Sie sind auf Seite 1von 25

STEP 7

1. Apa hubungan metode kontrasepsi suntik dengan keluhan pasien?


DMPA is an efective method, and as with other progestin only methods, contraception is
provided by ovulation inhibition, increased cervical mucus viscosity, and creation of an
endometrium unfavorable for ovum implantation. Initial injecttion is given within the irst
5 days following menses onset

Similar to other progestin-only contraceptive, irregular menstrual bleeding is common, and


a fourth of women discontinued DMPA in the first year because of this (Cromer, 1994).
Unique to DMPA, prolonged anovulation can follow discontinuation, which results in
delayed fertility resumption. After injections are stopped, one fourth of patients do not
resume regular menses for up to 1 year (Gardner,1970). Accordingly, DMPA may not be
ideal for women who plan to use birth control only briely before attempting conception.

Cunningham, F Garry et.al ; William Obstetric 24th Ed; 2014

Kenapa sudah menggunakan KB masih bisa hamil?


Keberhasilan terapi bergantung pada keteraturan penggunaan terapi jadwalnya
fleksibel bisa maju atau mundur dari jadwal yang ditentukan

Misal implant: pemasangan pada saat hari 1 atau hari 2 mens  dari jadwal
pemasangannya

Suntikan 3 bulan sekali (Depo Povera)

Mekanisme kerja

■ Obat ini akan menghambat terjadinya ovulasi dengan menekan produksi


Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)

■ Meningkatkan viskositas lendir cervix  Menghalangi penetrasi sperma

■ Menghalangi implantasi ovum dalam endometrium (Penipisan endometrium)

■ Memengaruhi transport ovum di tuba

Sumber:

Ilmu Kandungan; Bina Pustaka Sarwono; 2011; BAB 20 Kontrasepsi; Halaman 479

Lauralee Sherwood; Medical Physiology 7th edition; Chapter 20 The Reproductive


System; Pg 572

Gerrard J Tortora; Principles of Anatomy and Physiology 14th edition; Chapter 28


Reproductive System; Pg.1062
2. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi?
a. v IUD / AKDR

ESO : Several method-specific complications may follow IUD


insertion and include uterine perforation,
- device expulsion
- menstrual changes : Women who choose the copper IUD
should be informed that dysmenorrhea and menorrhagia may
develop. hese are often treated with nonsteroidal anti
inlammatory drugs (NSAIDs)
- infection : the device-related infection risk is increased only
during the first 20 days following.
- miscarriage if pregnancy occurs.

Pemasangan
- For placement not related to pregnancy, insertion near the
end of normal menstruation, when the cervix is usually softer
and somewhat more dilated, may be easier and at the same
time may exclude early pregnancy. But, insertion is not
limited to this time. For the woman who is sure she is not
pregnant and does not want to be pregnant, insertion is done
at any time
- insertion 1 week after medical abortion
- To reduce expulsion rates and to minimize the perforation
risk, some may choose to wait for complete involution—at
least 6 weeks after delivery
b. Implant
c. Progestrin only contraaseptive
d. Transvaginal ring
e. SUntikan
ESO :
f. Female condom

g. Diafragma dan spermatisida


h. Contraceptive sponge
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan infertil?

FAKTOR DAMPAK
Usia wanita Semakin tua usia (diatas 40 tahun), semakin lama waktu untuk
konsepsi
Usia laki-laki Frekuensi koitus berkurang dengan meningkatnya usia
Frekuensi koitus Ada korelasi positif antara frekuensi koitus dengan angka
kehamilan
Masa koitus Koitus pada masa ovulasi (hari 10-15 memaksimalkan
kemungkinan ovulasi, karena ovum hanya hidup kira-kira 12-24
jam
Lubrikan Lubrikan seperti K-Y jelly mengandung spermisidal dan bila
digunakan untuk lubrikasi dapat menghambat konsepsi
Merokok/ alcohol Jika berlebihan dapat meperburuk kualitas sperma. Penggunaan
marijuana dapat mengurangi jumlah dan motilitas sperma
Pembedahan Pembedahan organ reproduksi atau pada panggul wanita atau
laki2 dapat menimbulkan masalah fertilitas karena terjadinya
perbahan anatomi atau kerusakan pada syaraf terutama pada
laki2.
Infeksi saluran genitalia yang Gonorea dan klamidia adalah PMS utama yang mengakibatkan
ditularkan secara seksual (infeksi penyekit radang panggul dan gangguan fertilitas
traktus genitalia)
Penyekit yang ditularkan tidak Penyakit seperti tuberculosis genitalia (yangdisebabkan oleh
melalui hubungan seksual virus), infeksi postpartum dan posabortus juga dapat
menurunkan fertilitas
Obat-obatan (missal, anti hipertensi Obat-obatan tertentu dpat mengakibatkan impotensi. Ada pula
dan transquilizers) obat-obatan ynag mengganggu fungsi spermatogenesis dan
ovarium (misalnya, obat anti kanker)
Radiasi Gangguan fungsi gonad dapat terjadi karena radiasi

