Sie sind auf Seite 1von 8

Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No.

1: 11-18

Peningkatan Respon Kebal Non-spesifik dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Melalui Pemberian Jahe, Zingiber officinale

(Enhancement of nonspecific immune response and growth of nile tilpia (Oreochromis niloticus)
through oral administration of ginger, Zingiber officinale)

Clara Nunia Payung 1, Henky Manoppo2

1
) Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado
Email: clara_049@yahoo.com
2
) Staf Pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado
Email: hmanoppo@yahoo.com

Abstract

The purpose of this research was to evaluate the effect ginger supplemented in food on
nonspecific immune response of nile tilapia. Juveniles with an average of weight of 27.31 g
were obtained from Fish Culture and Development Board (BP3I) Tateli and then transported to
Faculty of Fisheries and Marine Science. Fish were then cultured in 15 aquaria with a density of
15 fish per aquarium. Each aquarium was equipped with an aerator and used water recirculation
system to keep the water quality still in good condition. After adaption for one weeks, fish was
fed pellet supplemented with ginger powder as treatments at five different doses including A=0,
B=2,5, C=5, D=7,5, and E=10 g/kg, each with three replications. Fish was fed as long as four
weeks at 3%/bw/d, twice daily at 08.00 am and 17.00 pm. Data consisting of total leucocyte
count and phagocytosis activity of phagocyte cells were collected at two weeks interval.
Research results showed that supplementation of ginger powder into fish pellet had significant
effect on the increase of nonspecific immune response. The highest total leucocyte count and
phagocytosis activity of phagocyte cells was observed on fish fed pellet supplemented with 7.5
g/kg of food and significantly different as compared to those of control fish. As conclusion,
supplementation of ginger powder into fish pellet could increase nonspecific immune response
on nile tilapia.

Keywords: Ginger, nonspecific immune response, total leucocytes count, phagocytosis activity,
nile tilapia

PENDAHULUAN disebabkan oleh bakteri, virus, fungi


maupun parasit. Munculnya penyakit
Dalam usaha budi daya masalah biasanya tidak disebabkan oleh faktor
utama yang sering dihadapi oleh pembudi tunggal, tetapi merupakan hasil interaksi
daya ikan adalah penyakit, baik yang kompleks antara ikan budi daya (kualitas),

11
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

lingkungan budi daya (intern dan ekstern), Keuntungan lain dari penggunaan
dan organisme penyebab penyakit (Post, imunostimulan adalah bahan ini tidak
1987). meninggalkan residu dalam tubuh ikan
Serangan penyakit juga sehingga aman bagi kesehatan manusia
menyebabkan penolakan konsumen terhadap maupun lingkungan.
ikan karena penurunan mutu dan kualitas Saat ini, kontrol penyakit banyak
ikan. Infeksi penyakit pada ikan juga dilakukan dengan menggunakan bahan-
berpengaruh terhadap kesehatan manusia bahan alami atau tanaman obat sebagai
apabila ikan mengandung parasit zoonotik. sumber imunostimulan maupun anti-
Informasi tentang keberadaan penyakit yang mikroba. Beberapa keuntungan
menyerang ikan sangat dibutuhkan dalam menggunakan bahan alami/tanaman obat
usaha budi daya ikan (Post, 1987). antara lain relatif lebih aman, mudah
Upaya pencegahan penyakit dalam diperoleh, murah, tidak menimbulkan
usaha budi daya dapat dilakukan dengan resistensi, dan relatif tidak berbahaya
beberapa cara yaitu dengan menggunakan terhadap lingkungan sekitarnya. Tanaman
antibiotik/bahan kimia, vaksin dan obat merupakan unsur yang penting untuk
imunostimulan. Pemakaian antibiotik/bahan pengobatan tradisional pada kegiatan budi
kimia secara terus-menerus dengan dosis daya. Tanaman obat harganya murah dan
atau konsentrasi yang tidak tepat lebih aman dibandingkan antiprotozoa dari
menimbulkan masalah baru berupa bahan kimia, sehingga bisa dijadikan solusi
meningkatnya resistensi mikroorganisme untuk kegiatan budi daya ikan sekarang ini.
terhadap bahan tersebut. Masalah lainnya Bawang putih salah satu contoh tanaman
yaitu bahaya yang ditimbulkan terhadap obat yang mengandung senyawa anti parasit
lingkungan sekitarnya, ikan yang dan membuat ikan nila resisten terhadap
bersangkutan, dan manusia yang infeksi Trichodina sp (Abo-Esa, 2008).
mengkonsumsinya. Salah satu tanaman obat yang banyak
Penggunaan vaksin merupakan digunakan di Indonesia adalah jahe.
metode yang sangat efektif dalam mencegah Rimpang jahe banyak dicari karena
munculnya penyakit pada ikan. Namun memiliki kelebihan dalam hal kesehatan,
demikian, vaksin belum banyak tersedia di kesegaran dan campuran untuk membuat
pasaran dan kalaupun ada harganya masih masakan. Penelitian ini dilakukan dengan
mahal. Vaksin juga bekerja secara spesifik, tujuan untuk menguji pengaruh penambahan
artinya vaksin hanya bekerja pada patogen jahe pada pakan terhadap respon kebal ikan
tertentu. Imunostimulan merupakan bahan- nila.
bahan yang dapat merupakan alternatif atau METODE PENELITIAN
pengganti antibiotik maupun vaksin. Sumber
imunostimulan dapat diperoleh dari bahan- Ikan uji
bahan yang tersedia dengan harga yang Ikan uji yang digunakan adalah ikan
murah sehingga sangat efesien untuk nila berukuran 10-12 cm dengan berat rata-
digunakan dalam kontrol penyakit ikan. rata awal 27,31 g/ekor yang diambil dari
Balai Pengembangan dan Pembinaan

