Sie sind auf Seite 1von 12

1

ARTIKEL ILMIAH

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.)


TERHADAP KADAR NITRIT OKSIDA TIKUS PUTIH (Sprague dawley) MODEL
ACUTE KIDNEY INJURY

Oleh:
Dairotul Khasanah
G1A014043

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO

2018
2

THE EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF Apium graveolens L. TO NITRIC


OXIDE LEVEL ON ACUTE KIDNEY INJURY RAT MODELS (Sprague dawley)
Dairotul Khasanah.1, Afifah.2, Khusnul Muflikhah.3
1
Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, e-mail: fk@unsoed.ac.id
2
Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
3
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Email: dairotulkhasanah@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Celery (Apium graveolens L.) has anti-inflammatory and antioxidant
properties because it contains active compounds such as flavonoids, polyphenols, iridoid
glycosides, apigenin and saponins. Anti-inflammatory activity of celery is known to prevent
endothelial damage characterized by decreased levels of nitric oxide (NO) in acute kidney
injury (AKI). Objective: The aim of this research is to analyze the effect of celery (Apium
graveolens L.) in preventing the decrease of NO levels in AKI rats models (Sprague dawley).
Design: The method was an experimental study with post test only with control group
design. Twenty five males of white rats were randomly assigned to 5 groups. Group A as
healthy control group, group B as AKI group, group C (250 mg/kgBW), group D (500
mg/kgBW), and group E (1000 mg/kgBW). On the 15th day after giving the extract, group
B, C, D, E were dissected and made AKI. Then the extract was continue gived until 17th day.
NO levels were analyze using Griess method. Results: The mean result of NO concentration
in group A was 115,59±7,27 μmol/L, group B 17,62±3,67 μmol/L, group C 96,25±16,88
μmol/L, group D 111,10±5,93 μmol/L, group E 113,78±8,99 μmol/L. One Way ANOVA
test shows a value of p = 0.000 (p <0.05). The post hoc LSD test showed significant mean
differences between group A with B and C, and between group B and all data groups (p
<0.05). Conclusion: Administration of ethanol extract of celery (Apium graveolens L.) can
prevent the decrease of rat NO levels in AKI rats model.

Keywords: Celery, Apium graveolens L., nitric oxide, acute kidney injury

Latar Belakang: Seledri (Apium graveolens L.) mempunyai kemampuan sebagai


antiinflamasi dan antioksidan karena mengandung senyawa aktif seperti flavonoid,
polifenol, glikosida iridoid, apigenin dan saponin. Aktivitas antiinflamasi seledri diketahui
dapat mencegah kerusakan endotel yang ditandai dengan penurunan kadar nitrit oksida (NO)
pada acute kidney injury (AKI). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
pemberian seledri (Apium graveolens L.) dalam mencegah penurunan kadar NO tikus putih
(Sprague dawley) model AKI. Desain Penelitian: Metode penelitian adalah eksperimental
dengan post test only with control group design. Dua puluh lima ekor tikus putih dibagi
dalam 5 kelompok. Kelompok A sebagai kontrol sehat, kelompok B sebagai kontrol sakit,
kelompok C (250 mg/kgBB), kelompok D (500 mg/kgBB), dan kelompok E (1000
mg/kgBB). Pada hari ke 15 setelah pemberian ekstrak, kelompok B, C, D, E dibedah dan
dibuat AKI. Pemberian ekstrak dilanjutkan sampai hari ke 17. Kadar NO diperiksa dengan
metode Griess. Hasil: Rerata kadar NO pada kelompok A 115,59±7,27 μmol/L, kelompok
B 17,62±3,67 μmol/L, kelompok C 96,25±16,88 μmol/L, kelompok D 111,10±5,93 μmol/L,
kelompok E 113,78±8,99 μmol/L. Uji One Way ANOVA menunjukkan nilai p=0,000
(p<0,05). Uji post hoc LSD menunjukkan hasil perbedaan rerata yang signifikan antara
kelompok A dengan B dan C, dan antara kelompok B dengan semua kelompok data
(p<0,05). Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L.) dapat
mencegah penurunan kadar NO tikus model AKI.

