Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
A 40 years-old man and his son came to general practitioner. They had complained redness in their eyes.
Father had redness in the middle of the right eye since 3 years ago. He felt dry and had some foreign
bodies in his right eye. There was no blurr vision. The ophthalmology statue of the right eye was
fibrovascular fiber in the nasal side of conjunctival.Cornea was clear. His son had red eye on the both
eyes since 3 days ago. He felt itchy and difficult to open his eyes in the morning, but no blurr vision. The
ophthalmology statues of both eyes were mild oedem palpebrae,conjunctival injection, and serous
discharge. Therewere follicle on inferior conjunctival fornix. Cornea was clear. The doctor planned some
tests to find the etiology of the disease. After that the doctor gave some medicines and advices for them.
Key Words : discharge, conjunctival injection, follicle, fibrovasular fiber Problem : red eye with no blurred
vision
o A. konjungtiva posterior
o A. siliaris anterior, berjalan ke depan bersama insertio m.rectus lateralis,
msk bola mata di limbus kornea, membntk kapiler yang beranastomose
dengan A. konjungtivalis posterior.
o A. siliaris posterior longus yang memberi vaskularisasi ke korpus siliaris.
2. Mengapa ditemukan mata merah pada pasien?
4. Apa yang dimaksud injeksi konjungtiva dan sebutkan macam macam injeksi!
Injeksi konjungtiva : melebarnya pemb.darah konjungtiva posterior
Injeksi ciliar : melebarnya a. Ciliaris
Injeksi episklera : melebarnya a. Ciliar longus
Interpretasi:
a. N (Normal), N+1, N+2, N+3 yang berarti tekanan lebih tinggi dibanding normal, dimana N+1 <
N+2
b. Atau N-1, N-2, N-3 yang berarti tekanan bola mata lebih rendah.
5. Mengapa anak merasa mata gatal dan sulit dibuka pada pagi hari?
- Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat
edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan
folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-
sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
OFTALMOLOGI UMUM JILID 1 EDISI 11, DANIEL VAUGHAN, WIDYA MEDIKA
- Secret mucus
Pada saat teraktivasi, sel mast ini akan mensintesa dan melepaskan kemokin, mediator lipid
seperti leukotrien, platelet activating factor (PAF) dansitokin yaitu IL-4 dan IL-13 yang akan
mengekalkan respon TH2. Mediatormediator ini akan berperan pada respon inflamasi akut
dan kronik. Mediator lipid umumnya menyebabkan kontraksi otot polos, peningkatan
permeabilitas vaskuler,sekresi mukus dan menginduksi aktivasi leukosit yang berperan pada
respon faselambat. Leukotrien berfungsi untuk mempertahankan respon inflamasi dijaringan
Janeway A.C., Travers P. Immunobiology: The immune system in healthand disease. 5th eds.
New York: Churchill Livingstone, 2001: 473-481.
6. Bagaimana mekanisme timbulnya sekret pada keluhan skenario, dan macam macam nya!
Sel radang terletak di stroma konjungtiva migrasi ke epitel permukaan yg mengandung sel
goblet mengandung dg fibrin dan sel goblet mukus perlengketan pada palpebra
Tipe I : meluas kurang 2 mm dari kornea. Stoker's line atau deposit besi dapat dijumpai pada
epitel kornea dan kepala pterygium. Lesi sering asimptomatis meskipun sering mengalami
inflamasi ringan. Pasien dengan pemakaian lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih cepat.
Type II : menutupi kornea sampai 4 mm, bias primer atau rekuren setelah operasi, berpengaruh
dengan tear film dan menimbulkan astigmatisma.
Type III : mengenai kornea lebih 4 mm dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas terutama
yang rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke fornik dan
biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata.
Bapak pterygium
1. Radiasi ultraviolet
Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pterygium adalah
terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva
menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel.
2. Faktor Genetik
Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan
berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga dengan pterygium,
kemungkinan diturunkan autosom dominan.
3. Faktor lain
Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan
pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat
ini merupakan teori baru patogenesis dari pterygium. Wong juga menunjukkan adanya
pterygium angiogenesis factor dan penggunaan pharmacotherapy antiangiogenesis
sebagai terapi. Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel
tertentu, dry eye dan virus papilloma juga penyebab dari pterygium.
10. Apa pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan etiologi keluhan di skenario?
Pemeriksaan Bakteriologis
a. Uji Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Uji Schirmer
diklasifikasikan menjadi dua; Uji Schirmer I dan Uji Schirmer II. Uji Schirmer I merupakan
pemeriksaan fungsi sekresi sistem lakrimal untuk mengukur sekresi basal serta untuk
menilai produksi akuos air mata. Uji schirmer I dilakukan tanpa anestesi untuk mengukur
fungsi kelenjar lakrimal utama yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas
saring.
b. Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluorescein
pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air mata kemudian diperiksa
dengan bantuan saringan kobalt pada 23 sitlamp, sementara pasien diminta agar tidak
berkedip. Waktu sampai munculnya bintik-bintik kering yang pertama dalam lapisan
fluorescein kornea adalah tear film break-up time.
c. Pemulasan Fluorescein. Tes ini dilakukan dengan menyentuh konjungtiva dengan secarik
kertas bening berfluorescein dan merupakan indikator baik untuk derajat basahnya
mata. Fluorescein akan memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek
mikroskopik pada epitel kornea.
d. Pemulasan Bengal Rose, Bengal rose lebih sensitif dari fluorescein. Pewarna ini akan
memulas semua sel epitel non vital yang mengering dari kornea konjungtiva
e. Pengujian Kadar Lisozim. Air mata ditampung pada kertas schirmer dan diuji kadarnya.
