Sie sind auf Seite 1von 13

Nama : Andrianto

NIM : B1031171019
Kelas : Akuntansi A
Mata Kuliah : Portofolio dan Analisis Investasi

SOAL A (ANALISIS MAKRO EKONOMI)

1. Cara Memilih Saham dengan TOP-Down Analisis adalah metode untuk mencari saham
terbaik melalui analisis fundamental yang dilakukan dengan cara menganalisis bagian
yang paling besar terlebih dahulu kemudian beranjak ke bagian yang lebih kecil dan
terakhir adalah bagian yang lebih spesifik yaitu saham itu sendiri. Bagian paling besar
yang dimaksud disini adalah kondisi Makro Ekonomi yaitu sebuah kondisi yang
mampu mempengaruhi pergerakan harga semua saham yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Kemudian bagian lebih kecil yang dimaksud disini adalah kondisi
Sektoral Saham dan bagian yang lebih spesifik disini adalah kondisi Mikro Ekonomi
perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal.

2. Penilaian terhadap faktor kondisi ekonomi sangat penting bagi perusahaan karena sautu
perusahaan sangat bergantung pada keadaan perekonomian mengingat perusahaan
dalam menentukan keputusan investasinya selain itu, terdapat keterkaitan erat
hubungan antara kondisi ekonomi dengan kinerja pasar modal. Faktor kondisi ekonomi
merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Perubahan faktor kondisi ekonomi tidak akan seketika mempengaruhi kinerja
perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka Panjang dan ini tentu akan
mempengaruhi investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Terdapat
dua alasan yang mendasari mengapa faktor kondisi ekonomi sangat penting dan
berpengaruh terhadap kinerja pasar modal (1) harga saham yang terbentuk merupakan
cerminan ekspetasi investor terhadap earning, dividen, maupun tingkat bunga yang
akan terjadi. Hasil estimasi investor terhadap ketiga variabel tersebut akan menentukan
berapa harga saham yang sesuai. Dengan demikian, harga saham yang sudah terbentuk
itu akan merefleksikan ekspetasi investor atas kondisi ekonomi di masa datang,
bukannya kondisi ekonomi saat ini; (2) kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap
perubahan-perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat bunga, inflasi ataupun
jumlah uang beredar. Ketika investor menentukan harga saham yang tepat sebagai
refleksi perubahan variabel ekonomi makro yang akan terjadi, maka masuk akal jika
dikatakan harga saham terjadi sebelum perubahan ekonomi makro benar-benar terjadi.

3. VARIABEL EKONOMI MAKRO. Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan


yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam
memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat
berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu,
seorang investor harus memperhatikan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa
membantu mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro.
Beberapa variabel makro yang perlu diperhatikan investor:
 Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah ukuran produksi barang dan jasa
total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat mengindikasikan terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli
masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi
perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan
meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan
memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat.
 Tingkat Pengangguran. Tingkat pengangguran ditunjukkan oleh persentase
dari total jumlah tenaga kerja yang masih belum bekerja (meliputi pula
pengangguran tak kentara maupun pengangguran kentara). Tingkat
pengangguran ini mencerminkan sejauh mana kapasitas operasi ekonomi suatu
negara bisa dijalankan. Semakin besar tingkat pengangguran di suatu negara,
berarti semakin besar kapasitas operasi ekonomi yang belum dimanfaatkan
secara penuh. Jika hal ini terjadi maka tenaga kerja sebagai salah satu faktor
produksi utama tidak termanfaatkan secara penuh.
 Inflasi. Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-
produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang
(purchasing power of money). Di samping itu, inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini
akan merupakan sinyal yang positif bagi investor sering dengan turunnya risiko
daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil.
 Tingkat Bunga. Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai
sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-
kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang
tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.
Di samping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang
diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

Untuk meramalkan perubahan pasar modal, ada dua hal yang dapat dijadikan dasar
peramlan, yaitu penggunaan data-data perubahan siklis ekonomi dan pengunaan data-
data perubahan beberapa variabel ekonomi makro. Pengamatan terhadap perubahan
beberapa variabel/indikator ekonomi makro seperti PDB, inflasi, tingkat bunga maupun
nilai tukar mata uang, dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan apa yang
akan terjadi pada perubahan pasar modal. Misalnya, variabel tingkat bunga bisa dipakai
dalam meramalkan harga saham atau obligasi yang akan terjadi. Jika investor
meramalkan tingkat suku bunga akan meningkat, maka tentunya investor akan bisa
memperkirakan bahwa harga obligasi maupun harga saham akan cenderung menurun.
Kemampuan untuk meramalkan perubahan variabel-variabel ekonomi makro tentunya
akan sangat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan
menguntungkan