Kata kunci: Seledri, Apium graveolens L., kadar nitrit oksida, acute kidney injury
3

PENDAHULUAN
Acute kidney injury (AKI) merupakan penurunan cepat fungsi ginjal yang diukur dari
peningkatan serum kreatinin1. Penelitian menyatakan bahwa 20,4% pasien yang melakukan
transplantasi ginjal mengalami AKI2. Selain itu, AKI juga terjadi pada 30% pasien yang
melakukan operasi pembedahan jantung3. Insidensi AKI meningkat pada banyak kelompok
demografik, dan pada tahun 2003 insidensi AKI diperkirakan mencapai 550 per 100.000
orang4, lebih besar daripada insidensi stroke per tahun5.
Cedera iskemia reperfusi (ischemic-reperfusion injury) pada ginjal merupakan
6,7,8
penyebab umum dari AKI akibat dari gangguan pengiriman oksigen dan nutrisi serta
gangguan pembuangan produk sisa dari sel ke ginjal9. Berkurangnya oksigen yang mengalir
melalui pembuluh darah akan menyebabkan endotel vaskuler mengalami kerusakan. Saat
endotel terluka, arteriol postiskemik mengalami vasokonstriksi akibat peningkatan kadar
endothelin-1 jaringan, angiotensin II, tromboksan A2, prostaglandin H2, leukotrien, C4 dan
D4, adenosin, serta stimulasi saraf simpatik 10,11,12,13.
Kerusakan endotel menimbulkan ketidakseimbangan senyawa pada endotel, salah
satunya nitrit oksida. Nitrit oksida merupakan senyawa yang disintesis pada endotel vaskuler
oleh enzim nitrite oxide synthase (NOS). Nitrit oksida berperan sebagai agen vasodilator,
mencegah adhesi leukosit ke endotel, dan mencegah agregasi platelet14,15. Adanya kerusakan
endotel menyebabkan penurunan nitrit oksida yang akan memperberat vasokontriksi dan
inflamasi16. Apabila keadaan tersebut berlanjut maka dapat menyebabkan epitel tubulus
mengalami cedera, apoptosis dan nekrosis sehingga memicu akumulasi produk sisa dalam
tubuh dan penurunan ekskresi produk sisa17.
Oleh karena sulitnya pengobatan pada ginjal yang sudah mengalami kerusakan,
maka perlu dilakukan pencegahan terhadap kerusakan ginjal. Sekarang mulai banyak
dikembangkan agen renoprotektif menggunakan bahan alam. Seledri (Apium graveolens L)
merupakan salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan masyarakat untuk
mengatasi keluhan-keluhan penyakit tertentu seperti luka, infeksi saluran kencing,
hipertensi, sakit kepala, dan rematoid artritis18,19,20. Selain itu, seledri juga mempunyai
kemampuan sebagai antiinflamasi, antiseptik, antihelmintik, antioksidan, dan
antikanker20,21. Seledri mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, polifenol, glikosida
iridoid, tannin, apigenin dan saponin. Senyawa flavonoid dan tannin diketahui dapat
memproteksi endotel dari kerusakan akibat iskemia22, sedangkan senyawa polifenol pada
seledri dapat meningkatkan sintesis NO pada jalur eNOS23. Hal ini didukung oleh penelitian
bahwa seledri pada dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB berpengaruh
4

