Sie sind auf Seite 1von 11

ISSN 2089-0877

PENELUSURAN ASAL WILAYAH LEBAH MADU A. mellifera DI


INDONESIA MENGGUNAKAN DAERAH INTERGENIK
cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA

(Search Region of Origin Honey Bee A. mellifera in Indonesia Region Using


Mitochondrial DNA intergenic cox1/cox2)

M. Rusdi Hidayat
Baristand Industri Pontianak, Jl. Budi Utomo No. 41 Pontianak
Email : m_rusdi_h@yahoo.com

ABSTRACT. Apis mellifera is a favourite honey bee for the beekeepers


throughout many countries. This species comprise of 24 subspecies. Based
on phylogeography and morphometric evidences, these subspecies have been
grouped into four lineage; namely the African (A), Western and Northern
Europe (M), Southeastern Europe (C), and Near Eastern (O). Apis mellifera
have been imported to Indonesia since 1972, and mostly from Australia.
However, until recently there are no data about the A. mellifera subspecies
and the origin. Therefore the objective of this research is to determine the
lineage of A. mellifera in Indonesia based on mtDNA intergenic region
between cox1/cox2 genes. In this region there are two DNA fragments, P and
Q fragnant, that can be used to determine the A. mellifera lineage. The
methodology used consist of samples collection, DNA isolation, DNA
amplification, DNA restriction using DraI enzyme, DNA sequencing, and
DNA alignment using Clustal X and MEGA spftwares. DNA fragment
amplified by using E2 and H1 primer revealed a 863 bp. Digestion of the
region with the DraI restriction enzyme revealed one haplotype, which
consist of five DNA fragments. Based on DNA sequences and DNA
alignment, A. mellifera in Indonesia was homologue with the C lineage. Its
subspecies is A. m. ligustica that lived natively in Italy, they were imported to
Indonesia from Australia
Keywords: A. mellifera, intergenic region cox1/cox2, mtDNA

1. PENDAHULUAN habitat menyebabkan lebah ini telah


berevolusi menjadi 24 subspesies (Ruttner,
Apis mellifera merupakan jenis lebah 1988). Berdasarkan analisis multivariat
madu utama yang dibudidayakan di
dari morfometrik bagian–bagian tubuh
banyak negara, termasuk Indonesia. Para
lebah ini, Ruttner (1988) membagi ke-24
peternak memilih lebah ini karena daya
subspesies ini menjadi empat kelompok
adaptasinya yang tinggi terhadap berbagai
garis keturunan (lineage) yaitu A, meliputi
keadaan iklim, menghasilkan banyak
Afrika; M, meliputi Eropa Utara dan Barat;
madu, dan tidak terlalu agresif (Gojmerac,
C, meliputi Eropa Selatan; dan O, meliputi
1983). Apis mellifera termasuk ke dalam
Timur Tengah. Pengelompokan yang sama
Ordo Hymenoptera, Famili Apidae dan
juga dihasilkan oleh Arias dan Sheppard
Sub Famili Apinae (Borror et al., 1982).
(1996) berdasarkan DNA mitokondria.
Persebaran alami A. mellifera adalah DNA mitokondria (DNAmt) banyak
di daerah Timur Tengah, Afrika, dan
digunakan untuk mempelajari biogeografi
Eropa. Wilayah persebarannya yang sangat
dan filogenetik lebah madu (Koulianos
luas meliputi berbagai kondisi iklim dan

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 27 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