SOAL B (ANALISIS INDUSTRI)

1. Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis
industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis
industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk
bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan
ataupun sebaliknya) setalah melakukan analisis industri, investor nantinya akan
menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-
saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio
yang akan dibentuknya.
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena
analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-
peluang investasi dalam industri yang mempunyai karasteristik risiko dan return yang
menguntungkan bagi investor. Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis
industri, telah didokumentasikan oleh Reilly dan Brown (1997) dan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini:
 Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa industri yang
berbedamempunyai tingkat return yang berbeda pula.
 Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
 Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat
cukup beragam.
 Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
 Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu

Dapat disimpulkn bahwa analisis industri penting dilakukan untuk meminimalkan


risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang
menguntungkan) Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis
perusahaan, sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana
saja dalam suatu kelompok industriyang mempunyai kombinasi return-risiko yang
terbaik

2. Dalam melakukan analisis industri terdapat dua cara yang perlu dilakukan, yaitu: (1)
mengestimasi Earning Per Share (EPS) yang diharapkan dari suatu industri, dan (2)
mengestimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai
ecpected earning multiplier industri. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut
dikalikan, maka akan diperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri
(expected ending value of industry). Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan
dari suatu industry, selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan
dari suatu industri. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari
suatu industri ditambah dengan dividen yang diharapkan dari industri, dengan nilai
awal industri tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan
tingkat return yang diharapkan dari industri terhadap tingkat return yang disyaratkan
oleh investor, investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak dijadikan
pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industri tersebut, pilihan
investor sebaiknya pada industri-industri yang mampu memberikan return dharapkan
yang lebih besar dibanding tingkat return yang disyaratkan investor.
 Estimasi Earning Per Share (EPS)
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham
dari suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk
mengestimasikan tingkat penjualan suatu industri, yaitu dengan daur hidup
industri (industry life cycle), analisis input-output, serta hubungan antara
industri dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga teknik tersebut sifatnya
saling melengkapi, sehingga investor dapat mengkombinasikan ketiga teknik
tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek
industri dalam beberapa skenario.
 Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri
Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua, yaitu
analisis makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari
hubungan antara earning multiplier untuk industri dengan earning multiplier
pasar. Sedangkan dalam analisis mikro, estimasi earning multiplier industri
dilakukan dengan cara mengamati variabel-variabel yang mempengaruhi
earning multiplier industri, seperti dividend-payout ratio (DPR), tingkat return
yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan
dividen industri yang diharapkan (g).

3. Tahap perkembangan industri dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan


dari suatu industri. Tahap perkembangan industri umumnya dibagi menjadi lima yaitu
tahap permulaan, pertumbuhan yang cepat, tahap kedewasaan (mature), stabil dan
penurunan.
 Tahap permulaan. masa-masa awal perkembangan sebuah industri,
pertumbuhan penjualan sangat kecil, dan profit yang dihasilkan kemungkinan
akan menunjukkan angka negatif karena perusahaan harus mengeluarkan dana
yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di
awal-awal pertumbuhan industri.
 Tahap pertumbuhan. penjualan tumbuh sangat cepat, permintaan meningkat,
persaingan belum begitu ketat, profit tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan
industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan.
 Tahap kedewasaan. pertumbuhan penjualan mulai menurun, banyak pesaing
mulai masuk dan permintaan relatif stabil. Oleh karena itu, profit akan
mengalami penurunan dan menuju tingkat keuntungan yang normal.
Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari pertumbuhan secara
keseluruhan.
 Tahap stabil. tahap yang paling panjang dalam daur hidup industri. Pada tahap
ini investor mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena
penjualan berkorelasi tinggi dengan kondisi ekonomi. Namun besarnya
pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan secara individual dalam
suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung dari
kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan.
 Tahap penurunan. tingkat penjualan dan profit industri semakin menurun,
perusahaan ada yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir
untuk mencari alternatif industri lain yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan
industri pada tahap ini akan jauh di bawah pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.

Tahap daur hidup industri sangat penting dalam keputusan investasi karena tahap
ini dapat mengestimasi besarnya penjualan dari suatu industri dan kita juga dapat
mengetahui tingkat pertumbuhan penjualan suatu industri sehingga ini akan
berpengaruh terhadap suatu keputusan investasi karena tingkat pertumbuhan
penjualan sautu industri memiliki keterkaitan dengan kondisi ekonomi yang mana
kondisi ekonomi ini berpengaruh terhadap pasar modal.

