Sie sind auf Seite 1von 26

Alfred Louis Kroeber (11 Juni 1876 - 5

Oktober 1960) adalah seorang antropolog budaya


Amerika. Dia menerima gelar Ph.D. di bawah
Franz Boas di Columbia University pada tahun
1901, doktor pertama di bidang antropologi
diberikan oleh Columbia. Dia juga profesor
pertama yang ditunjuk untuk Departemen
Antropologi di Universitas California, Berkeley.

Ia memainkan peran integral dalam hari-hari awal


nya Museum of Anthropology, di mana ia
menjabat sebagai Direktur dari 1909 melalui 1947.
Kroeber memberikan informasi rinci tentang Ishi,
anggota terakhir dari orang-orang Yahi, yang ia
belajar selama bertahun-tahun. Dia adalah ayah
dari novelis terkenal, penyair, dan penulis cerita
pendek Ursula Kroeber Le Guin.

Alfred Louis Kroeber adalah seorang


antropologis kebudayaan Amerika yang lahir pada
hari ke sebelas bulan Juni tahun 1876. Beliau
meraih gelar S3 di Columbia University dan gelar
Professor di jurusan Antropologi Universitas
California di Berkeley. Kroeber telah berperan
banyak pada hari-hari pertama dibukanya museum
antropologi di Columbia. Beliau mendapatkan
banyak informasi mengenai antropologi Amerika
dari seorang narasumber bernama Ishi, keturunan
terakhir suku Yana.

Meskipun karir Kroeber lebih melejit pada bidang


antropologi Amerika, beliau juga banyak ikut andil
pada bidang arkeologi dan bidang ilmu linguistik
yang berkaitan dengan antropologi. Beliau
memadukan tentang arkeologi dan budaya. Riset
dan studi yang telah dilakukan Kroeber semasa
hidupnya banyak bermanfaat dalam intisari dan
referensi data mengenai budaya dari suku-suku
dunia bagian barat. Jurnal yang telah ia terbitkan
mengenai hal tersebut antara lain Handbook of he
Indians of California (1925) dan Cultural and
Natural Areas of Native North America (1939).

Semasa hidupnya, Alfred Louis Kroeber


dijuluki sebagai Dekan dari seluruh Antropologis
Amerika. Beliau juga sangat berpengaruh dalam
klasifikasi genetik dari bahasa asli Amerika di
Amerika Utara. Selain itu, beliau juga telah
menghasilkan pengelompokan teoritis seperti
Penutian dan Hokan berdasarkan bahasa pada
umumnya. Bukunya yang berjudul Anthropology
yang terbit pada tahun 1923 dan diperbarui pada
1948 telah digunakan sebagai pembelajaran
mengenai budaya di seluruh dunia.

Atas segala prestasi yang telah beliau capai, beliau


mendapat banyak penghargaan seperti dari
Akademi Seni dan Sains Amerika, universitas-
universitas di Yale, California, Harvard,
Columbia, dan Chicago. Beliau juga diberi
penghargaan sebagai Presiden dari Asosiasi
Antropologi Amerika.
Menurut A.L. Kroeber, ahli Antropologi,
ras manusia dibagi dalam 4 golongan ras besar,
yaitu:

a. Ras Mongoloid

Ras ini menempati wilayah Asia Timur,


Asia Tenggara, kaki Pegunungan Himalaya bagian
selatan dan sebagian Siberia. Bahkan ada pula sub-
ras American Mongolid yang menempati benua
Amerika.

· Asiatic Mongoloid

Sub-ras ini merupakan induk dari seluruh


golongan Mongoloid. Sub-ras ini memiliki ciri-ciri
fisik seperti berambut hitam lurus, bermata sipit
dan berkulit putih kekuningan. Sub-ras ini
merupakan induk dari sub-ras Malayan Mongoloid
dan American Mongoloid di
Amerika.Persebarannya meliputi Jepang, Korea
Selatan, Korea Utara, Mongolia, Siberia bagian
Timur, Republik Rakyat Cina, Tibet, Nepal,
Bhutan, Taiwan, Hong Kong, Macau, Myanmar,
Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam.
· Malayan Mongoloid

Sub-ras ini memiliki ciri-ciri fisik seperti


berambut hitam lurus hingga bergelombang,
bermata besar dan berkulit kuning langsat hingga
kecoklatan. Persebarannya meliputi Malaysia,
Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam dan
Filipina.