dan Crozier, 1997), seperti yang dilakukan ini merupakan tahap awal untuk
oleh Garnery et al. (1995) di Maroko dan mengidentifikasi dan untuk mengetahui
Spanyol, Franck et al. (2000b) di Italia, keberadaan subspesies-subspesies A.
Zaitoun S et al. (2008) di Yordania, dan mellifera yang ada di Indonesia dengan
Ozdil F et al. (2009) di Turki. DNAmt teknik molekuler menggunakan DNA
banyak digunakan untuk studi filogenetik mitokondria. Sehingga tujuan penelitian
karena pola pewarisannya yang diturunkan ini adalah untuk mengetahui asal wilayah
secara maternal, ukurannya yang relatif dan subspesies A. mellifera yang ada di
kecil (sekitar 16 kb), banyak terdapat di Indonesia berdasarkan analisis daerah
dalam sel, mengandung sedikit intron, dan intergenik cox1/cox2 genom mitokondria.
tidak ada atau sedikit terjadi rekombinasi
gen (Smith, 1991). 2. METODE PENELITIAN
Daerah intergenik diantara gen
cytochrome oksidase I dan cytochrome Sampel lebah madu A. mellifera
oksidase II (cox1/cox2) pada genom berasal dari berbagai peternakan lebah
mitokondria A. mellifera memiliki panjang madu di pulau Jawa, Indonesia. Lebah
urutan basa yang bervariasi. Berdasarkan disimpan dan diawetkan dalam etanol
Cornuet et al. (1991) di daerah ini terdapat absolut. Sumber DNA lebah yang
dua tipe fragmen DNA yang diberi nama digunakan adalah bagian toraks lebah
P/Po dan Q. Tipe P berukuran 54-56 pb, Po pekerja.
berukuran 62-69 pb, dan Q berukuran 192- Koleksi Lebah
193 pb. Setiap kelompok subspesies A. Pengkoleksian lebah madu
mellifera mempunyai kombinasi tipe dilakukan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah
fragmen DNA yang berbeda pada dearah sebagai daerah pusat penggembalaan A.
ini. Pada kelompok A terdapat fragmen Po mellifera setiap bulan April-Juli. Pada saat
dan Q; pada kelompok M terdapat fragmen itulah para peternak lebah madu dari
P dan Q; sedangkan pada kelompok C berbagai penjuru pulau Jawa
hanya terdapat fragmen Q. Kelompok O menggembalakan lebahnya. Dari setiap
mempunyai pola yang mirip dengan peternak lebah diambil 10-15 lebah
kelompok A (Po dan Q). Berdasarkan pekerja tiap koloni secara acak. Lebah
Franck et al. (2000a) perbedaan kelompok kemudian disimpan dalam tabung berisi
A dengan O terdapat pada fragmen Po, etanol absolut.
yaitu terjadi 1-2 insersi/delesi pada
kelompok O yang menyebabkan terdapat Ekstraksi dan Isolasi DNA
tambahan situs restriksi bila dipotong Ekstraksi DNA menggunakan
dengan enzim restriksi DraI. Variasi pada metode ekstraksi CTAB dan presipitasi
daerah intergenik cox1/cox2 mtDNA A. alkohol (Sambrook et al., 1989). Sebelum
mellifera ini telah digunakan oleh Clarke et ekstraksi, lebah dimasukkan ke dalam TE
al. (2001) untuk mengetahui daerah asal A. (10 mM Tris-HCl EDTA pH 8; 1 mM
mellifera yang telah diintroduksi ke EDTA) untuk menghilangkan etanol dari
Meksiko sejak awal abad ke-20. jaringan. Jaringan sumber DNA adalah
Pengembangan A. mellifera di bagian toraks lebah. Setelah dipotong
Indonesia banyak dilakukan oleh para dengan skalpel steril, toraks tersebut
peternak lebah madu di Jawa Tengah dan dimasukkan dalam tabung 1,5 ml. Toraks
JawaTimur. Pengembangan A. mellifera di di dalam tabung kemudian digerus hingga
luar pulau Jawa hingga saat ini belum jaringannya hancur dengan bantuan
dapat dilakukan dikarenakan terkendala nitrogen cair. Dua ratus μl bufer CTAB
berbagai macam hal, seperti masalah (10 ml 1M Tris-HCl pH 8; 4 ml 0,5 M
ketersediaan pakan dan pemasaran. NaEDTA pH 8; 8,18 gr NaCl; 2 gr CTAB;
Hingga saat ini data keberadaan A. dan air hingga 100 ml) dimasukkan ke
mellifera pada tingkat peternak di dalam tabung yang berisi hancuran
Indonesia, yang mencakup subspesies dan jaringan toraks. Setelah itu ditambahkan
asal daerahnya belum tersedia. Penelitian proteinase K (5 mg/ml) sebanyak 14 μl

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 28 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

lalu diinkubasi pada suhu 55oC (2 jam). DNA dikeringkan dengan cara divakum
Setelah inkubasi campuran disentrifugasi selama 30 menit. DNA hasil ekstraksi
10.000 rpm selama 10 menit. Supernatan kemudian dilarutkan dalam TE 0,5 mM
yang berisi DNA dipindahkan ke dalam dan disimpan pada suhu -4oC.
tabung baru. Setelah itu ditambahkan 500
Amplifikasi DNA
μl PCl (fenol : kloroform : isoamilalkohol
DNA lebah yang telah diekstraksi
= 25 : 24 : 1), dikocok pelan lalu
kemudian diamplifikasi dengan
disentrifugasi 10.000 rpm selama 5 menit.
menggunakan mesin PCR TaKaRa
Supernatan kemudian dipindahkan ke
Thermal Cycler. Daerah genom
tabung baru dan ditambahkan 400 μl
mitokondria yang diamplifikasi secara in
CIAA (kloroform : isoamilalkohol = 24 :
vitro menggunakan PCR adalah daerah
1), dikocok lalu disentrifugasi 10.000 rpm
intergenik antara gen cox1/cox2 (Gambar
selama 3 menit. Supernatan kemudian
1). Pereaksi PCR terdiri atas dd H2O; 2,5
dipindahkan ke tabung baru, DNA yang
μM dNTP; Mg2+ free buffer; 25 μM
terlarut dalam supernatan dipresipitasi
MgCl2; 10 μM primer forward E2; 10 μM
dengan menggunakan 600 μl isopropanol
primer reverse H1 (Tabel 1); Taq
selama semalam pada suhu -4oC.
polimerase; dan DNA hasil ekstraksi.
Campuran DNA dan isopropanol
Amplifikasi DNA dilakukan selama 30
disentrifugasi 10.000 rpm selama 30
siklus dengan suhu denaturasi (pemisahan
menit. Setelah isopropanol dibuang, 500
DNA utas ganda) 94oC selama 1 menit,
μl etanol 70% ditambahkan pada pelet
annealing (penempelan primer) 58,5oC
DNA. Campuran tersebut lalu
selama 1 menit, dan elongasi
disentrifugasi 10.000 rpm selama 10 menit
(pemanjangan) 72oC selama 2 menit.
pada suhu 4oC. Etanol dibuang dan pelet

