Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Rumusan masalah
Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan masalah yang peneliti ambil
adalah sebagai berikut:
“Apakah ada pengaruh indeks massa tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap
hipertensi pada lansia di Posyandu lansia Mekar Sari.”
Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh indeks massa tubuh dan
tingkat aktivitas fisik terhadap hipertensi pada lansia di Posyandu lansia Mekar
Sari.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui indeks massa tubuh pada lansia di Posyandu lansia Mekar Sari.
b. Mengidentifikasi tingkat aktivitas fisik pada lansia di Posyandu lansia Mekar
Sari.
c. Mengetahui pengaruh indeks massa tubuh terhadap hipertensi pada lansia di
Posyandu lansia Mekar Sari.
d. Mengetahui pengaruh tingkat aktivitas fisik terhadap hipertensi pada lansia di
Posyandu lansia Mekar Sari.
e. Mengetahui pengaruh indeks massa tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap
hipertensi pada lansia di Posyandu lansia Mekar Sari.
Metode
Desain dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasi dimana
keberadaan data yang diteliti sudah ada dan peneliti tinggal merekam atau
mengobservasi sehingga penelitian ini menggunakan jenis penelitian non-eksperimen.
Jenis penelitian yang digunakan adalah mengkaji hubungan antara variabel yang
diteliti yaitu tingkat aktivitas fisik dengan hipertensi dan indeks massa tubuh dengan
hipertensi. Peneliti dapat menjelaskan hubungan, memperkirakan, dan menguji
berdasarkan teori yang ada.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok lansia Mekar Sari di Desa
Pokak yang aktif ikut posyandu yang berjumlah 52 lansia (Data Kesehatan Lansia
Puskesmas Jambukulon di Desa Pokak, 2011)
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan teknik total sampling yaitu
jumlah sampel sama dengan populasi yang dijadikan sampel penelitian. Besar sampel
yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi menjadi 43responden
Teknik Pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan metode survei pendekatan cross sectional artinya tiap
subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
suatu karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa
semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel
bebas maupun variabel terikat di nilai hanya satu kali saja. ( Notoatmodjo, 2010)
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dokumentasi
observasi dan kuesioner. Pengumpulan data dalam penelitian inimeliputi data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari populasi secara langsung saat penelitian yaitu
melalui cara pengukuran IMT dengan mengukur tinggi badan dan berat badan yang
dilakukan oleh asisten peneliti yaitu kader posyandu, mengukur tekanan darah yang
dilakukan oleh asisten peneliti yaitu perawat puskesmas yang telah diberi penjelasan dan
prosedur serta pengisian kuesioner tingkat aktivitas fisik dengan wawancara langsung
dengan responden oleh peneliti di posyandu lansia Mekar Sari Desa Pokak. Data
sekunder diperoleh dari laporan resmi yang ada di Puskesmas Jambukulon mengenai
jumlah dan daftar populasi penelitian tentang hipertensi.
Instrument Penelitian
1. Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: Alat ukur aktivitas fisik
dengan wawancara menggunakan lembar kuesioner 10 item dari GPAQ WHO tahun
2010.
2. Alat ukur tekanan darah adalah stetoskop dan tensimeter air raksa merek ABN.
3. Alat ukur IMT adalah meteran tinggi badan Microtoise staturemeter dan timbangan
badan merek NAGAKO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi: jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan lama beraktivitas. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu mengenai
karakteristik responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Lansia di Posyandu
Tabel diatas menunjukkan dari 43 lansia, 100% jumlah lansia adalah perempuan atau
sebanyak 43 orang
b. Umur
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pada Lansia di Posyandu Mekar
Sari
Umur
N Minimum Maksimum Mean Median Modus
43 60 81 64,2 62 60
Berdasarkan tabel diatas diketahui umur responden paling muda 60 tahun dan paling
tua 81 tahun, rata-rata umur adalah 64,2.
c. Jenis Pekerjaan
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Lansia di
Posyandu Mekar Sari
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 Petani 9 20,9
2 Pedagang 2 4,7
3 IRT 32 74,4
Jumlah 43 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui jenis pekerjaan sebagian besar sebagai IRT
sebanyak 32 lansia (74,4%)
d. Tingkat Pendidikan
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Lansia di
Posyandu Mekar Sari
No. Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tidak Sekolah 12 27,9
2 SD 28 65,1
3 SMP 2 4,7
4 SMA 1 2,3
Jumlah 43 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui tingkat pendidikan responden paling banyak adalah
tingkat SD yaitu sebanyak 28 lansia (65,1%).
e. Lama Beraktifitas
Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Aktivitas Pada Lansia di
Posyandu Mekar Sari
Umur
N Minimum Maksimum Mean Median Modus
43 2 8 3,5 3 3
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa lama aktivitas responden paling rendah
2 jam dan paling lama 8 jam, rata-rata lama aktivitas adalah 3,5 jam.
