Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/281277011
CITATIONS READS
0 535
2 authors, including:
Anissa Rizkianti
National Institute of Health Research and Development
6 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Anissa Rizkianti on 27 August 2015.
The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)
Prelacteal Feeding Intake as One Factor That Led to The Failure of Exclusive
Breastfeeding in Textile Industry Workers in Jakarta
Abstract
Background: One of the efforts to reduce the risk of infant mortality is through breastfeeding (breast milk).
Breastfeeding should be done as early as possible, i.e. since the beginning of the birth, and then continued
exclusive breastfeeding up to next 6 months. However, this effort is hampered by the provide of prelacteal
feeding for babies as soon as they was born.
Objective: This study was conducted to analyze the factors associated with the provide prelacteal feeding
newborns by the women workers of textile industry in Jakarta in 2012 as an effort to increase the success of
exclusive breastfeeding women textile workers.
Methods: The study design was qualitative. The informants of this study is 27 mothers of infants aged > 6
to 12 months , and work at one of the textile mills in Jakarta . Data were collected through Focus Group
Discussion (FGD).
Results: Only two informants (n = 2) were successfully exclusively breastfeed their children, others failed.
While related to provide prelacteal feeding, from 27 informants, there were 26 informants (n = 26) who
gives prelacteal food to her baby shortly after the baby birth.
Conclusions: Factors associated with provide prelacteal feeding is the level of maternal education,
maternal knowledge, maternal tradition or belief in providing prelacteal food, the place of birth and the
birth attendants.
Keywords: prelacteal feeding, exclusive breastfeeding, women workers, textile industry
Abstrak
Latar belakang: Salah satu upaya mengurangi risiko kematian bayi adalah melalui pemberian Air Susu
Ibu (ASI). Pemberian ASI harus dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak awal kelahiran dan dilanjutkan
pemberian ASI eksklusif. Tetapi, upaya ini terhambat karena praktik pemberian asupan prelakteal
(prelacteal feeding) pada bayi baru lahir.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
asupan prelakteal bayi baru lahir pada ibu pekerja buruh industri tekstil di Jakarta tahun 2012 sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif para buruh perempuan industri
tekstil.
Metode: Desain penelitian adalah kualitatif terhadap 27 informan ibu yang memiliki bayi usia 6 sampai 12
bulan, dan bekerja di salah satu pabrik industri tekstil di Jakarta. Data dikumpulkan melalui Focus Group
Discussion (FGD).
Hasil: Hanya dua orang informan (n=2) yang berhasil memberikan ASI secara eksklusif, selebihnya gagal.
Sedangkan terkait pemberian asupan prelakteal, dari 27 informan, terdapat 26 informan (n=26) yang
memberikan asupan prelakteal pada bayinya sesaat setelah bayi lahir.
Kesimpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asupan prelakteal adalah tingkat
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, tradisi ibu dalam memberikan asupan prelakteal dan dukungan keluarga
terhadap pemberian asupan prelakteal.