PR:
Kontribusi fertilitas laki laki dan perempuan berapa %?
Kelainan anatomis yang dapat menyebabkan infertilitas
DIkelompokkan penyebab dari wanita dan laki – lakinya
Wanita
 Faktor2 pada pria 40%
 Faktor2 pada wanita
- gangguan ovulasi 10 %
- adhesi pelvis / penyakit tuba 20%
- problem lendir servik 5%
- faktor2 lain
(misal : hypothayroidi, immunologik dll) 5%
 Tidak diketahui penyebabnya 20%
 Pada wanita:
1. Ovarium gagal menghasilkan ovum, sehingga kemungkinan konsepsi tidak
terjadi
2. Tuba fallopi dapat tersumbat, berkelok-kelok, atau mengalami infeksi (TBC
genital)mencegah pergerakan normal dari ovum atau spermatozoa di dalam
tuba fallopi
Penyebab utama tuba fallopi yang tersumbat :
o PHSgonorrhea, Chlamydia
o Infeksi post partum
o Infeksi post abortus
3. Uterus berbentuk abnormal atau endometrium tidak adekuat atau mengalami
infeksi, sehingga mencegah implantasi atau kelangsungan hidup dari embrio
4. Serviks mengalami malformasi, infeksi atau mengeluarkan sekret atau mukus
yang abnormal
5. Infeksi sitemik, gangguan keseimbangan hormonal, atau kelainan genetik
dapat menyebabkan kematian janin
6. Factor lain :
o alcohol, tembakau, obat-obat tertentu (barbiturate, tranquilizer, narkotik,
sitostatika), zat penyebab polusi lingkungan (Pb, pestisida, radiasi)
o malnutrisi berat
o efek dari sirkumsisi wanita
Pada Wanita
 Gangguan organ reproduksi
a. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh
sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma
ke vagina
b. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan
sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat masuk ke rahim
c. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang
d. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
 Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar
terhadap ovulasi.Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress,
dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise.Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
 Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus
 Endometriosis
 Abrasi genetis
 Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
 Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
 Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
 Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
 Abnormalitas ereksi
 Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
 Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
 Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
 Abrasi genetik
Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto
 Mandi air panas:
Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang
lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal
36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu.
 Merokok:
Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti karbon monoksida
(CO), Nitrogen oksida, sianida, ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol,
nikotin, dan lain sebagainya.
Sumber: Infertilitas pada usia reproduksi dan penanganannya oleh Bambang
Hariyadi

4. Apa hubungan pekerjaan istri dan suami dengan keluhan pasien?


5. Apa saja yang perlu digali dari informasi life style?
Alkohol, merokok
6. Apa hubungan usia suami dan istri terhadap skenario?
7. Bagaimana pemeriksaan untuk mengetahui dalam keadaan infertil atau tidak? (laki-
laki dan wanita)
Tahap pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik baik suami maupun istri meliputi :

 Keadaan fisik secara umum, seperti tinggi, berat, sebaran rambut, dll.
 Keadaan alat-alat reproduksi, seperti testis, vagina, klitoris, rahim, dll.
A. Pemeriksaan sperma
Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah spermatozoa,
bentuk dan pergerakannya.
Sebaiknya sperma yang diperiksa, ditampung setelah pasangan tidak
melakukan coitus sekurang2nya selama 3 hari dan sperma tersebut hendaknya
diperiksa pada 1 jam setelah keluar.
Ejakulat yang normal sifatnya sbb:
 Volume 2-5 cc
 Jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc
 Pergerakan 60% dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan
 Bentuk abnormal  25%
 Pria yang infertile spermatozoanya 60 juta per cc atau lebih
Subfertil 20-60 juta per cc
Steril 20 juta per cc atau kurang
Untuk pennilaian lebih lanjut perlu diperiksa 17 ketosteroid, gonadotrofin
dalam urin, dan biopsy dari testis.
B. Pemeriksaan ovulasi
Terjadinya ovulasi dapat kita ketahui dengan berbagai pemeriksaan:
1. Pencatatan suhu basal kalau siklus ovulatoar, maka suhu basal bersifat
bifasis. Sesudah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal disebabkan pengaruh
progesterone

