Sie sind auf Seite 1von 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya
semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir
dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran
kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi
akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan
pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh
proses menjadi tua.

Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas
dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai
penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2. Bagaimana gambaran klinis diabetes mellitus?
3. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes
mellitus?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus
2. Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus
3. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes
mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian keluarga
Fredman (2005) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
yang mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Pakar konseling dari yogyakarta Sayekti (2006) menulis bahwa keluarga adalah
suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berkelainan jenis hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Keluarga merupakan suatu gejala yang bersifat universal dan mempunyai 4


karakteristik pada keluarga.
a. Keluarga terdiri dari orang yang bersatu karena ikatan perkawinan darah atau
adopsi.
b. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam suatu rumah
membentuk suatu rumah tangga.
c. Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi yang memainkan peran suami dan isteri , bapak dan ibu , anak
dan saudara.
d. Keluarga mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar
bersal dari kebudayaan umum yang lebih besar/luas.

Atas landasan keempat dari karakteristik diatas dapat disimpulkan pengertian


keluarga adalah sebagai berikut:
Keluarga merupakan kelompok orang yang dipersatukan dari ikatan perkawinan
,darah atau adopsi yang membentuk suatu rumah tangga yang saling berinteraksi
dan berkomunikasi satu sama lain dengan melalui peran masing-masing sebagai
anggota keluarga dan mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku
umum menciptakan kebudayaan sendiri.

2. Tipe-tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah( kakek-nenek,paman-
bibi).

Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
b. Orang tua tunggal(single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat dari perceraian atau ditinggal
pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan( the unmarried teenage mother)
d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heteroseksual cohabiting family) biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh
perkotaan tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah.
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family)

3. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi efektif ( the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosial dan tepat bersosialisasi (sosialization unsocial placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproduktive function) adalah fungsi untuk
memprtahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu kelurga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

B. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS


1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi
insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma
klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin
secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang


dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.

Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas
fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-
obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin
resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan
hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini
masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan
maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena


mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus.
Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam
dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak
berfungsi dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia
dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian
dari proses penuaan itu sendiri.

3. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus
tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Karakteristik DM tipe II :
1. Sukar terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan tidak harus dengan insulin
3. Onset lambat
4. Gemuk atau tidak gemuk
5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6. Tidak berhubungan dengan HLA
7. Tidak ada antibodi sel islet
8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9. ± 100% kembar identik terkena

4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat
atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka
glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di
pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah
menjadi meningkat

5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan
ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan
tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang
dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang
sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik
pada pembuluh darah dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga


gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan
lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering


ditemukan adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan.
Penatalaksanaan secara medis adalah sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1. Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM
tipe II dengan berat badan yang berlebihan.

2. Golongan Biguanid / Metformin


Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat
tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar
adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II
yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan
penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional
yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin
zink, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)

Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai


berikut:
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.
Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan,
lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM
sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi
idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar
berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori,
kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang
manis, perbanyak konsumsi serat.

b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan
berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien
DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan
melakukan olahraga yang berat – berat

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
1. Kadar glukosa darah puasa
2. Tes toleransi glukosa
3. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

8. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
1. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat
pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk
sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh
infeksi ( penyakit)

b. Komplikasi kronis:
1. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh
darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah
pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan
permanen.
2. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema
dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada
DM.
3. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2,
hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat
mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati,
nepropati, dan penyakit makrovaskular.
6. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan
mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan
dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
7. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat
hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima
pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama KK : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 59 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln. Blok Gading Dusun III Tangjung Gusta

b. Komposisi Keluarga
Hubungan
No Nama JK Umur Pekerjaan Ket
Keluarga
1. Tn.S L Suami 59 Thn Buruh Sehat
2. Ny.M P Istri 55 Thn Ibu RT DM
3. Ny.Y P Anak 18 Thn Swasta Sehat

c. Genogram

2 Ny. R P 77 thn Ibu Pensiunan PNS SAG


2 Ny. R P 77 thn Ibu Pensiunan PNS SAG

2 Ny. R P 77 thn Ibu Pensiunan PNS SAG


2 Ny. R P 77 thn Ibu Pensiunan PNS SAG
Ny. 2R Ny. R P 77Pthn Ibu
77 thn Ibu PensiunanPensiunan
PNS SAG PNS S
2
Keterangan

: Laki-laki : sakit perempuan

: Perempuan : Satu Rumah

d. Type Keluarga : Keluarga usia lanjut


e. Suku / Kebangsaan : Jawa
f. Agama : Islam
g. Status Sosial Ekonomi
Keluarga Tn. S di nafkahi oleh anak dan menantu, upaya lain yang dilakukan
Ny.M adalah mencari pekerjaan dengan jualan di kedai depan rumah untuh
menambah penghasilan tiap bulan. Harta benda yang dimiliki (Perabot,
Transportasi , Dll) adalah TV, Sepeda Motor dan satu buah sepeda
h. Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn.S termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat.
Khususnya Ny.M , ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll walaupun
dengan badan yang sudah rentan dan kaki yang terkadang terasa sakit.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga adalah keluarga usia lanjut
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga telah
memenuhi perkembangannya.
b. Riwayat Keluarga Inti
Ny.M menderita diabetes mellitus tipe 2 setelah kontrol gula darah dilakukan
pengecekan KGD di Klinik
c. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Ny. M mempunyai riwayat strok ringan kaki sebelah kiri dan juga Orang tua
dari Ny. S memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.