Kata kunci: asupan prelakteal, ASI eksklusif, buruh perempuan, industri tekstil
.Naskah masuk: 28 Februari 2014 Review: 20 Maret 2014 Disetujui terbit: 14 April 2014
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36
(R18) (informan gagal ASI bayi disusukan maka peluang untuk bayi
eksklusif, berpendidikan rendah, menerima asupan prelakteal semakin tinggi. 2
usia 34 tahun) Sebagian besar informan yaitu sebanyak 19
informan baru menyusui bayinya saat bayi
“dari baru lahir formula, 3 hari
berusaha diatas 2 hari dan selama itu pula
baru dikasih ASI...” (R22)
bayi diberikan asupan prelakteal sambil
(informan gagal ASI eksklusif,
menunggu keluarnya ASI, padahal
berpendidikan rendah, usia 30
pemberian asupan prelakteal justru
tahun)
berbahaya bagi bayi karena saluran
Terkait dengan pemberian asupan prelakteal
pencernaan bayi belum cukup kuat untuk
pada bayi ibu pekerja buruh perempuan, hasil
mencerna makanan dan minuman selain
dari diskusi kelompok terarah (FGD) juga
ASI.2 Alasan memberikan asupan prelakteal
menemukan data bahwa sebagian besar ibu
adalah supaya bayi berhenti menangis,
setuju bahkan meminta tenaga kesehatan
karena bayi belum bisa menghisap ASI, bayi
untuk memberikan asupan prelakteal kepada
membutuhkan makanan atau minuman untuk
bayi mereka dengan berbagai alasan. Padahal
sesuai dengan petunjuk teknis Departemen kecukupan gizi dan ASI belum keluar.18 Hal
Kesehatan, pemberian asupan prelakteal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
hanya diberikan untuk kasus beberapa informan sebagai berikut:
kegawatdaruratan medis pada bayi pasca “...Pas lahir, udah dikasih susu,
dilahirkan, salah satunya bayi yang lahir dipancing supaya ASInya keluar”
dengan berat lahir bayi diatas 4,5 kg dengan (R18) (informan gagal ASI eksklusif,
riwayat diabetes melitus (DM) boleh berpendidikan rendah, usia 34 tahun)
diberikan asupan prelakteal hanya sampai
kurun waktu tertentu untuk mencegah “Iya kan lahir belum keluar. Dah
terjadinya hipoglikemi pada bayi tersebut, dicobain dipencet-pencet tetap belum
dalam hal ini tenaga kesehatan boleh keluar. Dua hari keluar langsung
memberikan asupan prelakteal dengan dikasih, tapi dikasih susu botol dulu”
ketentuan-ketentuan khusus dan dengan (R4) (informan gagal ASI eksklusif,
seiizin orang tua bayi yang bersangkutan.2 berpendidikan rendah, usia 31 tahun)
Dari hasil FGD yang dilakukan, ada beberapa
“… Susu ASI saja tidak kenyang”(R19)
informan yang justru meminta tenaga
kesehatan yang bertugas untuk memberikan (informan gagal ASI eksklusif,
bayi mereka asupan prelakteal bahkan berpendidikan rendah, 30 tahun)
dengan nada paksaan, hal tersebut seperti
“Ampe nangis klenger bayi saya,
yang diungkapkan seorang informan sebagai
kasian. Laper kali dia trus dikasih
berikut:
susu botol dulu deh” (R6) ( informan
“...saya marahin aja susternya,
”Sus, anak saya kelaperan itu. Abis gagal ASI eksklusif, berpendidikan
ASI saya belum keluar bagaimana? rendah, 35 tahun)
Kasih susu botol dulu”. ”Nggak “....biar cepet gede badannya. Biar
boleh, Bu” kata susternya. Harus sehat,juga daripada nangis kelaparan
minum susu ASI dulu. ASI saya karena ga ada air susunya, belum
belum keluar (agak bentak). Saya keluar susu sampe berhari-hari,
marah-marahin suster. Ampe akhirnya anaknya keenakan nyedot
klenger, kasian. Laper kali dia.baru susu, ya ASInya gak lanjut.” (R22) )
deh susternya kasih susu botol..” (informan gagal ASI eksklusif,
(R6) ( informan gagal ASI berpendidikan rendah, 30 tahun)
eksklusif, berpendidikan rendah,
35 tahun) Alasan lainnya yang diungkapkan oleh
informan terkait pemberian asupan prelakteal
Alasan Pemberian Asupan prelakteal bagi bayi mereka selain ASI yang belum
Waktu pertama kali bayi disusukan oleh keluar pasca melahirkan adalah alasan bayi
ibunya merupakan determinan penting dalam menangis yang diidentikkan dengan
