Sie sind auf Seite 1von 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

PENETAPAN KADAR CYANOCOBALAMIN (VITAMIN B12)

MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI

Oleh :

Kelompok 16 ( Farmasi 3A )

NO SAMPEL : 6 E

Genta alfa M 31115020


Resna puspitasari 31115041
Ulfah fauziah 31115054

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2018
A. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui kadar vitamin B12 yang

terdapat didalam sampel 7B menggunakan metode

Titrasi Iodometri (Redoks).

B. No. Sampel : 6 E Vitamin B12

C. Metode dan Alasan

Metode titrasi iodometri dimana iodium bebas seperti halogen lain dapat

menangkap electron dari zat pereduksi, sehingga iodium sebagai oksidator. Ion I-

siap memberikan electron dengan adanya zat penangkap electron. Sehingga I-

bertindak sebagai zat pereduksi. Metode iodometri dalam analisis volumetric

didasarkan pada proses oksidasi reduksi yang melibatkan:

I2 (Padat) + 2e ↔ 2I-

D. Prinsip Percobaan

Vitamin B12 dapat bereaksi dengan iodium secara Redoks dalam suasana

asam atau dalam rentang pH ˂ 8, sehingga kadar Vitamin B12 dapat diukur dengan

larutan iodium. Dalam percobaan ini Iodium sebagai Reduktor sedangkan sampel

Vitamin B12 sebagai Oksidator. Untuk mengetahui kadar Vitamin B12 terlebih

dahulu sampel diisolasi dengan cara destruksi basah menggunakan HNO3 dan HCl.

Proses destruksi ini merupakan proses perombakan senyawa organic kompleks

menggunakan asam kuat. Kemudian larutan yang mengandung Co2+ dioksidasi

dengan ini ditambahkan serbuk iodium sampai warnanya menjadi coklat sehingga

dihasilkan logam anorganik bebas. Kelebihan iodium kemudian dititrasi dengan

larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) sampai warnanya menjadi kuning jerami.


Setelah itu ditambahkan indicator amilum sampai berwarna biru tua kemudian

dititrasi kembali dengan natrium thiosulfat sampai warna biru hilang.

E. DASAR TEORI

Vitamin B12 merupakan nama kolektif untuk korinoid yang mengandung

kobalt dengan aktivitas biologis sianokobalamin (CNCbl). Struktur korin meliputi

4 cincin pirol tereduksi yang dihubungkan dengna 3 jembatan metilen dengan 2

gugus pirol terhubung langsung. Atom kobalt pusat terikat dengan ikatan

koordinasi ke atom nitrogen 4 cincin pirol. Sianokobalamin meliputi semua

senyawa yang bersifat aktif biologis kobalamin dalam manusia (Rahman, 2011).

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan

senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada

sistem iodium iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti

CuSO45H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan

kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi

dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang

digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan

banyaknya sampel (Gandjar, 2015).

Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun

indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena

larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator

yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.

Pengawet yang biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau
asam formiat. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan

oleh beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol.

Monografi

Sinonim : Cobamin, Vitamin B12

Pemerian : Hablur atau amorf merah tuaatau serbuk hablur merah, bentuk

anhidrat, sangat hidroskopis jika terpapar udara, menyerap air lebih kurang 12%

(FI V, 1174).

Klearutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam

aseton, dalam kloroform dan dalam eter (FI V, 1174).

BM : 1355,4

pKa : 3,6

F. ALAT DAN BAHAN

a. Alat
 Tanur
 Tangkrus
 Krus
 Erlenmeyer
 Buret
 Statif
 Klem
 Batang pengaduk
 Botol semprot
 Gelas kimia
 Pipet volume
 Pipet ukur
 Pump pipet
b. Bahan
 Sianokobalamin (vitamin b12)
 HNO3 (Asam Nitrat)
 HCl
 Amylum
 KI (kalium iodida)
 Asam Sulfat ( h2SO4)
 Kalium Bikarbonat ( k2Cr2O7)
 Natrium Tiosulfat (HNO3)

G. PROSEDUR KERJA

1. Destruksi

Timbang sampel

Tambah HNO3 dan HCl (3:1)

Uapkan sampai terbentuk arang

Jika sudah terbentuk arang, arang tersebut


dimasukan kedalam krus untuk proses
pengabuan
Masukan kedalam tanur, hasil abu
dilarutkan dalam aquadest

2. pembakuan

Timbang kalium Bikarbonat


(K2Cr2O7) Sebanyak 100mg

Ambil H2SO4 1 ml

Tambahkan 2 gram KI

Titrasi dengan Natrium Tiosulfat


(Na2S2O3) sampai kuning jerami
dan tambahkan amilum

Titrasi dengan Natrium Tiosulfat


(Na2S2O3) sampai warna
2. Titrasi sampel vitamin B12

Pipet 10 ml sampel

Masukan kedalam erlenmeyer

Tambahkan serbuk KI dan


H2SO4 sampai terbentuk warna

Titrasi dengan (Na2S2O3)


sampai berwarna kuning

Tambahkan sedikit indikator


amilum sampai berubah warna
biru

titrasi dengan (Na2S2O3) kembali


sampai warna biru hilang
H. PERHITUNGAN

1. Data Hasil Pembakuan Na2S2O3


Massa K2Cr2O3 Volume Na2S2O3
100 mg 17 mL
100 mg 17 mL
100 mg 17 mL
Rata-rata 17 mL