12
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

Pembudi dayaan Ikan (BP3I) Tateli. Ikan larutan jahe dilakukan sedemikian rupa agar
yang diperoleh dimasukkan dalam kantong tercampur secara merata pada pakan. Pakan
plastik dan diberi oksigen untuk selanjutnya yang sudah ditambahkan jahe selanjutnya
diangkut ke Laboratorium Patologi dan dikering-anginkan dalam temperatur ruang
Klinik Penyakit Ikan. Penelitian dan setelah kering dimasukan dalam kotak
dilaksanakan pada bulan September – plastik atau kantong plastik dan disimpan
Desember 2014. dalam lemari pendingin sampai saat akan
digunakan.
Bahan uji
Bahan uji adalah jahe yang dibeli Prosedur Percobaan
dari pasar. Jahe sebagai perlakuan diberikan Ikan yang diambil dari BP3I Tateli
pada ikan setelah sebelumnya dicampurkan dimasukan ke dalam 15 buah akuarium
ke dalam pakan pellet. Dosis jahe sebagai dengan kepadatan masing-masing 15 ekor.
perlakuan terdiri dari A=0; B=2,5; C=5; Sebelum pelaksanaan penelitian, ikan
D=7,5; E=10 g/kg pakan, dimana masing- diaklimatisasi terlebih dahulu selama kurang
masing perlakuan memiliki 3 ulangan. lebih satu minggu agar ikan dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi
Persiapan pakan uji lingkungan hidup yang baru. Dalam proses
Jahe sebagai perlakuan diberikan aklimatisasi setiap akuarium dilengkapi
pada ikan setelah dicampurkan terlebih dengan aerator. Ikan diberi pakan pelet yang
dahulu ke dalam pakan pelet. Persiapan belum ditambahkan jahe dengan dosis 3%
perlakuan dikerjakan sesuai metode yang /BB/hari dan diberikan 2 kali/hari yaitu
dikemukakan oleh Nya and Austin (2009), pukul 08.00 WITA dan 17.00 WITA. Untuk
dengan cara pertama-tama jahe yang menjaga agar kualitas air tetap baik maka
diperoleh dari pasar dicuci kemudian dilakukan penggantian air 2-3 hari sekali
dipotong kecil-kecil dan dikeringkan selama sebanyak 30% tergantung pada kondisi air.
24 jam dalam temperatur ruang. Jahe yang Setelah proses aklimatisasi selesai,
sudah kering selanjutnya dijadikan tepung kepadatan ikan diatur menjadi 10 ekor per
dengan menggunakan blender dan disaring akuarium. Ikan diberi pakan perlakuan
dengan saringan halus. dengan dosis 3% /BB/hari dan diberikan
Jahe yang sudah dalam bentuk 2kali/hari yaitu pukul 08.00 WITA dan
tepung selanjutnya dicampurkan ke dalam 17.00 WITA. Pakan uji diberikan pada ikan
pakan dengan cara jahe ditimbang sesuai selama 4 minggu berturut-turut. Selama
dosis yang diperlukan dengan menggunakan percobaan berlangsung kualitas air akan
timbangan digital berketelitian 0,01 g. Jahe dikontrol agar tetap baik dengan cara
yang sudah ditimbang dilarutkan dalam melakukan penyiponan atau penggantian air
sedikit air (100 ml untuk pembuatan 1 kg apabila kondisi air sudah jelek.
pakan) kemudian tambahkan ke dalam
pakan pelet dengan cara disemprotkan
dengan menggunakan sprayer. Pencampuran