keberhasilan ASI eksklusif, semakin lama kelaparan. Menurut Roesli (2008), bayi
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)
menangis pasca dilahirkan tidak selalu pisang, nasi yang dikunyah ibunya,
identik dengan kondisi lapar dan haus. Bayi pepaya, dan susu formula.1 Namun dari
menangis bisa karena banyak faktor (pada sekian banyak asupan prelakteal yang
bayi baru lahir) disebabkan juga rasa tidak umumnya diberikan pada bayi sesaat baru
nyaman dengan sekitarnya, hal ini lahir, yang paling banyak diberikan adalah
disebabkan bayi harus beradaptasi dengan susu formula.1 Penelitian lain yang
kondisi baru diluar rahim ibunya. Penafsiran dilakukan oleh Kholifah (2008) bahwa ibu
yang salah terkait tangisan bayi yang selalu yang melakukan persalinan dibantu oleh
diidentikan dengan kondisi lapar dan haus dukun bayi, bidan ataupun keduanya
inilah yang kemudia menjadi alasan memberikan asupan prelakteal. Penolong
banyaknya ibu dan tenaga kesehatan persalinan non-nakes (seperti dukun
memberikan asupan prelakteal pada bayi beranak) menganjurkan memberikan
sesaat setelah dilahirkan. 2 Beberapa asupan prelakteal berupa madu dan pisang
informan dalam penelitian ini pun berbeda dengan penolong persalinan
menafsirakan tangisan bayi mereka dengan petugas kesehatan (nakes) menyarankan
kondisi lapar dan haus sehingga mereka untuk memberikan asupan prelakteal
memberikan izin dan bahkan meminta bidan bentuk susu formula.26
atau dokter untuk memberikan asupan
prelakteal bagi bayi mereka. Hal tersebut Sebagian besar bahkan hampir semua
seperti yang diungkapkan oleh informan pekerja buruh perempuan yang
dengan kutipan sebagai berikut: memberikan asupan prelakteal pada bayi
mereka memberikan susu formula sebagai
“...Biasanya kalau anak nangis itu asupan sesaat setelah bayi lahir. Namun
pasti minta susu..selama dia masih ada juga yang memberikan buah-buahan
laper lah harus dikasih...” (R6) ( seperti pisang yang dilumatkan dan bubur
informan gagal ASI eksklusif, sebagai asupan prelakteal bagi bayi
berpendidikan rendah, 35 tahun) mereka. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh informan dengan kutipan dibawah
“Dari lahir sudah dikasih bidannya ini:
susu formula. Saya kan belum keluar
ini-nya juga. Iya, sama bidannya “...sejak lahir diberi susu formula,
dikasih dulu. Kan belum keluar air kemudian pisang dilumatkan, bubur
susunya. Sebenarnya lahirnya normal. tim, buah-buahan” (R11) (informan
Kan nggak keluar, sama bidannya gagal ASI eksklusif, berpendidikan
dikasih, bayinya nangis mulu. Udah rendah, usia 37 tahun)
keluar baru disusuin ASI gitu” (R24),
(informan gagal ASI eksklusif, “diberi susu formula sejak lahir dan
berpendidikan tinggi, 34 tahun) setelah usia 6 bulan diberi makanan
pendamping” (R10) (informan gagal
Secara umum, berdasarkan hasil FGD ASI eksklusif, berpendidikan tinggi,
tidak ditemukan alasan medis atau alasan usia 26 tahun)
khusus mengapa bayi para pekerja buruh
perempuan diberikan asupan prelakteal “...diberi susu formula dari lahir trus
sesaat setelah dilahirkan. Sebagian besar dilanjut pake bubur.” (R15)
dari informan menyetujui dan bahkan (informan gagal ASI eksklusif,
meminta anak mereka untuk diberikan berpendidikan rendah, usia 21
asupan susu formula sesaat setelah tahun)
dilahirkan sambil menunggu keluarnya
ASI mereka. Dampak Negatif Pemberian Asupan
Prelakteal
Jenis Asupan prelakteal Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Asupan prelakteal adalah makanan yang Kholifah (2008) mengenai rendahnya
diberikan kepada bayi sebelum ASI pengetahuan ibu terhadap dampak
keluar. pemberian asupan prelakteal menunjukan
Adapun jenis-jenis dari makanan tersebut bahwa seluruh informan utama dalam
antara lain: air kelapa, air tajin, madu, penelitian mengatakan bahwa pemberian
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36