Gambar 1. Nama dan posisi primer yang digunakan untuk mengamplifikasi daerah
intergenik cox1/cox2 genom mitokondria A. mellifera.

Tabel 1. Primer yang digunakan untuk untuk mengamplifikasi daerah intergenik cox1/cox2
genom mitokondria A. mellifera (Cornuet et al., 1991)
Posisi DNA mitokondria pada A.
No Primer Sekuen primer (5’ – 3’)
mellifera (Crozier dan Crozier 1993)

1 E2 ggC AgA ATA AgT gCA TTg 3363-3380

gTT CAT gAA TgA ATT ACA


2 H1 4082-4103
TCT g

Elektroforesis dan Visualisasi DNA Visualisasi DNA dalam gel poliakrilamid


DNA hasil amplifikasi dipisahkan dilakukan dengan pewarnaan perak (silver
dengan poliakrilamid gel elektroforesis staining) menggunakan metode
(PAGE) 6% menggunakan bufer 1 x TBE Tegelstrom (1986). Proses pewarnaan
(Tris 0,5 M, asam borat 0,65 M, EDTA perak dilakukan di dalam shaking bath.
0,02 M). Arus listrik yang digunakan Gel hasil elektroforesis dicuci dengan
sebesar 170 V selama 100 menit. larutan CTAB (0,2 gr/200 ml aquades)

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 29 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

selama 8 menit. Kemudian gel dicuci amplifikasi DNA menggunakan jasa


dengan aquades dua kali masing-masing Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
selama 2 menit. Setelah itu gel direndam Jakarta. Mesin yang digunakan adalah
dalam larutan NH4OH (2 ml/200 ml ABI 377 A Applied Biosystem. Pengurutan
aquades) selama 6 menit. Selanjutnya gel DNA dilakukan dari ujung 5’
direndam dalam campuran larutan 0,32 menggunakan primer E2. Data hasil
AgNO3; 0,8 ml NH4OH; 80 μl NaOH; dan urutan DNA dimasukkan ke dalam
aquades 200 ml selama 10 menit. program Genetyx (Genetyx Win versi 4.0).
Kemudian gel dicuci lagi menggunakan
Penjajaran DNA
aquades dua kali masing-masing selama 2
Hasil pengurutan DNA kemudian
menit. Setelah itu gel direndam dalam
dilakukan penjajaran menggunakan
campuran larutan 4 gr Na2CO3; 100 μl
program Clustal X (Thompson, 1997) dan
formaldehida; dan 200 ml aquades hingga
MEGA (Kumar, 2001). Urutan DNA A.
muncul pita DNA. Terakhir gel direndam
mellifera yang didapatkan dibandingkan
larutan 1% asam asetat dalam 200 ml
dengan urutan DNA A. m. ligustica
aquades untuk pengawetan.
(Crozier dan Crozier 1993) Acc. Number
Pengukuran Pita DNA L06178 pada GenBank untuk kelompok
Pita DNA pada gel akrilamida hasil garis keturunan C dan Franck et al.
amplifikasi dan pemotongan dengan (2000b) untuk kelompok garis keturunan
enzim restriksi diukur menggunakan A, M, dan O.
jangka sorong. Pengukuran dilakukan
pada pita penanda DNA dan pita DNA 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
target. Penentuan ukuran pita DNA target
berdasarkan regresi menggunakan Pengkoleksian Lebah Madu
program R (The R Development Core Lebah madu yang berhasil dikoleksi
Team Version 1.6.0) (Venables and dari Pati, Jawa Tengah berjumlah 20
Ripley, 1999). koloni dari 14 peternak lebah madu se-
Jawa (Tabel 2). Dua puluh koloni lebah
Pemotongan dengan Enzim Restriksi yang berhasil dikoleksi; dari Jawa Barat,
Produk PCR juga dipotong Jawa Tengah, Yogya, dan Jawa Timur
menggunakan enzim restriksi DraI. Enzim berturut–turut adalah dua, dua belas,
restriksi DraI merupakan enzim pemotong empat, dan dua koloni.
6 basa. Situs pemotongannya adalah
TTT/AAA. Komposisi pereaksi terdiri atas Ekstraksi dan Amplifikasi DNA
PCR produk 2 μl; 10x bufer enzim 0.4 μl; Ekstraksi DNA menggunakan tiga lebah
enzim DraI 0,5 μl (10 U/μl); dan air pekerja yang diambil secara acak dari
destilata steril 1,1 μl. Campuran kemudian setiap koloni. DNA lebah yang telah
disentrifugasi 4.500 rpm selama 1 menit. diekstraksi kemudian diamplifikasi
Campuran lalu di inkubasi pada suhu 37oC menggunakan primer E2 dan H1. Ukuran
selama semalam. Hasil pemotongan pita DNA hasil amplifikasi daerah
dimigrasikan pada gel poliakrilamid 6% intergenik cox1/cox2 mtDNA adalah
dengan arus 170 V selama 100 menit. sekitar 863 pb (Gambar 2). Berdasarkan
Visualisasi DNA dalam gel poliakrilamid Marlina (2004) dan Syamsi (2004) hasil
dilakukan dengan pewarnaan perak amplifikasi daerah intergenik antara gen
(Tegelstrom, 1986). cox1/cox2 A. mellifera dengan
menggunakan primer E2 dan H1 adalah
Pengurutan DNA 825 pb. Perbedaan tersebut disebabkan
Pengurutan DNA dilakukan untuk adanya perubahan konformasi pada
mengetahui urutan basa pada daerah pergerakan pita DNA (gel shifting) pada
intergenik cox1/cox2. Hasil pemotongan media akrilamida.
dengan DraI yang menghasilkan frekuensi
tertinggi dan yang khas akan dilakukan
pengurutan DNA. Proses pengurutan hasil