terhadap tikus model artritis24. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan
efek protektif seledri pada AKI. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai efek pemberian ekstrak etanol seledri dalam mencegah penurunan kadar nitrit
oksida pada tikus model AKI.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan post test only with control
group design. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague dawley
sebanyak 25 ekor. Pemilihan hewan coba didasarkan pada kriteria inklusi kemudian
dikelompok secara random menggunakan Completed Randomized Design (CRD) menjadi
lima kelompok, yaitu kelompok A, B, C, D, dan E. Kelompok A merupakan kontrol sehat,
kelompok B merupakan kontrol sakit, dan kelompok C, D, dan E merupakan kelompok
perlakuan.
Hewan coba diaklimatisasi selama 7 hari dan ditempatkan pada kandang dengan
ukuran 60 x 30 x 30 cm. Tikus diberi perlakuan dengan ketentuan sebagai berikut kelompok
A (sebagai kontrol sehat, tidak diberi ekstrak dan tidak dibuat model AKI.), kelompok B
(sebagai kontrol sehat, hewan coba dibedah pada bagian abdomen dan dibuat model AKI
pada hari ke 15), kelompok C (diberi ekstrak etanol seledri peroral dosis 250mg/kg berat
tikus sampai hari ke 14, hewan coba dibedah pada bagian abdomen dan dibuat model AKI
pada hari ke 15, lalu diberi ekstrak seledri pada hari ke 15, 16, 17), kelompok D (diberi
ekstrak etanol seledri peroral dosis 500mg/kg berat tikus sampai hari ke 14, hewan coba
dibedah pada bagian abdomen dan dibuat model AKI pada hari ke 15, lalu diberi ekstrak
seledri pada hari ke 15, 16, 17), kelompok E (diberi ekstrak etanol seledri peroral dosis
1000mg/kg berat tikus sampai hari ke 14, hewan coba dibedah pada bagian abdomen dan
dibuat model AKI pada hari ke 15, lalu diberi ekstrak seledri pada hari ke 15, 16, 17).
Induksi AKI pada tikus putih (Sprague dawley) dilakukan dengan teknik Ischemia
reperfusion induced ARF25. Hewan coba dianestesi menggunakan ketamin secara
intramuscular pada pangkal paha. Setelah anestesi bekerja, hewan coba diletakkan pada
papan, dicukur bulu pada bagian dinding abdomen, kemudian didesinfeksi. Insisi abdomen
dilakukan pada kelompok B, C, D, dan E. Insisi dilakukan sesuai linea mediana dengan
menggunakan scalpel. Selanjutnya pada kelompok B, C, D, dan E diekplorasi rongga
abdomen untuk mencari arteri dan vena renalis yang berada di hilus renalis. Arteri dan vena
renalis dekstra dan sinistra di klem menggunakan non-traumatic vascular clamp selama 45
5

menit, lalu klem dilepas26,27. Tahap terakhir, luka insisi kelompok B, C, D, dan E ditutup
kembali dengan cara dijahit.
Semua hewan coba (kelompok A, B, C, D dan E) diambil darahnya melalui sinus
retro-orbitalis. Darah (whole blood) disentrifugasi 4000 rpm selama 10 menit untuk
mendapatkan serum, serum yang terbentuk dipisahkan dari endapan sel-sel darah dengan
menggunakan pipet ukuran 100 μL. Pengukuran kadar NO dilakukan menggunakan metode
Griess.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Hasil Univariat pada kadar NO darah tikus
N Median (Min-Maks) Rerata±Std. Deviasi
Kelompok_A 5 117,20 (104,55-124,25) 115,59 ± 7,27
Kelompok_B 5 17,75 (12,22-21,50) 17,62 ± 3,67
Kelompok_C 5 96,80 (76,64-119,02) 96,25 ± 16,88
Kelompok_D 5 112,15 (101,20-116,90) 111,10 ± 5,93
Kelompok_E 5 113,74 (105,25-127,92) 113,78 ± 8,99
Valid N 5
Keterangan: Kelompok A/kontrol sehat; Kelompok B/kontrol sakit (dibuat model AKI + tanpa pemberian
ekstrak); Kelompok C: dibuat model AKI dan diberi ekstrak etanol seledri 250 mg/kgBB; Kelompok D: dibuat
model AKI dan diberi ekstrak etanol seledri 500 mg/kgBB; Kelompok E: dibuat model AKI dan diberi ekstrak
etanol seledri 1000 mg/kgBB.
(Sumber: Data Primer yang Diolah)

Rerata kelompok kadar NO yang memiliki nilai terendah terletak pada kelompok B
kemudian C, D, E, dan A sebagai kelompok dengan kadar rerata kelompok tertinggi. Hasil
uji normalitas data rerata kadar NO menggunakan Saphiro wilk menunjukkan semua
kelompok data terdistribusi normal (p>0.05). Uji homogenitas data menggunakan Levene
test menunjukkan p>0.05. Oleh karena kadar NO yang terdistribusi normal dan homogen,
maka dilanjutkan analisis bivariat dengan uji parametrik One Way ANOVA. Hasil One Way
ANOVA pada data kadar NO menunjukkan nilai p=0.000 (p<0.05).
Selanjutnya dilakukan uji post hoc menggunakan LSD. Setelah dianalisis
menggunakan uji post hoc LSD, antara kelompok A (kontrol sehat) dengan kelompok B
(kontrol sakit) menunjukkan perbedaan rerata kadar NO yang signifikan (p<0,05). Antara
kelompok A (kontrol sehat) dengan kelompok C (ekstrak seledri 250 mg/kgBB) juga
menunjukkan perbedaan rerata kadar NO yang signifikan (p<0,05). Namun, kelompok A
6