2. Dengan pemeriksaan vaginal smear; pembentukan progesterone


menimbulkan perubahan2 sitologi pada sel2 superfisial
3. Pemeriksaan lendir serviks adanya progesterone menimbulkan
perubahan sifat lender serviks ialah lendir tersebut menjadi kental, juga
gambaran fern (daun pakis) yang terlihat pada lendir yang telah
dikeringkan hilang
4. Pemeriksaan endometrium kuretase pada hari pertama haid haid atau
pada fase premenstrual menghasilkan endometrium dalam stadium
sekresi dengan gambaran histoogi yang khas
5. Pemeriksaan hormone seperti estrogen, ICSH, pregnadiol
C. Pemeriksaan lendir serviks
Keadaan dan sifat lendir serviks sangat mempengaruhi keadaan spermatozoa:
1. Kentalnya lendir serviks
Lendir serviks yang cair lebih mudah dilalui spermatozoa
Pada stadium proliferasi lendir serviks agak cair karena pengaruh estrogen,
sebaliknya pada stadium sekresi lendir serviks lebih kentak karena
pengaruh progesteron
2. pH lendir serviks
lendir serviks bersifat alkalis dengan pH ± 9
pada suasana yang alkalis spermatozoa dapat hidup lebih lama.
Suasana menjadi asam pada cervisitis
3. enzim proteolitik
tripsin, kemotripsin mempengaruhi viskositas lendir serviks
4. dalam lendir serviks juga ditemukan Ig yang dapat menimbulkan aglutinasi
dari spermatozoa
5. berbagai kuman2 dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa
biasanya baik tidaknya lendir serviks diperiksa dengan:
SIMS HUHNER TEST
Pemeriksaan lendir serviks dilakukan post coitum sekitar waktu ovulasi
Dianggap baik jika terdapat 5 spermatozoa yang motil per high powerfield
Sims huhner test yang baik menandakan:
- teknik koitus baik
- lendir serviks normal
- estrogen ovarial cukup
- sperma cukup baik
KURZROCK MILLER TEST
Dilakukan pada pertengahan siklus kalau hasil sims huhner test kurang baik
Satu tetes lendir serviks diletakkan berdampingan dengan tetes sperma
pada obyek glass; dilihat apakah ada penetrasi spermatozoa. Kalau tidak
ada invasi spermatozoa, lendir serviks kurang baik.
D. Pemeriksaan tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakuakan:
- Pesturbasi (insuflasi)  rubin test (utuh tidaknya tuba)
- Histerosalpingografi bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba,
sumbatan nampak jelas
- Kuldoskopi keadaan tuba dan ovarium
- Laparoskopi dapat diketahui genitalia interna dan sekitarnya
E. Pemeriksaan endometrium
Pada stadium premenstrual atau pada hari pertama haid dilakukan
mikrokuretase.
Endometrium yang normal harus memperlihatkan hambaran histologik
yang khas untuk stadium sekresi. Kalau tidak ditemukan stadium sekresi
maka:
- Endometrium tidak bereaksi dengan progesterone
- Produksi progesterone kurang
Sumber : Ginekologi, FK UNPAD
Syarat pemeriksaan infertilitas
a. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pmeriksaan dapat dilakukan lebih dini
apabila :
o Pernah mengalami keguguran berulang
o Diketahui mengidap kelainan endokrin
o Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan
o Pernah mengalami bedah ginekologik
b. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter
c. Istri pasangan infertile yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini
d. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang salah satu
anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
istri atau anaknya.

a. Umur wanita telah mencapai akhir 30-an


b. Haid ireguler
c. Riwayat medis dari pasangan suami istri, termasuk parotitis pada pria, abortus
berulang kali, kehamilan ektopik
d. Dismenore atau dispareunia
e. Bila istri pernah memakai IUD dimasa lampau, pernah mengalami infeksi pelvis
f. Pernah melakukan hubungan dengan DES (diethylstilbestrol  dapat mengurangi
fertilitas pada pria atau wanita)
e. Sumber : Keluarga Berencana dan Kontrasepsi; dr. Hanafi Hartanto

Pemeriksaan Pria
Secara umum :

Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:

 Analisa sperma yang harus dilakukan pertama kali


 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Luteinizing hormone (LH)
 Testosteron
 Prolaktin

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal


ultrasound. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk melihat adanya
retograde ejaculation dan kerusakan pembuluh ejakulator.