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 30 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

Tabel 2. Daftar nama dan alamat peternak hasil pengkoleksian A. mellifera di Pati, Jawa
Tengah
Nama
No Peternak No. Koloni Alamat
Sampel
1 Pusbahnas Am1 1 Parung Panjang, Bogor, JawaBarat
Am2 2
2 Asri Puspa Am3 3 Gringsing, Batang, Jawa Tengah
3 Muria Agung Am4 4 Kudus, Jawa Tengah
4 Ramli Am5 5 Sragen, Jawa Tengah
5 Rifai Am6 6 Pati, Jawa Tengah
6 Harno Am7 7 Tlogowungu,Pati, Jawa Tengah
7 Mashudi Am8 8 Tlogowungu,Pati, Jawa Tengah
Am9 9
Am10 10
8 Bambang Suseno Am16 11 Gabus, Pati, Jawa Tengah
9 KUD Batu Am17 12 Batu,Malang, Jawa Timur
10 Harwi Am18 13 Kudus, Jawa Tengah
11 Serangga Mas Am19 14 Yogyakarta
Am20 15
Am21 16
Am22 17
12 Sudar Am23 18 Pati, Jawa Tengah
13 Apiari Madu Am24 19 Bangil,Pasuruan, Jawa Timur
14 Herman Am25 20 Solo, Jawa Tengah

Gambar 2. Hasil amplifikasi daerah


intergenik cox1/cox2 A. mellifera Gambar 3. Hasil pemotongan daerah
menggunakan primer E2 dan H1. (1-10, intergenik cox1/cox2 A.
16-25 adalah no. sampel lebah. M adalah mellifera dengan menggunakan
penanda DNA 100 pb) enzim restriksi DraI. (1-10, 16-
25 adalah no. sampel lebah. M
Pemotongan DNA Hasil Amplifikasi adalah penanda DNA 100 pb)
dengan Enzim Restriksi
DNA hasil amplifikasi yang Pengurutan DNA
dipotong dengan enzim restriksi DraI Tiga sampel (dari tiga peternak) dipilih
menghasilkan pola pemotongan yang sama untuk dilakukan pengurutan DNA. Ketiga
(monomorfik) (Gambar 3). Hasil restriksi sampel tersebut diberi nama Am17, Am19,
DraI menghasilkan 5 pita DNA. Dua pita dan Am22. Proses pengurutan DNA
teratas berukuran 513 pb dan 100 pb. Tiga menggunakan primer forward E2.
pita yang lebih kecil dari 100 pb tidak Pengurutan DNA menggunakan primer
dapat ditentukan ukurannya karena reverse H1 juga dilakukan pada sampel
penanda DNA yang digunakan paling kecil Am17 dan Am22. Sampel Am17
berukuran 100 pb. digunakan untuk pengurutan DNA karena
sampel tersebut merupakan lebah milik