asupan prelakteal pada bayi baru lahir “awalnya susu formula karena ASI
tidak menimbulkan pengaruh buruk belum keluarh, trus lanjut diberi ASI
apapun baik bagi ibu maupun bayinya.26 tapi hanya sampai usia 3 bulan,
Namun, sekali lagi harus kita ingat bahwa kemudian berhenti karena bayinya
pemberian asupan prelakteal terbukti sudah tidak mau ASI lagi”. ((R12)
menjadi satu faktor kuat penyumbang (informan gagal ASI eksklusif,
kegagalan pemberian ASI eksklusif pada berpendidikan rendah, 27 tahun)
bayi sampai usia 6 bulan, salah satunya Ketidaktahuan para ibu pekerja buruh
bayi menjadi enggan menyusu dan perempuan akan dampak negatif dari
menolak pemberian ASI.2 pemberian asupan prelakteal pada bayi
Berdasarkan hasil FGD, sebagian besar mereka sesaat setelah lahir seperti yang
ibu pekerja buruh perempuan yang diungkapkan oleh beberapa informan
menjadi informan sama sekali tidak penelitian sebagai berikut:
mengetahui dampak buruk pemberian “...Biasanya kalau anak nangis itu
asupan prelakteal pada bayi mereka. pasti minta susu..selama dia masih
Banyak dari mereka berpendapat bahwa laper lah harus dikasih..toh gak ada
kondisi bayi mereka dalam keadaan sehat- masalah kok sama bayinya sampai
sehat saja setelah asupan prelakteal sekarang.” (R6) ( informan gagal
tersebut diberikan, sehingga mereka ASI eksklusif, berpendidikan
sangat permisif terhadap pemberian rendah, 35 tahun)
asupan prelakteal bagi bayi mereka. “dari baru lahir formula, 3 hari
Bahkan para informan tidak menyadari baru dikasih ASI. Anaknya sih baik-
gagalnya pemberian ASI eksklusif baik aja sampe
terhadap bayi mereka salah satunya sekarang...sebenarnya sih dari lahir
disebabkan karena pemberian asupan bayinya bisa nyari puting
prelakteal tersebut. Meskipun beberapa ibunya....” (R22) (informan gagal
dari informan menyebutkan bahwa bayi ASI eksklusif, berpendidikan
enggan menyusu dan tidak suka dengan rendah, 30 tahun)
ASI menjadi faktor utama gagalnya ASI
eksklusif. Hal ini seperti yang “Nggak pernah ada masalah kok
diungkapkan oleh informan dengan sama bayinya..” (R7) (informan
kutipan dibawah ini: gagal ASI eksklusif, berpendidikan
“Nggak mau anaknya. Tadinya saya rendah, 33 tahun)
sanggup kan, kalau di rumah Ketidaktahuan para ibu pekerja buruh
diteteki trus kalau waktu kerja saya perempuan mengenai dampak negatif
susui. Eh keenakan susu, dia pemberian asupan prelakteal pada bayi
maunya susu aja, nggak mau ASI. semakin diperparah dengan rendahnya
Orang keenakan susu kali dari lahir kesadaran para tenaga kesehatan untuk
udah dijejelin susu botol” (R25) memberikan pendampingan dan sosialisasi
(informan gagal ASI eksklusif, terkait hal tersebut. Sebuah survei di
berpendidikan tinggi, 25 tahun) Semarang menyatakan bahwa ibu yang
melahirkan di rumah lebih banyak yang
“..Orang minum susu (ASI) itu juga menyusui bayinya dari pada ibu yang
muntah..makanya ASInya di stop melahirkan di rumah sakit. Hal ini
maunya susu formula” (R20) disebabkan oleh karena masih banyak tata
(informan gagal ASI eksklusif, laksana rumah sakit yang tidak menunjang
berpendidikan rendah, 35 tahun) menyusui, sebagai contoh: memberikan
prelacteal feeding yang sebenarnya tidak
“...ASInya kurang, bayi saya perlu dan berakibat kurang baik karena akan
mintanya air susu botol aja terus..” menghilangkan rasa haus bayi sehingga
(R6) (informan gagal ASI malas untuk menyusu. 2
eksklusif, berpendidikan rendah, Setiap tenaga kesehatan dalam hal ini dokter
35 tahun) dan bidan penolong persalinan harus
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)
menjamin bahwa proses menyusui sebaiknya dimana bayi tidak langsung ditempatkan di
dilakukan secepat mungkin setelah ibu dekat informan. Proses menyusui pertama
melahirkan sehingga bayi tidak perlu kali dilakukan pada hari kedua setelah
mendapatkan asupan prelakteal.2 Rendahnya informan tersebut pulih pasca operasi.
