Sie sind auf Seite 1von 15

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/281277011

Pemberian Asupan Prelakteal sebagai Salah


Satu Faktor Kegagalan ASI Ekslusif pada
Pekerja Buruh Industri Tekstil di Jakarta

Article · April 2014

CITATIONS READS

0 535

2 authors, including:

Anissa Rizkianti
National Institute of Health Research and Development
6 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Anissa Rizkianti on 27 August 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

PEMBERIAN ASUPAN PRELAKTEAL SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR


KEGAGALAN ASI EKSKLUSIF PADA PEKERJA BURUH INDUSTRI
TEKSTIL DI JAKARTA

Prelacteal Feeding Intake as One Factor That Led to The Failure of Exclusive
Breastfeeding in Textile Industry Workers in Jakarta

Novianti dan Anissa Rizkianti


Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Email: novianti.ms@gmail.com

Abstract

Background: One of the efforts to reduce the risk of infant mortality is through breastfeeding (breast milk).
Breastfeeding should be done as early as possible, i.e. since the beginning of the birth, and then continued
exclusive breastfeeding up to next 6 months. However, this effort is hampered by the provide of prelacteal
feeding for babies as soon as they was born.
Objective: This study was conducted to analyze the factors associated with the provide prelacteal feeding
newborns by the women workers of textile industry in Jakarta in 2012 as an effort to increase the success of
exclusive breastfeeding women textile workers.
Methods: The study design was qualitative. The informants of this study is 27 mothers of infants aged > 6
to 12 months , and work at one of the textile mills in Jakarta . Data were collected through Focus Group
Discussion (FGD).
Results: Only two informants (n = 2) were successfully exclusively breastfeed their children, others failed.
While related to provide prelacteal feeding, from 27 informants, there were 26 informants (n = 26) who
gives prelacteal food to her baby shortly after the baby birth.
Conclusions: Factors associated with provide prelacteal feeding is the level of maternal education,
maternal knowledge, maternal tradition or belief in providing prelacteal food, the place of birth and the
birth attendants.
Keywords: prelacteal feeding, exclusive breastfeeding, women workers, textile industry

Abstrak

Latar belakang: Salah satu upaya mengurangi risiko kematian bayi adalah melalui pemberian Air Susu
Ibu (ASI). Pemberian ASI harus dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak awal kelahiran dan dilanjutkan
pemberian ASI eksklusif. Tetapi, upaya ini terhambat karena praktik pemberian asupan prelakteal
(prelacteal feeding) pada bayi baru lahir.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian
asupan prelakteal bayi baru lahir pada ibu pekerja buruh industri tekstil di Jakarta tahun 2012 sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif para buruh perempuan industri
tekstil.
Metode: Desain penelitian adalah kualitatif terhadap 27 informan ibu yang memiliki bayi usia 6 sampai 12
bulan, dan bekerja di salah satu pabrik industri tekstil di Jakarta. Data dikumpulkan melalui Focus Group
Discussion (FGD).
Hasil: Hanya dua orang informan (n=2) yang berhasil memberikan ASI secara eksklusif, selebihnya gagal.
Sedangkan terkait pemberian asupan prelakteal, dari 27 informan, terdapat 26 informan (n=26) yang
memberikan asupan prelakteal pada bayinya sesaat setelah bayi lahir.
Kesimpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asupan prelakteal adalah tingkat
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, tradisi ibu dalam memberikan asupan prelakteal dan dukungan keluarga
terhadap pemberian asupan prelakteal.
Kata kunci: asupan prelakteal, ASI eksklusif, buruh perempuan, industri tekstil

.Naskah masuk: 28 Februari 2014 Review: 20 Maret 2014 Disetujui terbit: 14 April 2014
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