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 31 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

peternak yang juga menjadi penyuplai ratu mellifera mempunyai persentase AT yang
(queen rearing) bagi para peternak lain. tinggi (Tabel 3). Hasil pengurutan DNA
Pemilihan Am19, dan Am22 didasarkan pada sampel Am17 menggunakan primer
pada perbedaan warna lebah, Am17 forward E2 dan primer reverse H1
berwarna kuning sedangkan Am22 (Gambar 4) didapatkan 630 pb yang
berwarna kehitaman. Pemilihan meliputi tiga daerah; yakni tRNAleu (11
berdasarkan warna ini dikarenakan kuning pb), daerah intergenik cox1/cox2 (194 pb),
merupakan warna khas dari A. m. ligustica. dan cox2 (425 pb). Hasil pengurutan DNA
Sedangkan hitam merupakan warna khas ini tidak diperoleh urutan DNA primer E2
A. m. mellifera, A. m. carnica, dan A .m. dan H1, sehingga panjang urutan DNA
caucasia. Hasil pengurutan DNA berupa yang didapatkan lebih rendah
kromatogram yang telah disunting secara dibandingkan dengan hasil amplifikasi
manual kemudian dimasukkan ke dalam DNA. Selain itu, hasil pengurutan DNA
program Genetyx (Genetyx Win versi 4.0) yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil
untuk analisis lebih lanjut. Hasil amplifikasi DNA juga karena peristiwa gel
pengurutan DNA menunjukkan bahwa shifting pada media akrilamid.
daerah yang diamplifikasi pada A.
Tabel 3. Jumlah pasang basa serta persentase AT dan GC hasil amplifikasi daerah intergenik
cox1/cox2 A. mellifera menggunakan primer E2
Sampel Jumlah Pasang Basa (pb) AT (%) GC (%)
Am17 429 89,55 10,45
Am19 309 90,13 9,87
Am22 331 89,94 10,06

ttttattaaaaTTTCCCCACTTAATTCATATTAATTTAAAAATAAATTAATAACAATTTT [ 60]
TAATAAAATATTTAATTAATTTTATTTTTATATTGAATTTTAAATTCAATCTTAAAGATT [120]
TAATCTTTTTATTAAAATTAATAAATTAATATAAAATAAAACAAAATATAACAGAATATA [180]
TTTATTAAAATTTAATTTATTAAAATTTCCACATGATTTATATTTATATTTCAAGAATCA [240]
AATTCATATTATGCTGATAATTTAATTTCATTTCATAATATAGTTATAATAATTATTATT [300]
ATAATTTCAACATTAACTGTATATATTATTTTAGATTTATTTATAAACAAATTCTCAAAT [360]
TTATTTTTATTAAAAAATCATAATATTGAAATTATTTGAACAATTATTCCAATTATTATT [420]
CTATTAATTATTTGTTTTCCATCATTAAAAATTTTATATTTAATTGATGAAATTGTAAAT [480]
CCTTTTTTTTCAATTAAATCAATTGGTCATCAATGATATTGATCATATGAATATCCAGAA [540]
TTTAATAATATTGAATTTGATTCATATATACTAAATTATAATAATTTAAACCAATTTCGT [600]
TTACTAGAAACTGATAATCGAATAGTAATT [630]
Gambar 4. Hasil pengurutan DNA A. mellifera menggunakan primer E2 dan H1.
(Nukleotida yang dicetak dalam huruf kecil adalah bagian dari tRNAleu. Nukleotida
yang digaris bawahi adalah daerah intergenik cox1/cox2. Nukleotida yang dicetak tebal
adalah bagian dari cox2)

Penjajaran DNA A. m. ligustica dari kelompok C (Crozier


Proses penjajaran dilakukan untuk dan Crozier, 1993) (Gambar 6).
mengetahui homologi nukleotida antara Berdasarkan hasil pengurutan dan
ketiga sampel dengan sampel lebah dari penjajaran DNA, dibuat peta restriksi hasil
berbagai garis keturunan yang telah diteliti pemotongan daerah intergenik cox1/cox2
sebelumnya oleh Crozier dan Crozier oleh enzim restriksi DraI (Gambar 5).
(1993) dan Franck et al. (2000b). Proses Setelah dibandingkan, ternyata peta
penjajaran menggunakan program Clustal restriksi sampel pada penelitian ini juga
X (Thompson, 1997) dan MEGA (Kumar, sama dengan peta restriksi lebah A. m.
2001). Hasil penjajaran menunjukkan ligustica hasil penelitian Crozier dan
bahwa tidak ada perbedaan urutan basa Crozier (1993) Acc. Number: L06178.
antara ketiga sampel hasil penelitian ini Dengan diketahuinya subspesies yang
(Am17, Am19, dan Am22) dengan lebah diteliti adalah A. m. ligustica, maka Acc.

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 32 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

Number: L06178 untuk intergenik (Gambar 3). Pada Gambar 3 fragmen


cox1/cox2 (Crozier dan Crozier, 1993) terbesar berukuran 513 pb, sedangkan
digunakan untuk menentukan ukuran lima berdasarkan urutan DNA adalah 486 pb
fragmen DNA hasil pemotongan dengan (Crozier dan Crozier, 1993). Perbedaan
DraI (Gambar 3). Kelima fragmen DNA tersebut terjadi juga karena gel shifting
tersebut adalah 486, 102, 63, 47, dan 41 pb pada media akrilamid.