dukungan tenaga kesehatan penolong Selama itu bayi dipuasakan tidak diberikan
persalinan berdampak pada diberikannya asupan makanan atau minuman apapun oleh
asupan prelakteal pada bayi sesaat setelah tenaga medis.
dilahirkan. Hal tersebut seperti yang Bayi dari 25 informan yang gagal
diungkapkan oleh informan sebagai berikut: memberikan ASI eksklusif (n=25), diketahui
bahwa bayi mulai disusui beberapa hari
“..3 hari dulu baru dikasih ASI, setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar
sebelum ASI keluar dikasih susu sehingga bayi diberikan asupan prelakteal
botol dulu” (R5) (informan gagal berupa susu formula oleh tenaga kesehatan.
ASI eksklusif, melahirkan di RS, Sebanyak 26 informan ibu pekerja buruh
dibantu Dokter, persalinan operasi perempuan dalam penelitian ini menyatakan
sesar) bahwa bayi mereka diberikan asupan
“Dari lahir sudah dikasih bidannya prelakteal berupa susu formula sesaat setelah
susu formula. Saya kan belum bayi dilahirkan dikarenakan ASI yang belum
keluar ini-nya juga. Iya, sama keluar dan bayi selalu menangis karena
bidannya dikasih dulu. Kan belum kelaparan. Meskipun pada kenyataanya ada
keluar air susunya. Sebenarnya informan yang melakukan IMD sesaat
lahirnya normal. Kan nggak keluar, setelah lahir namun beberapa jam kemudian
sama bidannya dikasih, bayinya bayi diberikan asupan prelakteal berupa susu
nangis mulu. Udah keluar baru formula dengan permintaan informan yang
disusuin ASI gitu” (R24), (informan bersangkutan. Sebuah penelitian yang
gagal ASI eksklusif, melahirkan di dilakukan di Nepal tahun 2011,
Praktik Bidan, penolong memperlihatkan sebuah data bahwa dari total
persalinan Bidan, persalinan 841 responden yang dilaporkan memberikan
normal). asupan prelakteal pada bayi mereka sesaat
setelah lahir, mayoritas sebanyak 556
PEMBAHASAN responden memberikan susu formula sebagai
asupan prelakteal bagi bayi mereka, diikuti
Pemberian Asupan Prelakteal dan pemberian air putih sebanyak 75 responden
Kegagalan ASI eksklusif dan glukosa atau air gula sebanyak 35
Menurut definisi WHO, pemberian ASI
responden.18
eksklusif adalah pemberian air susu ibu tanpa
Lebih lanjut, sejumlah besar informan yang
diberikan cairan atau makanan padat lainnya
gagal ASI eksklusif akhirnya tidak
pada saat 6 bulan pertama kehidupan (kecuali
melanjutkan pemberian ASI-nya. Sebagian
pemberian obat, vitamin, suplemen, dan
besar informan hanya dapat memberikan ASI
mineral atas indikasi medis).17 Hanya
selama 1-3 bulan saja (n=22). Alasan yang
sejumlah kecil saja informan yang berhasil
banyak dikemukakan adalah karena informan
memberikan ASI secara eksklusif yaitu
terlalu sibuk bekerja dan ASI yang keluar
hanya 2 dari 27 informan, sementara
cenderung sedikit. Menurut Suhardjo (1998)
sebagian besar lainnya atau sebanyak 25
asupan prelakteal adalah makanan yang
informan gagal memberikan ASI eksklusif
diberikan kepada bayi sebelum diberikan
pada bayi mereka.
