Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
M. Rusdi Hidayat
Baristand Industri Pontianak, Jl. Budi Utomo No. 41 Pontianak
Email : m_rusdi_h@yahoo.com
dan Crozier, 1997), seperti yang dilakukan ini merupakan tahap awal untuk
oleh Garnery et al. (1995) di Maroko dan mengidentifikasi dan untuk mengetahui
Spanyol, Franck et al. (2000b) di Italia, keberadaan subspesies-subspesies A.
Zaitoun S et al. (2008) di Yordania, dan mellifera yang ada di Indonesia dengan
Ozdil F et al. (2009) di Turki. DNAmt teknik molekuler menggunakan DNA
banyak digunakan untuk studi filogenetik mitokondria. Sehingga tujuan penelitian
karena pola pewarisannya yang diturunkan ini adalah untuk mengetahui asal wilayah
secara maternal, ukurannya yang relatif dan subspesies A. mellifera yang ada di
kecil (sekitar 16 kb), banyak terdapat di Indonesia berdasarkan analisis daerah
dalam sel, mengandung sedikit intron, dan intergenik cox1/cox2 genom mitokondria.
tidak ada atau sedikit terjadi rekombinasi
gen (Smith, 1991). 2. METODE PENELITIAN
Daerah intergenik diantara gen
cytochrome oksidase I dan cytochrome Sampel lebah madu A. mellifera
oksidase II (cox1/cox2) pada genom berasal dari berbagai peternakan lebah
mitokondria A. mellifera memiliki panjang madu di pulau Jawa, Indonesia. Lebah
urutan basa yang bervariasi. Berdasarkan disimpan dan diawetkan dalam etanol
Cornuet et al. (1991) di daerah ini terdapat absolut. Sumber DNA lebah yang
dua tipe fragmen DNA yang diberi nama digunakan adalah bagian toraks lebah
P/Po dan Q. Tipe P berukuran 54-56 pb, Po pekerja.
berukuran 62-69 pb, dan Q berukuran 192- Koleksi Lebah
193 pb. Setiap kelompok subspesies A. Pengkoleksian lebah madu
mellifera mempunyai kombinasi tipe dilakukan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah
fragmen DNA yang berbeda pada dearah sebagai daerah pusat penggembalaan A.
ini. Pada kelompok A terdapat fragmen Po mellifera setiap bulan April-Juli. Pada saat
dan Q; pada kelompok M terdapat fragmen itulah para peternak lebah madu dari
P dan Q; sedangkan pada kelompok C berbagai penjuru pulau Jawa
hanya terdapat fragmen Q. Kelompok O menggembalakan lebahnya. Dari setiap
mempunyai pola yang mirip dengan peternak lebah diambil 10-15 lebah
kelompok A (Po dan Q). Berdasarkan pekerja tiap koloni secara acak. Lebah
Franck et al. (2000a) perbedaan kelompok kemudian disimpan dalam tabung berisi
A dengan O terdapat pada fragmen Po, etanol absolut.
yaitu terjadi 1-2 insersi/delesi pada
kelompok O yang menyebabkan terdapat Ekstraksi dan Isolasi DNA
tambahan situs restriksi bila dipotong Ekstraksi DNA menggunakan
dengan enzim restriksi DraI. Variasi pada metode ekstraksi CTAB dan presipitasi
daerah intergenik cox1/cox2 mtDNA A. alkohol (Sambrook et al., 1989). Sebelum
mellifera ini telah digunakan oleh Clarke et ekstraksi, lebah dimasukkan ke dalam TE
al. (2001) untuk mengetahui daerah asal A. (10 mM Tris-HCl EDTA pH 8; 1 mM
mellifera yang telah diintroduksi ke EDTA) untuk menghilangkan etanol dari
Meksiko sejak awal abad ke-20. jaringan. Jaringan sumber DNA adalah
Pengembangan A. mellifera di bagian toraks lebah. Setelah dipotong
Indonesia banyak dilakukan oleh para dengan skalpel steril, toraks tersebut
peternak lebah madu di Jawa Tengah dan dimasukkan dalam tabung 1,5 ml. Toraks
JawaTimur. Pengembangan A. mellifera di di dalam tabung kemudian digerus hingga
luar pulau Jawa hingga saat ini belum jaringannya hancur dengan bantuan
dapat dilakukan dikarenakan terkendala nitrogen cair. Dua ratus μl bufer CTAB
berbagai macam hal, seperti masalah (10 ml 1M Tris-HCl pH 8; 4 ml 0,5 M
ketersediaan pakan dan pemasaran. NaEDTA pH 8; 8,18 gr NaCl; 2 gr CTAB;
Hingga saat ini data keberadaan A. dan air hingga 100 ml) dimasukkan ke
mellifera pada tingkat peternak di dalam tabung yang berisi hancuran
Indonesia, yang mencakup subspesies dan jaringan toraks. Setelah itu ditambahkan
asal daerahnya belum tersedia. Penelitian proteinase K (5 mg/ml) sebanyak 14 μl
lalu diinkubasi pada suhu 55oC (2 jam). DNA dikeringkan dengan cara divakum
Setelah inkubasi campuran disentrifugasi selama 30 menit. DNA hasil ekstraksi
10.000 rpm selama 10 menit. Supernatan kemudian dilarutkan dalam TE 0,5 mM
yang berisi DNA dipindahkan ke dalam dan disimpan pada suhu -4oC.