Analisis Bivariat
a. Tingkat aktivitas fisik
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Lansia di Posyandu Mekar
Sari
No. Tingkat aktivitas fisik Frekuensi Persentase
1 Moderat 16 37,2
2 Rendah 27 62,8
Jumlah 43 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat
aktivitas fisik rendah yaitu sebanyak 27 lansia (62,8%)
b. Indeks Massa Tubuh
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Lansia di Posyandu Mekar Sari
No. Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentase
1 Kurang 9 20,9
2 Normal 20 46,5
3 Lebih 14 32,6
Jumlah 43 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah IMT normal yaitu
sebanyak 20 lansia (46,5%)
c. Kejadian Hipertensi
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Mekar
Sari
No. Kejadian Hipertensi Frekuensi Persentase
1 Hipertensi 20 46,5
2 Tidak hipertensi 23 53,5
Jumlah 43 100
Tabel diatas menunjukkan dari 43 lansia, 53,5% jumlah responden mayoritas tidak
hipertensi atau sebanyak 23 lansia
Analsis Bivariat
a. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi
Tabel 9 Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Di Posyandu Mekar
Sari
Kejadian Hipertensi
No. Tingkat Hipertensi Tidak hipertensi Total P value
aktivitas
fisik
f % f % f %
1 Moderat 4 25,0 12 75,0 16 100,0 0,019
2 Rendah 16 59,3 11 40,7 27 100,0
Jumlah 20 46,5 23 53,5 43
Tabel diatas Koefisien korelasi Kendal tau menunjukkan koefisien korelasi p-value
(sig)= 0,019 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa 1 gagal ditolak, yakni
ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi
b. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi
Kejadian Hipertensi
No. Indeks Masa Hipertensi Tidak Total P value
tubuh hipertensi
f % f % f %
1 Gizi kurang 4 44,4 5 55,6 9 100,0 0,036
2 Gizi normal 5 25,0 15 75,0 20 100,0
3 Gizi lebih 11 78,6 3 21,4 14 100,0
Jumlah 20 46,5 23 53,5 43 100,0
Tabel diatas Koefisien korelasi Kendal tau menunjukkan koefisien korelasi p-value
(sig)= 0,036 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa 2 gagal ditolak, yakni
ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi
Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel
bebas terhadap variabel terikat, dan variabel bebas yang paling besar pengaruhnya
terhadap variabel terikat (hipertensi) dengan uji regresi logistik berganda menggunakan
metode enter (Sugiyono, 2006). Odds ratio diperlukan dalam konsep regresi logistik
untuk memudahkan proses interpretasi yang diperoleh. Nilai OR tertinggi pada analisis
regresi logistik pada variabel bebas merupakan faktor yang paling mempengaruhi
terjadinya variabel terikat (hipertensi)
Tabel 11 Pengaruh Tingkat Aktivitas Fisik Dan Indeks Massa Tubuh Terhadap Hipertensi
Di Posyandu Mekar Sari
95% C.I.for EXP(B)
No Variabel B P OR Lower Upper
(EXP B)
1 IMT kurang
Normal 2,248 0,041 9,469 1,100 81,485
2 Tingkat aktivitas
fisik
1 Moderat
Berdasarkan tabel 4.11 variabel IMT yang paling berisiko tinggi terjadi hipertensi adalah
IMT lebih dengan P value = 0,006, OR = 13,107 dan 95% CI = 2,071 – 82,957. Variabel
tingkat aktivitas fisik yang paling berisiko tinggi terjadi hipertensi adalah tingkat aktivitas
fisik rendah dengan P value = 0,040, OR = 6,374 dan 95% CI = 1,091-37,225.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik diperoleh rumus regresi sebagai berikut:
Y = (-2,184) + 2,573X1 + 1,852X2
Interpretasi dari regresi diatas adalah sebagai berikut:
1. Konstanta (a) Berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka variabel
terikat (Beta) sebesar (-2,184).
2. IMT (X1) terhadap beta (Y) Nilai koefisien IMT untuk variabel X1 sebesar 2,573. Hal
ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan IMT maka variabel Beta (Y) akan naik
sebesar 2,573 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi
adalah tetap.