Tahapan yang paling berisiko dalam daur hidup industri adalah tahap penurunan
karena tingkat penjualan dan profit industri semakin menurun sehingga
pertumbuhan industri pada tahap ini akan lesu dan berada di bawah pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan. Konidis ini tentu akan berisiko terhadap investor.
Tahapan yang berpotensi bagi capital gain adalah tahap pertumbuhan (growth)
karena pada tahap ini suatu industri mengalami penjualan yang tumbuh sangat
cepat, permintaan meningkat, persaingan belum begitu ketat, profit tumbuh dengan
tinggi. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sehingga sangat berpotensi bagi investor
untuk mengalami capital gain.

4. Analisis persaingan juga penting dalam analisis industri hal ini dikarenakan
mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu industri. Intensitas persaingan
dalam sautu industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh
tingkat return di atas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran lima faktor
utama persaingan. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industri
karena lima faktor tersbeut mempunyai pengaruh terhadap komponen ROI dalam suatu
industri
Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri adalah:
 Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri
Persaingan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta
hambatan untuk keluar dari industri tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan
membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar
yang relatif kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan
persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan
perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal itu akan membuat
penawaran di pasar akan semakin meningkat yang kemudian akan
menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan
semakin ketat.
 Ancaman pemain baru
Meskipun sebuah industri mempunyai jumlah pesaing yang sedikit, investor
perlu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain
baru dalam industri. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh
adanya hambatan-hambatan masuk (barrier to entry) dalam suatu industri,
seperti tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang
relatif kecil dibandingkan dengan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu
industri relatif tinggi maka kemungkinan adanya pemain baru yang masuk
dalam industri tersebut akan semakin kecil.
 Ancaman adanya produk subtitusi
Produk substitusi akan membatasi profit potensial suatu industri karena barang
subtitusi akan memunculkan alternatif bagi produk perusahaan. Dalam kondisi
seperti ini, kemampuan perusahaan untuk memnentukan harga produk akan
semakin berkurang, karena dibatasi adanya produk subtitusi. Artinya, jika harga
produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk
subtitusi yang ditawarkan di pasar.
 Bargaining power pembeli
Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa mempengaruhi profitablitas
industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta
kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang akan
diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah
industrinya maka bargaining power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika
jumlah industri lebih banyak dari konsumennya maka bargaining power
konsumen akan besar.
 Bargaining power pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang akan datang karena
mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas dari
produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Sebaliknya,
jika pemasok lebih banyak dari industrinya maka bargaining power pemasok
akan berkurang.
Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industri dapat digunakan untuk
menilai profit potensial dari suatu industri untuk jangka panjang. Disamping itu
investor juga bisa mengamati perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat, karena
bisa jadi struktur industri akan berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.

SOAL C (ANALISIS PERUSAHAAN)

1. Nilai intrinsik dan nilai pasar memiliki keterkaitan yang sangat erat bagi investor dalam
melaukan pengambilan keputusan investasi. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi
daripada nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued),
sehingga investor bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya
jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong
murah (undervalued), sehingga investor sebaiknya membeli saham tersebut.

2. Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya


pada dua komponen utama dalam analisis fundamental, yaitu analisis earning per share
(EPS) perusahaan dan analisis price earning ratio (P/E). terdapat tiga alasan yang
mendasari dua jenis analisis tersebut. Pertama, karena kedua komponen tersebut bisa
dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik saham. Nilai instrinsik suatu saham yang
telah dihitung jika dibandingkan dengan harga pasar saham yang bersangkutan, maka
akan berguna untuk menentukan keputusan membeli atau menjual saham. Kedua,
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning.
Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
 EPS dan Informasi Laporan Keuangan
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan
keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi
yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif informasi
lainnya. Di samping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup
menggambarkan kepada kita sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan
selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. Dengan menggunakan laporan
keuangan, investor juga akan bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan
earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan.
Perbandingan antara jumlah earning dengan jumlah lembar saham perusahaan
akan diperoleh komponen earning per share. Informasi EPS merupakan
informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan sehingga sebagai
dasar untuk memahami EPS, maka diperlukan pemahaman mengenai laporan
keuangan perusahaan.
 Price Earning Rate (P/R)
Informasi P/R mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor
untuk memeroleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, P/R
menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping
itu, P/R juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan.