tabung baru. Setelah itu ditambahkan 500
Amplifikasi DNA
μl PCl (fenol : kloroform : isoamilalkohol
DNA lebah yang telah diekstraksi
= 25 : 24 : 1), dikocok pelan lalu
kemudian diamplifikasi dengan
disentrifugasi 10.000 rpm selama 5 menit.
menggunakan mesin PCR TaKaRa
Supernatan kemudian dipindahkan ke
Thermal Cycler. Daerah genom
tabung baru dan ditambahkan 400 μl
mitokondria yang diamplifikasi secara in
CIAA (kloroform : isoamilalkohol = 24 :
vitro menggunakan PCR adalah daerah
1), dikocok lalu disentrifugasi 10.000 rpm
intergenik antara gen cox1/cox2 (Gambar
selama 3 menit. Supernatan kemudian
1). Pereaksi PCR terdiri atas dd H2O; 2,5
dipindahkan ke tabung baru, DNA yang
μM dNTP; Mg2+ free buffer; 25 μM
terlarut dalam supernatan dipresipitasi
MgCl2; 10 μM primer forward E2; 10 μM
dengan menggunakan 600 μl isopropanol
primer reverse H1 (Tabel 1); Taq
selama semalam pada suhu -4oC.
polimerase; dan DNA hasil ekstraksi.
Campuran DNA dan isopropanol
Amplifikasi DNA dilakukan selama 30
disentrifugasi 10.000 rpm selama 30
siklus dengan suhu denaturasi (pemisahan
menit. Setelah isopropanol dibuang, 500
DNA utas ganda) 94oC selama 1 menit,
μl etanol 70% ditambahkan pada pelet
annealing (penempelan primer) 58,5oC
DNA. Campuran tersebut lalu
selama 1 menit, dan elongasi
disentrifugasi 10.000 rpm selama 10 menit
(pemanjangan) 72oC selama 2 menit.
pada suhu 4oC. Etanol dibuang dan pelet
Gambar 1. Nama dan posisi primer yang digunakan untuk mengamplifikasi daerah
intergenik cox1/cox2 genom mitokondria A. mellifera.
Tabel 1. Primer yang digunakan untuk untuk mengamplifikasi daerah intergenik cox1/cox2
genom mitokondria A. mellifera (Cornuet et al., 1991)
Posisi DNA mitokondria pada A.