Konsep subras Malay (Malay: Bangsa Melayu)


diusulkan oleh seorang peneliti berkebangsaan
Jerman, Johann Friedrich Blumenbach (1752–
1840), dan digolongkan sebagai ras berkulit coklat.
Sejak Blumenbach, banyak para ahli antropologi
menolak teori lima ras-nya, menyebutkan
kompleksitas yang amat besar dari penggolongan
ras. Konsep ‘Melayu’ berbeda dengan etnis
Melayu yang terpusat di sekitar Semenanjung
Malaysia, dan beberapa bagian Pulau Sumatera di
Indonesia.

b. Ras Kaukasoid

Ras ini memiiki ciri-ciri fisik seperti


berkulit putih dan berbadan tinggi. Ras ini hampir
menyerupai ras Europoid di Eropa namun hal
yang memberikan perbedaan di antara dua jenis
ras ini adalah warna rambutnya. Ras Kaukasoid
memiliki rambut hitam (atau cokelat kehitaman)
bergelombang sementara ras Europoid memiliki
warna rambut pirang. Seperti halnya dengan ras
Mongoloid, ras Kaukasoid juga memiliki beberapa
subras, seperti subras Arya, Bedoins (Arab), Baltik
Timur, Nordik, Alpen, Dinarik, Mediterania,
Turanid dan Afghan (Iranid). Namun hanya subras
Bedoins (Arab), Mediterania, Turanid dan Afghan
(Iranid) yang berada di Asia.

· Bedoins (Arab)

Subras Arab (juga disebut sebagai subras


Oriental) adalah istilah khusus untuk jenis sub-
morfologis dari subras Mediterania yang
digunakan dalam antropologi fisik sejarah. Subras
Arab dibedakan dari ras Mediterania Barat oleh
karena beberapa sifat karakteristik wajah. Subras
Arab mendiami kawasan Semenanjung Arab,
seperti Arab Saudi, Yaman, Oman, Persatuan
Emirat Arab, Qatar, Bahrain dan Kuwait. Bahkan
subras ini berbaur dengan subras Kaukasus lainnya
di luar Semenanjung Arab, seperti di Iran, Irak,
Suriah, Turki dan Libanon.·
Mediterania

Ras Mediterania merupakan ras yang


menyebar di kawasan pesisir Laut Mediterania. Di
Asia, ras ini menyebar di Turki, Siprus, Suriah,
Lebanon, Israel dan Palestina. Ciri-ciri fisik ras ini
adalah berambut coklat tua hingga hitam, bentuk
kepala cenderung lonjong, mata berwarna coklat
gelap dan berperawakan menengah.

Subras Mediterania merupakan satu dari tiga


subkategori ras Kaukasia (Kaukasoid), dua lainnya
adalah Nordik dan Alpin. Masyarakat Eropa dibagi
oleh para ahli antropologi pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20, diikuti oleh publikasi buku
William Z. Ripley, The Races of Europe (1899).

Subras Mediterania diperkirakan menyebar di


Eropa Selatan, beberapa bagian di Eropa Timur,
sebagian besar Afrika Utara, Afrika timur laut,
Asia Barat dan beberapa bagian Asia Selatan, dan
juga menyebar ke bagian Irlandia barat daya dan
Inggris barat, dan berciri berperawakan menengah
hingga kecil, berhidung bengkok, berambut gelap,
bermata gelap dan berwarna kulit seperti zaitun.
· Turanid

Subras Turanid adalah sebuah istilah kuno


pada masa kini, yang pada awalnya dimaksudkan
untuk menutupi penduduk Asia Tengah yang
berkaitan dengan penyebaran bahasa-bahasa
Turanian, yang merupakan penyatuan keluarga
Uralik dan Altaik (karena itu juga disebut “subras
Ural–Altaik“), dalam genetika manusia,
antropologi jasmani dan dalam penelitian rasial.

Penggunaan terakhir menunjukkan adanya suatu


jenis subras Turanid atau ‘ras kecil’, subras dari
ras Europid dengan pencampuran Mongoloid,
terletak pada perbatasan wilayah penyebaran ‘ras
besar’ Mongolid dan Europid. Pemikiran atau
gambaran tentang subras Turanid memainkan
beberapa peranan penting dalam Pan-Turkisme
atau ‘Turanisme’ pada akhir abad 19 hingga abad
20. Sebuah “Ras Turki” diusulkan sebagai sebuah
subras dari ras Europid dalam literatur Eropa. Lalu
literatur ini terserap oleh tokoh-tokoh terkemuka
Ottoman, dan bahkan sebagian diterjemahkan
kedalam bahasa Turki Ottoman, menambahkan
pemikiran dasar tentang ke-Turki-an (Türklük),
sebuah kehormatan yang ada untuk dilindungi
dibawah hukum Turki hingga direvisinya Article
301 (Turkish Penal Code) pada April 2008.