Gambar 5. Peta restriksi hasil pemotongan daerah intergenik cox1/cox2 A. mellifera dengan enzim
restriksi DraI berdasarkan hasil pengurutan DNA.
(Am17 adalah haplotipe yang didapatkan pada penelitian ini; C merupakan haplotipe A. m. ligustica
yang didapatkan Crozier dan Crozier (1993) Acc. Number: L06178 ; O, A, dan M merupakan
beberapa haplotipe yag didapatkan oleh Franck et al. (2000b))

Gambar 6. Penjajaran urutan DNA daerah intergenik cox1/cox2 A. mellifera


(M, A, dan O merupakan hasil penelitian Franck et al. (2000b); C merupakan A. m. ligustica hasil
penelitian Crozier dan Crozier (1993) Acc. Number: L06178; Am17, Am19, danAm22 adalah hasil
penelitian ini; nukleotida dalam merupakan bagian dari tRNA Leusin; nukleotida dalam
merupakan fragmen P/P0; nukleotida dalam merupakan fragmen Q, Q’
merupakan ulangan fragmen Q; tanda • menunjukkan kesamaan (homologi) nukleotida; tanda –
menunjukkan adanya delesi nukleotida)

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 33 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

Pembahasan fragmen Q pada daerah intergenik


Apis mellifera merupakan lebah cox1/cox2 mtDNA termasuk ke dalam
madu yang paling banyak dibudidayakan kelompok garis keturunan C yang
untuk kepentingan komersial, terutama persebaran alaminya adalah di Eropa
untuk memproduksi madu. Manusia telah Selatan. Berdasarkan hasil penjajaran juga
membawa lebah madu ini ke daerah yang diketahui bahwa sampel A. mellifera pada
bukan habitat alaminya, seperti ke benua penelitian ini mempunyai urutan DNA
Amerika, Australia, dan sebagian Asia (daerah intergenik cox1/cox2 mtDNA)
(Gojmerac, 1983). Persebarannya saat ini yang sama dengan A. m. ligustica hasil
sudah menyebar hampir ke seluruh dunia, penelitian Crozier dan Crozier (1993) Acc.
termasuk Indonesia. Number: L06178. Sampel Am22 yang
Apis mellifera mulai dikenal di semula diduga A. m. mellifera, A. m.
Indonesia sejak tahun 1972. Saat itu Apiari caucasia atau A. m. carnica (karena
Pramuka, salah satu peternak lebah madu memiliki warna tubuh kehitaman) ternyata
besar di Indonesia, mendapat bantuan dari berdasarkan mtDNA daerah intergenik
Australia berupa 25 stup (kotak) lebah A. cox1/cox2 adalah A. m. ligustica.
mellifera (Suwanda, 1986). Beberapa Hasil pemotongan DNA hasil
subspesies A. mellifera; seperti A. m. amplifikasi dengan enzim restriksi DraI
ligustica, A. m. mellifera, dan A. m. hanya mendapatkan satu haplotipe. Hal ini
caucasia mempunyai sifat–sifat yang terjadi karena pada A. mellifera yang
sangat disukai oleh para peternak lebah termasuk ke dalam kelompok garis
madu. Hal tersebut membuat Apiari keturunan C mempunyai sedikit varias
Pramuka maupun para peternak besar lain haplotipe. Berdasarkan Franck et al.
yang ada di Indonesia sejak tahun 1974- (2000a) variasi haplotipe A. mellifera
1985 sering melakukan impor A. mellifera banyak ditemukan pada kelompok garis
(Sukartiko, 1986). Bahkan ada beberapa keturunan A dan M, lebih dari 50 haplotipe
peternak besar yang melakukan impor ratu telah ditemukan.
A. mellifera secara pribadi langsung dari Berdasarkan penelitian ini diketahui
berbagai negara seperti Australia, Cina, bahwa subspesies A. mellifera yang ada di
Amerika Serikat (Hawai), Ukraina, dan Indonesia adalah A. m. ligustica.
Belanda (Susanto, 18 Juni 2005, Keberadaan subspesies A. mellifera yang
komunikasi pribadi). Para peternak kecil lain di Indonesia tampaknya sudah sangat
kemudian mendapatkan lebah A. mellifera sedikit atau mungkin sudah tidak ada sama
dari para peternak besar tersebut. sekali. Karena berdasarkan pengamatan
Keberadaan dan persebaran berbagai dan wawancara di lapang saat pengambilan
subspesies A. mellifera di Indonesia sampel diketahui banyak peternak yang
terutama di pulau Jawa saat ini belum langsung membunuh ratu lebah jika ratu
diketahui secara pasti. Untuk tersebut sudah tidak produktif lagi.
mengidentifikasi subspesies A. mellifera Ditambah lagi dengan tidak adanya
berdasarkan ciri-ciri morfologi sangatlah peternak atau lembaga yang
sulit dilakukan, bahkan oleh seorang ahli mengembangkan ratu lebah atau
sekalipun. Oleh karena itulah saat ini untuk membudidayakan subspesies–subspesies
menentukan subspesies A. mellifera A. mellifera yang lain di Indonesia.
digunakan analisis molekuler. Salah satu Berdasarkan Herman (30 September 2005,
gen penanda yang sering dipakai untuk komunikasi pribadi). Sejak krisis melanda
mengidentifikasi subspesies dari A. Indonesia pada tahun 1997 para peternak
mellifera adalah daerah intergenik besar tidak mengimpor ratu lebah lagi,
cox1/cox2 mtDNA. sejak saat itu para peternak membeli ratu
Pada penelitian ini, berdasarkan hasil lebah dari KUD Batu, Malang.
pengurutan DNA daerah intergenik Berdasarkan Bashori (21 September 2005,
cox1/cox2 mtDNA ditemukan fragmen Q komunikasi pribadi) tempat beternak ratu
pada seluruh sampel. Berdasarkan Cornuet lebah (queen rearing) di Indonesia saat ini
et al. (1991) A. mellifera yang memiliki hanya dilakukan oleh KUD Batu, Malang.
Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 34 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011
ISSN 2089-0877

