Sie sind auf Seite 1von 14

5.

M5 Mutu
Alur Pasien Masuk Ruang IRNA II

UGD POLI

Rawat Inap
Pemeriksaan
Pengobatan/Tindakan

Sembuh/KRS Meninggal

a. Bed Occupancy Ratio (BOR)


BOR (bed occupancy ratio = angka penggunaan tempat tidur). BOR
Menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bad
count days in a period under considenration “. Sedangkan menurut Depkes RI
(2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuuan waktu
tertentu. Inndikator ini diberikan gambaran tinggi pada rendahnya tingkat
pemnfaatan tempat tidur rumash sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005)
1. BOR hari pertama
Jumlah bed yang terisi pada tanggal 11 Maret 2019 sebanyak 20 bed
Jumlah tempat tidur : 24 bed
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖
BOR = 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

20
= X 100%
24
= 83,3%
2. BOR hari kedua
Jumlah bed yang terisi pada tanggal 12 Maret 2019 sebanyak 23 bed
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖
BOR = 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

23
= X 100%
24
= 95,8%

3. BOR Hari Ketiga


Jumlah bed yang terisi pada tanggal 13 Maret 2018 sebanyak bed
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖
BOR = 𝑥 100%
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
22
= 24 X 100%

= 91,6%

Rata-rata BOR tanggal 11 sd 13 Maret 2018


83,3% + 95,8% + 91,6%
= 90,2%
3
Jadi, berdasarkan data diatas penggunaan tempat tidur di IRNA II selama 3 hari
ideal yaitu 90,2%

b. Average Length Of Stay (AVLOS)


AVLOS (average length of stay = rata-rata lama pasien dirawat) AVLOS menurut
Huffman (1994) adalah “The Average Hospitalization Stay Of In Patient this charge
during the pariet under conderation,” AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal tertentu pengamanan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6 sampai 9 hari (Depkes RI 2005).
Rumus hitung AVLOS tanggal 11 sampai dengan 13 Maret 2019 :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
AVLOS = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

Jumlah hari perawatan pada tanggal 11 sampai dengan 13 Maret 2019 adalah hari
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = pasien.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
AVLOS = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
56
= 8

=7
Kesimpulan : Dari perhitungan rata-rata lama pasien dirawat di Ruang IRNA II yaitu 7
hari, dan merupakan hasil yang ideal.

c. Turn Over Interval (TOI)


TOI (Turn Over Interval = tegangan perputaran). TOI menurut Depkes RI 2005 adalah
rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah disini ke saat terisi
berikutnya, indicator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1 sampai 3 hari.
Jumlah tempat tidur : 24 bed
Periode perawatan : 3 hari
Hari perawatan : 56 hari
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) : 8 pasien
Rumus hitung TOI :
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑋 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)
TOI = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) − rata − rata hari perawatan

(24 𝑋 3)
= − 7
8
=2
Kesimpulan : Jadi dari hasil rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya yaitu 2 hari, dan hasil tersebut merupakan hasil yang ideal.
d. Bed Turn Over (BTO)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “the net effect of changed in occupancy
rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakian
tempat tidur pada suatu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40 sampai 50.
Jumlah pasien dirawat (Hidup + Mati) = 65
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) =8
Jumlah tempat tidur = 24 bed
Rumus Hitung BTO
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)
BTO =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
8
=24

= 0,3
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan mengenai berapa kali tempat tidur dipakai dalam
satuan waktu tertentu menunjukkan hasil yang ideal.

e. Net Death Rate (NDR)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 72 jam setelah dirawat
untuk tiap tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan rumah sakit.
Jumlah pasien mati > 72 jam = 0 orang
Jumlah psien keluar (hidup + mati) = 8 pasien
Rumus Hitung NDR
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖>72 𝑗𝑎𝑚
NDR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) X 100%
0
= X 100%
8