Berbagai buku-buku sumber yang sangat


berpengaruh adalah Histoire Générale des Huns,
des Turcs, des Mongoles, et autres Tartares
Occidenteaux (1756–1758) oleh Joseph de
Guignes (seorang ahli ilmu oriental dan juga ahli
kebudayaan Cina yang berkebangsaan Prancis,
1721–1800), dan Sketches of Central Asia (1867)
oleh Ármin Vámbéry (seorang ahli studi Oriental
dan juga seorang penjelajah berkebangsaan
Hongaria, 1832–1913), yang menyatakan bahwa
asal-usul kelompok-kelompok masyarakat Turki
sebagai milik dari sebuah ras, namun dibagi
berdasarkan pada ciri fisik dan adat istiadat, dan
l’histoire de l’Asie (1896) oleh Léon Cahun
(seorang penulis, penjelajah dan juga ahli ilmu
oriental berkebangsaan Prancis, 1841–1900), yang
menekankan peran Turki dalam “membawa
peradaban ke Eropa“, sebagai sebuah bagian dari
“subras Turanid” yang termasuk kedalam
golongan orang berbahasa Uralilk dan Altaik. Ada
pula sebuah ideologi Turanisme Hongaria
(Hungarian Turanism) dalam Hungarian fascism.
Ras Turanid tersebar di Asia Tengah, yang
meliputi Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekistan,
Kirgizstan dan Tajikistan. Juga tersebar di
beberapa tempat lainnya seperti Turki, Iran, dsb.

· Armenoid

Subras Armenoid atau Assyroid dalam


antropologi jasmani adalah sebuah subtype dari ras
Kaukasia (Kaukasoid). Carleton S. Coon menulis
“jenis ras dalam pertanyaan sangat mirip dengan
ras Dinarik; perbedaannya hanyalah Armenoid
memiliki pigmentasi yang sedikit lebih gelap,
kemungkinan besar disebabkan oleh pencampuran
ras dengan subras Mediterania (yang memiliki
kulit zaitun) dan subras Alpine (yang memiliki
kulit coklat). Ia menggambarkan Armenoid
sebagai suatu sub-ras dari ras Kaukasoid.”

Armenoid dapat ditemukan di seluruh daratan


Eurasia. Namun terkonsentrasi sebagian besar di
kawasan Asia Kecil. Dikenal sebagai subras
Kaukasia yang ‘sesungguhnya’, Armenoid secara
keseluruhan bertubuh tinggi, umumnya berambut
coklat tua atau hitam, sedikit berkulit gelap,
bermata bundar besar yang umumnya berwarna
hitam; Hanya sedikit dari orang-orang bersubras
Armenoid yang berambut pirang dan memiliki
mata berawarna hazel, hijau atau biru. Tipe subras
ini dipercaya menjadi segolongan masyarakat yang
sudah biasa dan umum di antara orang Armenia,
Asiria, dan Georgia. It was also an element di
Eropa Selatan. Armenoid juga diidentifikasi
sebagai tipe yang dominan dalam berbagai
kelompok masyarakat asli Semitik Suriah dan
Mesopotamia: orang Amori Kuno, orang Asyur
dan orang Khaldea, agama yang minoritas di
Lebanon dan Suriah, dan wilayah pegunungan
orang Lebanon dan orang Suriah yang telah
diidentifikasi sebagai tipe Armenoid. Ras ini
tersebar di Armenia, Suriah, Lebanon, Irak, Turki,
Georgia dan Azerbaijan.

Renato Biasutti (ahli geografi berkebangsaan


Italia) menggambarkan subras Armenoid
memiliki: “Kulit putih-buram, berambut dan
bermata coklat, abundant pilosity; berperawakan
sedang (166), bertubuh tegap; kepala lebar dengan
tengkuk bundar(87); very long face, straight dan
berhidung kecil (57) dengan high bridge; bibir
tipis, narrow eye opening.”

