadang bentuk ulkus ini
seperti cincin.
 Ulkus pneumococus
Ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat
menyebar ke arah satu jurusan. Ulkus terlihat dengan infiltrasi
sel yang penuh dan berwarna kuning.
b. Ulkus kornea fungi
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna
keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas iiregular
dan terlihat penyebaran bulu bagian epitel yang baik. Tukak
kadang dalam. Pada infeksi candida bentuk tukak lonjong dengan
permukaan naik. Dapat terjadi neovaskular akibatrangsangan
radang.
c. Ulkus kornea virus
 Ulkus kornea herpes zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan
lesu. Gejala ini timbul 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit.
Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edema palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapat infiltrat
sub epitel dan stroma. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu
kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipertesi tetapi
dengan rasa sakitdan disertai dengan infeksi.
 Ulkus kornea simplex
Gejala awalnya ditandai infeksi siliar yang kuat disertai
terdapatnya suatu dataran sel dipermukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infitrat. Terdapat
hipertesi pada kornea secara kelenjar preaurikel. Bentuk
dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas, diwarnai dengan
fluoresin dengan benjolan diujungnya.
d. Ulkus kornea achanthamoeba
Awalnya tidak sebanding dengan gejala klinisnya,
kemerahan dan fotobia. Tanda klinis adalah ulkus kornea indotel,
cincin stroma dan infiltrat perineural.
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus kornea marginal
Bentuk simple berbentuk ulkus superfisialyang berwarna
abu-abu dan terdapat pada infeksi stafinococcus, toksit atau alergi
pada influenza disetri basilar gonokok artritis nodosa, dll.
Bentuk cincin dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukimia akut, sistemik lupus eritromatosis.
b. Ulkus mooren
Ulkus yang berjalan progesif dan perifer kornea ke arah
sentral. Penyebabnya belum diketahui, namun ada teori yang
diajukan antara lain: teori hipersensitivitas, TB, Virus, alergi dan
autoimun. Biasanya menyerah satu mata dan seluruh permukaan
kornea.
c. Ring ulker
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Dikornea
terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, didalam
limbus, biasanya dangkal ataupun dalam, kadang timbul perforasi.
Perjalanan penyakitnya menahun.
VI. Pathofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui
oleh cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan diretina, kornea
jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh
darah. Biasanya cahaya terutama terjadi dipermukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karnanya kelainan
sekecil apapun dikornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan
terutama bila letaknya di daerah pupil.
Patologi ulkus kornea tanpa perforasi dibagi menjadi 4 fase:
1. Fase infiltrasi progresif
Infiltrasi sel-sel PMN dan limfosit ke dalam epitel dari sirkulasi
perifer. Selanjutnta dapat terjadi nekrosis dari jaringan yang terlihat
bergantung virulensi agen dan pertahanan tubuh host.
2. Fase ulserasi aktif
Ulserasi aktif merupakan hasil dari nekrosis dan pelupasan epitel,
membran bowman dan stroma yang terlihat. Selama fase ini terjadi
hiperemia yang mengakibatkan akumulasi eksudat purulen di kornea.
3. Fase regresi
Regresi ditimbulkan oleh sistem pertahanan natural dan terapi yang
membesar respon host normal. Garis batas yang merupakan kumpulan
leukosit mulai timbul disekitar ulkus, leukosit ini menetralisir bahkan
memfagosit organisme debris seluler. Ulkus mulai menyembuh dan
epitel mulai tumbuh dari tepi ulkus.
4. Fase sikatrisasi
Penyembuhan berlanjut dengan epitelisasi progresif yang
membentuk sebuah penutup permanen. Bibawah epitel baru terbentuk
jaringan fibrosa yang sebagian berasal dari fibroblas kornea dan
sebagian dari sel endotel pembuluh darah baru. Stroma menebal
danmendorong permukaan epitel ke anterior. Derajat sikatrik
bervariasi.
 Epitel : menyembuh tanpa bekas
 Membran bowman dan sedikit lamela stroma superficial maka
akan terbentuk sikatrik yang disebut “nebula”
 >1/3 stroma : “makula” dan “leukoma”
VII. PATHWAY
VIII. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Klinis Ulkus cornea dapat berupa :
A. Gejala Subjectif
a) Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
b) Sekret mukopurulen
c) Pandangan kabur
d) Mata kabur
e) Bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus
f) Nyeri mata
g) Sensitive terhadap cahaya
h) Pembuluh darah yang bengkak dan melebar pada bagian putih
mata yang menyebabkan mata terlihat merah
B. Gejala Objectif
a) Injeksi siliar
b) Hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya ifiltrat
c) Hipopion
Tanda penting ulkus cornea adalah defek pada epitel yang Nampak
pada pewarnaan fluoresa. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis
anterior seperti miosis, aques flare (proteinpada aquos humor) dan
kemerahan pada mata. Reflex oxon berperan terhadap pembentukan
uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan
mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine, dan asetil kolin.
Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan
hipopion