= 0%
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan angka kematian selama >72 jam setelah dirawat
inap, menunjukkan bahwa belum ada angka kematian pada ruang IRNA II.
f. Gross Death Rate (GDR)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.
Jumlah pasien mati seluruhnya = 0
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = orang
Rumus Hitung GDR:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
GDR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) X 100%
0
= X 100%
8

= 0%
Kesimpulan : Jadi dari hasil perhitungan angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar menunjukkan hasil yang ideal.

g. Keselamatan Pasien (Pasient Safety)


1) Angka Kejadian Dekubitus
Luka tekan (Pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering
terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera
tulang belakang atau penyakit degenerative.
Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus :
a) Kaji risiko invididu terhadap kejadian dekubitus
b) Kaji faktor risiko pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang
teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien seperti pada
pembedahan atau penurunan status kesehatan.
c) Identifikasi kelompok-kelompok yang berisiko tinggi terhadap kejadian dekubitus.
d) Kaji keadaan kulit teratur setidaknya sehari sekali.
e) Kaji mobilitas
f) Minimalkan terjadinya tekanan
g) Kaji dan minimalkan pergesekan (friction) dan tenaga yang merebok (shear)
h) Kajilah inkontinensia
i) Kaji status nutrisi
j) Kajilah factor yang menunda status penyembuhan
k) Evaluasi penyembuhan luka

Penilaian Angka Kejadian Dekubitus


Skala Norton dapat digunakan untuk memprediksi apakah seorang pasien berisiko
dekubitus atau tidak dengan lima indikator, yaitu kondisi fisik (physical condition),
kondisi mental (mental condition), kegiatan (activity), mobilitas (mobility),
inkontinensia (incontinence).
Table Observasi Pasien Dengan Dekubitus

Tanggal

NO Variabel 11-03-2019 12-03-2019 13-03-2019

1 Jumlah kejadian decubitus 0 0 0

2 Jumlah pasien berisiko terjadi decubitus 1 1 1

3 Jumlah tidak berisiko 9 9 9

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠


Angka Kejadian Dekubitus= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑑𝑒𝑘𝑢𝑏𝑖𝑡𝑢𝑠 𝑥100%

0
Angka Kejadian Dekubitus = 10 𝑥100% = 0 %

1
Angka pasien berisiko terjadi Dekubitus = 10 𝑥100% = 10%

9
Angka pasien tidak berisiko terjadi Dekubitus = 10 𝑥100% = 90%

Kesimpulan : Dari hasil pengamatan tanggal 11-13 Maret 2019 jumlah responden di
IRNA II sebanyak 10 responden dengan angka kejadian dekubitus 0%

2) Kesalahan Pemberian Obat Oleh Perawat


Angka kejadian kesalahan pemberian obat oleh perawat dapat diketahui dari
formula sebagai berikut:
a. Angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Sentinel dalam pemberian obat:
Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat
X100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡

b. Kejadian Nyaris Cedera KNC dalam pemberian obat:


Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
Indikator kesalahan pemberian obat:
1) Salah pasien
2) Salah nama, tidak sesuai dengan medical record
3) Salah waktu:
a) Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadwal)
b) Terlalu cepat (30 menit sebelum jadwal)
c) Obat stop tetap dilanjutkan

Tabel KTD dan KNC tanggal 11-13 Maret 2019

Tanggal
No Variabel Total
11/3/2019 12/3/2019 13/3/2019

1. Jumlah pasien
yang terkena
kejadian tidak di
harapkan dalam
pemberian obat.

a. Tidak Tepat
- - - 0
Pasien
b. Tidak Tepat - - - 0
Obat
- - - 0
c. Tidak Tepat
waktu
pemberian
d. Tidak Tepat - - - 0
Dosis Obat
e. Tidak Tepat
Cara - - - 0
Pemberian
f. Tidak Tepat
Dokumentasi - - - 0
Jumlah pasien
pada hari
tersebut

Jumlah pasien pada


2. 20 23 22
hari tersebut

Angka kejadian KTD dan KNC= tidak ada

Kesimpulan : Dari hasil penilaian yang dilakukan selama melakukan pengkajian


dapat diketahui bahwa angka KTD oleh perawat dalam pemberian obat
yaitu tidak adanya angka KTD yang terjadi. Hal tersebut juga terjadi
pada KNC yang angka kejadiannya tidak ada.