It has long been believed by physical


anthropologists that the quintessence of Near
Eastern brachycephaly is to be found in the
Armenians; the racial term Armenoid being named
for them. The Armenians have long been
established in the territory which is now only
partly theirs; they had, before the arrival of the
Turks, a powerful kingdom, which covered most
of the territory between the Gulf of Alexandretta
and the Caucasus

· Alpen

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20,


banyak para ahli antropologi Barat
menggolongkan manusia kedalam beberapa jenis
ras dan subras. Oleh karenanya, nama Alpen
diberikan untuk sebuah tipe fisik ras Kaukasia
yang paling mendominasi Eropa Timur, Eropa
Tengah dan beberapa bagian di Asia Tengah dan
Asia Barat, yang sedikit lebih pendek, berbahu
lebih kecil dan berkulit lebih gelap daripada
mereka yang digolongkan ke dalam Nordik dan
berambut chestnut terang. Contoh ini untuk
pertama kalinya didefinisikan secara jelas dalam
buku William Z. Ripley, The Races of Europe
(1899), yang mengusulkan tiga kategori golongan
orang Eropa: Teutonik (yang kemudian disebut
Nordik), Mediterania dan Alpen. Kemudian
contoh ini dipopulerkan Madison Grant. Subras
Alpen dianggap sebagai sebauh cabang dari ras
Kaukasia-Balkan pada masa antropologi Soviet.

Subras Alpen yang bersifat khusus dan tersendiri


pernah diusulkan oleh para penulis terdahulu,
terutama Vacher de Lapouge (seorang ahli
antropologi dan ahli teori eugenika dan Rasialisme
berkebangsaan Prancis), namun Ripley yang
mendorongnya kepada satu di antara divisi-divisi
utama. Ripley juga berpendapat bahwa subras
Alpen berasal dari Asia, dan menyebar ke barat
bersama dengan munculnya pertanian serta
pengembangannya, yang mereka ingin
kembangkan di Eropa.
Contoh ini diulang kembali dalam buku Madison
Grant, The Passing of the Great Race (1916),
dimana subras Alpen digambarkan sebagai ras
yang yang paling banyak di Eropa dan Asia Barat.
Di Asia Barat, subras ini menempati wilayah
Turki, Suriah, Iran, Azerbaijan, Georgia dan
Armenia, bersama ras lainnya.

· Afghan (Iranid)

Ras Iranid (juga disebut Ras Irano-Afghan


atau Iranian) adalah sebuah istilah yang digunakan
dalam penelitian ras untuk penduduk pribumi di
Daratan Tinggi Iran (daerah sekitar Iran,
Azerbaijan timur, Turkmenistan selatan,
Afghanistan barat dan Pakistan barat). Ras Iranid
digolongkan sebagai bagian dari Ras Kaukasia
(Kaukasoid), dan terkait dengan subras Nordik
atau subras Mediterania, tergantung oleh the
authority consulted.

Carleton S. Coon (seorang ahli antropologi


jasmani berkebangsaan Amerika Serikat) dalam
bukunya, The Races of Europe, menggolongkan
subras Indo-Afghan atau Irano-Afghan sebagai
bagian dari ras Nordik, menggambarkan mereka
sebagai orang berwajah lonjong, berkepala tinggi
dan berhidung bengkok. Bertil Lundman (seorang
ahli antropologi berkebangsaan Swedia) by
contrast postulates sebuah subras ‘Iranid’ termasuk
dalam ras ‘Mediterania Timur’. Pada tahun 1946,
Earnest Hooton (seorang ahli antropologi jasmani
berkebangsaan Amerika Serikat) menggambarkan
‘Subras Daratan Tinggi Iran’ sebagai subras yang
berbeda dengan Atlanto-Mediterania,

particularly in its long, high-bridged, and boldly


jutting nasal promontory. It has the same huge
dolichocephalic head and massive, usually long
face.The great nose may be either straight or
convex, more often the latter.

Berdasarkan pada Renato Biasutti (seorang ahli


geografi berkebangsaan Italia), subras ini
digambarkankan seperti:

Brunet-white color, very dark hair and eyes,


abundant pilosity; medium stature (165), slim
body; very long (74) and high head with prominent
occiput; long face; large and high nose with root at
the level of the forehead, straight or convex spine,
strongly curved nostrils (64); full lips, robust chin.

