Sie sind auf Seite 1von 8

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOPI

PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI DI SMP


1)
Aida Nurul Safitri, 1)Subiki, 1)Sri Wahyuni
1)
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
E-mail: asafitri905@gmail.com

Abstract

Science module based on local wisdom of coffee was an alternative on develop


learning tools by integrating local wisdom into science materials. This research was
a development research using Plomp development model that was adjusted into 4
phases. The purposes of this research were to describe the validity of science module
based on local wisdom of coffee, effectiveness and student's response. The
effectiveness of science module was calculated from aspects of cognitive learning
result and student learning acitivities. The data collection methods were validation,
test, observation, questionnaire and documentation. Science module based on local
wisdom of coffee on material work and energy in Junior High School was valid with
final validation result 4.39. Field trials were conducted in class VIIIA Argopuro 2
Suci Junior High School with total of 39 students. The result of classical learning
achievement was 82.05% and total percentage of student learning activity was
84.33% with very active category. Both values indicate that science modules based
on local wisdom of coffee on material work and energy in Junior High School effective
were viewed from aspects of learning result and student learning activities. Then
student's response got very good response with percentage of response was 84.62%.

Keywords: Science module, local wisdom, validity, effectiveness, student’s response

PENDAHULUAN pendapat Kartono et al. (2010) bahwa


proses pembelajaran IPA dapat
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikembangkan dengan bertumpu pada
merupakan konsep pembelajaran mengenai keunikan dan keunggulan suatu daerah.
gejala alam yang mempunyai hubungan Lingkungan fisik (alam) maupun
dengan kehidupan manusia dan objek lingkungan sosial budaya yang dimiliki
kajian luas, yang terdiri dari kumpulan oleh masyarakat Jember memiliki berbagai
suatu konsep, prinsip, hukum, dan teori potensi yang dapat digali dan
(Setyowati et al., 2013). Pembelajaran IPA dikembangkan sebagai pendukung
yang menyajikan konsep nyata dalam pembelajaran IPA. Kearifan lokal
kehidupan sehari-hari lebih berpotensi masyarakat Jember didefinisikan sebagai
untuk mengembangkan pengalaman dan kemampuan (kompetensi) yang dimiliki
kompetensi siswa memahami alam sekitar oleh masyarakat Jember yang telah terbukti
berdasarkan konsep IPA (Listyawati, terlestarikan sampai saat ini. Salah satu
2012). Oleh karena itu, suasana dan contohnya ialah pengolahan kopi.
lingkungan belajar dalam proses Pengintegrasian kearifan lokal ke
pembelajaran IPA sangat mempengaruhi dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan
pencapaian kompetensi yang akan dicapai. karena banyak terdapat konsep-konsep IPA
Suasana dan lingkungan belajar yang di dalamnya. Salah satu konsep IPA yang
kondusif untuk proses pembelajaran IPA dapat ditemukan di lingkungan sekitar
sangat beragam, tetapi dalam sudut adalah materi usaha dan energi. Materi
pandang konteks, siswa akan lebih tepat usaha dan energi dapat dipadukan dengan
jika mengoptimalkan kearifan lokal. Sesuai kearifan lokal kopi karena konsep usaha