Masalah air mani

- analisa semen
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 – 8,0 . jika < 7 menandakan adanya peradangan kronik, tetapi jika >
8 menandakan peradangan akut
Volume 2 - 5 ml
Viskositas , waktu untuk menjatuhkan air mani dari pipet nrmal 1-2 detik
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil kategori A dan B > 50%
Bentuk normal > 30%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
Aglutinasi Tidak ada
Sel – sel radang Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa (dihasilkan oleh vesica seminalis) 150-650 mg/dl

- pemeriksaan endokrin
 Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang
dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH,
dan LH.

- USG
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat,
vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.

- Biopsi testis
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan
patologi.

Pemeriksaan Wanita

Pemeriksaan laboratorium bagi wanita yang umumnya dilakukan:

 Thyroid-stimulating hormone (TSH)


 Prolaktin
 Luteinizing hormone (LH)
 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Progesteron

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi wanita yaitu:

 Hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kondisi uterus dan tuba falopi.


 Laparoscopy untuk memeriksa indung telur, tuba falopi dan uterus terkait
masalah penyakit seperti jaringan parut dan endometriosis.

Penjelasan dan yang lain :

Deteksi ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ), suhu badan sangat
dipengaruhi oleh progesterone. Suhu paling rendah saat terjadi lonjakan LH,
kemudia meningkat setelah ovulasi

2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi


dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya
keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
Pada fase proliferasi sampai ovulasi, di bawah pengaruh hormone estrogen,
konsentrasi protein berkurang, tetapi konsentrasi air dan musin bertambah 
viskositas berkurang  sperma mudah menembus getah serviks. Sesudah ovulasi,
getah serviks menjadi lebih kental dan keruh.
Tes yang dipakai ada 2 : Spinbarkeit dan Fern Test
Analisa hormon
 Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan
pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus
menstruasi.
 FSH : bila rendah  kelainan di aksis hipofisis-hipotalamus ; bila tinggi  kelainan
di ovarium
 LH : LH paling efektif jika diperiksa setiap hari untuk mengetahui masa ovulasi.
Masa ovulasi akan terjadi peninggian kadar LH yang tajam
 Estrogen : dapat digunakan untuk penentuan saat ovulasi dan aktivitas ovarium
 Kadar estrogen urin <10 mikrogram  tidak ada aktivitas ovarium
 >15 mikro  aktivitas folikuler
 Progesteron : menunjukkan adanya ovulasi.

Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
Uji pasca senggama (sims-huhner) 2-4 jam pasca senggama
 Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks
 Abstinen 2 hari  sanggama 2 jam sebelum ke dokter  ambil lender serviks
 px mikroskop
 tepat 1 hr sebelum ovulasi beberapa klinikus melakukan test ini 10-12 jam
pasca senggama yang dinilai:
1. lendir serviks
a. jumlah
b. viskositas
c. ferning
d. spinnbarkeit
e. selularitas
f. ph
2. spermatozoa
a. jumlah per LPB
b. kuantitas spermatozoa motil
c. kualitas pergerakan spermatozoa
d. arah gerakan spermatozoa

Biopsi endometrium terjadwal


 Dilakukan dg paracervical block, dilakukan pada hari ke-26 siklus haid-28-hari
atau hari ke-12 post ovulasi mengetahui perubahan endometrium seraggam
dg efek sekretoris yg diharapkan
 Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

Histerosalfingografi
 Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
 dilakukan pada fase dini dari siklus haid- setelah perdarahan per vaginam
berhenti-tetapi sebelum terjadi ovulasi

Laparoskopi
 Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
 dapat dilakukan pada hari ke-26 dari siklus haid-28-hari

Pemeriksaan pelvis ultrasound


Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
Dr. Budi Wiweko SpOG ( Divisi Imunoendokrinologi Reprodiksi Departemen obstetric
dan Ginekologi FKUI/RSCM )

8. Apa penatalaksanaan dari kasus di skenario? (laki-laki dan wanita)


. Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital.

Pemberian terapi obat, seperti:


1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat.
5. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas
7. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
8. Pengangkatan tumor atau fibroid
9. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

B. Pria
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
 Agen antimikroba
 Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
 FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.
9. Bagaimana alur diagnosis pada kasus di skenario?
Anamnesis  pekerjaan, usia
PF  wanita  px sekret vagina
Laki laki  px sperma
PP  endoskopi
Tubaskopi
endolaparoscopy

10. Bagaimana mekanisme infertilitas pada laki-laki dan perempuan?

Das könnte Ihnen auch gefallen