PENDAHULUAN karena di dalam madu terdapat kandungan


colustrum botulinum spora yang dapat
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan membahayakan dan mematikan.1
yang terbaik bagi bayi, terutama pada bulan-
bulan pertama hidupnya. ASI mengandung Pemberian asupan prelakteal adalah makanan
semua zat gizi untuk membangun dan yang diberikan kepada bayi sebelum ASI
menyediakan energi yang diperlukan oleh keluar.1 Penelitian Fikawati dan Syafiq, pada
bayi. ASI juga mempunyai nilai yang paling tahun 2009 di 4 kabupaten di Provinsi Jawa
tinggi dibandingkan dengan makanan bayi Barat, menemukan kegagalan pelaksanaan
yang dibuat manusia ataupun susu hewan, ASI Eksklusif telah dimulai sejak 3 hari
seperti susu sapi, susu kerbau, dan jenis pertama kelahiran yaitu lebih dari 80 persen
makanan lainnya, sebagaimana pernah responden yang tidak ASI eksklusif 4 bulan,
dicanangkan pada pekan air susu ibu sedunia telah memberikan makanan/minuman
pada tanggal 1-7 Agustus 2007 yang prelakteal dalam tiga hari pertama kepada
bertemakan menyusui eksklusif 6 bulan akan bayinya.4 Pemberian asupan prelakteal
menyelamatkan sejuta bayi. Selain itu berbahaya bagi bayi karena saluran
program peningkatan ASI eksklusif pencernaan bayi belum cukup kuat untuk
merupakan salah satu bentuk usaha mencerna makanan dan minuman selain
pemerintah dalam hal pencapaian Millenium ASI.5 Selain itu, makanan/minuman
Development Goals (MDGs) pada tahun prelakteal dapat menggangu produksi ASI
20141 dan mengurangi kemampuan bayi untuk
menghisap, di samping itu daya cerna bayi
World Health Organization (WHO) dan
hanya cocok untuk ASI saja. 1
United nations of children's fund (Unicef)
menerangkan bahwa pemberian makanan
bayi yang terbaik adalah dengan memberikan Pemberian ASI eksklusif di Indonesia belum
ASI secara eksklusif selama 6 bulan tanpa berhasil sepenuhnya. Pemberian ASI satu
diikuti pemberian cairan atau asupan jam paska bersalin atau IMD berdasarkan
prelakteal. Berdasarkan penelitian WHO data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
(2000) di enam negara berkembang, resiko tahun 20106 baru sekitar 29,3 persen.
kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat Meskipun ada peningkatan pelaksanaan IMD
40 persen jika bayi tersebut tidak disusui. berdasarkan data Riskesdas 20137 yaitu
Untuk bayi berusia di bawah 2 bulan, angka sebesar 34,5 persen, namun praktek
kematian ini meningkat menjadi 48 persen. pemberian ASI pada hari pertama (1-24 jam
Salah satu upaya untuk mengurangi Angka pertama kelahiran) mengalami penurunan
Kematian Bayi (AKB) yaitu dengan berdasarkan data Riskesdas 2010 sebesar
pemberian ASI khususnya ASI eksklusif 6 77,6 persen dan menurun di tahun 2013
bulan dan tetap diberi ASI sampai 11 bulan menjadi 73,4 persen. Berdasarkan SDKI
saja dengan MP-ASI pada usia 6 bulan dapat 2012 sebanyak 60,3 persen bayi di Indonesia
menurunkan kematian balita sebanyak 13 mendapatkan asupan prelakteal cair dan
persen.2 setengah padat atau lembik.8 Berdasarkan
Riskesdas 2010, pemberian asupan prelakteal
WHO dan UNICEF, pada tahun 2003
paling banyak terdapat di Provinsi Sumatera
melaporkan bahwa 60 persen kematian balita
Selatan sebanyak 44,8 persen, jenis makanan
langsung maupun tidak langsung disebabkan
yang paling banyak diberikan yaitu susu
oleh kurang gizi, dan dua per tiga dari
formula dan madu yaitu (75,6%) dan
kematian tersebut terkait dengan praktik
(23,3%).6 Menurut data Riskesdas tahun
pemberian makanan yang kurang tepat pada
bayi dan anak.1 Selain itu asupan prelakteal 2013, pemberian asupan prelakteal terbanyak
seperti madu, air teh, air tajin, dan pisang terdapat di provinsi Sumatera Utara yaitu
sangat berbahaya bagi kesehatan bayi. sebesar 62, 7 persen.7 Sedangkan khusus di
Makanan padat seperti pisang dapat daerah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan
menyebabkan sumbatan saluran pencernaan data Riskesdas tahun 2013, pemberian
dan menyebabkan kematian berkisar 5,1 asupan prelakteal pada bayi sesaat setelah
persen3 selain itu pemberian asupan dilahirkan masih tergolong tinggi yaitu
prelakteal seperti madu juga berbahaya sebesar 39,8 persen.7
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

