Sie sind auf Seite 1von 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA

BERAT ( CKB )

DISUSUN OLEH:
Mumut martika
Nim:2017181415

Dosen Pengampu:NS Dormina ,S.Kep.,MKM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


AKPER GARUDA PUTIH JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
1.1 DEFINISI CEDERA KEPALA BERAT

Cidera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang
tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma
tertutup maupun trauma tembus.
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintasCidera kepala
dibagi menjadi tiga yaitu cidera kepala ringan, sedang dan berat cidera berat adalah keadaan
dimana struktur lapisan otak mengalami cidera berkaitan dengan edema, hyperemia, hipoksia
dimana pasien tidak dapat mengikuti perintah, coma (GSC < 8) dan tidak dapat membuka mata.

1.2. TANDA DAN GEJALA CIDERA KEPALA BERAT


A. Gejala
Merasa lemah, lesu, lelah, hilang keseimbangan, perubahan tekanan darah atau normal
perubahan frekuensi jantung, perubahan tingkah laku atau kepribadian, inkontenensia kandung
kemih / khusus mengalami gangguan fungsi, mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan / minum, kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo.
B. Tanda
Cidera kepala berat mempunyai tanda yang yaitu:
Pada sistem sirkulasi terjadi perubahan tekanan darah dan perubahan frekuensi jantung. Pada
pemenuhan nutrisi klien merasa mual, muntah dan mengalami perubahan selera makan yang
ditandai dengan muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)

1.3. ETIOLOGI CIDERA KEPALA BERAT


Menurut Hudak dan Gallo (1996: 108) mendeskripsikan bahwa penyebab cidera kepala
adalah karena adanya trauma rudapaksa yang dibedakan menjadi 2 faktor yaitu:
1. Trauma Primer
Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselarasi dan deselerasi).
2. Trauma Sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui, akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia,
hiperkapnea, atau hipotensi siskemik.
1.4. PATOFISIOLOGI CIDERA KEPALA BERAT
Trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan yang
timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju Galia Aponeurotika sehingga banyak
energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek
sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdura maupun intracranial, perdarahan
tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun sehingga suplai oksigen
berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan menyebabkan edema cerebral. Akibat dari
haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang
berlawanan yang berakibat pada kenaikan TIK (Tekanan Intrakranial) merangsang kelenjar
Pitultary dan Steroid adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya timbul rasa
mual dan muntah dan anoreksia sehingga masukan nutrisi kurang.

1.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. CT-Scan
Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati.
2. Foto tengkorak atau cranium
Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak.
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
Gunanya sebagai penginderaan yang mempergunakan gelombang elektomagnetik.
4. Laboratorium
Kimia darah: mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
1.6. KOMPLIKASI CIDERA KEPALA BERAT
1. Kebocoran cairan cerebrospinal, dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi
pada 2 – 6 % pasien dengan cidera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan
elevasi kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien
2. Fistel Karotis-Kavernosusu, ditandai oleh trias gejala: eksolftalmos, kemosisi dan bruit orbital
dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cidera. Anglografi diperlukan untuk konformasi
diagnosis dan terapi dengan oklusi balon endovaskular merupakan cara yang paling efektif dan
dapat mencegah hilangnya penglihatan yang permanen.
3. Diabetes Incipidus, dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormon antidiuretik..
4. Kejang Pascatrauma, dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau
lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predesposisi untuk kejang lanjut.
5. Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.