ASI.19 Asupan prelakteal diberikan pada 1-3
Informan yang berhasil ASI eksklusif hari pertama setelah kelahiran, makanan
memberikan ASI kepada bayinya tanpa yang umum diberikan pada masa prelakteal
makanan atau minuman lain dalam 24 jam tersebut adalah madu, kelapa muda, pisang
pertama pasca kelahiran hingga usia bayi dihaluskan, papaya dihaluskan, air gula
mencapai 6 bulan, meskipun ada yang dapat bahkan di Jawa Timur sebagian ada ibu-ibu
melakukan IMD dan ada yang tidak. yang memberikan susu sapi sebagai asupan
Informan yang berhasil ASI eksklusif namun prelakteal, di Nusa Tenggara barat ibu-ibu
tidak melakukan IMD disebabkan karena Suku Sasak juga memberikan nasi papak,
proses persalinan melalui operasi caesar, nasi masam, bubur tepung dan teh kepada
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36
bayi baru lahir, selain itu sebagian ibu-ibu Pemberian prelakteal seperti susu formula
Suku Bali memberikan susu bubuk sebelum sebelum bayi berusia 6 bulan sebenarnya
mulai memberikan ASI.19 tidak mampu menggantikan fungsi ASI itu
sendiri.1 Banyak dari informan di dalam
Pemberian asupan prelakteal merupakan
penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian
perilaku ibu dalam memberikan
prelakteal seperti susu formula, pisang
makanan/minuman selain ASI sebelum ASI
dilumatkan dan bubur lembik hanya
keluar seperti: air teh, air putih, madu, air
dimaksudkan untuk membantu agar bayi
tajin, pisang, susu formula, dan pepaya
cepat kenyang. Akan tetapi, kandungan gizi
kepada bayi. Pemberian asupan prelakteal ini
yang lebih diperlukan oleh bayi pada usia 0-6
berbahaya karena: makanan ini dapat
bulan adalah yang terdapat di dalam ASI.
menggantikan kolostrum sebagai makanan
ASI memiliki kolostrum atau cairan kuning
bayi yang paling awal.2 Bayi mungkin
yang mengandung zat-zat kekebalan tubuh
terkena diare, septicemia dan meningitis, bayi
yang diketahui sangat baik menjaga
lebih mungkin menderita intoleransi terhadap kekebalan tubuh bayi.17 Selain itu, kolostrum
protein di dalam susu formula tersebut, serta juga tinggi akan protein, vitamin A,
alergi dermatitis akut.1 karbohidrat, dan lemak sehingga zat gizi bayi
Bayi dari informan yang gagal ASI eksklusif akan tetap terpenuhi. WHO, Unicef, dan
diberikan berbagai macam asupan prelakteal IDAI bahkan menyebutkan bahwa pemberian
atau minuman lain selain ASI sesaat setelah asupan prelakteal justru akan meningkatkan
lahir, tidak hanya susu formula melainkan risiko terjadinya diare.17 Setelah kelahiran
juga ada yang memberikan bubur tim, buah- daya imun bayi sebenarnya masih lemah dan
buahan, maupun biskuit beberapa hari setelah bayi sangat rentan terhadap penyakit.