(kontrol sehat) dengan kelompok D (ekstrak seledri 500 mg/kgBB) dan E (1000 mg/kgBB)
tidak menunjukkan perbedaan rerata kadar NO yang signifikan (p>0,05). Antara kelompok
B (kontrol sakit) menunjukkan perbedaan rerata kadar NO yang signifikan terhadap
kelompok C (ekstrak seledri 250 mg/kgBB), kelompok D (ekstrak seledri 500 mg/kgBB),
dan kelompok E (ekstrak seledri 1000 mg/kgBB) dengan nilai p<0,05. Kelompok C (ekstrak
seledri 250 mg/kgBB) menunjukkan perbedaan rerata kadar NO yang signifikan terhadap
kelompok D (ekstrak seledri 500 mg/kgBB) dan kelompok E (ekstrak seledri 1000
mg/kgBB) dengan nilai p<0,05. Sementara itu, antara kelompok D (ekstrak seledri 500
mg/kgBB) dan kelompok E (ekstrak seledri 1000 mg/kgBB) tidak menunjukkan perbedaan
rerata yang signifikan (p>0,05).

#

#
115,59 ± 7,27 # 2 113,78 ± 8,99
96,25 ± 16,88 111,10 ± 5,93


17,62 ± 3,67

Gambar 1 Rerata Kadar Nitrit Oksida


Kelompok A: kontrol sehat; Kelompok B: kontrol sakit (dibuat model AKI); Kelompok C: dibuat
model AKI dan diberi ekstrak etanol seledri 250 mg/kgBB; Kelompok D: dibuat model AKI dan
diberi ekstrak etanol seledri 500 mg/kgBB; Kelompok E: dibuat model AKI dan diberi ekstrak etanol
seledri 1000 mg/kgBB.
(Sumber: Data Primer yang Diolah)
 (hasil berbeda bermakna terhadap kelompok A) p<0,05
# (hasil berbeda bermakna terhadap kelompok B) p<0,05
Rerata kadar NO kelompok A (kontrol sehat) lebih tinggi daripada kelompok B
(kontrol sakit). Analisis post hoc kelompok A (kontrol sehat) dan kelompok B (kontrol sakit)
menunjukkan hasil yang signifikan (p<0.05), artinya bahwa pembuatan tikus model gagal
ginjal akut dapat menurunkan kadar NO. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar nitrat dan nitrit pada darah vena setelah cedera
7

reperfusi28. Sebagian besar penelitian tentang disfungsi mikrovaskuler yang diinduksi