3. Aktivitas (X2) terhadap beta (Y) Nilai koefisien aktivitas untuk variabel X2 sebesar
1,852. Hal ini mengandung arti bahwa setiap penurunan tingkat aktivitas maka
variabel Beta (Y) akan naik sebesar 1,852 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang
lain dari model regresi adalah tetap
Pembahasan
Teori Muhammadun AS (2010), bahwa perempuan lebih tinggi mengalami hipertensi
daripada laki-laki karena adanya penurunan hormon estrogen pada saat paska menopous.
Teori Darmono, H (2001), dalam penelitiannya menemukan penderita hipertensi pada
wanita lebih besar dibandingkan laki-laki yang menderita hipertensi. Perempuan
pramenopouse cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi daripada laki-laki usia yang
sama. Menurut Riskesdas (2010) bahwa perempuan lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding laki-laki, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen
pada wanita.
Teori Muhammadun AS (2010), umur diatas 60 tahun mempunyai prevalensi lebih
tinggi terkena hipertensi karena semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat
kapur/kalsium terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah.
Kalsium dalam darah yang banyak menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga
tekanan darah meningkat. Usia yang bertambah juga menyebabkan elastisitas arteri
berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku sehingga volume darah yang
mengalir sedikit dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi maka
jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Diperkuat dengan teori, dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 %
diatas umur 60 tahun (Nurkhalida, 2003).
WHO 2010 mengemukakan bahwa jenis pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat
aktivitas fisik karena semakin berat jenis pekerjaan maka beban aktivitas yang dilakukan
semakin tinggi sebaliknya seseorang yang mempunyai jenis pekerjan ringan seperti
menjahit maka tingkat aktivitas yang dilakukan semakin rendah.
Teori Wigudjoyo (2006), tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang rendah seperti bermalas-malasan memicu terjadinya hipertensi karena
curah jantung menurun sehingga tahanan perifer meningkat. Gaya hidup yang tidak aktif
atau malas berolahraga bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah
bergerak dengan bebas.
Teori Wigudjoyo (2006), obesitas adalah keadaan seseorang dimana terjadi
penumpukan lemak yang lebih di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan
perbandingan berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas merupakan faktor
resiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Individu dengan kelebihan berat badan
20% memiliki risiko 3-8 kali tinggi di banding dengan individu dengan berat badan
normal. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 survei indeks massa tubuh (IMT) pada
kelompok usia ≥ 60 tahun di Indonesia, 15,6% laki- laki dan 26,1% perempuan
mengalami obesitas.
Berdasarkan analisis dengan uji statistik Kendall tau didapatkan hasil bahwa
hubungan IMT dengan hipertensi di Posyandu Mekar Sari signifikan dengan nilai
p=0.019 (p<0.05). IMT diatas 25 terbukti berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi.
Obesitas merupakan faktor resiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Individu
dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko 3-8 kali tinggi di banding dengan
individu dengan berat badan normal. Hasil analisis statistik kendall tau didapatkan bahwa
hasil bahwa hubungan aktifitas fisik rendah dengan hipertensi di Posyandu Mekar Sari
signifikan dengan nilai p=0,036 (p<0,05). Hasil ini sesuai dengan teori wigudjoyo (2006),
tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang rendah seperti
bermalas-malasan memicu terjadinya hipertensi karena curah jantung menurun sehingga
tahanan perifer meningkat. Gaya hidup yang tidak aktif atau malas berolahraga bisa
memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama
variabel bebas terhadap variabel terikat, dan variabel bebas yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel terikat (hipertensi) dengan uji regresi logistik berganda
menggunakan metode enter (Sugiyono, 2006). Odds ratio diperlukan dalam konsep
regresi logistik untuk memudahkan proses interpretasi yang diperoleh. Nilai OR tertinggi
pada analisis regresi logistik pada variabel bebas merupakan faktor yang paling
mempengaruhi terjadinya variabel terikat (hipertensi).
Hasil analisis regresi logistik didapat variabel indeks massa tubuh dengan P value <
0,05 dan OR untuk IMT lebih 13,107 artinya seseorang yang mempunyai IMT lebih akan
berisiko terjadi hipertensi sebesar 13,1 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan
IMT kurang. OR untuk IMT normal 9,469 artinya seseorang yang mempunyai IMT
normal akan berisiko terkena hipertensi sebesar 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan
seseorang dengan IMT kurang.
Hasil analisis regresi logistis variabel tingkat aktivitas fisik rendah dengan P value
0,04 berarti P value <0,05 dan OR tingkat aktivitas fisik rendah 6,374 artinya seseorang
yang mempunyai tingkat aktivitas fisik rendah akan berisiko terkena hipertensi sebesar
6,4 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan tingkat aktivitas fisik moderat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Indeks massa tubuh pada lansia di Posyandu Mekar Sari mayoritas normal yaitu
sebesar 46,5%.