Cara paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.
f. Osmolalitas Air Mata. Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan terjadi pada
keratokonjungtivitis sika dan pemakaian kontak lensa serta diduga sebagai akibat
berkurangnya sensitivitas 24 kornea. Pemeriksaan ini hasilnya dapat dikatakan abnormal
bila lebih dari atau sama dengan 312 mOsm/L.
g. Laktoferin Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal. Dikatakan abnormal bila hasilnya 0,9 g/mL
Bapak
eksisi bila sdh mencapai tepi limbus (grade II)
Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai gambaran permukaan mata yang licin.
Suatu tehnik yang sering digunakan untuk mengangkat pterygium dengan menggunakan
pisau yang datar untuk mendiseksi pterygium kearah limbus. Memisahkan pterygium kearah
bawah pada limbus lebih disukai, kadang-kadang dapat timbul perdarahan oleh karena trauma
jaringan sekitar otot. Setelah eksisi, kauter sering digunakan untuk mengontrol perdarahan.
Beberapa tehnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu :
1. Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable digunakan untuk
melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu
daerah sklera yang terbuka.
2. Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya defek
konjungtiva sangat kecil).
3. Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva
digeser untuk menutupi defek.
4. Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah
konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.
5. Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi sesuai
dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.
6. Amnion membrane transplantation : mengurangi frekuensi rekuren pterygium,
mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata dan penelitian baru
mengungkapkan menekan TGF-β pada konjungtiva dan fibroblast pterygium.
Pemberian mytomicin C dan beta irradiation dapat diberikan untuk mengurangi
rekuren tetapi jarang digunakan.
7. Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan terapi baru dengan
menggunakan gabungan angiostatik dan steroid.
- Papula/papil : Perubahan vaskular berupa dilatasi kapiler yg dikelilingi edem & infiltrat sel
inflamasi (netrofil, limfosit, lekosit), menonjol dibawah epitel konjungtiva.
Mis pd konjungtivitis alergi & bakterial
- Folikel: Merupakan pembesaran lymphadenoid. Besarnya kira-kira sama. Tersusun berderet-
deret. Lebih sering di conjunctiva palpebrae inferior
Mis konjungtivitis adenovirus
Jaringan limfoid baru berkembang pada usia 2-3 bulan, sehingga pada konjungtivitis inklusi
neonatus tidak ditemukan reaksi folikel
- Excrecensies : Hipertrofi papil ( papula ) di palpebra superior. Dasar : hipertrofi papula dan
adanya degenerasi hyalin permukaan datar, seperti bludru. Kalau lebih besar dari biasa :
seperti batu yang disusun (pada tembok) = cobble stone pavement. Warna : merah kasar.
Terdapat pada konjungtivitis vernalis.
- Concretio : Kista inklusi epitelial berisi epitel & debris keratin. Disini terdapat hipertrofi yang
berlebihan dan pemadatan sehingga berwarna putih seperti kapur. Sering disebut lithiasis
konjungtiva.
Sering pd org tua atau riwayat konjungtivitis kronis
- Flikten : Lokasi : konjungtiva bulbi, limbus kornea dan kornea. Tonjolan/nodul berisi sel-
sel inflamasi kronik (limfosit) berwarna putih kekuningan, dengan tanda radang disekitarnya.
A small number of bacteria are normally present in the conjunctiva. These include: Chlamydia
trachomatis, Chlamydophila pneumoniae, Haemophilus aegyptius, Haemophilus influenzae,
Moraxella spp, Neisseria spp, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis and
Streptococcus viridians. Staphylococcus epidermidis and certain coryneforms such as
Propionibacterium acnes are dominant. Staphylococcus aureus, streptococci, Haemophilus sp.
and Neisseria sp. sometimes occur.
Koloni bakteri pada tepi kelopak mata dan konjungtiva adalah normal dan bermanfaat
untuk mata. Interaksi antara permukaan bola mata dan bakteri resident nonpatogenik
menurunkan kesempatan bakteri patogen untuk menginvasi. Spektrum dari flora normal sendiri
bervariasi tergantung dari umur dan bahkan kondisi geografis host. Setelah lahir, mata infant
umumnya menjadi tempat berbagai species bakteri diantaranya Staphylococcus aureus ,
Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli. Selama dua dekade pertama kehidupan manusia
streptococci dan pneumococci menjadi bakteri predominan. Seiring pertambahan umur, bakteri
gram negatif banyak ditemui, tetapi yang paling umum ditemui adalah Staphylococcus