Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Lokasi
Filososi
Pada hakikatnya, bentuk candi-candi di Indonesia adalah punden berundak, dimana punden
berundak sendiri merupakan unsur asli Indonesia. Berdasarkan bagian-bagiannya, bangunan
candi terdiri atas tiga bagian penting, antara lain, kaki, tubuh, dan atap.
1. Candi Siwa
2. Candi Brahma
Pada badan candi terdapat bilik candi yang di dalamnya terdapat arca
Brahma. Arca dilukiskan berkepala empat yang masing-masing mukanya
menghadap ke empat arah mata angin. Keempat kepala masing-masing
memakai jatamakuta bersusun tiga. Bagian atasnya terdapat ikatan
rambut yang berupa untaian mutiara. Demikian juga jamangnya pada
setiap dahi arca terdapat hiasan roset yang amat indah. Hiasan telinganya
dipahat dengan sangat indah berupa untaian yang menjulur sampai ke
bahu kiri dan kanan. Tangannya berjumlah empat, kiri depan dalam
posisi lurus kebawah sambil memegang kendi, tangan kiri belakang
sebatas siku dilipat keatas sambil membawa camara. Demikian juga
tangan kanan depan dilukiskan dalam posisi ke bawah dengan memegang
suatu benda yang tidak begitu jelas, sedangkan tangan kanan belakang sebatas siku dilipat
dan dilukiskan sedang memegang tasbih. Keempat tangan ini dilukiskan mengenakan gelang
rangkap tiga yang berbentuk untaian mutiara. Kedua tangan depannya baik yang sebelah kiri
maupun kanan memakai kelat bahu.
3. Candi Wisnu
Candi Wisnu sendiri merupakan salah satu candi utama yang
terletak di halaman pertama di samping candi Siwa dan candi
Brahma, apabila candi Brahma terletak di sebelah kanan atau
selatan candi Siwa, maka candi Wisnu terletak di sebelah kiri atau
sebelah utara candi Siwa. Wisnu termasuk tokoh kedua sesudah
Brahma, sedang Siwa merupakan tokoh ketiga. Di dalam mitologi
India, Brahma adalah dewa perusak(prajapati). Wisnu adalah dewa
pemelihara (shiti) dan Siwa adalah dewa perusak (praline).Dengan
demikian, jelas bahwa candi Wisnu merupakan salah satu candi
yang mempunyai arti penting disamping candi Siwa dan Brahma.
Arca utama pada candi Wishnu dalam posisi berdiri diatas umpak
berbentuk yoni, yang dipahatkan menjadi satu dengan stela berbentuk
lengkung. Jumlah tangannya ada empat, kedua tangan belakang ditekuk
ke atas, kedua tangan depan terletak di kanan kiri pinggul dalam posisi
sedikit ditekuk ke depan. Atribut pada tangan kanan belakang adalah
cakra berbentuk lidah api, pada tangan kiri belakang adalah sangka
bersayap. Pada tangan depan terdapat gada, pegangan gada terletak di
sebelah atas. Pada telapak tangan kiri depan terdapat tanda khas yaitu
Sriwatsa (segitiga).
Dewa ini digambarkan berkepala satu dalam posisi tegak. Perhiasan pada
kepala berupajatamakuta dengan jamang simbar lima serta sumping dan
anting-anting menjulur ke bahu. Kalung terdiri dari dua untaian. Pada
dada terdapat ikat dada dan upawia berupa untaian berpilin. Kainnya
berupa kain panjang hingga pergelangan kaki, sampurnya dua, uncal
terletak di bawah sampur. Pada kaki terdapat gelang kaki.
4. Candi-candi Kecil
Relief-relif lain yang terdapat pada candi
prambanan yaitu relief burung yang nyata, relief-
relief burung di Candi Prambanan begitu natural
sehingga para biolog bahkan dapat
mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah
satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua
sulphurea) yang mengundang pertanyaan.
Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di
Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut
Jawa.
Selain candi-candi utama dan pendamping di atas, juga terdapat dua candi
apit yang luas dasarnya enam meter persegi dengan tinggi 16 meter.
Ruangannya kosong. Keduanya terletak di dekat gerbang masuk, mengapit
dua candi, di sebelah barat dan timur candi. Candi ini tidak memiliki tangga
masuk, luas dasarnya sekitar 1,55 meter persegi dengan tinggi 4,10 meter.
Sedangkan candi yang terletak di setiap sudut serambi yang terbuka dari
candi utama di sebut dengan candi Sudut, ukurannya sama dengan candi
Kelir. Dan keempat candinyapun tidak memiliki pintu masuk.