13
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

Pengumpulan Data dimasukkan ke dalam tabung eppendorf


Data yang dikumpulkan adalah yang sudah disiapkan sebelumnya. Darah
parameter imun yang terdiri dari total kemudian dicampur dengan larutan Turk’s
leukosit dan aktivitas fagositosis sel fagosit. sebanyak 450 µl atau perbandingan darah
Untuk mengukur kedua parameter ini maka dan larutan Turk’s 1:10. Larutan Turk’s
dibutuhkan sampel darah ikan. Pengambilan dibuat dengan cara mencampurkan 1 ml
sampel darah ikan dikerjakan sesuai dengan asam asetat ke dalam 100 ml akuades.
prosedur yang dikemukakan oleh Stolen et Campuran darah dan larutan Turk’s
al., (1990). Sampel darah ikan diambil dihomogenkan dengan mengayun-ayunkan
dengan menggunakan sepuit (suntik) secara perlahan-lahan dan diinkubasi dalam
berukuran 1 ml. Sebelum digunakan, sepuit suhu ruang selama 5 menit, selanjutnya sel
dibilas dengan EDTA (Ethylene Diamine darah dihitung dengan menggunakan
Tetraacetic Acid) sebagai anti koagulan. hemasitometer dengan bantuan mikroskop
Sampel darah ikan diambil dari 3 pada pembesaran 100x.
ekor ikan per perlakuan. Prosedur
pengambilan darah adalah sebagai berikut: b. Aktivitas Fagositosis
darah diambil dari vena caudalis Aktivitas fagositosis merupakan
menggunakan sepuit berukuran 27 G x 1/2. proses pemangsaan benda-benda asing atau
Banyaknya darah yang diambil per ikan mikroorganisme yang masuk ke dalam
adalah 0,2-0,3 ml. Untuk mencegah tubuh oleh sel-sel fagosit. Untuk
terjadinya penggumpalan darah maka darah mendapatkan data fagositosis maka
yang ada di dalam sepuit diayun-ayunkan dilakukan perangsangan untuk pemangsaan
secara perlahan-lahan, kemudian dengan menggunakan sel ragi. Sel ragi roti
dimasukkan ke dalam tabung eppendorf disiapkan dengan cara: ragi roti ditimbang
steril yang sebelumnya juga telah dibilas sebanyak 0,5 g dan disuspensikan dalam 10
dengan antikoagulan. Pemindahan darah ke ml salin (NaCl). Setelah itu, suspensi ragi
dalam eppendorf dikerjakan dengan roti dicuci sebanyak 2 kali melalui
mengeluarkan jarumnya terlebih dahulu sentrifugasi.
secara hati-hati dan perlahan-lahan agar Untuk mengukur aktivitas
darah tidak terbuang. Darah yang telah fagositosis, pertama-tama sampel darah
berada dalam eppendorf digoyang secara sebanyak 50 µl dimasukkan ke dalam
perlahan-lahan dengan cara membolak- tabung eppendorf steril dan ditambahkan
balikan eppendorf ke atas dan ke bawah. 50µl suspensi sel ragi roti. Larutan
campuran darah dan ragi roti ini selanjutnya
a. Total Leukosit dihomogenkan dengan cara diayunkan
Perhitungan jumlah leukosit perlahan-lahan dan diinkubasi dalam suhu
dikerjakan dengan menggunakan ruang selama 20 menit. Selanjutnya 5 µl
hemasitometer. Caranya darah yang telah sampel campuran darah dan ragi roti dibuat
berada di dalam eppendorf diambil sebanyak sediaan ulas menggunakan kaca preparat
50 µl dengan menggunakan mikro pipet dan dengan ukuran 1 - 1,2 mm dan sediaan ulas