IX. PENATALAKSANAAN
Ulcus cornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani
oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada cornea.
Pengobatan pada ulcus kornea tergantung penyebabnya
A. Penatalaksanaan ulcus cornea dirumah
a) Jika memakai lensa kontak secepatnya untuk melepaskannya
b) Janan memegang atau menggosok mata yang meradang
c) Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesring
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang
bersih
d) Berikan analgesic jika nyeri
Untuk herpes simplek diberikan pengobatan
IDU,ARAA,PAA,interferon inducer
Perbedaan tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi
supuratif karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi tersebut
dan memberi media yang baik tehadap perkembangn kuman
penyebabnya. Perban diperlukn pada ulcus ynag tanpa secret guna
mengurangi rangsangan.
B. Penatalaksanaan Medis
a) Pengobatan konstitusi
Pada ulcus yang disebabkan kuman yang virium yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa dapat diberikan vaksin tifoid
0,1cc atau 10 cc susu steril yang disuntikan intravwnal dan
hasilnya cukup naik
b) Pengobatan local
Infeksi pada mata harus diberikan
1. Sulfas atiopine sebagai salep atau larutan (bekerja selama -2
minggu)
Efek sulfas atrapine :
- Sedative menghilangkan rasa sakit
- Enkongestif menurunkan tanda radang
- Menyebabkan paralysis M.Siliaris dan Mkonstruktor pupil
2. Skopolamin sebagai midriatika
3. Analgesic
Dapat diberikan tetes pantokain atau tetrakain
4. Antibiotic
Pada pengobatan ulcuc sebaiknya tidak diberikan salep
mata karena dapat memeperlambat penyembuhan dan juga
dapat menimbulkan erosi kornea kembali
5. Anti jamur
- Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya
- Jamur berfilamen : topical amphotericin B, thiomerosol,
natamicin
- Ragi : amphotericinB, Natamicin
6. Anti viral
- Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik
diberikan steroid local mengurangi gejala, antibiotic
spwektrum luas untuk infeksi sekunder analgesic bila ada
indikasi
C. Penatalaksanaan Bedah
1. Keraektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membrane
bowman
2. Tissue adhesive atau grafit amnion multilayer
3. Flap konjungtiva
4. Parch graft dengan flap konjungtiva
5. Keratioplasti tembus
6. Fascia lata graf
7. Debridement mekanik
8. Amnion memban transparan
9. Kauterisasi

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kartu mata / snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan )
2. Kultur dan snsitif test
3. Pemerisaan oftalmoskopi
4. Tes toleransi glukosa
5. Flourosin test (jika hijau : kornea tidak utuh)
6. Pemeriksaan slit lamp
7. Keratrometri (pengukur kornea)
8. Cobalt blue light 3 (pada pewarnaan akan Nampak defek epitel)
9. Pemeriksaan darah lengkap

XI. KOMPLIKASI
1. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
2. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan
panopthalmitis
3. Prolapse iris
4. Sikatrik kornea
5. Uveitis
6. Katarak komplikata
7. Glaucoma sekunder
8. Endoptalmitis
9. Sinelia anterior dan posterior

XII. PROGNOSIS
Prognosis ulcus cornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
labatnya mendapat pertolongan . jenis mikroorganisme penyebabnya da
nada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulcus cornea yang luas
memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena jaringan cornea
berifat avascular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan serta timbulnya komplikai maka prognosisnya
menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi
ketaan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.
Ulcus cornea dapat sembuh dengan dua metode, migrasi sekeliling sel
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulcus superficialis yang kecil dapat sembuh
dengan cepat melalui metode yang pertama. Tetapi pada ulcus yang besar
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast dapt membentuk
jaringan granulos dan kemudian sikatrik.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN ULCUS KORNEA

I. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
melakukan penentuan status kesehatan dan pola pertahanan penderita
1. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama usia jenis kelamin suku bangsa pekerjaan pendidikan alamat
tanggal masuk rumah sakit diagnose no RM
2) Keluhan Utama
Keluhan yang sedang dirasakan klien biasanya mengeluh sakit mata, berir
dan kemerahan pada mata
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat dasar riwayat penyakit keluarga riwayat pengobatan
dan kaji adanya riwayat kece;lakaan yang melukai daerah mata
4) Riwayat kesehatan sekarang
Berisis tentang awal mula atau alas an penderita masuk rumah sakit sampai
dirawat inap di ruangan berisis upya yang telah dilakuka klien
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya dapat diketahui apakaj terdapat salah satu
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
6) Riwayat psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan operasi pada
mata klien menyebabkan klien mnegalami gangguan pada gambaran diri,
lamanya perawatan banyaknya biaya perawatan dan gangguan peran dan
konsep diri
2. Pemeriksaan Fisisk
1) Keadaan Umum dan TTV
Keadaan umum biasanya lemah kesadaran composmentis GCS 456 pada
pengukuran tanda vital sering didapatkan tidak adanya peubahan yang
signifikan
2) Body system
a. Pernapasan (B1 Breathing)
Pada system pernapadsan dilihat kesimetrisan hidng pernapasan
cuping hidung deformitas bersin warna mukosa nyeri sinus bentuk
dada dan kesimetrisannya berapa kali bernapas dalam satu menit
b. Cardiovaskuler (B2 Bleeding)
Pada system kardi dilihat dari akral bunyi jantung tekanan darah
pembesaran jantung tekanandarah pembesaran jantung
c. Persyarafan (B3 Brain)
Dapat diukur dengan tingkat kesadaran ukuran kepala kesimetrisan
benjolan ketajaman mata pergerakan bola mata reflex kornea dan
pupil didapatkan penurunan tingkat kesadaran ataukah terdapat
perubahan proses piker dan disorientasi
d. Perkemihan (B4 Bladder)
Diperhatikanny jumlah urine warna urine bau urine frekuensi BAK
nyeri pinggang ataukah retensi urine
e. Pencernaan (B5 Bowel)
Mulai dilihat dari mulut apakah terdapat lesi mukosa mulut
kelengkapan gigi, kemampuan menelan mengunyah bentuk perut
serta adanya mual muntah
f. Tulang dan Otot (B6 Bone)
Apakah terdapat fraktur tulang keterbatan gerak rentang gerk sendi
gaya berjalan posisi berdirikekuatan otot deformitas kekakuan serta
pada integument dilihat warna kulit turgor kulit temperature luka /
lesi serta kebersihan kulit
Pemeriksaan pada pasien dengan ULcus Cornea
a. inspeksi
a) Kelopak mata .Apakah ada bengkak, benjolan,ekimosis,ekstropion,
entropion,pseudoptosis dan kelainan kelopak mata lainnya.
b) Konjungtiva. Apakah warnanya lebih pucat dari warna normalnya
merah muda pucat mengkilat. Apakah ada kerehanan / pus
mungkin karena alergi / konjungtivitis
c) Sclera. Apakahapakah ikterik atau unikterik, adanya bekas trauma
d) Iris. Apakah ada ke abnormalan seperti iridis, atropi (pada DM,
glaucoma, ishkemi,lansia) dll
e) Kornea. Apakah ada arkus senilis (cincin abu – abu dipinggir luar
kornea),edema/ keruh /menebalnya kornea atau adanya ulkus
kornea.
f) Pupil. Apakah besarnya normal (3-5 mm/ isokor), atau amat kecil
(pin point), miosis (< 2 mm), midriasis (>5mm)
g) Lensa. Apakah warnanya jernih (normal), atau keruh (katarak)
b. Palpasi
Setelah inspeksi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang
berhubungan. Digunakan untuk menentukan adanya tumor. Nyeri
tekan dan keadaan tekanan intraokular (TIO). Mulai dengan palpasi
ringan pada kelopak mata terhadap adanya pembengkakan dan
kelemahan. Untuk memeriksa TIO dengan palpasi, setelah klien duduk
dengan enak, klien diminta melihat ke bawah tanpa menutup matanya.
Secara hati – hati pemeriksa menekankan kedua jari telunjuk dari
kedua tangan secara bergantian pada kelopak atas. Cara ini diulangi
pada mata yang sehat dan hasilnya dibandingkan. Kemudian palpasi
sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk pada kantus medial.
Sambil menekan, observasi pungtum terhadap adanya regurgitasi
material purulen yang abnormal atau airmata berlebihan yang
merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.