22
Safitri, Pengembangan Modul IPA... 23

dan energi banyak dilakukan pada kegiatan salah satu solusi untuk mengintegrasikan
pengolahan kopi. kearifan lokal ke dalam suatu pembelajaran
Faktanya pengintegrasian kearifan IPA. Tujuan penggunaan modul IPA
lokal ke dalam proses pembelajaran berbasis kearifan lokal tersebut agar siswa
khusunya IPA sangat jarang atau bahkan dapat terarahkan sesuai tujuan
tidak pernah digabungkan. Prasetyo (2013) pembelajaran, sehingga kesadaran siswa
menyatakan bahwa nilai-nilai yang dianut untuk menjaga, melestarikan dan
oleh masyarakat lokal yang penuh dengan mengembangkan lingkungannya juga
nilai-nilai kearifan lokal diabaikan dalam tumbuh seiring dengan materi IPA yang
berbagai pembelajaran termasuk diterimanya. Hal tersebut sesuai dengan
pembelajaran IPA. Hal ini diperkuat oleh pendapat Martawijaya (2014) bahwa buku
hasil wawancara dengan siswa di salah satu fisika peserta didik yang berbasis kearifan
SMP yang berada dekat dengan perkebunan lokal menempati posisi strategis dalam
kopi di daerah Panti Jember, yaitu SMP pembelajaran untuk meningkatkan karakter
Argopuro 2 Suci yang menyatakan bahwa dan ketuntasan belajar.
mereka tidak mengenal kearifan lokal Penelitian yang relevan dengan
daerah mereka dan dalam pembelajaran kearifan lokal yaitu penelitian yang
IPA tidak pernah mengaitkan tentang dilakukan oleh Warpala et al. (2010)
kearifan lokal. Hal tersebut tentu diperoleh hasil bahwa bahan ajar
menimbulkan keprihatinan karena pembelajaran sains berbasis kearifan lokal
pengetahuan siswa terhadap kearifan lokal dapat meningkatkan pemahaman konsep
daerahnya sendiri tidak ditumbuhkan di dan kinerja ilmiah siswa. Tujuan penelitian
dalam pembelajaran. ini antara lain: 1) untuk mendeskripsikan
Berdasarkan wawancara dengan guru validitas modul IPA berbasis kearifan lokal
IPA di sekolah tersebut, diperoleh data kopi, 2) untuk mendeskripsikan efektivitas
bahwa penggunaan bahan ajar di sekolah modul IPA berbasis kearifan lokal kopi
tersebut belum optimal. Bahan ajar yang ditinjau dari aspek hasil belajar dan
digunakan ialah buku teks dari berbagai aktivitas belajar siswa, dan 3) untuk
penerbit. Buku yang diperoleh dari berbagai mendeskripsikan respon siswa terhadap
penerbit memiliki beberapa kekurangan, penggunaan modul IPA berbasis kearifan
yaitu sajian pada buku tersebut masih lokal kopi.
bersifat umum dan belum disesuaikan
dengan lingkungan belajar siswa seperti METODE
keunggulan daerah.
Masalah lain ialah karakteristik siswa Jenis penelitian ini adalah penelitian
di SMP Argopuro 2 Suci cenderung kurang pengembangan. Penelitian pengembangan
aktif di dalam pembelajaran. Berdasarkan digunakan untuk menghasilkan produk
wawancara dengan guru dan observasi tertentu dan menguji keefektifan produk
diperoleh data bahwa keberanian siswa tersebut. Produk yang dimaksud berupa
untuk mengajukan pendapat dan bertanya modul IPA berbasis kearifan lokal kopi
kurang. Maulida et al. (2015) menyatakan pada pokok bahasan usaha dan energi di
bahwa aktivitas siswa yang rendah juga SMP. Penelitian ini menggunakan desain
mengakibatkan kejenuhan siswa dan model pengembangan Plomp. Bentuk alur
rendahnya semangat dalam belajar yang pengembangan model Plomp dapat dilihat
mengakibatkan rendahnya hasil belajar pada Gambar 1.
kognitif siswa. Tanpa adanya aktivitas
siswa proses belajar mengajar tidak dapat
berlangsung dengan baik.
Bahan ajar berupa modul berbasis
kearifan lokal kopi dapat digunakan sebagai
24 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 7 No. 1, Maret 2018, hal 22-29