Candi Pemujaan: candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa,
dewi, atau bodhisatwa tertentu
Candi Pedharmaan: sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun
untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini
kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah
meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya
Ciri ciri candi Hindu memiliki struktur kaki candi yang dinamakan
Bhurloka. Bagian ini terletak di dasar candi dan merupakan lambang
alam bawah atau dunia bawah. Bhurloka disebut alam bawah karena
dihuni oleh makhluk makhluk golongan bawah, misalnya asura,
manusia, hewan, raksasa, dan makhluk halus (iblis). Selain itu
dibagian ini juga disebut sebagai alam kesengsaraan karena makhluk
makhluknya mempunyai hawa nafsu. Sruktur kaki candi ini memiliki
bentuk bujur sangkar atau segi empat. Kemudian dilengkapi dengan
aliran air yang menyatu dengan tangga masuk dari pintu candi atau
disebut "Jaladwara". Di sela sela tumpukan bhurloka bagian kiri dan
kanan candi terdapat ukiran ukiran yang memiliki maksud tertentu.
Bhuvarloka (Tubuh Candi)
Pembangunan Candi
Dalam pembangunan candi masih menjadi pertanyaan arkeolog karena alat yang digunakan
untuk membangun atau membuat candi belum ditemukan. Teknik pembangunan candi
disesuaikan dengan bahan bangunan dari candi tersebut. Apabila candi terbuat dari batu maka
biasanya dibuat saling mengunci satu sama lain seperti yang permainan lego. Bangunan candi
mengikuti hirarki arsitektur yang sama dengan Borobudur, terdiri dari tiga bagian berbeda,
dari yang terendah hingga bagian paling suci dari alam.
Tata letak
1. Sistem konsentris, sistem gugusan terpusat; yaitu posisi candi induk berada di
tengah–tengah anak candi (candi perwara). Candi perwara disusun rapi berbaris
mengelilingi candi induk. Sistem ini dipengaruhi tata letak denah mandala dari India.
Contohnya kelompok Candi Prambanan dan Candi Sewu.
2. Sistem berurutan, sistem gugusan linear berurutan; yaitu posisi candi perwara
berada di depan candi induk. Ada yang disusun berurutan simetris, ada yang
asimetris. Urutan pengunjung memasuki kawasan yang dianggap kurang suci berupa
gerbang dan bangunan tambahan, sebelum memasuki kawasan tersuci tempat candi
induk berdiri. Sistem ini merupakan sistem tata letak asli Nusantara yang memuliakan
tempat yang tinggi, sehingga bangunan induk atau tersuci diletakkan paling tinggi di
belakang mengikuti topografi alami ketinggian tanah tempat candi dibangun.
Contohnya Candi Penataran dan Candi Sukuh. Sistem ini kemudian dilanjutkan dalam
tata letak Pura Bali.
Batu Putih (tuff), batu ini berasal dari endapan piroklastik (batuan
yang berasal dari hasil letusan gunung berapi) berwarna putih
seperti yang ada di Ratu Boko. Pada kompleks Ratu Boko batu
putih dilapisi dengan batu andesit sebagai pelapis bagian luar batu
tersebut.
Relief
Ramayana dan Krishnayan
Lokasi
Lingkungan sekitar
Filosofi
Jumlah stupa terawang pada tingkat 7,8 dan 9 secara berurutan adalah 32 stupa, 24 stupa, dan
16 stupa. Jatuhnya bayangan stupa utama pada puncak stupa terawang tertentu pada tingkatan
tertentu menunjukkan awal musim atau mangsa tertentu sesuai Pranatamangsa (sistem
perhitungan musim Jawa).
Fungsi Candi Borobudur hamper sama dengan fungsi candi pada umumnya,yaitu:
o Tempat menyimpan relic atau disebut Dhatugarba.Relik tersebut antara lain benda suci,
pakaian, tulang atau abu dari Budha, arwah para biksu yang tersohor atau terkemuka.
o Tempat sembahyang atau beribadah bagi umat Budha.
o Merupakan lambang suci bagi umat Budha, cermin nilai-nilai tertinggi agama Budha dan
mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya sedalam-dalamnya.
Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.
Struktur Bangunan Candi Borobudur
Bangunan candi Borobudur berbentuk limas berpundak dan apabila dilihat dari atas
merupakan bujur sangkar. Bangunan candi terdiri dari 10 tingkat. Tiga tingkat yang paling
atas berbentuk lingkaran dengan tiga teras. Teras pertama terdapat 32 stupa berlubang, teras
kedua terdapat 24 stupa berlubang, teras ketiga terdapat 16 stupa berlubang. Jumlah
keseluruhan 72 stupa berlubang dan masing-masing stupa didalamnya terdapat patung
Buddha. Di tengah stupa-stupa tersebut terdapat stupa induk yang merupakan mahkota dari
bangunan candi Borobudur.
Struktur dari candi Borobudur merupakan deskripsi dari perjalanan kehidupan
manusia dan kaitannya dengan alam semesta yang diyakini oleh warga Buddha Mahayana,
yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu.
Di Candi Borobudur dapat dijumpai sebanyak 1537 stupa. Secara umum, stupa-stupa di
Candi Borobudur terdiri atas empat bagian, yaitu prasadha, anda, harmika, dan yasthi.
Beberapa stupa dilengkapi dengan lapik, tetapi ada pula yang tidak dilengkapi dengan lapik.
Lapik merupakan pelengkap di bawah stupa yang berfungsi sebagai alas stupa.
memperlihatkan jumlah stupa yang dilengkapi dengan lapik dan yang tak berlapik.