14
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

dikering-anginkan dalam suhu ruang perbedaan pengaruh antar perlakuan


kemudian dilakukan pewarnaan giemsa. terhadap parameter yang diamati. Analisis
Proses pewarnaan sediaan ulas dengan data menggunakan program SPSS untuk
Giemsa dikerjakan sesuai dengan prosedur windows.
(Pritchard and Kruse, 1982):
1) Rendam sediaan ulas dalam alkohol
HASIL DAN PEMBAHASAN
95% yang sudah dimasukkan dalam
modul pewarnaan (staining module)
selama 1 menit, a. Total Leukosit
2) Sediaan ulas diangkat, sisa alkohol Hasil penghitungan jumlah leukosit
dikeluarkan dengan cara ditiriskan ikan yang diukur pada minggu ke-2 dan ke-4
namun dijaga tetap basah, dan setelah ikan diberi perlakuan jahe disajikan
direndam dalam larutan Giemsa pada tabel berikut:
selama 10 menit, Tabel 1. Total leukosit (x108 sel/ml) ikan
3) Preparat ulas diangkat dan dicuci nila yang dihitung pada minggu ke-2 dan ke-
dengan air mengalir secara perlahan- 4 setelah diberi perlakuan jahe
lahan,
4) Preparat ulas dikering-anginkan Perlakuan Minggu-2 Minggu-4
kemudian diamati di bawah mikroskop A 6.65 8.77
binokuler. B 8.16 13.34
Sel yang menunjukkan proses C 16.18 12.30
fagositosis yang ditandai dengan adanya sel
D 10.80 14.04
ragi roti yang menempel pada permukaan
E 12.22 10.73
sel fagosit atau terdapat di dalam sitoplasma
Keterangan : A= 0 g jahe/kg pakan; B=2,5 g
sel fagosit. Aktivitas fagositosis dihitung
jahe/kg pakan; C=5 g jahe/kg pakan; D=7,5
dari 50 sampai 100 sel leukosit yang
g jahe/kg pakan
teramati. Untuk menghitung aktivitas
fagositosis maka digunakan rumus: Pada minggu ke-2 jumlah leukosit
terbanyak dicapai pada ikan yang diberi
Aktivitas Fagositosis (%) = Jumlah sel
perlakuan C diikuti oleh perlakuan E dan D.
fagosit yang melakukan pemangsaan/Jumlah
Jumlah terendah terjadi pada perlakuan A
sel fagosit teramati x100
dan B. Pada minggu ke-4 total leukosit
tertinggi teramati pada ikan yang diberi
Analisis Data perlakuan D yang mencapai 14,04 x 10⁷
Pengaruh perlakuan jahe terhadap sel/ml atau 60,09% lebih banyak dari total
peningkatan respon kebal non-spesifik ikan leukosit pada ikan yang tidak diberi
nila dikerjakan dengan menggunakan perlakuan jahe (Perlakuan A). Total leukosit
analisis ragam (Anova). Apabila perlakuan terbanyak ke-2 dicapai pada perlakuan B
memberikan pengaruh maka dilanjutkan dan selanjutnya C dan terendah terjadi pada
dengan uji lanjut Duncan guna mengkaji perlakuan A (Tabel 1).