ditinjau dari aspek hasil belajar siswa dan


aspek aktivitas belajar siswa serta untuk
mengetahui respon siswa.
Instrumen perolehan data untuk
efektivitas modul ditinjau dari aspek hasil
belajar, yaitu menggunakan soal post test.
Teknik analisis data dihitung melalui
presentase ketuntasan hasil belajar klasikal
siswa dengan rumus:
𝑁′
𝐾𝐵 = 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
Gambar 1. Alur tahapan pengembangan model P : presentase ketuntasan belajar
Plomp klasikal
n : jumlah siswa yang tuntas
Model Plomp yang digunakan dalam N : jumlah seluruh siswa
penelitian pengembangan ini dibatasi (Yensy, 2012)
sampai pada fase tes, evaluasi dan revisi Modul IPA berbasis kearifan lokal kopi
sehingga pada fase implementasi tidak yang dikembangkan dianggap efektif jika
dilaksanakan. Pembatasan ini dilakukan nilai hasil belajar siswa tuntas secara
karena pada fase implementasi memerlukan klasikal sebesar ≥ 80% (Hobri, 2010: 58).
proses yang panjang dan waktu yang lama. Selanjutnya efektivitas ditinjau dari
Tahap terakhir yaitu, fase tes, aspek aktivitas belajar siswa, yaitu diukur
evaluasi dan revisi yang terdapat dua menggunakan instrumen lembar observasi.
kegiatan utama, yakni kegiatan validasi dan Aktivitas belajar siswa dihitung
uji coba lapangan. Kegiatan validasi terdiri berdasarkan persentase aktivitas siswa
dari validasi ahli, yaitu 2 dosen Program dengan rumus:
Studi Pendidikan Fisika Universitas Jember 𝐴
𝑃𝑎 = 𝑥 100%
dan validasi pengguna, yaitu 2 guru bidang 𝑁
studi IPA SMP Argopuro 2 Suci. Instrumen Keterangan :
yang digunakan yaitu lembar validasi. Pa : presentase aktivitas siswa
Aspek yang dimunculkan antara lain aspek A jumlah skor tiap indikator
:
kelayakan isi, penyajian, kegrafikaan dan aktivitas yang diperoleh siswa
bahasa. Selanjutnya hasil validasi dianalisis N jumlah skor maksimum tiap
:
menggunakan rumus: indikator aktivitas siswa
∑𝑛𝑗=1 𝐴𝑖 Kriteria menyatakan modul yang
𝑉𝑎 = dikembangkan dikatakan efektif, jika
𝑛 aktivitas siswa yang dicapai adalah aktif,
Keterangan:
Va : nilai rerata total untuk semua aspek yaitu 60% < Pa ≤ 80% (Basir dalam
Ai : rerata nilai untuk aspek ke-i Wardiningrum, 2015: 44-52).
n : banyaknya aspek Terakhir yaitu untuk mengetahui
Kriteria menyatakan modul IPA berbasis respon. Instrumen perolehan data yang
kearifan lokal kopi yang dikembangkan digunakan untuk respon siswa adalah
memiliki derajat validitas yang baik, jika lembar angket respon. Persentase respon
minimal tingkat validitas yang dicapai siswa dihitung dengan menggunakan
adalah tingkat valid, yaitu 4 ≤ Va < 5 (Hobri, rumus:
𝐴
2010: 52-54). 𝑃𝑎 = 𝑥 100%
Kegiatan uji coba lapangan 𝐵
Keterangan:
dilakukan untuk mendapatkan data
efektivitas modul IPA yang dikembangkan 𝑃𝑎 : presentase respon
Safitri, Pengembangan Modul IPA... 25