Pada tahun 1971, John Lawrence Angel (seorang


ahli antroplogi biologi berkebangsaan Amerika-
Inggris) mengikuti Coon, membahas ‘subras
Nordik-Iranian’ dalam pernyataan berikut:

D1 lies between Anglo-Saxon and Keltic area


norms, and D2 is the earlier pre-Bronze Age
Corded form which Coon identifies. Type D3,
lighter and more hawk-nosed, is transitional to the
Mediterranean type B4 and to type D4 (Iranian),
which is the Proto-Iranian of Vallois, Irano-
Afghan of others, and Proto-Nordic of Krogman,
and which is more linear and more rugged than D3
and has a more tilted chewing plane, more nasal
convexity, and deeper occiput. Type D5
approximates Coon’s Danubian-Halstatt and
successor Central European forms.
c. Ras Australoid

Ras ini memiliki ciri fisik berkulit hitam


dan berambut keriting. Namun di beberapa
kelompok suku dalam ras ini memiliki kulit putih
dan berambut lurus. Ras ini tersebar di India
bagian selatan, Sri Lanka, Filipina dan Malaysia
sebagai ras minoritas. Namun ras ini menjadi
mayoritas di Timor Leste. Juga beberapa di
antaranya berada di kepulauan Melanesia dan
Australia.

Ras Australoid merupakan sebuah penggolongan


ras secara meluas. Konsepnya berasal dari sebuah
metode tipologi penggolongan ras. Ras ini
digambarkan berkulit gelap dengan rambut
bergelombang pada ras Veddoid di Asia Selatan
dan Aborigin Australia, atau rambut mulai dari
lurus hingga keriting pada kelompok-kelompok
masyarakat Papua, Melanesia dan Negrito.
Berdasarkan pada model penggolongan ini, orang
Australoid tersebar di Indonesia, Malaysia, India,
Papua Nugini, Melanesia dan Australia. Pada
pertengahan abad ke-20, muncul suatu pendapat
yang menyatakan bahwa ras Australoid memiliki
hubungan dengan ras proto-Kaukasoid.

Dalam Out of Africa Theory, nenek moyang ras


Australoid, ras Proto-Australoid diperkirakan telah
menjadi cabang pertama dari ras Proto-Khoisan
yang bermigrasi dari Afrika sekitar 60.000 SM,
bermigrasi di sepanjang paparan benua pantai
utara Samudera Hindia yang terendam pada masa
kini dan mencapai Australia sekitar tahun 50.000
SM.

d. Ras Lainnya yang Tidak Dapat


Digolongkan Kedalam Ras Lain

Ras Veddoid di pedalaman Sri Lanka dan


Sulawesi Selatan merupakan ras yang tidak dapat
digolongkan kedalam kelompok ras lainnya. Hal
ini dikarenakan bentuk fisik yang berbeda dengan
ras yang lainnya. Ras lainnya yang sulit
digolongkan adalah ras Ainu di Jepang dan Pulau
Sakhalin, Siberia.

About these ads


- Bushman (di daerah gurun Kalahari di Afrika
Selatan)
- Veddoid (pedalaman Srilangka, Sulawesi
Selatan)
- Austroloid (penduduk asli Australia )
- Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan
Polynesia )
- Ainu (pulau-pulau Karafuto, Hokkaido di Jepang
Utara)
Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa ras besar
yaitu ras Malayan Mongoloid, ras
Melanesian dan ras Veddoid.
Dengan demikian teori , konsep, pemikiran
dari Alfred Louis Koeber dapat juga di kaitkan
dengan kesenian yang ada di Indonesia dengan
berbagai ragam jenis musik yang ada. Ragam
musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik
tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik
perjuangan, dan musik pop.

Musik Daerah/Tradisional

Musik daerah atau musik tradisional adalah


musik yang lahir dan berkembang di daerah-
daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis
musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat
musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik
khas, yakni syair dan melodinya menggunakan
bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia
adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan
pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh.
Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan
masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan
berkembang. Seni tradisi yang merupakan
identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia
mempunyai seni musik tradisional yang khas.
Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik
permainannya, penyajiannya maupun
bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir
seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai
semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat
dikenali karakter khas orang/masyarakat
Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun
berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin
ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut,
karekter kita semakin berubah dari sifat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi
individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi
yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih
mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi
beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen
perkusi, petik dan gesek.
Musik Keroncong

Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni


musik dan improvisasi yang sangat terbatas.
Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan
susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas
beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang
diselingi dengan permainan alat musik.
Musik Dangdut

Musik dangdut merupakan hasil perpaduan


antara musik India dengan musik Melayu, musik
ini kemudian berkembang dan menampilkan
cirinya yang khas dan berbeda dengan musik
akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan
alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang
menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya
ringan, sehingga mendorong penyanyi dan
pendengarnya untuk mengerakkan anggota
badannya. Lagunya pun mudah dicerna, sehingga
tidak susah untuk diterima masyarakat.