3. Lingkungan
a. Kharakteristik Rumah
Skema rumah
5

4
U S
2

1
T

Keterangan : Lantai Dasar


1. Teras Rumah
2. Ruang tamu / ruang makan / ruang TV
3. Kamar tidur
4. Kamar tidur
5. Kamar mandi

Rumah Tn. S merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran 6x16 m.


Termasuk rumah semi permanent, berdinding tembok dan juga kayu (gedek)
lantainya dari semen. Mempunyai 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1
kamar mandi dan WC. Ventilasi jendela ada sembilan bangunan dan
lingkungannya tampak bersih.
1. Pembuangan Air Kotor
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan
kedalaman 10 meter terletak di samping rumah dan jarak dari sumber air
kurang dari 10 meter.
2. Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan
di bak sampah dan kemudian di sampah di bakar setiap hari.
3. Sanitasi
Lingkungan rumah Ny. M tampak bersih, pekarangan dimanfaatkan secara
maksimal dengan beberapa tanaman dan pohon.
4. Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak
di dalam rumah.
5. Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air isi ulang sebagai air minum dan air sumur
digunakan untuk mencuci dan memasak.
b. Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Ny. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Ny. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak
oranng tuanya sudah meninggal.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga
besarnya. Bila ada masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Ny.
M selalu membawa ke klinik yang terdekat dengan rumah.

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi
suatu permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum
memutuskan suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat
terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 1 orang
anak dan saling perhatian.
c. Struktur peran keluarga
Tn. S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangganya. Ny. M sebagai istri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ny Y sebagai
anak ketiga yang masih tinggal bersama Tn.S dan Ny.M
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dalam agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik.
Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada
di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM,
hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah
kesehatan akibat penyakit DM. Keluarga juga tidak tahu bahwa penyakitnya
bisa di turunkan kepada anaknya sehingga harus mendapat pengobatan yang
segera dan jangka waktu yang cukup panjang. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui tentang
masalah yang terjadi pada penyakit DM. Keluarga tidak mengetahui langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam menangani penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn. S berusia 59 tahun dan Ny. M 55 tahun merupakan usia lansia, keluarga
tidak menggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
e. Fungsi ekonomi
Tn S tidak bekerja karna kondisi usia dan Ny. M bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan jualan di kedai untuk kehidupan sehari-harinya dan ia dibantu oleh
anak dan menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Strategi Koping
Tn. S merasa apa yang terjadi pada istrinya merupakan kehendak Tuhan, Tn.
S hanya bisa pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress
berusaha berpikir dengan pikiran dingin dan lebih santai.
b. Status Emosi
Tn. S termasuk orang yang tidak mudah untuk stress. Ia berusaha
membesarkan hati istri dan anaknya agar tidak gampang emosi sehingga
pemikiran dan pengambilan keputusan memang benar-benar di pikirkan
matang-matang.

7. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat
melakukan aktifitas sehari-hari dengan nyaman.

8. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.

Pemeriksaan Tn. S Ny. M Ny. Y


TD 130/80 mmHg 150/ 90 mmHg -120/80 mmhg
Nadi 80 x/ menit 72 x/ menit -84x/ menit
Suhu 370 C 370C 360C
RR 24x/i 22x/i 20x/i
TB 160 cm 158 cm 157 cm
BB 50 kg 52 kg 56 kg
Kepala Bentuk mesosefal, Bentuk mesosefal, kulit Bentuk mesosefal
kulit kepala bersih, kepala bersih, tidak kulit kepala bersih,
tidak terdapat luka, terdapat luka, rambut tidak terdapat luka,
rambut beruban, beruban, tidak mudah rambut tidak
tidak mudah rontok rontok beruban, tidak
mudah rontok,
Leher Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
pembesaran kelenjar, pembesaran kelenjar, pembesaran kelenjar,
tidak ditemukan tidak ditemukan tidak ditemukan
pembesaran pembesaran pembuluh pembesaran
pembuluh limfe dan limfe dan vena pembuluh limfe dan
vena jugularis, tidak jugularis, tidak ada vena jugularis, tidak
ada nyeri tekan. nyeri tekan ada nyeri tekan.
Dada Pengembangan dinding Pengembangan
dada simetris, tidak dinding dada
terdapat luka, tidak ada simetris, tidak
bunyi nafas tambahan terdapat luka tidak
ada bunyi nafas
tambahan
Abdomen Datar, tidak ada nyeri Datar, tidak ada nyeri Datar, tidak ada
tekan, tidak tekan, tidak ditemukan nyeri tekan, tidak
ditemukan pembesaran hati ditemukan
pembesaran hati pembesaran hati
Ekstremitas Tidak ditemukan Tidak ditemukan Tidak ditemukan
adanya edema, tidak adanya edema, tidak adanya edema, tidak
terdapat kekakuaan terdapat kekakuan terdapat kekakuan
sendi, tidak terdapat sendi, tidak terdapat sendi, tidak terdapat
luka. luka. luka.
Perineal Menolak dilakukan Menolak dilakukan Menolak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan
Masalah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pskiatrik
Intake cairan Minum sehari- hari Minum sehari- hari air Minum sehari- hari
air putih, kadang teh putih dan teh air putih,
dan kadang kopi.
Eliminasi BAB 1 x sehari, BAB 1 x sehari, BAB 1 x sehari,
kosistensi lunak, bau kosistensi lunak, bau kosistensi lunak, bau
khas, BAK 4-5 x khas, BAK 5-6 x khas, BAK 5-6 x
sehari, warna kuning sehari, warna kuning sehari, warna kuning
jernih jernih jernih