anaknya lahir. Beberapa alasan yang Para informan mengungkapkan jumlah ASI
dikemukakan oleh para informan diantaranya yang keluar sedikit pasca melahirkan sebagai
adalah anak yang terus menangis kelaparan, alasan kuat memberikan asupan prelakteal
memancing supaya ASI dapat keluar, untuk kepada bayi mereka, sehingga mereka cemas
memenuhi kecukupan gizi bayi dan tidak akan membuat anak kenyang. Secara
mencegah bayi dari penyakit, tentu hal ini umum, pemberian asupan prelakteal akan
berbanding terbalik dengan dampak negatif mengganggu hisapan bayi.1 Rasa lapar bayi
pemberian asupan prelakteal pada bayi sesaat terpuaskan, sehingga bayi menyusu lebih
setelah dilahirkan. sedikit, bila bayi diberi minuman dari botol
Rendahnya keberhasilan pemberian ASI dan dot, maka bayi lebih sulit melekat pada
eksklusif karena sebagian besar informan payudara (bingung puting), bayi akan kurang
sudah memberikan cairan, makanan lembik menyusu dan merangsang payudara dan ASI
dan makanan padat lainnya sesaat setelah memerlukan waktu lebih lama untuk keluar,
bayi lahir atau sebelum bayi mencapai usia 6 hal ini mempersulit pemantapan menyusui. 2
bulan. Hal ini juga diperkuat dengan Meskipun bayi mendapatkan asupan
penelitian Diana Nur Alifah yang juga prelakteal sedikit, ibu kemungkinan besar
menemukan hal yang sama bahwa dari akan mengalami masalah seperti
sejumlah 12 informan yang diwawancarai pembengkakan payudara. Akibatnya,
hanya sedikit sekali di antaranya yang kegiatan menyusui kemungkinan besar akan
berhasil ASI eksklusif, sedangkan sisanya berhenti lebih awal dibandingkan bila bayi
gagal.20 Informan yang gagal memberikan disusui eksklusif sejak lahir. Pemberian
ASI eksklusif tersebut telah memberikan asupan prelakteal sangat merugikan karena
prelakteal dan MP-ASI (Makanan akan menghilangkann rasa haus bayi
Pendamping ASI) terlalu dini. Padahal sehingga malas menyusui.17
menurut rekomendasi WHO/Unicef di dalam
Global Strategy for Infant and Young Child Pemberian Asupan Prelakteal: Susu
Feeding, pemberian prelakteal dan MP-ASI Formula tanpa Indikasi Medis.
dilakukan sejak usia 6 bulan hingga 24 bulan, Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.39
dan selama 6 bulan hanya diberikan ASI Tahun 2013 Tentang Pemberian Susu
saja.21 Kecuali pada beberapa kasus dan Formula dan Produk Bayi Lainnya,
situasi darurat, seperti pada anak yatim piatu. dijelaskan bahwa pemberian susu formula
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)
bayi hanya ditujukan untuk alasan medis. oleh Vishnu Kanal di Nepal (2011),
Dalam hal ini diatur secara jelas bahwa memperlihatkan data bahwa sebanyak 556
indikasi medis dilakukan dalam hal : a) bayi responden dari 841 responden yang
yang hanya dapat menerima susu dengan memberikan asupan prelakteal pada bayi
formula khusus; b) bayi yang membutuhkan mereka berupa susu formula tanpa alasan dan
makanan lain selain ASI dengan jangka indikasi medis yang jelas.18 Hal ini tentu
waktu terbatas; c) kondisi medis ibu yang akan mengganggu proses menyusui secara
tidak dapat memberikan ASI eksklusif karena alamiah yang akan dialami oleh bayi.