Beberapa penelitian terkait kegagalan praktik penyumbang kegagalan pemberian ASI


pemberian ASI eksklusif juga disebabkan eksklusif pada bayi serta menganalisa faktor-
oleh pemberian asupan prelakteal pada bayi faktor yang berperan terhadap pemberian
sesaat setelah dilahirkan.2 Penelitian di asupan prelakteal oleh pekerja buruh
Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa 18,7 perempuan. Diharapkan hasil penelitian ini
persen dari ibu-ibu memberikan susu formula memberikan gambaran dan fakta kepada
pada minggu pertama setelah kelahiran. pembuat kebijakan mengenai pentingnya
Temuan penting lainnya dari studi tersebut pelaksanaan IMD, tata laksana ASI eksklusif
adalah bahwa 14,8 persen menyatakan setuju dan aspek negatif dari pemberian asupan
untuk memberikan susu formula kepada bayi prelakteal pada bayi sesaat setelah dilahirkan,
baru lahir.9 Penelitian lainnya yang dilakukan sehingga dapat membantu meningkatkan
oleh Widodo (2001) di Jawa Tengah dan upaya pencapaian target ASI eksklusif 6
Jawa Barat menunjukkan bahwa 77 persen bulan, khususnya pada para pekerja buruh
responden memberikan asupan prelakteal perempuan.
kepada bayi baru lahir.10 Penelitian serupa
juga dilakukan Theresenia (2002) di METODE
Tangerang yang menunjukkan bahwa
sebanyak 74,9 persen responden memberikan Metode pengumpulan data penelitian ini
asupan prelakteal pada bayi baru lahir.11 Tak menggunakan desain penelitian kualitatif.
jauh berbeda dengan hasil penelitian yang Namun untuk melihat karakteristik informan,
dilakukan oleh Megawati (2002), peneliti juga menyebarkan kuesioner isian
memperlihatkan bahwa pemberian asupan identitas responden. Pemilihan informan
prelakteal di wilayah Kerja Puskesmas Bogor dilakukan secara pusposive sampling dari
Selatan cukup tinggi yaitu sebesar 72,5 salah satu pabrik tekstil di Jakarta dan hasil
persen.12 screening ke tempat tinggal pekerja buruh
pabrik yang berlokasi dekat kawasan industri
Menurut Sinambella (2000), pemberian
asupan prelakteal yang dilakukan di melalui petugas Puskesmas. Sejumlah 27
Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor informan utama yang ditemukan adalah
sebanyak 83,3 persen responden terjadi buruh pekerja industri tekstil yang memiliki
karena kebiasaan yang ada di lingkungan bayi berumur 6 sampai 12 bulan.
responden.13 Penelitian Wijaya (2002) Pengumpulan data dilakukan menggunakan
menyebutkan bahwa keberhasilan seorang cara Focus Group Discussion (FGD)
ibu dalam menyusui sangat dipengaruhi oleh terhadap informan pekerja buruh menyusui.
pengalaman dan dukungan dari orang di Informasi yang didapat dari informan ibu
sekitarnya terutama keluarga.14 Kebanyakan pekerja buruh perempuan ditujukan untuk
ibu memerlukan dukungan agar dapat menjawab pertanyaan terkait riwayat
menyusui dengan baik. Lubis (2000), pemberian asupan prelakteal dan praktik
menyatakan bahwa petugas kesehatan pemberian ASI Eksklusif pada bayi mereka.
memiliki peran yang sangat besar dalam Sementara itu, informasi lain dari tenaga
memberikan contoh pemberian makanan kesehatan yang terdiri dari bidan klinik
terhadap anak.15 Kurnia Ningsih (2004), perusahaan dan bidan Puskesmas
menyatakan bahwa 58 persen petugas dikumpulkan melalui wawancara mendalam.
kesehatan membolehkan pemberian Informasi yang hendak dilihat dari informan
makanan/minuman prelakteal sebelum ASI tenaga kesehatan untuk melihat bentuk
keluar dan 76 persen petugas kesehatan sosialisasi dan penyuluhan yang telah
setuju untuk memberikan makanan/minuman dilakukan kepada pada ibu pekerja buruh
prelakteal ketika ASI ibunya belum keluar.16 perempuan terkait praktik pemberian ASI
eksklusif dan asupan prelakteal pada bayi.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk Hasil diskusi dan wawancara mendalam
memperoleh gambaran praktik pemberian kemudian dientri ke dalam program CDC
asupan prelakteal pada bayi sesaat setelah EZ-Text dan dianalisis melalui tahapan
dilahirkan pada pekerja buruh perempuan. reduksi data, penelusuran tema jawaban
Dimana pemberian asupan prelakteal menurut topik pertanyaan ke dalam bentuk
merupakan salah satu faktor utama matriks, lalu dihubungkan dengan catatan-
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