A : total skor respon yang dicapai terdiri dari validasi ahli dan pengguna. Data
B : total skor maksimal kuantitatif validasi ahli dan pengguna
(Trianto, 2009:241-242) digunakan untuk mendapatkan nilai
Kriteria menyatakan modul yang validitas akhir modul IPA berbasis kearifan
dikembangkan mendapatkan respon yang lokal kopi yang dikembangkan. Validitas
baik dan dapat dikatakan praktis, jika akhir ini menunjukkan spesifikasi modul
minimal presentase yang dicapai adalah ≥ yang dikembangkan memiliki kriteria valid
61% (Riduwan, 2013). dan dapat digunakan atau tidak. Adapun
rincian analisis validitas akhir modul IPA
HASIL DAN PEMBAHASAN berbasis kearifan lokal kopi pada pokok
Data hasil fase investigasi awal bahasan usaha dan energi di SMP dapat
diperoleh data bahwa bahan ajar yang dilihat pada Tabel 1. berikut.
digunakan di SMP Argopuro 2 Suci adalah Tabel 1. Hasil analisis validasi
buku paket BSE dan LKS dari penerbit Validitas
Validi-
komersil. Sajian buku-buku teks pelajaran Rata- Kri-
Aspek tas
rata tiap teria
tersebut cenderung tebal yang berisi teori Akhir
Aspek
umum dan belum menggabungkan nilai- Kelayakan
nilai kearifan lokal atau contoh konstektual 4,25
isi
di lingkungan sekitar. Selain itu, diperoleh Kelayakan
hasil analisis siswa yaitu siswa kelas VIII A 4,41
Penyajian
lebih terampil dalam menulis dan mencatat 4,39 Valid
Kelayakan
4,42
tetapi cenderung pasif saat pembelajaran kegrafikaan
dan belum memahami bahwa kopi adalah Kelayakan
4,5
kearifan lokal daerahnya. Bahasa
Fase desain dilakukan untuk Berdasarkan hasil analisis validasi
merancang modul IPA berbasis kearifan pada Tabel 1. diperoleh nilai validitas akhir
lokal kopi yang dikembangkan. Modul IPA modul sebesar 4,39 sehingga memenuhi
yang dikembangkan termasuk ke dalam kriteria valid. Hal ini sesuai dengan
bahan ajar cetak dengan ukuran A4 (21 x penelitian Yulicahyani et al. (2017) bahwa
29,7) cm. Desain modul dirancang dengan modul pembelajaran IPA fisika materi suhu
menggunakan Microsoft Office Publisher dan pemuaian berbasis potensi lokal
2010. Pada tahap ini pula dilakukan “Kerajinan Logam Sayangan” termasuk
penyusunan perangkat pembelajaran yang dalam kategori valid. Kriteria valid sebesar
digunakan sebagai penunjang dalam 4,39 didapatkan karena nilai yang diperoleh
penelitian, antara lain silabus, RPP, dalam setiap aspek (kelayakan isi,
instrumen penilaian berupa soal post test penyajian, kegrafikaan dan bahasa)
dan instrumen aktivitas belajar siswa serta memperoleh nilai di atas rata-rata skor
angket respon siswa. minimal. Sesuai BSNP (2007) menyatakan
Fase realisasi/konstruksi dihasilkan bahwa kelayakan isi mempunyai rata-rata
secara utuh modul IPA berbasis kearifan skor minimal 2,75; kelayakan penyajian,
lokal kopi pada pokok bahasan usaha dan kegrafikaan dan bahasa mempunyai rata-
energi di SMP yang siap untuk rata skor minimal 2,5 pada setiap aspek.
direalisasikan pada tahap berikutnya. Hasil Pada aspek kelayakan isi
dari tahap ini disebut dengan prototipe I. mendapatkan skor terendah dikarenakan
Selanjutnya hasil ini yang akan divalidasi keluasan dan kedalaman materi yang
oleh para validator pada tahap tes, evaluasi terdapat pada modul masih sulit untuk
dan revisi. dipahami serta gambar, diagram dan
Tahap tes, evaluasi dan revisi ilustrasi kurang sesuai dengan basis
dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu validasi kearifan lokal kopi. Beberapa indikator
dan uji coba lapangan. Kegiatan validasi tersebut kemudian direvisi sesuai dengan
26 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 7 No. 1, Maret 2018, hal 22-29