No Primer Sekuen primer (5’ – 3’)
mellifera (Crozier dan Crozier 1993)
Tabel 2. Daftar nama dan alamat peternak hasil pengkoleksian A. mellifera di Pati, Jawa
Tengah
Nama
No Peternak No. Koloni Alamat
Sampel
1 Pusbahnas Am1 1 Parung Panjang, Bogor, JawaBarat
Am2 2
2 Asri Puspa Am3 3 Gringsing, Batang, Jawa Tengah
3 Muria Agung Am4 4 Kudus, Jawa Tengah
4 Ramli Am5 5 Sragen, Jawa Tengah
5 Rifai Am6 6 Pati, Jawa Tengah
6 Harno Am7 7 Tlogowungu,Pati, Jawa Tengah
7 Mashudi Am8 8 Tlogowungu,Pati, Jawa Tengah
Am9 9
Am10 10
8 Bambang Suseno Am16 11 Gabus, Pati, Jawa Tengah
9 KUD Batu Am17 12 Batu,Malang, Jawa Timur
10 Harwi Am18 13 Kudus, Jawa Tengah
11 Serangga Mas Am19 14 Yogyakarta
Am20 15
Am21 16
Am22 17
12 Sudar Am23 18 Pati, Jawa Tengah
13 Apiari Madu Am24 19 Bangil,Pasuruan, Jawa Timur
14 Herman Am25 20 Solo, Jawa Tengah
peternak yang juga menjadi penyuplai ratu mellifera mempunyai persentase AT yang
(queen rearing) bagi para peternak lain. tinggi (Tabel 3). Hasil pengurutan DNA
Pemilihan Am19, dan Am22 didasarkan pada sampel Am17 menggunakan primer
pada perbedaan warna lebah, Am17 forward E2 dan primer reverse H1
berwarna kuning sedangkan Am22 (Gambar 4) didapatkan 630 pb yang
berwarna kehitaman. Pemilihan meliputi tiga daerah; yakni tRNAleu (11
berdasarkan warna ini dikarenakan kuning pb), daerah intergenik cox1/cox2 (194 pb),
merupakan warna khas dari A. m. ligustica. dan cox2 (425 pb). Hasil pengurutan DNA
Sedangkan hitam merupakan warna khas ini tidak diperoleh urutan DNA primer E2
A. m. mellifera, A. m. carnica, dan A .m. dan H1, sehingga panjang urutan DNA
caucasia. Hasil pengurutan DNA berupa yang didapatkan lebih rendah
kromatogram yang telah disunting secara dibandingkan dengan hasil amplifikasi
manual kemudian dimasukkan ke dalam DNA. Selain itu, hasil pengurutan DNA
program Genetyx (Genetyx Win versi 4.0) yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil
untuk analisis lebih lanjut. Hasil amplifikasi DNA juga karena peristiwa gel
pengurutan DNA menunjukkan bahwa shifting pada media akrilamid.
daerah yang diamplifikasi pada A.
Tabel 3. Jumlah pasang basa serta persentase AT dan GC hasil amplifikasi daerah intergenik
cox1/cox2 A. mellifera menggunakan primer E2
Sampel Jumlah Pasang Basa (pb) AT (%) GC (%)
Am17 429 89,55 10,45
Am19 309 90,13 9,87
Am22 331 89,94 10,06
ttttattaaaaTTTCCCCACTTAATTCATATTAATTTAAAAATAAATTAATAACAATTTT [ 60]
TAATAAAATATTTAATTAATTTTATTTTTATATTGAATTTTAAATTCAATCTTAAAGATT [120]
TAATCTTTTTATTAAAATTAATAAATTAATATAAAATAAAACAAAATATAACAGAATATA [180]
TTTATTAAAATTTAATTTATTAAAATTTCCACATGATTTATATTTATATTTCAAGAATCA [240]
AATTCATATTATGCTGATAATTTAATTTCATTTCATAATATAGTTATAATAATTATTATT [300]
ATAATTTCAACATTAACTGTATATATTATTTTAGATTTATTTATAAACAAATTCTCAAAT [360]
TTATTTTTATTAAAAAATCATAATATTGAAATTATTTGAACAATTATTCCAATTATTATT [420]
CTATTAATTATTTGTTTTCCATCATTAAAAATTTTATATTTAATTGATGAAATTGTAAAT [480]
CCTTTTTTTTCAATTAAATCAATTGGTCATCAATGATATTGATCATATGAATATCCAGAA [540]
TTTAATAATATTGAATTTGATTCATATATACTAAATTATAATAATTTAAACCAATTTCGT [600]
TTACTAGAAACTGATAATCGAATAGTAATT [630]
Gambar 4. Hasil pengurutan DNA A. mellifera menggunakan primer E2 dan H1.
(Nukleotida yang dicetak dalam huruf kecil adalah bagian dari tRNAleu. Nukleotida
yang digaris bawahi adalah daerah intergenik cox1/cox2. Nukleotida yang dicetak tebal
adalah bagian dari cox2)
Gambar 5. Peta restriksi hasil pemotongan daerah intergenik cox1/cox2 A. mellifera dengan enzim
restriksi DraI berdasarkan hasil pengurutan DNA.