Subspesies A. mellifera yang ada disana penting yang dihadapi A. mellifera di dunia
adalah A. m. ligustica. saat ini yang diakibatkan oleh penyakit dan
Apis mellifera yang ada di Indonesia stress lingkungan adalah Colony Collapse
saat ini nampaknya merupakan keturunan Disorder (CCD). CCD adalah peristiwa
A. m. ligustica yang dahulu sering di impor dimana lebah pekerja dari suatu koloni
dari Australia. Berdasarkan Koulianos dan lebah madu A. mellifera secara tiba–tiba
Crozier (1997) di Australia lebah madu menghilang secara drastis (lebih dari 50%).
yang paling banyak di budidayakan oleh Peristiwa CCD ini terjadi di Amerika
para peternak disana adalah A. m. ligustica Serikat, Kanada dan banyak Negara Eropa
(Italian yellow bees), A. m. mellifera seperti Jerman, Italia, Polandia, Turki, dan
(English black bees), dan A. m. caucasia. Swiss sejak akhir 2006. Penyebab utama
Ditemukannya satu subspesies dan CCD sampai saat ini masih belum
satu haplotipe A. mellifera di Indonesia diketahui secara pasti. Runckel et al.
menyiratkan kekhawatiran lain akan (2011) menyatakan bahwa pada A.
rendahnya keragaman genetik lebah madu mellifera yang yang koloninya terserang
A. mellifera di Indonesia. Rendahnya CCD banyak ditemukan berbagai jenis
keragaman genetik ini diduga disebabkan tungau (Varroa, Tropiaelaps, Acarapis,
karena sering terjadinya inbreeding dll), fungi/protista (Nosema, Crithidia,
diantara A. mellifera karena memang telah Metarhizium, dll) virus (Dicistrovirus,
lama tidak ada sumber ratu lebah baru. Iflavirus, Ascovirus, Baculovirus, dll),
Berdasarkan hasil wawancara dengan para Bakteri (Achromobacter, Paenibacillus,
peternak lebah madu di lapangan diketahui Melissococcus, dll). Selain itu ditemukan
bahwa umumnya tiap tahun pertumbuhan juga empat strain virus baru dari kelompok
koloni menjadi semakin lambat; daerah Dicistroviridae dan Nodaviridae.
jelajah lebah pekerja yang semakin sempit, Sedangkan menurut Engelsdorp VD et al.
sehingga mengakibatkan produktivitas (2009) peristiwa CCD merupakan
menurun; selain itu koloni juga lebih akumulasi dari melibatkan berbagai
mudah terserang penyakit, yang dapat pathogen dan berbagai macam faktor
mengakibatkan kematian seluruh koloni. stress. Hal–hal yang dapat menyebabkan
Menurut Moritz RFA (1983) inbreeding CCD ini dapat menular antar lebah
pada A. mellifera mengakibatkan aktivitas sehingga CCD adalah akumulasi dari
enzim Malate dehydrogenase (MDH) dan berbagai faktor tersebut.
Icocitrate dehydrogenase (ICDH), yang Keragaman genetik pada A. mellifera
berperan dalam siklus krebs, pada di Indonesia dapat ditingkatkan dengan
mitokondria yang ada di dalam otot cara mengintroduksi A. mellifera dari
terbang larva lebah dan lebah pekerja negara lain, terutama ratu lebahnya.
mengalami penurunan aktivitas yang Selanjutnya diharapkan terjadi perkawinan
signifikan. Selain itu berdasarkan hasil dengan A. mellifera yang telah ada di
penelitian Mattila HR et al. (2007) Indonesia. Dengan cara itu diharapkan
menyebutkan bahwa kawanan lebah (genus keragaman genetik A. mellifera dapat
Apis) yang berasal dari koloni-koloni yang meningkat sehingga fitness A. mellifera
memiliki keragaman genetik tinggi tersebut membaik, pada akhirnya
mengalami pertumbuhan/pecah koloni produktivitas lebah tersebut juga dapat
yang lebih cepat, daerah jelajah yang lebih meningkat.
luas, penyimpanan makanan, pertumbuhan
populasi, serta tingkat fitness yang jauh 4. KESIMPULAN
lebih baik dibandingkan kawanan lebah
yang berasal dari koloni-koloni dengan Amplifikasi daerah intergenik
cox1/cox2 genom mitokondria Apis
keragaman genetik yang rendah.
mellifera dengan menggunakan primer E2
Rendahnya keragaman genetik A.
dan H1 menghasilkan produk sebesar 863
mellifera di Indonesia dapat
pb. Pemotongan DNA hasil amplifikasi
mengakibatkan lebah ini rentan terhadap
dengan enzim restriksi DraI menghasilkan
penyakit serta stress. Salah satu masalah
Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 35 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011
ISSN 2089-0877