saran atau masukan dari validator. Pada Data hasil post test ditunjukkan pada Tabel
aspek kelayakan penyajian medapat skor 2. Berikut.
4,41 dikarenakan penyajian contoh soal Tabel 2. Hasil analisis post test siswa
dalam modul kurang mengambil contoh- Data Hasil
contoh dalam kearifan lokal kopi sehingga Jumlah siswa 39
perlu dibenahi kembali. Rata-rata 73,79
Aspek kelayakan kegrafikaan Nilai tertinggi 96
memperoleh skor 4,42 dikarenakan Nilai terendah 14
penampilan unsur (judul kegiatan belajar, Jumlah siswa tuntas 32
Jumlah siswa tidak tuntas 7
subjudul kegiatan belajar dan angka
Ketuntasan klasikal 82,05%
halaman/folio) tata letak modul telah
Berdasarkan data tersebut diperoleh
konsisten pada setiap bagian modul. Pada
ketuntasan klasikal sebesar 82,05%. Sesuai
aspek kelayakan bahasa memperoleh skor
pendapat Hobri (2010) modul yang
yang paling besar, yaitu 4,5 dikarenakan
dikembangkan dianggap efektif jika nilai
bahasa yang digunakan pada modul sudah
hasil belajar siswa tuntas secara klasikal
sesuai dengan perkembangan intelektual
sebesar ≥ 80%. Sehingga dapat dikatakan
siswa
bahwa modul IPA berbasis kearifan lokal
Selanjutnya mengenai hasil analisis
kopi pada pokok bahasan usaha dan energi
efektivitas modul IPA berbasis kearifan
di SMP efektif ditinjau dari hasil belajar
lokal kopi pada pokok bahasan usaha dan
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
energi di SMP. Hasil analisis efektivitas
Mannan et al. (2015) yang menyatakan
modul IPA berbasis kearifan lokal kopi
bahwa pengintegrasian perangkat
didasarkan pada hasil belajar kognitif
pembelajaran dengan kearifan lokal efektif
melalui post test dan aktivitas belajar siswa.
dalam mempengaruhi aspek kognitif siswa.

Gambar 2. Grafik presentase aktivitas belajar siswa

Efektivitas ditinjau dari aktivitas aktivitas belajar siswa selama pembelajaran


belajar siswa merupakan keefektifan modul berlangsung dapat dilihat pada Gambar 2.
yang dikembangkan dilihat dari aktivitas Indikator writing activities (mencatat
atau kegiatan yang dilakukan siswa selama hasil percobaan) mempunyai presentase
pembelajaran menggunakan modul IPA nilai yang tinggi sebesar 94% dikarenakan
berbasis kearifan lokal kopi yang siswa kelas VIII A lebih terampil dalam hal
dikembangkan. Observer melakukan menulis dan mencatat, sedangkan pada
observasi pada saat pembelajaran indikator oral activities (menjawab
berlangsung dan menilai aktivitas belajar pertanyaan) mempunyai presentase nilai
siswa yang nampak melalui instrumen yang rendah yaitu sebesar 72,3%
aktivitas belajar siswa. Hasil analisis dikarenakan siswa cenderung takut atau
malu dalam menjawab pertanyaan yang
Safitri, Pengembangan Modul IPA... 27