1.7. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Hal penting yang pertama kali dinilai adalah status fungsi vital dan status kesadaran
pasien. Ini harus dilakukan sesegera mungkin bahkan mendahului anamnesis yang teliti.
a. Status fungsi vital
Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal terpenting yang dinilai adalah:
- Jalan nafas
- Pernafasan
- Nadi dan tekanan darah, sirkulasi jalan nafas harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir
atau darah, bila perlu segera dipasang pipa naso/orofuring, diikuti dengan pemberian oksigen.
Manipulasi leher hams berhati-hati bila ada riwayat / dugaan trauma servikal (whiplash injury),
Jamb dengan kepala dibawa atau trauma tengkuk. Gangguan yang mungkin ditemukan dapat
berupa:
 Pernafasan cheyne stokes
 Pernafasan blot / hiperventilasi
 Pernafasan taksik yang menggambarkan makin memburuknya tingkat kesadaran.
Pemantauan fungsi sirkulasi dilakukan untuk menduga adanya shock, terutama bila
terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya trauma thorax, trauma abdomen, fraktur
ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah yang disertai dengan melambatnya frekuensi
nadi dapat merupakan gejala awal peninggian tekanan intracranial, yang biasanya dalam fase
akut disebabkan oleh hematoma epidural.
2. Status kesadaran, dewasa ini penilaian status kesadaran secara kualitatif, terutama pada kasus
cidera kepala sudah mulai ditinggalkan karena subyektivitas pemeriksa
Skala koma Glasgow adalah berdasarkan penilaian / pemeriksaan atas tiga parameter,
yaitu:
a. Buka Mata (E)
4 : Spontan
3 : Dengan perintah
2 : Dengan rangsang nyeri
1 : Tidak ada reaksi
b. Respon Motorik Terbaik (M)
6 : Mengikuti perintah
5 : Melokalisir nyeri
4 : Menghindari nyeri
3 : Fleksi abnormal
2 : Ekstensi abnormal
1 : Tidak ada gerakan
c. Respon Verbal Terbaik (V)
5 : Orientasi baik dan sesuai
4 : Disorientasi tempat dan waktu
3 : Bicara kacau
2 : Mengerang
1 : Tidak ada suara
3. Status Neurologik lain
Selain status kesadaran di atas pemeriksaan neurologik pada kasus trauma kapitis trauma
ditujukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda fokal yang dapat menunjukkan adanya kelainan
fokal, dalam hal ini perdarahan intracranial. Tanda fokal tersebut adalah:
- Anisokori (ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata)
- Paresis / Parahisis (Paralisis ringan atau tidak lengkap)
- Reties patologik sesisi

1.8. PENGOBATAN
1. Memperbaiki / mempertahankan fungsi vital agar jalan nafas selalu bebas, bersihkan lendir, dan
darah yang dapat menghalangi aliran udara pernafasan.
2. Mengurangi edema otak, yaitu:
- Kortikosteroid untuk menstabilkan darah otak.
- Barbiturat untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan serendah mungkin,
akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun.
3. Obat-obatan Neotropik
- Piritinol merupakan senyawa mirip perioksin (Vit-B6) mengaktivasi metabolisme otak dan
memperbaiki struktur serta fungsi membran sel.
- Piracetam merupakan senyawa mirip GABA – suatu neurotransmitter penting di otak.
- Citicholine, merupakan koenzim pembentukan lecitin di otak untuk sintesis membra sel dan
neurotransmitter di dalam otak.
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus.
- Antibiotika diberikan bila terdapat luka terbuka yang luas, trauma tembus kepala, fraktur
tengkorak yang dapat menyebabkan liquarihoe.
BAB II
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. D


DENGAN CIDERA KEPALA BERAT

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan di ………………
1. BIODATA
a) Identitas Penderita
Nama : Ny. D
TTL : -
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa : Cidera Kepala Berat (CKB)
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
TTL : -
Umur : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hubungan dengan Klien : Suami Klien

2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan Utama
Pasien CKB mengeluh nyeri dibagian kepala
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat selama tiga minggu dipoli penyakit dalam setelah menderita sakit kepala yang
timbul akibat pasien terjatuh dengan kepala terbentur.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Trauma saraf, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, hipotensi siskemik.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit CKB