Perhitungan Kadar Na2S2O3


𝑚𝑔 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
N Na2S2O3 = 𝐵𝐸 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 ×𝑉 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
100𝑚𝑔
= 49,05 × 17 𝑚𝑙

= 0,11N
2. Data Hasil Titrasi Sampel (Vitamin B12)
Voleme Vitamin Volume
B12 Na2S2O3
10 mL 1,3 mL
10 mL 1,3 mL
10 mL 1,4mL
Rata-rata 1,33 mL

Perhitungan Kadar Vitamin B12


V × Nvitaminb12 = VNa2S2O3 × NNa2S2O3
10 × N vitaminb12 = 1,33 × 0,11
10 × N vitaminb12 = 0,1463
0,1463
N vitaminb12 = 10 𝑚𝑙

N vitaminb12 = 0, 01463

mgrek Na2S2O3 = mgrek I2


V Na2S2O3 x N Na2S2O3 = mgrek I2
1,33 x 0,11 = mgrek I2
0,1463 = mgrek I2

Berat Vitamin B12


mgrek Co2+ = mgrek I2
mgrek Co2+
= mgrek I2
BE CO(NO3)2
mgrek Co2+
= 0,1463
182,9428

mgrek Co2+ = 182,9428 x 0,1463


mgrek Co2+ = 26,7645 mg

BM Vitamin B12
Gram Vitamin B12 = x mg Co2+
BM 𝐶𝑜(NO3)2

1355,4
= 182,9428 x 24,7645

= 118,6310 mg

Perhitungan % Kadar Vitamin B12 (𝒃⁄𝒃)


berat analit
% Kadar Vitamin B12 = x 100 %
berat yang ditimbang

0.1186 g
% Kadar Vitamin B12 = x 100 %
2 g

% Kadar Vitamin B12 = 5,93 %

I. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini sampel yang didapatkan adalah vitamin B12 atau

cyanocobalamin dengan no sampel 6E vitamin B12 merupakan golongan vitamin

larut air karena dilihat dari strukturnya mempunyai ikatan hidrogen. Sediaan

vitamin B12 atau cyanocobalamin yang beredar di pasaran biasanya berupa: tablet,

obat cair, dan injeksi, namun yang didapatkan berupa sampel serbuk.

Vitamin B12 atau cyanocobalamin dilihat dari strukturnya vitamin ini

memiliki cincin porfirin dengan satu atom Co2+, basa dimetilbenzimidazol, ribose,

dan asam folat. Basa struktur dari vitamin ini mempunyai struktur yang rumit dan

merupakan senyawa yang kompleks. Dilihat dari struktur yang ada pada vitamin

B12 atau cyanocobalamin ia mempunyai gugus fungsi yaitu Co2+ yang dapat

menarik untuk dilakukan isolasi dan dapat dilakukan penetapan kadarnya.


Metode yang digunakan dalam menganalisis senyawa vitamin B12 atau

cyanocobalamin digunakan suatu metode konvensional yaitu titrasi. Metode titrasi

yang digunakan ialah titrasi iodometri atau titrasi tidak langsung karena sampel

bersipat oksidator dan dengan prinsip ion iodida sebagai pereduksi diubah menjadi

iodium yang nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Pada sampel

ditambahkan larutan KI dan asam (H2SO4) sehingga akan terbentuk iodium yang

akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indicator, digunakan larutan kanji. Titik

akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang.

Sebelum dilakukan titrasi tidak langsung dengan Na2S2O3, terlebih dahulu

dilakukan pengisolasian senyawa dari vitamin B12 atau cyanocobalamin hal ini

dimaksudkan untuk memisahkan antara analit dengan matrik atau pengotor,

sehingga nantinya dapat ditetapkan kadar dari vitamin B12 atau cyanocobalamin.

Proses pengisolasian dilakukan dengan cara didestruksi terlebih dahulu

dengan menggunakan HNO3 dan HCl dengan perbandingan 1:3, proses

pendestruksian ini dimaksudkan untuk merusak senyawa-senyawa yang tidak akan

ditentukan, karena senyawa yang akan ditentukan dari vitamin B12 atau

cyanocobalamin ini ialah gugus dari Co2+ yang terdapat pada vitamin B12 atau

cyanocobalamin, proses pendestruksian dapat dikatakan selesai apabila senyawa

yang awalnya berwarna ketika ditambah HNO3 dan HCl berwarna merah

kekuningan berubah menjadi jernih,hal tersebut dikatakan bahwa proses destruksi

tersebut telah sempurna hanya ada gugus Co2+ dari vitamin B12 atau

cyanocobalamiin.