Bagian-bagian pokok stupa-stupa Candi Borobudur, seperti prasadha, anda, harmika, dan
yasthi akan dijelaskan secara lengkap pada uraian berikut.
Prasadha
Prasadha pada stupa-stupa di Candi Borobudur
memiliki tingkatan yang tersusun atas ukiran dengan
bentuk sisi yang berbeda-beda. Susunan dengan
berbagai macam bentuk sisi yang tampak seperti
tingkatan tersebut sesungguhnya merupakan suatu
bentuk pelipit (perbingkaian). Pelipit atau
perbingkaian tersebut adalah suatu bentuk ragam hias
arsitektural yang biasanya digunakan pada bagian-
bagian dari bangunan candi (Munandar, 2004: 181).
Dalam hal ini, pelipit digunakan pula sebagai hiasan
arsitektural stupa.
Anda
Anda merupakan bagian stupa yang berbentuk
seperti setengah bulatan atau lonceng. Bentuk
anda juga menyerupai kubah (Govinda, 1976: 17).
Bagian anda pada stupa terletak di atas bagian
prasadha stupa. Anda stupa-stupa di Candi
Borobudur memiliki berbagai macam bentuk.
Bentuk-bentuk anda yang digunakan pada stupa-
stupa di Candi Borobudur terdiri atas dua macam
bentuk, yaitu bentuk anda yang solid dan bentuk
anda yang bercelah-celah. Anda yang berbentuk
solid ialah anda yang berbentuk kubah penuh,
sedangkan anda yang bercelah ialah anda
berbentuk kubah yang disertai lubang-lubang pada
sisi-sisinya.
Harmika
merupakan bagian stupa yang terletak di antara anda dan yasthi,
atau terletak di atas anda. Bentuknya seperti kubus atau prisma
(tergantung dari jumlah segi yang menyertainya). Hampir semua
stupa di Candi Borobudur menggunakan satu bentuk harmika
dalam bagiannya. Namun demikian, terdapat satu stupa yang
menggunakan dua jenis harmika dalam bagiannya. Harmika pada
stupa-stupa di Candi Borobudur memiliki dua bentuk bersegi,
yaitu segi empat dan segi delapan.
Yasthi
Yasthi merupakan puncak menara (Govinda, 1976: 17).
Pada stupa, bagian yasthi terletak di atas bagian
harmika. Di Candi Borobudur, stupa-stupa yang memiliki
bentuk yasthi yang terbagi menjadi dua, yaitu yasthi
dengan bentuk kerucut tanpa segi berujung tumpul dan
yasthi berbentuk limas segi delapan dengan ujung
yang tumpul.
Relief Pada Candi Borobudur
Relief-relief yang terpahat di setiap tingkatan ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut
mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang
artinya ialah timur. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada
pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, bergerak searah jarum jam, dimulai dari sebelah
kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang yang terletak di bagian timur. Sedangkan
relief-relief candi yang berjumlah total 1.460 pigura, secara berurutan menceritakan makna
filosofi sebagai berikut:
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan
apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara
jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim
digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun
sekitar tahun 800 masehi.Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa
puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi
Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 -
100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan
raja Samaratungga pada tahun 825
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang
sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan
berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur
memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa
kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan
Borobudur:
3. Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa
tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang
lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu
stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar,
dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief
Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang
berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar.
Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan
condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah
sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya
sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk
membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras
melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk.
Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki
tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi
bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh
keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
4. Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan
pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta
pelebaran ujung kaki.
Arca Buddha
Arah
Melambangka Dhyani Mata
Arca Mudra Lokasi Arca
n Buddha Angi
n
Di dalam 72 stupa di 3
Dharmachakr Pemutaran roda
Wairocana Tengah teras
a mudra dharma
melingkarArupadhatu
Disusun Oleh
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS TEKNIK
BAB I
ARSITEKTUR HINDU ( CANDI PRAMBANAN )
Lokasi ..........................................................................................................................
Filosofi .........................................................................................................................
Pembagian rumah ……………………………………………………………………
Struktur dan konstruksi………………………………………………………………
BAB 2
ARSITEKTUR BUDDHA ( CANDI BOROBUDUR )
Lokasi ..........................................................................................................................
Filosofi .........................................................................................................................
Pembagian rumah …………………………………………………………………….
Struktur dan konstruksi……………………………………………………………….
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
http://serbasejarah.blogspot.com/2012/03/pembagian-struktur-candi.html
https://www.dictio.id/t/fakta-fakta-menarik-apa-saja-terkait-dengan-candi-borobudur/8708
http://sisapeninggalansejarah.blogspot.com/2015/11/ciri-ciri-dan-perbedaan-candi-hindu-
dan.html
http://baca-sejarah.blogspot.com/2013/05/filosofi-tata-letak-candi-prambanan.html
https://ranipuspoiswantiblog.wordpress.com/2017/01/17/candi-prambanan/
https://candiprambanann.wordpress.com/category/relief/
http://sisapeninggalansejarah.blogspot.com/2015/11/ciri-ciri-dan-perbedaan-candi-hindu-
dan.html