3) Pasien Jatuh (Patient Fall)


Pasien di kategorikan beresiko jatuh apabila mempunyai satu atau lebih faktor
beresiko jatuh pada saat pengkajian:
a. Faktor resiko instrinsik, antara lain:
1) Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2) Diagnosis/perubahan fisik
3) Medisasi dan interaksi obat
b. Faktor ekstrinsik (lingkungan), antara lain:
1) Tingkat pencahayaan
2) Permukaan lantai
3) Furniture
4) Ketinggian tempat tidur, kunci tempat tidur
5) Call bell
6) Penggunaan alat bantu
7) Lama di rawat
Table observasi pasien fall risk
Tanggal Berisiko Tidak berisiko Kejadian Jumlah
Jatuh jatuh Jatuh Pasien

11-03-2019

12-03-2019

13-03-2019

Tanggal 11-03-2019 : 𝑥100% = %

Tanggal 12-03-2019 : 𝑥100% =%

Tanggal 13-03-2019 : 𝑥100% =%

% +%=%
Rata – rata : =%

Kesimpulan : Dari hasil penilaian selama 3 hari, dapat disimpulkan bahwa angka
kejadian resiko jatuh/fall risk di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram
yaitu hari pertama didapatkan %, hari kedua %, dan hari ketiga yaitu
1%. Jadi rata-rata kejadian resiko jatuh di Ruang IRNA II sebanyak %

4) Flebitis
Flebitis (phelebitis) didefinisikan sebagai peradangan akut lapisan internal
vena yang ditandai oleh rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena kemerahan, bengkak dan
hangat, serta dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan. Flebitis adalah komplikasi
yang sering dikaitkan dengan terapi IV. Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi
dan meningkatkan resiko flebitis. Faktor ini antara lain :
a. Trauma pada vena selama penusukan
b. Cairan infus bersifat asam atau alkali atau memiliki osmolaritas tinggi
c. Penusukan ke pembuluh arah yang terlalu kecil
d. Menggunakan jarum yang terlalu besar untuk vena
e. Jarum infus lama tidak di ganti
f. Jenis bahan (kateter infus ) yang di gunakan
g. Riwayat pasien dan kondisi sekarang
h. Kondisi pembuluh darah
i. Stabilitas kanul
j. Pengendalian infeksi

Pencegahan kejadian Flebitis dapat dicegah dengan cara :

1) Mengikuti teknik asepsis selama penusukan dan saat pencampuran obat,


2) Rotasi tempat pemasangan
3) Menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena,
4) Pemantauan berkala area IV line,
5) Pendidikan pasien tentang tanda dan gejala dari flebitis,
6) Pilihan perangkat IV yang tepat,
7) Mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk mencegah partikel dan untuk
memastikan obat atau solusi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar pH atau
kepekatannya.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐹𝑙𝑒𝑏𝑖𝑡𝑖𝑠


Formula = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑝𝑙𝑒𝑏𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥 100%

Hari pertama: Formula = 𝑥100% = %

Hari kedua : Formula = 𝑥100% = %

Hari Ketiga : Formula = 𝑥100% = %


++
Rata – rata : =%
3

Jadi Rata-rata Kejadian Flebitis di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram sebanyak 15%
H. Kepuasan Pasien
Ada enam faktor menyebabkan timbulnya rasa tidak puas pelanggan terhadap suatu produk
yaitu :
1. Tidak sesuai harapan dan kenyataan
2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan
3. Perilaku personel kurang memuaskan
4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang
5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh banyak waktu terbuang dan harga tidak
sesuai
6. Promosi/iklan kehilangan pelangganTingkat Kepuasan Pasien