harus mendapatkan pengobatan sesuai Pemberian susu formula tanpa indikasi medis
dengan standar pelayanan medis; d) kondisi sebagai asupan prelakteal membawa dampak
medis ibu dengan HbsAg (+), dalam hal Bayi negatif yang tidak sedikit. Selain
belum diberikan vaksinasi hepatitis yang menghilangkan kemampuan alami bayi untuk
pasif dan aktif dalam 12 (dua belas) jam; dan menghisap ASI dari payudara ibu secara
e) keadaan lain sesuai dengan perkembangan langsung dan kehilangan minat akan rasa
ilmu pengetahuan dan teknologi. Penentuan alami ASI (bayi akan lebih menyukasi rasa
kondisi medis dimana bayi diperbolehkan susu formula) karena diberikan sebelum
memperoleh asupan prelakteal harus dengan mengecap rasa ASI, beberapa dampak
pengawasan dari dokter dengan tujuan dan negatif lainnya diantaranya bayi akan
maksud utama penyelamatan nyawa.22 mengalami: a) gangguan saluran pencernaan
Temuan dari penelitian ini memperlihatkan (muntah, diare), b) infeksi saluran
bahwa pemberian makanan prelakteal pada pernafasan, c) meningkatkan resiko serangan
bayi ibu pekerja buruh industri semata-mata asma, d) meningkatkan resiko kegemukan
bukan untuk tujuan penyelamatan nyawa (obesitas), e). meningkatkan resiko penyakit
bayi atau dengan kata lain diberikan tanpa jantung dan pembuluh darah dan f)
indikasi medis tertentu. Hampir seluruh meningkatkan resiko infeksi yang berasal
informan menyatakan bahwa alasan dari susu formula yang tercemar.2 Meskipun
pemberian asupan prelakteal pada bayi dampak ini tidak langsung dapat terlihat
mereka semata-mata dikarenakan ASI yang dalam jangka pendek, namun tetap memiliki
belum keluar sedangkan bayi menangis dan peluang kejadian dalam jangka panjang.
diidentikan dengan kondisi lapar. Menurut Faktor Lain terkait Pemberian Asupan
Permenkes No 39 Tahun 2013, lebih lanjut Prelakteal pada Bayi.
dijelaskan kondisi bayi yang diperbolehkan
diberikan asupan prelakteal haruslah Selain hasil penelitian diatas, peneliti juga
memiliki kriteria antara lain : a) bayi lahir menemukan faktor-faktor lain terkait dengan
dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu praktik pemberian asupan prelakteal pada
lima ratus) gram atau bayi lahir dengan berat bayi pekerja buruh perempuan industri sesaat
badan sangat rendah; b) bayi lahir kurang setelah dilahirkan. Antara lain 1) status ibu
dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia sebagai pekerja, 2) rendahnya tingkat
kehamilan yang sangat prematur; dan/atau c) pendidikan ibu, 3) adanya faktor kebiasaan
bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia memberikan asupan prelakteal sampai ASI
berdasarkan gangguan adaptasi metabolisme keluar, 4) ketidaktahuan ibu terhadap
atau peningkatan kebutuhan glukosa seperti dampak negatif pemberian asupan prelakteal
pada bayi prematur, kecil untuk umur pada bayi, 5) metode persalinan melalui
kehamilan atau yang mengalami stress sectio casearea, dan 6) rendahnya dukungan
iskemik/intrapartum hipoksia yang dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun
signifikan, bayi yang sakit dan bayi yang bidan untuk memberikan pengetahuan
memiliki ibu pengidap diabetes, jika gula seputar ASI eksklusif dan larangan
darahnya gagal merespon pemberian ASI pemberian asupan prelakteal pada bayi.
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang dilakukan oleh Melli
22
Wulandari (2011)23, juga memperlihatkan
Hasil temuan penelitian ini dimana semua hasil bahwa faktor-faktor yang
informan memberikan asupan prelakteal pada mempengaruhi seorang ibu memberikan
bayi mereka tanpa indikasi medis juga asupan prelakteal pada bayi meliputi faktor
seiring dengan penelitian yang dilakukan umur, pendidikan, pekerjaan, metode
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36