diajukan guru. Hal ini didukung dengan terbiasa menerima materi yang dikaitkan
penelitian Musfirotun (2010) yang dengan kearifan lokal. Suastra (2005)
menyatakan bahwa siswa masih malu-malu menyatakan bahwa pembelajaran
dan ragu-ragu dalam menjawab ataupun berorientasi kearifan lokal lebih
mempresentasikan hasil diskusi. memberikan kesan yang kontekstual dalam
Presentase aktivitas belajar siswa pembelajaran sehingga siswa mudah
keseluruhan diperoleh presentase nilai memahami materi yang dipelajari.
sebesar 84,33% dengan kategori sangat Presentase respon tertinggi dicapai
aktif. Keaktifan siswa yang menunjukkan pada aspek ketercapaian tujuan indikator 3
kategori sangat aktif dikarenakan rasa yang berisi pernyataan “saya baru mengerti
tertarik siswa untuk mempelajari modul bahwa pembelajaran IPA dapat dikaitkan
IPA yang menggabungkan nilai-nilai dengan kearifan lokal”, yaitu sebesar
kearifan lokal kopi pada materi usaha dan 88,46%. Hal ini dikarenakan siswa belum
energi. Hal tersebut sependapat dengan diperkenalkan apa itu kearifan lokal,
Hasanah et al. (2015) yang menyatakan sehingga melalui modul IPA yang
bahwa rasa tertarik siswa terhadap modul dikembangkan ini siswa baru memahami
mitigasi bencana berbasis potensi lokal apa itu kearifan lokal dan ternyata dapat
membuat siswa menjadi senang dan aktif dikaitkan dalam pendidikan khususnya
dalam belajar. pembelajaran IPA. Sesuai pendapat
Pembahasan selanjutnya mengenai Wahyuni (2015) bahwa kearifan lokal
respon siswa. Respon siswa dilakukan seharusnya dipelihara dan dapat
untuk mengetahui kepraktisan modul IPA diimplementasikan dalam pendidikan.
yang dikembangkan. Adapun analisis data Rata-rata presentase respon yang
angket respon siswa terhadap penggunaan dicapai sebesar 84,62% dengan kriteria
modul IPA berbasis kearifan lokal kopi sangat baik. Hal ini menandakan bahwa
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. modul IPA berbasis kearifan lokal kopi
Tabel 3. Hasil analisis respon siswa yang dikembangkan dapat diterima dengan
Presen- baik oleh siswa. Sesuai pendapat Hariri et
Indi- tase al. (2016) bahwa siswa memberi respon
Aspek Kriteria
kator Respon positif terhadap pembelajaran berbasis
(Pa) sains budaya lokal ngaseup. Diperkuat pula
Keter- 1 84,62% Sangat baik
oleh Sholakhuddin et al. (2016) bahwa
capaian 2 85,26% Sangat baik
tujuan
respon siswa terhadap penggunaan PSB
3 88,46% Sangat baik
Keter- 5 85,26% Sangat baik
dengan AFKF berbasis kearifan lokal
tarikan 6 84,62% Sangat baik adalah sangat tinggi.
4 76,92% Baik
Materi 7 86,54% Sangat baik SIMPULAN DAN SARAN
8 85,26% Sangat baik
Rata-rata Kesimpulan penelitian ini
presentase 84,62% Sangat baik menunjukkan bahwa modul IPA berbasis
respon kearifan lokal kopi yang dikembangkan: 1)
Berdasarkan Tabel 3. pada aspek valid dengan hasil validasi akhir sebesar
materi indikator 4 mendapatkan respon 4,39; 2) efektif baik ditinjau dari aspek hasil
terendah yang berisi pernyataan “saya belajar maupun aktivitas belajar siswa; dan
merasa kesulitan dalam mempelajari materi 3) mendapatkan respon sangat baik dengan
yang dikaitkan dengan kearifan lokal” presentase respon sebesar 84,62%.
dengan presentase sebesar 76,92%. Hal ini Terdapat saran dalam penelitian ini,
wajar apabila siswa merasa sedikit kesulitan yaitu guru dapat lebih tegas dalam
dalam mempelajari materi yang dikaitkan menyampaikan materi di depan kelas agar
dengan kearifan lokal, sebab siswa belum semua siswa dapat tuntas secara klasikal
28 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 7 No. 1, Maret 2018, hal 22-29

dan mengontrol siswa-siswa yang tidak Martawijaya, M. A. 2014. Buku Fisika


aktif di dalam pembelajaran. Peserta Didik Berbasis Kearifan
Lokal untuk Meningkatkan Karakter
DAFTAR PUSTAKA dan Ketuntasan Belajar. Jurnal Sains
BSNP. 2007. Buletin BSNP. 2(1). Jakarta: dan Pendidikan Fisika. 10(3): 285-
BSNP. 292.