15
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

Hasil analisis ragam menunjukkan lebih tinggi deibandingkan dengan ikan


bahwa pemberian jahe selama 2 minggu kontrol. Marentek dkk. (2013) juga
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap melaporkan bahwa ikan nila yang dieberi
peningkatan total leukosit ikan (p=0,09). pakan dengan penambahan bawang putih
Pemberian jahe nanti memperlihatkan memiliki total leukosit yang lebih tinggi
pengaruh yang sangat nyata (p=0,00) dibandingkan kontrol.
terhadap peningkatan total leukosit ikan
setelah diberikan selama 4 minggu. b. Aktivitas Fagositosis
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan, Indeks fagositosis tertinggi pada ikan
total leukosit ikan yang diberi perlakuan D nila yang diberi perlakuan jahe dan diukur
dan diukur pada minggu ke-4 berbeda nyata pada minggu ke-2 dicapai pada perlakuan B
dibandingkan dengan perlakuan A maupun yakni sebesar 56,28% disusul oleh perlakuan
dengan perlakuan E. Namun Perlakuan D E sebesar 54,24% sedangkan indeks
tidak berbeda nyata jika dibandingakan fagositosis terendah terjadi pada ikan yang
dengan perlakuan B maupun C. Selanjutnya tidak diberi perlakuan jahe (Tabel 2). Pada
total leukosit ikan yang diberi perlakuan C pengukuran minggu ke-4 setelah diberi
berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan jahe, aktivitas fagositosis tertinggi
perlakuan A namun, tidak berbeda nyata dicapai pada ikan yang diberi perlakuan D
dibandingkan dengan perlakuan E. Total sebesar 64,48% diikuti oleh perlakuan E
leukosit ikan pada perlakuan E tidak berbeda sebesar 52,55%. Indeks fagositosis ikan
nyata dibandingkan dengan perlakuan A. yang diberi perlakuan B dan C hampir sama
Laporan penelitian tentang yaitu berkisar 47-48% dan indeks fagositosis
penggunaan jahe dalam kontrol penyakit terendah teramati pada ikan yang diberi
ikan dan crustacea belum banyak tersedia. perlakuan A yang hanya sebesar 42,22%.
Penelitian ini mendapatkan bahwa
pemberian jahe pada dosis 2,5-7,5 g bubuk Tabel 2. Indeks fagositosis (%) setelah
jahe/kg pakan mampu meningkatkan total diberi perlakuan jahe dan diukur pada
leukosit ikan nila. Hasil yang sama juga minggu ke-2 dan minggu ke-4
dilaporkan oleh Nya dan Austin (2009),
dimana pemberian jahe pada dosis 0,5 g/100 Perlakuan Minggu ke-2 Minggu ke-4
g pakan atau 5 g/kg pakan menghasilkan A 33,77 42,22
peningkatan jumlah leukosit (neutrofil, B 56,28 47,40
makrofag dan limfosit) dibandingkan C 47,38 48,18
dengan ikan kontrol. Tanaman herballain D 52,22 64,48
yang juga sudah digunakan sebagai sumber E 54,24 52,55
imunostimulan adalah bawang puith.
Fazlolahzadeh et al. (2011) melaporkan
bahwa ikan Rainbow Trout yang diberikan Hasil analisis ragam menunjukkan
pakan dengan penambahan bawang putih 0,6 bahwa penambahan jahe dalam pakan ikan
g/kg pakan memiliki total leukosit yang nila tidak berpengaruh terhadap indeks
fagositosis ikan apabila hanya diberikan