(Am17 adalah haplotipe yang didapatkan pada penelitian ini; C merupakan haplotipe A. m. ligustica
yang didapatkan Crozier dan Crozier (1993) Acc. Number: L06178 ; O, A, dan M merupakan
beberapa haplotipe yag didapatkan oleh Franck et al. (2000b))
Subspesies A. mellifera yang ada disana penting yang dihadapi A. mellifera di dunia
adalah A. m. ligustica. saat ini yang diakibatkan oleh penyakit dan
Apis mellifera yang ada di Indonesia stress lingkungan adalah Colony Collapse
saat ini nampaknya merupakan keturunan Disorder (CCD). CCD adalah peristiwa
A. m. ligustica yang dahulu sering di impor dimana lebah pekerja dari suatu koloni
dari Australia. Berdasarkan Koulianos dan lebah madu A. mellifera secara tiba–tiba
Crozier (1997) di Australia lebah madu menghilang secara drastis (lebih dari 50%).
yang paling banyak di budidayakan oleh Peristiwa CCD ini terjadi di Amerika
para peternak disana adalah A. m. ligustica Serikat, Kanada dan banyak Negara Eropa
(Italian yellow bees), A. m. mellifera seperti Jerman, Italia, Polandia, Turki, dan
(English black bees), dan A. m. caucasia. Swiss sejak akhir 2006. Penyebab utama
Ditemukannya satu subspesies dan CCD sampai saat ini masih belum
satu haplotipe A. mellifera di Indonesia diketahui secara pasti. Runckel et al.
menyiratkan kekhawatiran lain akan (2011) menyatakan bahwa pada A.
rendahnya keragaman genetik lebah madu mellifera yang yang koloninya terserang
A. mellifera di Indonesia. Rendahnya CCD banyak ditemukan berbagai jenis
keragaman genetik ini diduga disebabkan tungau (Varroa, Tropiaelaps, Acarapis,
karena sering terjadinya inbreeding dll), fungi/protista (Nosema, Crithidia,
diantara A. mellifera karena memang telah Metarhizium, dll) virus (Dicistrovirus,
lama tidak ada sumber ratu lebah baru. Iflavirus, Ascovirus, Baculovirus, dll),
Berdasarkan hasil wawancara dengan para Bakteri (Achromobacter, Paenibacillus,
peternak lebah madu di lapangan diketahui Melissococcus, dll). Selain itu ditemukan
bahwa umumnya tiap tahun pertumbuhan juga empat strain virus baru dari kelompok
koloni menjadi semakin lambat; daerah Dicistroviridae dan Nodaviridae.
jelajah lebah pekerja yang semakin sempit, Sedangkan menurut Engelsdorp VD et al.
sehingga mengakibatkan produktivitas (2009) peristiwa CCD merupakan
menurun; selain itu koloni juga lebih akumulasi dari melibatkan berbagai
mudah terserang penyakit, yang dapat pathogen dan berbagai macam faktor
mengakibatkan kematian seluruh koloni. stress. Hal–hal yang dapat menyebabkan
Menurut Moritz RFA (1983) inbreeding CCD ini dapat menular antar lebah
pada A. mellifera mengakibatkan aktivitas sehingga CCD adalah akumulasi dari
enzim Malate dehydrogenase (MDH) dan berbagai faktor tersebut.
Icocitrate dehydrogenase (ICDH), yang Keragaman genetik pada A. mellifera
berperan dalam siklus krebs, pada di Indonesia dapat ditingkatkan dengan
mitokondria yang ada di dalam otot cara mengintroduksi A. mellifera dari
terbang larva lebah dan lebah pekerja negara lain, terutama ratu lebahnya.
mengalami penurunan aktivitas yang Selanjutnya diharapkan terjadi perkawinan
signifikan. Selain itu berdasarkan hasil dengan A. mellifera yang telah ada di
penelitian Mattila HR et al. (2007) Indonesia. Dengan cara itu diharapkan
menyebutkan bahwa kawanan lebah (genus keragaman genetik A. mellifera dapat
Apis) yang berasal dari koloni-koloni yang meningkat sehingga fitness A. mellifera
memiliki keragaman genetik tinggi tersebut membaik, pada akhirnya
mengalami pertumbuhan/pecah koloni produktivitas lebah tersebut juga dapat
yang lebih cepat, daerah jelajah yang lebih meningkat.