Hariri, A. I., Kartimi, dan A. Mulyani. Maulida, R., Sahyar, dan N. Bukit. 2015.
2016. Penerapan Pembelajaran Pengembangan Bahan Ajar Fisika
Berbasis Sains Budaya Lokal SMA Berbasis Investigasi pada
Ngaseup pada Konsep Sistem Materi Fluida Dinamis untuk
Reproduksi Manusia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Meningkatkan Keterampilan Jurnal Tabularasa PPS UNIMED.
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI 12(3):285-293.
SMAN 1 Maja. Scientiae Educatica:
Jurnal Sains dan Pendidikan Sains. Musfirotun. 2010. Peningkatan Keaktifan
5(1):1-14. Siswa dalam Pembelajaran IPA
Melalui Pendekatan Cooperative
Hasanah, I., S. Wahyuni, dan R. W. Tipe Numbered Head Together pada
Bachtiar. 2016. Pengembangan Siswa Kelas V SD Negeri 2 Buwaran
Modul Mitigasi Bencana Berbasis Mayong Jepara. Jurnal
Potensi Lokal yang Terintegrasi Kependidikan Dasar. 1(1): 39-47.
dalam Pelajaran IPA di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 5(3): 226-234. Prasetyo, Z. K. 2013. Pembelajaran Sains
Berbasis Kearifan Lokal.
Hobri. 2010. Metodologi Penelitian PROSIDING : Seminar Nasional
Pengembangan: Aplikasi pada Fisika dan Pendidikan Fisika.
Penelitian Pendidikan Matematika.
Jember: Pena Salsabila. Riduwan. 2013. Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian.
Kartono, Hairida, dan G. Bujang. 2011. Bandung: Alfabeta.
Penelusuran Budaya dan Teknologi
Lokal dalam Rangka Rekonstruksi Setyowati, R., Parmin, dan A.
dan Pengembangan Sains di Sekolah. Widiyatmoko. 2013. Modul IPA
Jurnal Cakrawala Kependidikan. Berkarakter Peduli Lingkungan
9(1): 19-26. Tema Polusi sebagai Bahan Ajar
Siswa SMK N 11 Semarang. Unnes
Listyawati, M. 2012. Pengembangan Science Education Journal. 2(2):
Perangkat Pembelajaran IPA 245-253.
Terpadu di SMP. Jurnal Pendidikan
IPA.1(1):61-69. Sholakhuddin, M. N., Sutarto, dan Subiki
2016. Paket Sumber Belajar (PSB)
Mannan, M. N., A. Sopyan, dan Sunarno. dengan Analisis Foto Kejadian Fisika
2015. Pengembangan Perangkat (AFKF) Berbasis Kearifan Lokal
Pembelajaran Berbasis Kearifan pada Pembelajaran Fisika di SMK
Lokal untuk Mengembangkan (Kajian Pengembangan pada Pokok
Karakter Positif Siswa SD. Jurnal Bahasan Fluida untuk SMK Jurusan
Inovasi dan Pembelajaran Fisika. Perikanan Kelautan). Jurnal
2(2):141-146. Pembelajaran Fisika. 5(3): 253-260.
Safitri, Pengembangan Modul IPA... 29

Suastra, I. W. 2005. Merekonstruksi Sains Warpala, I. W. S., I. W. Subagia, dan I. W.


Asli (Indigenous Science) dalam Suastra. 2010. Pengembangan Bahan
Upaya Mengembangkan Pendidikan Ajar Berbasis Kearifan Lokal untuk
Sains Berbasis Budaya Lokal di Mata Pelajaran Sains SMP. Jurnal
Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Penelitian dan Pengembangan
Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. Pendidikian. 4(3): 300-314.
38(3): 377-396.
Yensy, N. A. 2012. Penerapan Model
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Pembelajaran Inovatif-Progresif. Examples Non Examples dengan
Jakarta: Cerdas Kencana Prenada Menggunakan Alat Peraga untuk
Media. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di
Kelas VIII SMP N 1 Argamakmur.
Wahyuni, S. 2015. Developing Science Jurnal Exacta. 10(1): 24-35.
Learning Instruments Based on Local
Wisdom to Improve Students’ Yulicahyani, T., T. Prihandono, dan A. D.
Critical Thinking Skills. Jurnal Lesmono. 2017. Pengembangan
Pendidikan Fisika Indonesia. 11(1): Modul IPA Fisika Materi Suhu dan
1-7. Pemuaian Berbasis Potensi Lokal
“Kerajinan Logam Sayangan” untuk
Wardiningrum, M. 2015. Penerapan Siswa SMP di Kalibaru Banyuwangi.
Pembelajaran Cooperative Learning Jurnal Pembelajaran Fisika. 6(2):
Model STAD Berbantukan Media 116-123.
Video Pembelajaran untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPA. Jurnal Pena Sains. 2(1):
44-52.

Das könnte Ihnen auch gefallen