16
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

selama 2 minggu (p=0,13). Pemberian jahe bahwa ekstrak etanol jahe sudah ditemukan
memperlihatkan pengaruh sangat nyata pada dapat merangsang sekresi IL-1 dan IL-6
ikan setelah diberikan selama 4 minggu tergantung pada dosis yang digunakan.
(p=0,01). Dügenci et al. (2003) dalam Galina et al.
Berdasarkan uji lanjut Duncan, (2009), melaporkan bahwa ekstrak jahe
indeks fagositosis ikan nila yang diberi sangat efektif dalam meningkatkan
perlakuan jahe pada dosis 7,5 g berbeda fagositosis dan aktivitas respiratory burst
nyata dibandingkan dengan indeks dari sel-sel leukosit. Lengka (2013)
fagositosis ikan yang diberi perlakuan A melaporkan bahwa penggunaan bawang
maupun dengan perlakuan E, C, B. Indeks putih mampu meningkatkan aktivitas
fagositosis ikan yang diberi perlakuan E, C fagositosis sel-sel fagosit ikan mas
dan B tidak berbeda nyata dibandingkan (Cyprinus carpio L).
dengan perlakuan A dan antar perlakuan E, Hasil penelitian ini mendapatkan
C dan B juga tidak berbeda nyata. bahwa jahe memiliki potensi untuk
Nya dan Austin (2009) melaporkan meningkatkan respon kebal non-spesifik
bahwa penambahan jahe 0,5 g/100 g pakan ikan. Hal ini disebabkan jahe mengandung
atau 5 g/kg pakan Rainbow Trout dan bahan-bahan yang berfunsi sebagai
diberikan selama 14 hari dapat imunostimulan (Setyaningrum dan
meningkatkan aktivitas fagositosis, serta Saparinto, 2013). Imunostimulan bekerja
aktivitas lisosim, bakterisida, aktivitas anti dengan cara meningkatkan aktivitas sel-sel
protease dan respiratory burst. Penggunaan fagosit untuk melakukan pemangsaan
jahe dalam pakan ikan juga dapat terhadap partikel asing atau patogen yang
mengkontrol beberapa penyakit ektoparasit. masuk kedalam tubuh (Raa, 2000). Dalam
Abo-Esa (2008) melaporkan bahwa hal ini imunostimulan seperti karbohidrat
penggunaan jahe 20 mg/L adalah aman dan (lipopolisakarida, beta glukan,
efektif mengontrol ektoparasit protozoa peptidoglikan, karagenan) akan berikatan
Trichodina dan Epistylis spp. dengan reseptor yang ada pada permukaan
MacArthur and Fletcher (1995) sel fagosit sehingga sel fagosit menjadi aktif
dalam Nya and Austin (2009), menyatakan untuk melakukan proses fagositosis. Pada
bahwa jahe diketahui memiliki aktivitas saat yang bersamaan sel-sel fagosit akan
yang luas termasuk mengaktifkan sel-sel melepaskan sitokin yang selanjutnya akan
fagositik yang merupakan komponen merangsang produksi sel leukosit yang baru.
penting dalam sistim imun non-spesifik
ikan. Mekanisme kerja jahe adalah KESIMPULAN
merangsang sistem imun
(immunostimulation) karena bahan ini Berdasarkan hasil penelitian maka
mengandung gingerrol yang sudah dapat disimpulkan bahwa penambahan jahe
dalam pakan ikan memberikan pengaruh
dilaporkan dapat meningkatkan aktivitas IL-
6. Laporan yang sama dikemukakan oleh yang nyata terhadap respon kebal non-
Tan dan Vanita (2004), yang menyatakan spesifik ikan nila apabila diberikan selama 4
minggu.

17
Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015 Vol. 3 No. 1: 11-18

DAFTAR PUSTAKA Post G. 1987. The Fish Health. T.F.H


Publication Inc. For Revised and
Abo-Esa JFK. 2008. Study in Some
Expended Edition. New Jersey.
Ectoparasitic Diseases of Catfish, Pritchard MH, Kruse GOW. 1982. The
Clarias gariepinus with their Control Collection and Preservation of
by Ginger, Zingiber officiale.
Animal Parasites. University of
Mediterranean Aquaculture Journal Nebraska Press,London.
1(1): 1-9 Raa J. 2000. The use of immune-stimulants
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi
in fish and shellfish feeds. University of
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Tromso Norway.
Bogor Setyaningrum HD, Saparinto C. 2013. Jahe.
Galina J, Yin G, Ardo L, Jeney Z. 2009. The
Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta
use of immunostimulating herbs in Stolen JS, Fletcher TC, Anderson DP,
fish. An overview of research. Fish Roberson BS, Muiswinkel WB.
Physiol Biochem 35:669-676
1990. Techniques in immunology.
Lengka K. 2013. Peningkatan Respon Imun SOS Publications. New Jersey
Non Spesifik Ikan Mas (Cyprinus Tan BKH, Vanitha J. 2004.
carpio L) Melalui Pemberian
Immunomodulatory and
Bawang Putih (Allium sativun). Antimicrobial Effect of Some
SRIPSI. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Traditional Chinese Medicinal
Kelautan UNSRAT. Manado Herbs: A Review. Current Medicinal
Marentek G, Manoppo H, Londong SNJ. Chemistry 11:1423-1430
2013. Kajian Penggunaan Bawang
Putih Untuk Meningkatkan Respon
Imun Non Spesifik dan Pertumbuhan
Benih Ikan Nila. Jurnal Budidaya
Perairan Vol. 1 No. 1: 1-7
Nya EJ, Austin B. 2009. Use of dietary
ginger, Zingiber officinale Roscoe,
as an Imunostimulant to control
Aeromonas hydrophila infections in
rainbow trout, Oncorynchus mykiss
(Walbaum). Jounal of Fish Diseases
32: 971-977

18

Das könnte Ihnen auch gefallen