3. POLA FUNGSI KESEHATAN


a) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien tidak menyadari bahwa nyeri kepalanya tersebut merupakan gejala penyakit yang
bisa menjadi parah sehingga pasien tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b) Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas latihan selama sakit
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Eliminasi 
Mobilisasi ditempat tidur 
Pindah 
Makan 
KETERANGAN
0 = Mandiri
1 = Dengan menggunakan alat buntu
2 = Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 = Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 = Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
Pasien dalam melakukan aktivitas dibantu oleh perawat/keluarga
c) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien CKB mengalami gangguan tidur akibat cemas, gelisah dan nyeri di kepalanya.
d) Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien CKB terjadi gangguan metabolik yaitu nafsu makan klien berkurang karena
tidak dapat menelan.
e) Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien tidak normal, dalam BAK dan BAB pasien dipasang kateter dan
pispot untuk membantu klien melakukan pola deminasi. Inkotenesia kandung kemih/usus
mengalami gangguan fungsi.
f) Pola Kognitif Perseptual
Hilangnya sebagian penglihatan, dan pendengaran, gangguan pengelapan, adanya vertigo,
dan pasien merasakan nyeri berat, pasien mengalami kehilangan kesadaran.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : < 37° C
Nadi : < 60 x/menit
TD : Sistole < 105, diastole < 60
RR : < 16 x/menit
TB/BB : ideal/menurun
b. Keadaan Umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh pasien yaitu dari
samnolen/kesadaran cenderung menurun kadang pasien mengalami koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kulit dan Rambut
 Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lesi
Jumlah rambut : Tipis, rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : kurang bersih, ada ketombe
 Palpasi
Suhu < 37° C
Warna kulit sawo matang, turgor kurang baik, kulit kering, tidak ada adema
2. Kepala
 Inspeksi
- Bentuk simetris antara kanan dan kiri
- Bentuk kepala lonjong
 Palpasi
Ada nyeri tekan
3. Mata
: Bentuk bola mata pasien bulat, kelopak mata cekung, konjungtiva pucat, lapang pandang pasien berkurang
karena adanya gangguan penglihatan yaitu penglihatannya kabur, pupil mengalami perubahan
4. Telinga
Inspeksi : Ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan
5. Hidung
Inspeksi : Simetris, hidung pasien kotor
Palpasi : Tidak ada benjolan
6. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pasien kering, gigi, gusi dan lidah pasien kotor karena kurang perawatan diri
7. Leher
Inspeksi : Bentuk leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : Leher kasar, karena kurang perawatan
8. Paru
Inspeksi : Pada waktu bernafas gerakan dada kanan dan kiri tidak sama saat dipegang
Palpasi : Gerakan dada terlihat tidak teratur saat inspirasi dan ekspirasi
Auskultasi : Saat di dengar dengan stetoskop nafas pasien terdengar tidak teratur, adanya bunyi ronohi
Perkusi : Saat diketuk terdengar bunyi sonor
9. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris
Auskultasi : Adanya bising usus karena peristaltik tidak teratur (5 – 35x/menit)
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Saat diketuk terdengar bunyi sonor
10. Jantung
Inspeksi : Pasien terlihat sesak nafas
Palpasi : Denyut jantung tidak teratur
Auskultasi : Frekuensi denyut jantung
Perkusi : Denyut jantung sonor
11. Anus dan Rectum
Hemoroid internal akibat system saraf terganggu
12. Pemeriksaan Neurologi
- Kesadaran pasien samnolen/cenderung menurun
- Gerakan pasien terbatas bahkan tidak dapat bergerak karena badrest total
- Pola pemecahan masalah pasien mau mengikuti terapi yang dianjurkan dokter
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan (Computer Tomography Scan)
2. Foto tengkorak cranium
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
4. Laboratorium
Kimia darah : mengetahui ketidakseimbangan elektrolit
6. OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN
Obat-obatan Neotropik :
- Piritinol
- Piracetam
- Citi Choline
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus
- Antibiotika
- Antikonvulsan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
- Klien merasa lemah
- Klien merasa lelah
- Klien tampak lesu
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung
- Klien sering muntah
- Klien mudah tersinggung
- Klien mengalami kehilangan keseimbangan
- Klien mengalami perubahan tekanan darah atau normal perubahan frekuensi jantung
- Klien mengalami perubahan tingkah laku atau kepribadian
- Klien mengalami gangguan fungsi usus/inkontenensia kandung kemih
- Klien mengalami kehilangan kesadaran
- Klien amnesia, vertigo, syncope, tinnitus
- Klien mengalami perubahan penglihatan
- Klien mengalami gangguan pengecapan
- Klien mengalami sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
- Klien mengalami perubahan pola pernafasan, nafas bunyi ronchi
- Klien mengalami trauma
- Klien tampak ketakutan
- Klien meringis kesakitan
- Penglihatan klien tampak kabur
- Klien terpasang infus
- Klien tidak nafsu makan
- Klien tidak melakukan aktivitas sehari-hari