2. Tingkat aktivitas fisik pada lansia di Posyandu Mekar Sari mayoritas rendah yaitu
sebesar 62,8%.
3. Ada pengaruh tingkat aktivitas fisik rendah terhadap hipertensi.
4. Ada pengaruh indeks massa tubuh lebih terhadap hipertensi.
5. Tingkat aktivitas fisik rendah dengan OR=6,374 artinya tingkat aktivitas fisik rendah
berisiko terkena hipertensi sebesar 6,4 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat aktivitas
moderat pada lansia di Posyandu Mekar Sari.
6. Indeks massa tubuh yang lebih berisiko terkena hipertensi sebesar 13,1 kali lebih
tinggi dibandingkan IMT kurang dan IMT normal berisiko terkena hipertensi sebesar
9,5 kali lebih tinggi dibandingkan IMT kurang pada lansia di Posyandu Mekar Sari.
7. Indeks massa tubuh yang lebih menyumbangkan angka sebesar 2,573 untuk terjadi
hipertensi dan tingkat aktivitas fisik yang rendah menyumbangkan angka sebesar
1,852 untuk terjadinya hipertensi.
A. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi institusi pendidikan
Disarankan bisa menjadi referensi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
ilmu keperawatan tentang teori penghitungan indeks massa tubuh yang lebih
akurat dan cara menghitung tingkat aktivitas fisik.
2. Bagi profesi keperawatan
Petugas kesehatan khususnya perawat disarankan mampu mengembangkan upaya
perawatan kesehatan masyarakat, promotif dan preventif pada lansia yang belum
mengalami hipertensi dan petugas kesehatan yang ada mampu melaksanakan
program-program kesehatan lansia seperti: senam lansia, penyuluhan tentang
penyakit hipertensi, pembuatan menu gizi bagi lansia sehingga dapat memberikan
pelayanan asuhan keperawatan pada lansia untuk mencegah dan menanggulangi
penderita hipertensi secara paripurna.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat khususnya lansia disarankan untuk menjaga berat badan yang ideal
agar IMT normal dengan cara mengatur asupan nutrisi, melakukan tingkat
aktivitas fisik moderat seperti: jalan sehat, senam lansia secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
Azis A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia . 2007 Riset kesehatan dasar provinsi jawa tengah. Internet from http:
//www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2007. pdf.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia . 2010 Riset kesehatan dasar provinsi jawa tengah. Internet from http:
//www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2010. pdf.
Budiharjo, et.al. 2008. Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang Terhadap Presentase
Lemak Badan Wanita Usia Lanjut. From : Jurnal Bagian Anatomi, Embriologi
dan Antropologi. 36 (4) : 195-200. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Fatmah, 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga
Ferawati, T.F. 2008. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh, Aktifitas Fisik Dan
Kebiasaan Mengkomsumsi Makanan Siap Saji Ala Barat Dengan Tekanan
Darah Pada Pensiunan Pegawai PT. Pertamina Semarang. Internet From
http://eprints.undip.ac.id/25997/1/150_Tri_Fani_Ferawati_G2C206022_A. pdf.
Di akses tanggal 31 Januari 2012
Hadi, H. 2005. Epidemi Kegemukan dan Munculnya Penyakit Modern di Indonesia.
Makalah seminar sehari. 4 Juni 2005. Yogyakarta : DPD PERSAGI
Kusumastuti D. 2003 Hubungan Status Gizi Dan aktifitas Fisik Dengan Derajat
Hipertensi Pada Wanita Dewasa Umur 33 – 35 Tahun. Internet From
http://eprints.undip.ac.id/6880/1/1923.pdf. Diakses tanggal 31 januari 2012 jam
08.00 Marilynn J & Lee J. 2011. Keperawatan Klinis. Jakarta: Erlangga
Muhammadun AS. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : in-Books
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC
Nuriyah, A. 2011. Hubungan Indek Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Lanjut
Usia Didesa Bulukan Kec. Colomadu. Surakarta : Perpustakaan UMS.
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
-------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta
Sustrani, L, et.al. 2006. Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Yulianti, L. & Maloedyn, S. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta : AgroMedia
Pustaka
WHO. 2010. Global Physical Activity Questionare (GPAQ). Internet from :
http://www.who.int/chp/steps/resources/GPAQ_Analysis_Guide.pdf. Di akses
tanggal 20 Maret 2012 jam 14.00