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛


= 𝑥100%
jumlah pasien yang dilakukan survei pada periode tertentu

No Tingkat Kepuasan Jumlah pasien

1. Sangat puas 0

2. Puas 15

3. Tidak puas 0

4. Sangat tidak puas 0

0
Sangat Puas = 15 x100% = 0%
15
Puas = x100% = 100%
15
0
Tidak Puas = x100% = 0%
15
0
Sangat Tidak Puas = 15 x100% = 0%

Kesimpulan : Dari hasil survey menggunakan kuesioner kepuasan pasien dengan


responden sebanyak 15 orang didapatkan Sangat Puas 0%, Puas 100%,
Tidak Puas 0%, dan Sangat Tidak Puas sebanyak 0% dengan mutu
pelayanan ruangan Irna II RSUD Kota Mataram. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa rata-rata pasien merasa puas terhadap mutu pelayanan di
ruang IRNA IIRSUD Kota Mataram

I. Kenyamanan
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sitem saraf untuk mengubah
berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan
ke system saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan
muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk
menghilangkan, mengurangi rangsang nyeri.

Skala nyeri :
0 = tidak nyeri,
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL,
4-6 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL,
7-10= nyeri berat tidak mampu melakukan ADL.

Angka tata laksana nyeri :

jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi


𝑥100%
jumlah total pasien per periode waktu tertentu

Persentase tata laksana pasien nyeri :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠 𝑛𝑦𝑒𝑟𝑖


𝑥100%
jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala ≥ 4 per periode tertentu

Angka kenyamanan pasien :

jumlah pasien dengan nyeri terkontrol


𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑦𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Persentase Pasien Dengan Nyeri Yang Terdokumentasi

No Variabel Tanggal

11 12 13

1 Jumlah pasien nyeri yang terdokumentasi 6 6 6

2 Total pasien 20 23 22

Presentase 30% 26% 27%

Kesimpulan :Dari hasil penilaian melalui pengkajian yang dilakukan selama 3 hari
dapat di ketahui bahwa Persentase pasien dengan nyeri yang
terdokumentasi di dapatkan hasil tanggal 11 sebanyak 30%,tanggal 12
sebanyak 26%,tanggal 13 sebanyak 27%. Jadi rata-rata persentase pasien
nyeri yang terdokumentasi adalah 27,7%

Persentase Tatalaksana Pasien Nyeri


No Variabel Tanggal

11 12 13

1 Jumlah tindakan perawat sebagai respons nyeri

2 Total pasien nyeri skala ≥ 4 6 6 6

Presentase % % %

Kesimpulan :Dari hasil penilaian melalui pengkajian yang dilakukan selama 3 hari
dapat di ketahui bahwa Persentase tatalaksana pasien nyeri di dapatkan
hasil tanggal 11 sebanyak %,tanggal 12 sebanyak %,tanggal 13 sebanyak
%.
Jadi rata-rata persentase tatalaksana pasien nyeri adalah %
Persentase Pasien Dengan Nyeri Terkontrol
N Variabel Tanggal
o
11 12 13

1 Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol

2 Total pasien yang nyeri skala ≤ 4 16 23

Presentase % % %

Kesimpulan :Dari hasil penilaian melalui pengkajian yang dilakukan selama 3 hari
dapat di ketahui bahwa Persentase pasien dengan nyeri terkontrol di
dapatkan hasil tanggal 11 sebanyak %,tanggal 12 sebanyak %,tanggal 13
sebanyak %.Jadi rata-rata persentase pasien dengan nyeri terkontrol adalah
%

E. Kecemasan
Kesimpulan :Dari hasil penilaian yang dilakukan selama melakukan pengkajian
menggunakan kuesioner skala peringkat kecemasan (Nursalam 2016) dapat diketahui
bahwa dari 15 responden, terdapat responden yang tingkat kecemasannya normal/tidak
cemas dengan rentang skala 20-44 dengan persentase 80% dan 4 responden kecemasannya
ringan dengan rentang skala 45-59 dengan persentase 20%

Das könnte Ihnen auch gefallen