Personal Hygiene
Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2x sehari dengan sabun
mandi, cuci rambut maksimal sekali dalam 3 hari dan gosok gigi sesudah makan
dan sebelum tidur
9. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No Kriteria Pengkajian
1. Mengenal masalah - Keluarga kurang mampu dalam mengenal
masalah misalkan tanda dan gejala, penyebab,
makan yang harus dikurangi, serta pengontorolan
kadar gula darah tersebut dan jarang olahraga
- Keluarga juga mengatkan Ny. R mengalami nyeri
dan kekakuan pada pagi hari pada saat bangun
2. Mengambil keputusan - Keluarga juga mengatakan dalam hal ini Ny. R
yang tepat dalam keadaan baik-baik saja
- Keluarga telah mengambil keputusan yang tepat
dimana keluarga, selalu menganjurkan untuk
dilakukan penanganan penyakit yang bisa
dilakukan dirumah.
3. Merawat anggota keluarga
- Keluarga telah mengambil keputusan yang tepat
yang sakit atau punya
dimana keluarga, melakukan tindakan yang tepat
masalah
jika ada anggota keluarga yang sakit misalnya
kompres dan juga membeli daun sirsak pada
anggota kelurga yang sakit

4. Memodifikasi lingkungan - Keluarga Ny. R mampu memodifikasi lingkungan


rumah namun tidak dilibatkan Ny. R karena faktor
usia.
5. Memanfaatkan saran - Keluarga telah membawa Ny. R berobat
kesehatan kepuskesmas tetapi tidak kontrol rutin.
10. Analisa Data
Nama Klien : Ny. M
Masalah : Diabetes Mellits
No Kelompok Data Etiologi Problem
1. Ds : Ketidakmampu Resiko
- Ny M sering merasa Kakinya an keluarga terjadinya
kesemutan, pusing dan pandangan mengenal komplikasi
kabur masalah pada diabetes
- Keluarga Ny. M mengatakan tidak komplikasi mellitus
paham tentang komplikasi penyakit diabetes
diabetes mellitus. mellitus
Do :
- TD : 120/80
- KGD : 316
- kaki tidak ada luka
2. Ds : Ketidakmampu Ketidakefekti
- Keluarga Ny. M mengatakan tidak an keluarga fan
tahu tentang makanan apa saja yang merawat pemeliharaan
yang harus dihindari. anggota keluarga
- Keluarga Ny. M mengatakan belum keluarga dengan pada
hafal gerakkan senam kaki diabetes Diabetes keluarga
mellitus Mellitus
Do : Keluarga Ny. M terlihat bingung

11. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. M berhubungan
dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi
diabetes mellitus.
2. Ketidak efektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Tn S khususnya Ny. M
sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Mellitus.

12. Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes
mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
- Keadaan sejahtera mengetahui tentang
1 x1=
komplikasi penyakit
diabetes mellitus
2 Kemungkinan Sumber daya
masalah dapat di kesehatan ada,
ubah : 2 2 x2=2 materi tentang
- Mudah penyakit diabetes
mellitus ada
3 Potensial masalah Masalah sudah lama
untuk di cegah : 1 x1= terajadi
- Cukup
4 Menonjolnya Keluarga ingin tahu
masalah : tentang komplikasi
- Ada masalah tetapi x1= penyakit diabetes
tidak perlu di 1 mellitus
tangani
Jumlah 3
2. Ketidak efektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Tn. S khususnya Ny. M
sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
diabetes mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
- Ancaman kesehatan mengetahui cara
merawat anggota
1 x1=
keluarga dengan
diabetes mellitus

2 Kemungkinan Sumber daya


masalah dapat di kesehatan ada,
ubah : meteri tentang
1 2 x2=1
- Sebagian cara merawat
diabetes mellitus
ada
3 Potensial masalah Masalah sudah
untuk di cegah : 1 x1= lama terajadi
- Cukup
4 Menonjolnya 1 x1= Keluarga
masalah : menginginkan di
- Ada masalah tetapi ajari cara merawat
tidak perlu di tangani / penanganan pada
masalah ini
Jumlah
13. Diagnosa prioritas berdasarkan skala prioritas
1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. M berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes
mellitus.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Tn S khususnya Ny. M
sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani.
Jakarta:EGC, 1997.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan
Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Das könnte Ihnen auch gefallen