Standarisasi larutan Na2S2O3 (natrium thiosulfat) standar dengan

menentukan konsentrasi larutan standar sekunder. Standarisasi larutan natrium


tiosulfat bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi dari Na2S2O3 (natrium

thiosulfat) karena kestabilan ini dipengaruhi oleh pH rendah dan sinar matahari.

Natrium tiosulfat ini merupakan zat pereduksi dengan persamaan reaksi:

Na2S2O3 → 2Na+ + S2O32-


Namun, sebelumnya larutan Na2S2O3 (natrium thiosulfat) ini harus

dibakukan atau distandarisasi terlebih dahulu. Pembakuan larutan natrium tiosulfat

dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat (KI), kalium kromat, tembaga

dan iod sebagai larutan standar primer.

Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam

proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium iodida yang

merupakan standar primer. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan

berubah menjadi kuning kecoklatan.

Larutan standar primer yang digunakan dalam percobaan ini adalah

K2Cr2O7. Larutan ini digunakan karena zat pengoksidasi yang cukup kuat, stabil

dan dapat diperoleh dalam derajat pemurnian yang tinggi dan tidak bersifat

higroskopis dengan persamaan reaksinya:

K2Cr2O7 → 2K+ + Cr2O72-

Kemudian ditambahkan KI karena iodida digunakan sebagai zat pereduksi

yang mampu membebaskan iod-iod dari iodide. Senyawa iodide yang digunakan

yaitu KI yang ditambahkan secara berlebih membentuk I2.

KI → K+ + I-

Karena titrasi ini harus dilakukan pada suasana asam sehingga ditambah HCl,

sehingga didapat persamaan reaksi:

K2Cr2O7 + 6KI + 14 HCl → 8KCl + 2CrCl3 + 3I2 + 7H2O


Dalam melalukan percobaan ini titrasi harus dilakukan dengan cepat dan

dalam keadaan tertutup untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodide oleh udara

bebas. Pengocokan juga harus dilakukan untuk menghindari penumpukan natrium

tiosulfat didaerah tertentu, penumpukan ini dapat menyebabkan dekomposisi

tiosulfat sehingga menghasilkan belerang. Hasil pembakuan dari Na2S2O3 (natrium

thiosulfat) ialah: 0,1 N.

Didapatkan hasil dari proses pendestruksian berupa larutan jernih dan

dapat dilakukan titrasi tidak langsung, dengan ditambahkan KI sebanyak 2 gram

karena pada KI sebanyak 1 gram sudah menimbulkan warna coklat, karena ini

merupakan titrasi iodometri atau tidak langsung sehingga pada prinsipnya

ditambahkan KI berlebih yaitu sebanyak 2 gram, dilakukan penambahan asam

dengan H2SO4 dimaksudkan agar mempercepat reaksi yang terjadi, dilakukan titrasi

dengan Na2S2O3 (natrium thiosulfat) sampai terbentuk warna kuning jerami

terbentuknya warna tersebut sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan amilum

sebanyak 2 tetes dan dititrasi Na2S2O3 (natrium thiosulfat) sampai warna biru

hilang.

Penambahan amilum ini dimaksudkan agar amilum tidak terhidrolisis dan

tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk

kembali ke senyawa semula. Pada penambahan amilum akan terjadi perubahan

warna menjadi biru pada saat diteteskan tandanya terdapat iodium. Proses titrasi

harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah

menguap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran

sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas. Titik akhir

titrasi iodometri ialah apabila warna biru telah hilang.


Setelah dilakukan percobaan penentuan kadar vitamin B12 dengan

menggunakan metode iodometri maka dihasilkan volume titran secara berurutan

adalah 1,3mL; 1,3 mL dan 1,4 mL dengan rata-rata 1,33 mL. Dari sampel yang

tersebut diperoleh kadar sebesar 118,6310 mg . Dan berdasarkan kadar sampel

tersebut didapat persentase kadarnya adalah 5,93%

J. Simpulan

Titrasi iodometri ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin B12 yang

terdapat dalam sampel no 7B. Berdasarkan praktikum dan pembahasan diatas

diperoleh adalah 1,3 mL; 1,3 mL dan 1,4 mL dengan rata-rata 1,33 mL. Dari sampel

yang tersebut diperoleh kadar sebesar 118,6310 mg . Dan berdasarkan kadar sampel

tersebut didapat persentase kadarnya adalah 5,93 %

K. DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V jilid 1. Jakarta: DEPKES RI

KEMENKES. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Moffat, A. C., Osselton, M. D., and Widdop, B. 2011. Clarke’s Analysis of Drug

and Poisons Fourth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Rohman, Abdul. (2007). Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohman, abdul. 2011. Analisis Bahan Pangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Das könnte Ihnen auch gefallen