3. Pola – Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Kemampuan merawat diri pasien menurun dan juga terjadi perubahan
pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien tidak mengalami perubahan nutrisi dan metabolisme
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien terbatas dan memerlukan bantuan maksimal
4) Pola eliminasi
Pada klien tidak mengalami gangguan dan perubahan eliminasi
5) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur klien berubah, sampai berkurangnya pemenuhan kebutuhan
tidur klien
6) Pola persepsi dan kognitif
Penglihatan klien kabur, adanya tirai dan adanya nyeri pada mata
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa resah dan cemas akan terjadi kebutaan
8) Pola hubungan dan peran
Hubungan klien dengan orang disekitarnya menurun, begitu juga dalam
melaksanakan perannya
9) Pola reproduksi dan seksual
Pola ini tidak mengalami gangguan
10) Pola penanggulangan stress
Klien mengalami stress tentang keadaan penyakitnya
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pola ini tidak mengalami gangguan

II. DIAGNOSA
1. Perubahan persepsi sensori : visual berhubungan dengan kerusakan
penglihatn
2. Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas
kornea
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kerusakan integritas kornea
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap
perawatan diri dan prognosis penyakit
6. Ketakutan (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori kurang
pemahaman mengenai pemberian obat serta prognosis penyakit

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Periubahan persepsi sensori : visual berhubungan dengan kerusakan
penglihatan
Tujuan : klien mampu beradaptasi dengan peubahan
Kriteria hasil :
1) klien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan
2) Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat

Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya
R/ agar ada keterkaitan dan keoercayaan antar klien dan petugas kesehatan
2) Perkenalkan klien dengan lingkungan baru
R/ adanya keterbatasan penglihatan dan perubahan tata letak lingkungan
3) Beritahu klien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak
mengalami cidera
R/ agar klien untuk tetap bisa mandiri dengan anggota tubuhnya
4) Lakukam kunjungan dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan
menghilangkan ansietas
R/ untuk memantau kegiatan yang dilakukan klien
5) Libatkan keluarga dalam tindakan perawatan dan aktivitas
R/ agar keluarga terbiasa dengan keadaan klien
6) Kurangi bising dan berikan istirahat yang optimal serta seimbang
R/ untuk memulihkan keadaan klien dan mengurangi resiko cidera
2. Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Tujuan :Ttidak terjadi cidera pada klien
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas ari cidera
2) Klien dapat menjelaskan cara / metode ntuk mencegah cidera
3) Kliendapat menjelaskan factor penyebab cidera
4) Klien dapat menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan perilaku
personal
Intervensi
1) Idetifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif klien
R/ untuk mengetahu kebutuhan klien
2) Pasang side roll ( pengaman bed )
R/ untuk mengurangi resiko cidera
3) Menghindarkan klien dari sumber listrik dan barang tajam berbahaya
R/ untuk mengurangi terjadinya resiko cidera
4) Anjurkan memakai kaca mata gelap
R/ agar tidak menyebabkan penglihtan silau
5) Atur pencahayaan tidak terlalu terang
R/ untuk mencegah terjadinya silau pada klien

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan adanya luka pada


kornea.
Tujuan : pasien merasa nyaman dan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
2) Ekspresi wajah santai dan rileks
Intervensi
1) Beri penjelasan pada pasien sebab-sebab nyeri, akibat dan cara
mengatasinya.
R/ agar klien mengerti tentang sebab nyeri dan cara mengatasinya
2) Tentukan faktor penyebab turunnya nyeri.
R/ agar klien mengerti tentang turunnya nyeri.
3) Alihkan perhatian penderita dari nyeri.
R/ agar klien tidak merasakan nyeri.
4) Observasi keadaan luka.
R/ agar mengerti tentang keadaan luka klien.
5) Kolaburasi dengan tim medis
R/ untuk mempercepat prosese penyembuhan

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tahap ini merupakan tahap terakhir keperawatan yang nyata kepada klien
yang merupakan perwujudan dari segala tindakan yangvtelah direncanakan
pada tahap intervensi.

V. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Perawat
mempunyai 3 alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai
1. Berhasil / tercapai
Perilaku klien yang sesuai pernyataan tujuan dalam waktu yang ditentukan atau
yang diterapkan
2. Tercapai sebagian
Klien menunjukan perilaku tapi tidak sebaik yang ditentukan
3. Belum tercapai
Klien tidak mampu menunjukan perubahan perilaku setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Martana E. 2000 . Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi III, EGC,
Jakarta.

Dwi, Rully. 2003. Asuhan Keperawatan Ulkus Kornea


http://rullyhealthy.blogspot.com/2003/01/asuhankeperawatan-ulkus-
kornea.html. Diakses padatanggal 18 september 2016 pukul 17.00 WIB

Ilyas,Sidarta .2004. Ilpmu penyakit mata Indonesia. Edisi 3 FKUI: Jakarta

Mansjoer arif .2000, Kapita selekta kedokteran, Edisi III, FKUI, Jakarta.

UPF Ilmu Penyakit Mata (1994) Pedoman diagnosa dan terapi RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Das könnte Ihnen auch gefallen