ischemia reperfusion menyatakan bahwa superoksida dan NO berperan penting dalam
perubahan respon endothelium29. Data yang ada menyatakan bahwa ischemia reperfusion
menyebabkan ganggunaan vasodilatasi endothelium pada arteriol, dan juga respon inflamasi
akut pada venula karena perubahan keseimbangan antara NO dan superoksida pada sel
endotel. Beberapa menit setelah reperfusi jaringan iskemik, keseimbangan antara NO dan
superoksida terganggu dengan kadar superoksida lebih tinggi daripada NO.
Ketidakseimbangan ini merupakan akibat dari peningkatan produksi superoksida oleh sel
endotel (dan leukosit aderens), bersamaan dengan penurunan sintesis NO dari eNOS30.
Selain itu penelitian juga menyatakan bahwa stress oksidatif akan mempercepat penurunan
kadar NO, meningkatkan ET-1 dan AT-II, yang memicu terjadinya vasokontriksi31. Adanya
disfungsi endotel juga dapat menyebabkan penurunan aktivasi eNOS sehingga produksi NO
menjadi berkurang. Selain itu, penelitian memperoleh hasil bahwa aktivitas eNOS pada
hewan yang dilakukan pembedahan abdomen tidak terlalu signifikan dibanding dengan
hewan yang tidak dilakukan pembedahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerusakan
endotel terjadi lebih berat pada kondisi ischemia reperfusion injury daripada pada kondisi
traumatic akibat insisi abdomen.
Rerata kadar NO kelompok B (kontrol sakit) lebih rendah dibandingkan kelompok
perlakuan C, D, dan E (diberi ekstrak etanol seledri dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan
1000 mg/kgBB). Analisis pos hoc kelompok C, D, dan E menunjukkan perbedaan rerata
yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak etanol seledri mampu mencegah penurunan kadar NO pada tikus model gagal ginjal
akut. Penelitian oleh Sukketsiri bahwa ekstrak seledri pada dosis 500 mg/kgBB dan dosis
1000 mg/kgBB dapat secara efektif mengurangi kadar anion superoksida pada tikus model
artritis24. Pada dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB secara signifikan
meningkatkan glutation peroksidase dan aktivitas SOD (superoxide dismutase).
Seledri (Apium graveolens L.) mengandung senyawa aktif seperti polifenol,
flavonoid, apigennin, glikosida iridoid dan saponin32,33,34,35. Polifenol mempunyai efek yang
bermanfaat pada tubuh manusia dan memerankan peran penting dalam melindungi sistem
kardiovaskuler. Polifenol mempunyai kemampuan antioksidan, antiinflamasi,
antihipertensi, antitrombotik, dan antiproliferasi. Salah satu jenis polifenol, katekin,
menyebabkan peningkatan aktivitas eNOS dan meningkatkan produksi NO serta
menurunkan tekanan darah. Katekin juga mengurangi adesi platelet, menurunkan
konsentrasi C-reactive protein (CRP), TNF-α dan IL-636. Selain itu, fraksi polifenol dari teh
8

hitam menstimulasi aktivitas katalitik eNOS dengan cara meningkatkan Ca2+ intraseluler dan
meningkatkan bioaktivitas NO37. Peningkatan Ca2+ intraseluler dilakukan melalui
mekanisme aktivasi kanal K+ atau menginhibisi Ca2+-ATPase pada retikulus endoplasma
endotel38. Hal tersebut didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Susanti dan Ratnawati
yang menyebutkan bahwa ada peningkatan ekspresi eNOS setelah pemberian teh hijau yang
mengandung katekin39.
Efek antiinflamasi flavonoid pada seledri kemungkinan melalui jalur penghambatan
aktivitas NF-κB40. NF-κB adalah regulator kunci imunitas innate, inflamasi dan proliferasi
sel41. NF-κB bertahan dalam bentuk laten di sitoplasma sel terikat dengan protein inhibitori
IκB. Kompleks enzim IκB kinase (IKK) bertanggungjawab dalam fosforilasi IκB. Fosforilasi
IκB tersebut akan melepaskan NF-κB. Aktivasi IKK penting untuk menginduksi aktivitas
NF-κB42. Di endotel, NF-κB memicu ekspresi cellular adhesion molecules (CAM) dan
sitokin proinflamasi yang menginduksi migrasi leukosit serta memicu inflamasi akut43.
Inflamasi akut akan menyebabkan kerusakan pada endotel sehingga aktivitas eNOS akan
menurun, diikuti oleh penurunan produksi NO. Flavonoid akan menurunkan aktivitas NF-
κB dengan mencegah degradasi dari inhibitor IκB dan mencegah aktivasi extracellular
signal-regulated kinases (ERK)40,44. Aktivitas NF-κB yang menurun akan mencegah
kerusakan endotel, sehingga penurunan NO tidak terjadi. Selain itu, flavonoid juga dapat
menghambat sintesis angiotensin II dengan menginterfensi ACE45,46.
Senyawa aktif seledri yang lain seperti apigenin dapat menghambat aktivasi NF-kB
melalui penghambatan pada aktivitas IKK sekaligus degradasi IκB, menghambat COX-2,
menekan sitokin proinflamasi, dan menginduksi produksi sitokin anti-inflamasi47,48.
Sementara itu, tannin dalam seledri berperan sebagai scavenger radikal bebas yang terbentuk
akibat cedera iskemia reperfusi49.
Pola peningkatan kadar NO serum (dapat dilihat pada Gambar 1) secara klinis
sebanding dengan peningkatan dosis ekstrak etanol seledri. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan kadar NO pada penelitian ini dipengaruhi oleh tingkatan dosis ekstrak etanol
seledri yang diberikan. Semakin tinggi dosis yang diberikan, akan semakin dapat mencegah
penurunan produksi nitrit oksida yang dikeluarkan oleh sel endotel. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sukketsiri et al., yang menunjukkan bahwa ekstrak seledri (Apium graveolens)
pada dosis 500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB merupakan dosis efektif untuk mengikat
radikal bebas24.
Diantara ketiga kelompok perlakuan ektrak etanol seledri, kelompok E (dosis 1000
mg/kgBB) menunjukkan peningkatan paling signifikan dibandingkan dengan kelompok
9