catatan teori yang didapat. Keseluruhan hasil HASIL


ditriangulasi yaitu dengan melakukan
Hasil Kuantitatif
pengecekan terhadap jawaban informan ibu
pekerja dengan jawaban dari informan tenaga Berdasarkan sebaran kuesioner kuantitatif,
kesehatan untuk menjaga validitas atau didapatkan data terkait karakteristik
keabsahan data atau sebagai pembanding informan, yang dapat dilihat pada Tabel 1.
terhadap data tersebut. dibawah ini:

Tabel 1. Karakteristik Pekerja Buruh Perempuan


Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

Berdasarkan usia didapatkan data bahwa penelitian, hanya 4 informan yang


mayoritas sebanyak 14 informan berusia melakukan IMD sesaat setelah melahirkan
pada kisaran 20-30 tahun, diikuti informan dan 22 informan lainnya tidak melakukan
dengan usia >30 tahun sebanyak 13 IMD. Seiring dengan gagalnya praktik
informan. Sedangkan berdasarkan tingkat pemberian ASI eksklusif, dari 27 informan
penghasilan, dikategorikan kedalam 3 penelitian sebanyak 25 informan
tingkatan yaitu penghasilan rendah dimana memberikan anak mereka MP ASI Dini
informan berpenghasilan kurang dari Rp. sebelum usia anak genap 6 bulan.3
1.500.000,-/bulan yaitu sebanyak 2 informan,
informan berpenghasilan menengah dimana Salah satu pertanyaan yang juga diajukan
informan berpenghasilan Rp. 1.500.000 s/d saat penelitian ini berlangsung adalah
Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 24 informan bagaimana cara atau metode ibu pekerja
buruh perempuan melahirkan. Dari total 27
dan informan dengan penghasilan tinggi
informan, sebanyak 14 informan melahirkan
dimana informan memiliki penghasilan lebih
dari Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 1 secara normal per vaginam dan sebanyak 13
informan. informan melahirkan dengan cara sectio
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 20 caesarea atau dengan operasi. Dari 27
dari 27 informan berpendidikan rendah, yaitu informan penelitian sebagian besar informan
tamatan Sekolah Dasar (SD) dan tamatan yaitu sebanyak 16 informan melahirkan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) masing- dibantu dokter dan melahirkan di Rumah
Sakit dan 11 informan lainnya melahirkan
masing sebanyak 5 dan 15 informan.
Sedangkan untuk kategori informan dibantu oleh bidan, 10 diantaranya
berpendidikan tinggi yaitu tamatan Sekolah melahirkan di Puskesmas atau Praktik Bidan
Menengah Atas (SMA) dan Akademi (D3) setempat dan 1 diantaranya melahirkan di
rumah.
masing-masing sebanyak 6 dan 1 informan.
Informasi lain yang diperoleh dari sebaran Hasil Kualitatif
kuesioner adalah karakteristik informan Pemberian Asupan prelakteal.
berdasarakan jumlah anak lahir hidup.
Sebanyak 13 informan memiliki jumlah anak Asupan sebelum menyusui (asupan
lahir hidup yaitu 2 anak, dan diikuti jumlah pralaktasi) adalah makanan/minuman buatan
anak lahir hidup yaitu 1 anak. Hanya yang diberikan kepada bayi sebelum kegiatan
sebagian kecil informan, yaitu 3 orang menyusui dimulai.2 Dari hasil data kualitatif,
informan yang memiliki anak lahir hidup sebagian besar informan gagal memberikan
sebanyak 3 anak. ASI eksklusif kepada bayi mereka dan
memberikan asupan prelakteal kepada bayi
Terkait dengan praktik pemberian ASI mereka sesaat setelah bayi dilahirkan.
eksklusif, diperoleh data hanya 2 informan Pemberian asupan prelakteal terbukti
dari 27 informan penelitian yang berhasil menjadi satu faktor kuat penyumbang
memberikan ASI eksklusif 6 bulan pertama kegagalan pemberian ASI eksklusif pada
tanpa asupan lainnya kepada bayi mereka. bayi sampai usia 6 bulan.2 Dari 27 informan
Sebagian besar sebanyak 25 informan tidak penelitian, sebanyak 26 informan diketahui
berhasil memberikan ASI eksklusif kepada memberikan asupan prelakteal pada bayi
bayi mereka. Informasi terkait dengan mereka sesaat sesudah dilahirkan. Hal
pelaksanaan IMD merupakan informasi tersebut seperti yang diungkapkan oleh
penting yang harus digali, IMD harus beberapa informan dibawah ini:
dilakukan kurang dari 1 jam sejak bayi
dilahirkan. Salah satu manfaat dilakukannya “diberi susu formula sejak lahir
IMD adalah untuk merangsang kelenjar susu dan setelah usia 6 bulan diberi
di payudara untuk mengeluarkan ASI lebih makanan pendamping” (R10)
cepat. Dengan dilakukannya IMD diharapkan (gagal ASI eksklusif,
proses keluarnya ASI dapat lebih cepat berpendidikan tinggi, usia 26
sehingga bayi dapat disusui segera setelah tahun)
lahir dan mengurangi peluang pemberian
asupan prelakteal pada bayi yang baru saja “...Pas lahir, udah dikasih susu,
dilahirkan.2 Namun, dari 27 informan dipancing supaya ASInya keluar”
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