pola yang seragam (monomorfik). Hasil ligustica) and Sicily (A. m. sicula).
pengurutan dan penjajaran daerah Mol. Ecol. 9: 907-921.
intergenik cox1/cox2 genom mitokondria
Garnery L, Mosshine EH, Oldroyd BP,
menunjukkan bahwa lebah madu impor A.
Conuet JM., 1995, Mitochondrial
mellifera yang ada di Indonesia termasuk
DNA variation in Marrocan and
ke dalam garis keturunan C. Subspesies
Spannish honeybee population. Mol.
lebah tersebut adalah A m. ligustica dengan
Ecol. 4: 465-471.
persebaran alaminya di Italia yang diimpor
ke Indonesia dari Australia. Gojmerac WL., 1983, Bees, Beekeeping,
Honey and Pollination. Connecticut:
DAFTAR PUSTAKA AVI Publishing.
Arias MC, Sheppard C.A., 1996, Kumar S, Tamura K and Nei M., 2004,
Molecular phylogenetics of honeybee MEGA3: Integrated software for
subspecies (Apis mellifera L.) molecular evolutionary genetics
inferred from mitochondrial DNA analysis and sequence alignment.
sequence. Mol. Phylogenet and Evol. Brief. Bioinform. 5: 150-163.
5:557-566. Koulianos S & Crozier RH., 1997,
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson N.F., Mitochondrial sequence of Australian
1982, An Inroduction to the Study of commercial and feral honeybee
Insects. Ohio: Saunders College Publ. strains, A. mellifera L.
(Hymenoptera: Apidae), in the
Clarke KE, Oldroyd BP, Javier J, context of species worldwide. Aus. J.
Quezada- Euan G, Rinderer TE., Entomol, 36: 359-364.
2001, Origin of honeybees (Apis
mellifera L.) from the Yucatan Marlina I., 2004, Karakterisasi intron 2 gen
peninsula inferred from inositol 1, 4, 5-triphosphate receptor
mitochondrial DNA analysis. Mol. (itpr) lebah Apis mellifera [skripsi].
Ecol. 10:1347-1355. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Crozier RH & Crozier YC., 1993, The Pertanian Bogor.
mitochondrial genome of the
honeybee Apis mellifera: complete Mattila HR et al., 2007, Genetic Diversity
sequence and genome organization. in Honey Bee Colonies Enhances
Genetics 133: 97-117. Productivity and Fitness. Science
317, 362
Cornuet JM, Garnery L, Solignac M.,
1991, Putative origin and function of Moritz RFA., 1983, Inbreeding Effects in
the intergenic region between cox1 Flight Muscle Mitochondria of Apis
and cox2 of Apis mellifera L. mellifera L. Brazil. J. Genet. VI, 1,
mitochondrial DNA. Genetics 1128: 59-70.
393-403. Özdil F, Yildiz MA, dan Hall HG., 2009,
Engelsdorp VD., 2009, Colony Collapse Molecular characterization of Turkish
Disorder: A Descriptive Study. PLoS honey bee populations (Apis
ONE Vol. 4, 8. mellifera) inferred from
mitochondrial DNA RFLP and
Franck P, Garnery L, Solignac M, Cornuet sequence results. Apidologie 40: 570–
JM., 2000a, Molecular confimation 576.
of a fourth lineage in honeybees in
the Near East. Apidologie 31(2):167- Ruttner F., 1988, Biogeography and
180. Taxonomy of Honeybeeys. Berlin:
Springer.
Frank P et al., 2000b, Hybrid origin of
honeybee from Italy (Apis mellifera Sambrooks J, Fritsch EF, Maniatis T.,
1989, Molecular Cloning a

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 36 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

Laboratory Manual. Ed ke-2. New


York: Cold Spring Harbor Pr.
Sukartiko B., 1986, Evaluasi budidaya
lebah madu di Indonesia. Prosiding
Lokakarya Pembudidayaan Lebah
Madu untuk Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat;
Sukabumi, 20-22 Mei 1986, Jakarta,
hlm 97-111.

Jurnal BIOPROPAL INDUSTRI 37 Vol. : 02, No. 01, Juni 2011

Das könnte Ihnen auch gefallen