kontrol sakit. Hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak etanol seledri dosis 1000 mg/kgBB
lebih efektif dalam mencegah penurunan kadar NO serum jika dibandingkan dengan dosis
250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB.

KESIMPULAN
Pemberian ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L) berbagai dosis dapat
mencegah penurunan kadar nitrit oksida tikus putih (Sprague dawley) model AKI.
Pencegahan penurunan kadar nitrit oksida tikus putih (Sprague dawley) model AKI
berbanding lurus dengan dosis ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L.), semakin tinggi
dosis ekstrak maka akan semakin dapat mencegah penurunan kadar nitrit oksida. Dosis
1000mg/kgBB memberikan efek protektif yang paling signifikan dalam mencegah
penurunan kadar nitrit oksida tikus putih (Sprague dawley) model AKI.

UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Farmakologi dan Terapi
Universitas Jenderal Soedirman yang telah membantu dalam penyelenggaraan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
1
Mehta, R.L. and G.M. Chertow. 2003. Acute renal failure definitions and classification:
time for change?. Journal of The American Society of Nephrology. 14(8): 2178-2187.
2
Cooper, J.E., A.C. Wiseman. 2013. Acute kidney injury in kidney transplantation. Current
Opinion in Nephrology and Hypertension. 22: 1-6.
3
O’Neal, J.B., D.S. Andrew, T.B. Frederic. 2016. Acute kidney injury following cardiac
surgery: current understanding and future directions. Critical Care. 20: 187.
4
Hsu, C.Y., C.E. McCulloch, D. Fan, J.D. Ordonez, G.M. Chertow, A.S. Go. 2007.
Community-based incidence of acute
5
Goldstein, L.B., et al. 2011. Guidelines for the primary prevention of stroke: a guideline for
healthcare professionals from the American Heart Association/ American Stroke
Association. Stroke. 42(2):517–584.
6
Liano, F. and J. Pascual. 1996. Epidemiology of acute renal failure: a prospective,
multicenter, community-based study. Madrid Acute Renal Failure Study Group.
Kidney International. 50(3):811–818.
7
Mehta, R.L. and G.M. Chertow. 2004. Spectrum of acute renal failure in the intensive care
unit: the PICARD experience. Kidney International. 66(4):1613–1621.
8
Thadhani, R., M. Pascual, J.V. Bonventre JV. 1996. Acute renal failure. New England
Journal Medicine. 334(22):1448–1460.
9
Le Dorze, M., M. Legrand, D. Payen, C. Ince. 2009. The role of the microcirculation in
acute kidney injury. Current Opinion in Critical Care. 15(6):503–508
10