luas, penyimpanan makanan, pertumbuhan
populasi, serta tingkat fitness yang jauh 4. KESIMPULAN
lebih baik dibandingkan kawanan lebah
yang berasal dari koloni-koloni dengan Amplifikasi daerah intergenik
cox1/cox2 genom mitokondria Apis
keragaman genetik yang rendah.
mellifera dengan menggunakan primer E2
Rendahnya keragaman genetik A.
dan H1 menghasilkan produk sebesar 863
mellifera di Indonesia dapat
pb. Pemotongan DNA hasil amplifikasi
mengakibatkan lebah ini rentan terhadap
dengan enzim restriksi DraI menghasilkan
penyakit serta stress. Salah satu masalah
Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 35 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011
ISSN 2089-0877
pola yang seragam (monomorfik). Hasil ligustica) and Sicily (A. m. sicula).
pengurutan dan penjajaran daerah Mol. Ecol. 9: 907-921.
intergenik cox1/cox2 genom mitokondria
Garnery L, Mosshine EH, Oldroyd BP,
menunjukkan bahwa lebah madu impor A.
Conuet JM., 1995, Mitochondrial
mellifera yang ada di Indonesia termasuk
DNA variation in Marrocan and
ke dalam garis keturunan C. Subspesies
Spannish honeybee population. Mol.
lebah tersebut adalah A m. ligustica dengan
Ecol. 4: 465-471.
persebaran alaminya di Italia yang diimpor
ke Indonesia dari Australia. Gojmerac WL., 1983, Bees, Beekeeping,
Honey and Pollination. Connecticut:
DAFTAR PUSTAKA AVI Publishing.
Arias MC, Sheppard C.A., 1996, Kumar S, Tamura K and Nei M., 2004,
Molecular phylogenetics of honeybee MEGA3: Integrated software for
subspecies (Apis mellifera L.) molecular evolutionary genetics
inferred from mitochondrial DNA analysis and sequence alignment.
sequence. Mol. Phylogenet and Evol. Brief. Bioinform. 5: 150-163.
5:557-566. Koulianos S & Crozier RH., 1997,
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson N.F., Mitochondrial sequence of Australian
1982, An Inroduction to the Study of commercial and feral honeybee
Insects. Ohio: Saunders College Publ. strains, A. mellifera L.
(Hymenoptera: Apidae), in the
Clarke KE, Oldroyd BP, Javier J, context of species worldwide. Aus. J.
Quezada- Euan G, Rinderer TE., Entomol, 36: 359-364.
2001, Origin of honeybees (Apis
mellifera L.) from the Yucatan Marlina I., 2004, Karakterisasi intron 2 gen
peninsula inferred from inositol 1, 4, 5-triphosphate receptor
mitochondrial DNA analysis. Mol. (itpr) lebah Apis mellifera [skripsi].
Ecol. 10:1347-1355. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Crozier RH & Crozier YC., 1993, The Pertanian Bogor.
mitochondrial genome of the
honeybee Apis mellifera: complete Mattila HR et al., 2007, Genetic Diversity
sequence and genome organization. in Honey Bee Colonies Enhances
Genetics 133: 97-117. Productivity and Fitness. Science
317, 362
Cornuet JM, Garnery L, Solignac M.,
1991, Putative origin and function of Moritz RFA., 1983, Inbreeding Effects in
the intergenic region between cox1 Flight Muscle Mitochondria of Apis
and cox2 of Apis mellifera L. mellifera L. Brazil. J. Genet. VI, 1,
mitochondrial DNA. Genetics 1128: 59-70.
393-403. Özdil F, Yildiz MA, dan Hall HG., 2009,
Engelsdorp VD., 2009, Colony Collapse Molecular characterization of Turkish
Disorder: A Descriptive Study. PLoS honey bee populations (Apis
ONE Vol. 4, 8. mellifera) inferred from
mitochondrial DNA RFLP and
Franck P, Garnery L, Solignac M, Cornuet sequence results. Apidologie 40: 570–
JM., 2000a, Molecular confimation 576.
of a fourth lineage in honeybees in
the Near East. Apidologie 31(2):167- Ruttner F., 1988, Biogeography and
180. Taxonomy of Honeybeeys. Berlin:
Springer.
Frank P et al., 2000b, Hybrid origin of
honeybee from Italy (Apis mellifera Sambrooks J, Fritsch EF, Maniatis T.,
1989, Molecular Cloning a