BAB III
ANALISA DATA

ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Umur : 51 tahun

NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI


1. Do : Nyeri akut Agen cidera
fisik
- Klien meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Klien sakit kepala dengan intensitas
dan lokasi berbeda
2. Do : Gangguan pola Nyeri
tidur
- Klien sering terbangun
- Klien tampak pucat, mata bengkak
- 3 kali atau lebih bangun di malam
hari karena nyeri kepala
3. Do : Intoleransi aktivitas Immobilisasi
- Klien tampak lemah, lelah, lesu
- Klien butuh bantuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
- TD : sistole < 105, diastole < 60
mmHg
- ND : < 60 x/menit
4. Do : Resiko Bedrest
- Klien mengalami keterbatasan Kerusakan
integritas kulit
ROM
- Kulit klien tampak memerah pada
bagian clavikula, siku, pantat dan
tumit
- Turgor kulit jelek
- Kulit tampak kering
5. Do : Kerusakan Nyeri dan
imobilitas fisik immobilisasi
- Klien mengalami keterbatasan
ROM
- Klien terpasang infuse pada lengan
bagian kanan
- Tidak ada koordinasi gerak

NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI


6. Do : Resiko tinggi Trauma
terhadap infeksi (kecelakaan,
- Terdapat luka pada kepala
kesengajaan)
- Kulit tampak tidak terawat
7. Do : Ketidakseimbangan Tidak mampu
nutrisi kurang dari dalam
- Klien mual dan muntah
kebutuhan tubuh memasukkan
- Klien tampak lemas dan mencerna
makanan
- Klien tidak nafsu makan
8. Do : Perubahan perfusi Penghentian
jaringan cerebral darah oleh sel,
- Tidak ada respon motorik dan
odema cerebral
- Klien kehilangan kesadaran
- Sianosis
- Klien mengalami perubahan tingkat
laku
- Klien mengalami perubahan
penglihatan dan gangguan
pengecapan.
9. Do : Kurang perawatan Kerusakan
diri Neuro Muscular
- Penampilan klien tampak kumuh
- Perineal tampak kotor dan bau
- Rambut klien tampak kotor
- Mulut klien bau
- Gigi klien tampak kotor
10. Do : Kekurangan Kehilangan
volume cairan volume cairan
- Klien tampak lemas
aktif
- Klien terpasang infuse
- Turgor kulit klien jelek
- ND : > 100 x/menit
- TD : sstole <, diastole < mmHg
- Suhu > 37° C
- Mukosa tampak kering

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam mencerna, memasukkan dan mengabsorbsi makanan.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
5. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penghentian darah oleh cerebral
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan imobilisasi
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi
8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma (kecelakaan)
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest
INTERVENSI (PERENCANAAN)