10
Conger, J. 1983. Vascular abnormalities in the maintenance of acute renal failure.
Circulation Shock. 11(3):235–244.
11
Brooks, D.P. 1996. Role of endothelin in renal function and dysfunction. Clinical and
Experimental Pharmacology and Physiology. 23(4):345–348.
12
Kurata, H., et al. 2005. Protective effect of nitric oxide on ischemia/reperfusion-induced
renal injury and endothelin-1 overproduction. Europe Journal of Pharmacology.
517(3):232–239.
13
Da Silveira, K.D., K.S. Pompermayer Bosco, L.R. Diniz, A.K. Carmona, G.D. Cassali, Q.
Bruna-Romero, L.P. de Sousa, M.M. Teixeira, R.A. Santos, A.C. Simões e
Silva, M.A. Ribeiro Vieira. 2010. ACE2-angiotensin-(1-7)-Mas axis in renal
ischaemia/reperfusion injury in rats. Clinical Science. 119(9):385–394.
14
Manukhina, E.B., H.F. Downey, R.T. Mallet. 2006. Role of Nitric Oxide in Cardiovascular
Adaptation to Intermittent Hypoxia. Experimental Biology and Medicine. 231 : 343-
365
15
Devlin, T.M. 2002. Text Book of Biochemistry with Clinical Correlation, 5th ed. Canada:
Wiley-Liss : 407-88.
16
Kwon, O., S.M. Hong, G. Ramesh. 2009. Diminished NO generation by injured
endothelium and loss of macula densa nNOS may contribute to sustained acute kidney
injury after ischemia-reperfusion. American Journal of Physiology, Renal Physiology.
296(1): 25–33.
17
Bonventre, J.V., L. Yang. 2011. Cellular pathophysiology of ischemic acute kidney injury.
The Journal of Clinical Investigation. 121(11): 4210-4221.
18
Grieve, M. 1931. A Modern Herbal. London: Jonathan Cape Ltd.
19
Duke, J.A. 2003. Herbal remedies for common diseases and conditions. The Green
Pharmacy: Rodale International Ltd.
20
Kotb, F.T. 1985. Medicinal Plants in Lybia. Lebanon: Arab Encyclopedia House
21
Baananou, S., I. Bouftira, A. Mahmoud, K. Boukef, B. Marongiu, N. Boughattas. 2013.
Antiulcerogenic and antibacterial activities of Apium graveolens essential oil and
extract. Natural product research. 27: 1075-1083.
22
Xie, Y., H. Xu, H. Dong, R.R. Fiscus, P.H. Paul. 2007. Role of nitric oxide in the
vasorelaxant and hypotensive effects of extracts and purified tannins from Geum
japonicum. Journal of Ethnopharmacology. 109: 128-133.
23
Wallerath, T., L. Huige, U. Gocdtel-Ambrust, P.M. Schwarz, U. Focrstermann. 2005. A
blend of polyphenolic compounds explains the stimulatory effect of red wine on
human endothelial NO synthase. Nitric Oxide. 12: 97-104.
24
Sukketsiri, W., N. Choosri, S. Tanasawet, P. Chonpathompikunlert. 2016. Apium
graveolens extract attenuates adjuvant induced arthritis by reducing oxidative stress.
Journal of Food Biochemistry. 41(1).
25
Singh, A.P, M. Arunachalam, S.J. Amteshwar, S. Nirmal, G. Kuldeep, D. Ravi. 2012.
Animal models of acute renal failure. Pharmacological Reports. 64: 31-44.
26
Damianovich, M., I. Ziv, S.N. Heyman, S.Rosen, A. Shina, D. Kidron. 2006. ApoSense: a
novel technology for functional molecular imaging of cell death in models of acute
renal tubular necrosis. European Journal of Nuclear Medicine and Molecular
Imaging. 33: 281–291.
11