Musik Perjuangan

Musik ini lahir dari kondisi masyarakat


Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing.
Dengan menggunakan musik, para pejuang
berusaha mengobarkan semangat persatuan untuk
bangkit melawan penjajah. Syair- syair yang
diciptakan pada masa itu, umumnya berisi ajakan
untuk berjuang, ajakan untui berkorban demi tanah
air, dan sebagainya. Irama musiknya pun dibuat
cepat dan semangat, serta diakhiri dengan
semarak.

Musik Populer (pop)

Musik ini memiliki ciri, antara lain


penggunaan ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar bas.
Komposisi melodinyajuga mudah dicerna.
Biasanya, para musisinya juga menambahkan
variasi gaya yang beraneka ragam untuk
menambah daya tarik dan penghayatan pendengar
atau penontonnya. Musik pop dibedakan menjadi
musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.

CIRI-CIRI RAGAM MUSIK NUSANTARA


1. Musik Daerah
Musik daerah biasanya dinyanyikan pada saat
upacara adat. Ciri-ciri musik daerah adalah :
a. Bahasa dan gaya sesuai dengan gaya daerah
setempat.
b. Mengandung unsur kerakyatan dan
kebersamaan
c. Bentuk dan pola serta susunan melodi masih
sederhana dan mudah dikuasai oleh masyarakat
daerah setempat.
d. Contoh lagu daerah : Cublak-cublak suweng,
Gubdul-gundul Pacul, Bubuy Bulan, Kicir-kicir,
Buka Pintu, Goro-gorone, O Ni Keke, Si Patokaan,
Butet.dan lain-lain.

2. Musik Perjuangan
Ciri-ciri musik perjuangan adalah :
a. Pada umumnya diciptakan pada masa
perjuangan.
b. Isi syair lagu berisikan tentang semangat juang
dalam membela kemerdekaan
c. Biasanya menggunakan irama yang penuh
semangat, dan tidak jarang pada akhir lagu ditutup
dengan semarak (masqulin ending)
d. Contoh musik perjuangan : Halo-halo Bandung,
Maju Tak Gentar, Hari Merdeka, Bagimu Negeri,
Bandung Lautan Api dan lain-lain.

3. Musik Anak-anak
Ciri ciri musik anak-anak adalah :
a. Memiliki bentuk yang sederhana
b. Tema lagu disesuaikan dengan jiwa anak yang
masih polos
c. Bahasa yang digunakan sederhana sehingga
mudah dipahami anak-anak
d. Lompatan nada tidak terlalu jauh
e. Isi lagu bersifat mendidik kearah positif,
misalnya: cinta orang tua, mengagungkan nama
Tuhan, cinta tanah air, lingkungan dan sebagainya.
f. Contoh musik anak-anak: Balonku Ada Lima,
Pok Ame-Ame, Kasih Ibu, Pelangi, dan lain-lain.

4. Musik Populer
Ciri-ciri musik pop adalah :
a. Mengutamakan teknik penyajian dan kebebasan
dalam menggunakan ritme dan jenis instrument
b. Mudah diterima masyarakat
c. Bentuk lagu bebas.
d. Disenangi masyarakat pada kurun waktu terntu
e. Contoh musik pop : Tak Ingin Sendiri, Berita
Kepada Kawan, Arjuna mencari Cinta dan
sebagainya.

5. Musik Seriosa
Cirri-ciri musik seriosa :
a. Banyak menggunakan nada-nada sisipan
b. Banyak menggunakan perubahan tempo dan
dinamik
c. Dinyanyikan dengan serius dan perasaan yang
mendalam
d. Terkadang ada pergantian nada dasar (modulasi)
6. Musik Stambul
Ciri-ciri musik stambul adalah :
a. Birama 4/4
b. Terdiri dari 16 bar
c. Merupakan variasi dari keroncong
d. Muncul pada sekitar permulaan abad ke 20
e. Contoh misk stambul : Stb Baju Biru, Stb.
Merana
7. Musik Keroncong
Cirri-ciri musik keroncong adalah :
a. Birama 4/4
b. Menggunakan alat musik ukulele
c. Terdiri dari 28 bar
d. Muncul pada abad ke 16

Sumber : Wikipedia

Das könnte Ihnen auch gefallen