NO.DX TUJUAN TINDAKAN


1. Setelah dilakukan tindakan asuhan- Kaji intensitas nyeri
keperawatan selama ….. x 24 jam- Kaji pengalaman klien
diharapkan nyeri klien dapat terhadap nyeri
teratasi/terkurang dengan KH : - Evaluasi tentang keefektifan
- Nyeri klien terkontrol dari tindakan mengontrol nyeri
- Wajah klien tidak meringis - Kontrol faktor lingkungann
- Klien tidak gelisah yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik
- Cek riwayat alergi
- Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
2. Setelah dilakukan tindakan asuhan- Kaji TTV
keperawatan selama ….. x 24 jam- Monitor menekan
diharapkan volume cairan klien makanan/cairan
dapat terpenuhi dengan KH. - Dorong masukan oral
- Klien tidak lemas - Anjurkan untuk minum air
- ND : normal banyak
- Mukosa tidak kering - Kolaborasi pemberian
- Turgor kulit baik cairan/makanan
- Monitor hasil laboratorium
yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, HMT,
Osmolalitas Urin)
- Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
NO.DX TUJUAN TINDAKAN
3. Setelah dilakukan tindak asuhan - Kaji adanya alergi makanan
keperawatan selama ….. x 24 jam- Kolaborasi dengan ahli gizi
diharapkan nutrisi klien seimbang untuk menentukan jumlah
dengan KH : kalori dan nutrisi yang
- Klien tidak lemah dibutuhkan klien
- Nafsu makan meningkat - Anjurkan klien untuk
- Klien tidak mual dan muntah meningkatkan intake Fe,
protein dan vit C
- Kaji kemampuan klien
- Monitor mual dan muntah
- Kolaborasi pemberian obat
antimual dan muntah
- Monitor lingkungan selama
makan
- Berikan makanan kesukaan
- Monitor adanya penurunan
berat badan
4. Setelah dilakukan tindak asuhan - Kaji tidur klien
keperawatan selama ….. x 24 jam- Berikan kenyamanan pada
diharapkan tidur klien tidak klien (kebersihan tempat tidur)
terganggu dengan KH : - Kolaborasi dengan dokter
- Klien tidak pucat pemberian analgetik
- Mata klien tidak bengkak - Catat banyaknya klien
- Klien tidak sering terbangun terbangun di malam hari
dimalam hari
- Berikan lingkungan yang
nyaman dan kurangi
kebisingan
- Berikan minum hangat (susu)
sebelum tidur jika perlu
- Berikan musik klasik sebagai
pengantar tidur

BABIV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa cidera kepala adalah keadaan dimana
struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta
otaknya mengalami cidera baik yang trauma tertutup maupun trauma tembus.
Cidera kepala dibagi menjadi 3 yaitu :
 Cidera kepala ringan
 Cidera kepala sedang
 Cidera kepala berat
Dari pembahasan cidera kepala berat, perawat dapat mengambil diagnosis yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan fisik


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu memasukkan, mencerna makanan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut

B. SARAN
Dari Asuhan Keperawatan yang telah disusun, penulis menyarankan bagi pembuat
Asuhan Keperawatan berikutnya agar lebih teliti dan akurat dalam pengkajian agar diagnosa
yang diangkat sesuai dengan keluhan pasien. Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”.
Dan penulis menyadari, makalah ini cukup jauh dari sempurna. Maka penulis sangat mengharap
dan sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Untuk itu
penulis ucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

- Arief, M, Suprohaitta, Wahyu, J.K, Wiewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media
Aesculapius FKUI : Jakarta
- Mc. Closkey, Joanne C. PHD, RN, FAAN, Bu Lechec Gloria, M, PhD, FAAN 2007. Diagnosa
Keperawatan NOC-NIC INC : St. Louis
- Cedera Kepala. www.medilinux.glogspot.com 2007
- Saani, Syaiful. 2007. Cedera Kepala Pediatrik Berat Pertimbangan Khusus.
www.medilinux.glogspot.com
- Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

Das könnte Ihnen auch gefallen