27
Lieberthal, W. and J.S. Levine. 1996. Mechanisms of apoptosis and its potential role in
renal tubular epithelial cell injury. American Journal of Physiology. 271: 477–488.
28
Kubes, P., I. Kurose, D.N. Granger. 1994. NO donors prevent integrin-induced leukocyte
adhesion but not P-selectindependent rolling in postischemic venules. American
Journal of Physiology. 267(3): 931–937.
29
Grisham, M.B., D.N. Granger, D.J. Lefer. 1998. Modulation of leukocyte endothelial
interactions by reactive metabolites of oxygen and nitrogen: relevance to ischemic
heart disease. Free Radical Biology and Medicine. 25: 404--433.
30
Carden, D.L., D.N. Granger. 2000. Pathophysiology of ischaemia-reperfusion injury.
Journal of Pathology. 190: 255-266.
31
Danuyanti, I., E. Kristinawati, E. Resnhaleksmana. 2014. Hubungan kadar nitrit oksida
(NO) dalam darah terhadap resiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi
di RSUP NTB. Jurnal Analisis Kesehatan Poltekkes Prima. 8(1): 1207-1215
32
Aydemir, T., S. Becerik. 2011. Phenolic content and antioxidant activity of different
extracts from Ocimum basilicum, Apium graveolens and Lepidium sativum seeds.
Journal of Food Biochemistry. 35(1): 62-79.
33
Jung, W.S., I.M Chung, S.H. Kim, M.Y. Kim, A. Ahmad, N. Praveen. 2011. In vitro
antioxidant activity, total phenolics and flavonoids from celery (Apium graveolens)
leaves. Journal of Medicinal Plants Research. 5(32): 7022-7030.
34
Yao, Y. and G. Ren. 2011. Effect of thermal treatment on phenolic composition and
antioxidant activities of two celery cultivars. LWT – Food Science and Technology.
44(1): 181-185.
35
Li, P., J. Jia, D. Zhang, J. Xie, X. Xu, D. Wei. 2014. In vitro and in vivo antioxidant
activities of a flavonoid isolated from celery (Apium graveolens L. var. dulce). Food
and Function. 5(1): 50-56.
36
Sylwia, B.H. and R.H. Danuta. 2017. Polyphenols in preventing endothelial dysfunction.
Postepy Higieny Medycyny Doswiadczalnej. 71: 227-235.
37
Anter, E., S.R. Thomas, E. Schulz, O.M. Shapira, J.A. Vita, J.F. Keaney. 2004. Activation
of Endothelial Nitric Oxide Synthase by The p38 MAPK in Response to Black Tea
Polyphenols. The American Society for Biochemistry and Molecular Biology.
279(45):46637-46643.
38
Li, H.F., S. Chen., S. Wu. 2000. Evidence for the stimulatory effect of resveratrol on Ca2+-
activated K+current in vascular endothelial cells. Cardiovascular Research. 45(4):
1035-1045.
39
Susanti, E., and R. Ratnawati. 2012. Efek Ateroprotektif dan Vasoprotektif Katekin Teh
Hijau terhadap Ekspresi eNOS pada Tikus Wistar Jantan dengan Diet Tinggi Lemak.
Farmasains. 2(1): 1-11.
40
Crespo, I., M.V. Garc´ıa-Mediavilla, B. Guti´errez, S. S´anchez- Campos, M. J. Tu˜n´on,
J. Gonz´alez-Gallego. 2008. A comparison of the effects of kaempferol and quercetin
on cytokine-induced pro-inflammatory status of cultured human endothelial cells.
British Journal of Nutrition. 100(10):968-976.
41
Bhakar, A.L., et al. 2002. Constitutive nuclear factor-κB activity is required for central
neuron survival. The Journal of Neuroscience. 22(10): 8466–8475.
42
Ridder D.A. and M. Schwaninger. 2009. NF-κB signaling in cerebral
ischemia. Neuroscience. 158(3): 995–1006.
43
Marisol, G.R., A.E. Rojas-Mayorquion, D. Ortuno-Sahagun. 2013. Nitric oxide donors as
neuroprotective agents after an ischemic stroke-related inflammatory reaction.
Oxidative Medicine and Cellular Longevity. 2013: 1-16
12

44
Cho, S.Y., et al. 2003. Quercetin suppresses proinflammatory cytokines production
through MAP kinases andNF-kappaB pathway in lipopolysaccharide-stimulated
macrophage. Molecular Cellular Biochemistry. 243(1-2): 153-160.
45
Romero, M., et al. 2009. Quercetin inhibits vascular superoxide production induced by
endothelin-1: Role of NADPH oxidase, uncoupled eNOS and PKC. Atherosclerosis.
202(1): 58-67.
46
Sanchez, M., et al. 2007. Quercetin and Isorhamnetin Prevent Endothelial Dysfunction,
Superoxide Production, and Overexpression of p47phoxInduced by Angiotensin II in
Rat Aorta. The Journal of Nutrition. 137(4): 910-915.
47
Liang, Y.C., Y.T. Huang, S.H. Tsai, S.Y. Lin-Shiau, C.F. Chen, J.K. Lin. 1999.
Suppression of inducible cyclooxygenase and inducible nitric oxide synthase by
apigenin and related flavonoids in mouse macrophages. Carsinogenesis. 20(10):
1945-1952.
48
Karamese, M., H. Serkan Erol, M. Albayrak, G. Findik, E. Aydin, S. Aksak Karamese.
2016. Ati-oxidant and anti-inflammatory effects of apigenin in a rat model of sepsis:
an immunological, biochemical, and histopathological study. Journal
Immunopharmacology and Immunotoxicologi. 38(3): 228-237
49
Karamać, M. 2009. In-vitro study on the efficacy of tannin fractions of edible nuts as
antioxidants. European Journal of Lipid Science and Technology. 111(11): 1063-
1071.

Das könnte Ihnen auch gefallen