3. Rasio Keuangan atau Financial Ratio merupakan alat analisis keuangan perusahaan
untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas).
Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam "aritmatical terms"
yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai
dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio
keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang.
Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang
tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam
penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Adapun manfaat yang diperoleh investor dari analisis rasio keuangan adalah sebagai
berikut:
 Rasio keuangan merupakan angka-angka dan ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca, ditafsirka dan merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi
yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
 Memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap
keadaan suatu perusahaan tertentu.
 Memberikan gambaran kepada investor dan kreditor tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode
berikutnya.
 Dapat menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan
dalam catatan keuangan dan laporan keuangan.
 Memungkinkan manajer keuangan untuk meramalkan reaksi para calon investor
dan kreditur pada saat mencari tambahan dana.
 Dapat digunakan untuk membuat keputusan, pertimbangan dan prediksi
berdasarkan tren tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa datang.
 Menstandarkan ukuran penilaian perusahaan sehingga memudahkan dalam
mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain

4. Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan biasanya


dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba investasi yang akan
diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan
perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan
sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi perusahaan.
Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik berdasarkan rasio
profitabilitas. Nilai yang tinggi melambangkan tingkat laba dan efisiensi perusahaan
tinggi yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan dan arus kas.
 Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang
saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Return on equity
menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth),
sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang
disebut rentabilitas usaha. Rumus Return on Equity (ROE) = Laba Bersih
Setelah Pajak / Ekuitas Pemegang saham
Contoh: Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31
Desember 2014, PT Megah Sejahtera yang bergerak di sektor konstruksi
memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp500 juta, total ekuitas para
pemegang saham adalah sebanyak Rp800 juta. Berapakah rasio pengembalian
ekuitas atau Return of Equity (ROE) PT Megah Sejahtera?
ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham
ROE = Rp500.000.000 / Rp800.000.000
ROE = 62,5%
 Return on Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu
periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%). Dapat dikatakan bahwa satu-
satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya
juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio
ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan investor untuk
melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya
pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit). Rasio yang lebih tinggi
menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar. ROA akan sangat
bermanfaat apabila dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di industri
yang sama, karena industri yang berbeda akan menggunakan aset yang berbeda
dalam menjalankan operasionalnya.
Contoh: Berdasarkan laporan keuangan per tanggal 31 desember 2016, Laba
bersih atau Net Income PT. Waskita Karya adalah Rp. 1,713 triliun sedangkan
Total Asetnya adalah sebanyak Rp. 61,433 triliun. Berapakah ROA atau Return
on Assets PT. Waskita Karya?
ROA = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
ROA = Rp. 1,713 triliun / Rp. 61,433 triliun
ROA = 2,79%
Jadi ROA PT. Waskita Karya ini adalah sebesar 2,79%.
 Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat
kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan.
Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham
sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan
perusahaan. Rumus EPS = Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham
Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Contoh Perusahaan Setia Merdeka mempunyai saham yang beredar sebanyak 1
juta lembar pada tahun 2017, Laba bersih setelah pajak adalah Rp1 miliar.
Perusahaan Setia Merdeka kemudian memutuskan untuk membagikan 10%
dividen atau sekitar Rp100 juta kepada pemegang sahamnya. Berapakah
Earning Per Share (EPS) atau Laba per lembar sahamnya?
Laba per Saham (EPS) = (Laba Bersih setelah Pajak – Dividen) / Jumlah Saham
yang Beredar
Laba per Saham (EPS) = (1.000.000.000 – Rp100.000.000) / 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = 900.000.000 / 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = 900
Jadi Laba per Saham atau Earning per Share (EPS) PT Setia Merdeka adalah
sebesar Rp. 900.
 Price Earning Ratio (PER). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara
harga saham dan laba bersih perusahaan. Salah satu fokus dari perhitungan PER
adalah perolehan laba bersih emiten, jadi jika sudah mengetahui PER dari
sebuah emiten maka Anda bisa mengetahui apakah harga suatu saham wajar
atau tidak secara nyata bukan hanya berdasarkan perkiraan saja. Dengan
memanfaatkan rasio PER saat memilih saham, investor bisa mengetahui lama
waktu dibutuhkan untuk mendapat return dari modal yang telah dikeluarkan
Sebagai contoh, jika harga per lembar saham perusahaan A adalah Rp. 500
dengan rasio EPS sebesar Rp. 20. Maka Rasio P/E adalah Rp. 500/Rp. 20 = Rp.
25.

5. Menurut Sofyan Syarif Harahap (2004;203), kelemahan analisis laporan keuangan


dijelaskan sebagai berikut:
 Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat-ingat kesimpulan dari analisis
itu tidak salah.
 Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu
laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita
juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi,
situasi pasar, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat.
 Objek analisis adalah data historis yanag manggambarkan masa lalu dan kondisi
ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
 Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat
beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka
misalnya Prinsip Akuntansi, Size Perusahaan, Jenis Industri, Periode Laporan,
Laporan Individual atau laporan Konsilidasi, Jenis perusahaan aspek profit
motive dan non profit motive.
 Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing
mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah
kurs konversi atau metode konsolidasi

Das könnte Ihnen auch gefallen