(R18) (informan gagal ASI bayi disusukan maka peluang untuk bayi
eksklusif, berpendidikan rendah, menerima asupan prelakteal semakin tinggi. 2
usia 34 tahun) Sebagian besar informan yaitu sebanyak 19
informan baru menyusui bayinya saat bayi
“dari baru lahir formula, 3 hari
berusaha diatas 2 hari dan selama itu pula
baru dikasih ASI...” (R22)
bayi diberikan asupan prelakteal sambil
(informan gagal ASI eksklusif,
menunggu keluarnya ASI, padahal
berpendidikan rendah, usia 30
pemberian asupan prelakteal justru
tahun)
berbahaya bagi bayi karena saluran
Terkait dengan pemberian asupan prelakteal
pencernaan bayi belum cukup kuat untuk
pada bayi ibu pekerja buruh perempuan, hasil
mencerna makanan dan minuman selain
dari diskusi kelompok terarah (FGD) juga
ASI.2 Alasan memberikan asupan prelakteal
menemukan data bahwa sebagian besar ibu
adalah supaya bayi berhenti menangis,
setuju bahkan meminta tenaga kesehatan
karena bayi belum bisa menghisap ASI, bayi
untuk memberikan asupan prelakteal kepada
membutuhkan makanan atau minuman untuk
bayi mereka dengan berbagai alasan. Padahal
sesuai dengan petunjuk teknis Departemen kecukupan gizi dan ASI belum keluar.18 Hal
Kesehatan, pemberian asupan prelakteal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
hanya diberikan untuk kasus beberapa informan sebagai berikut:
kegawatdaruratan medis pada bayi pasca “...Pas lahir, udah dikasih susu,
dilahirkan, salah satunya bayi yang lahir dipancing supaya ASInya keluar”
dengan berat lahir bayi diatas 4,5 kg dengan (R18) (informan gagal ASI eksklusif,
riwayat diabetes melitus (DM) boleh berpendidikan rendah, usia 34 tahun)
diberikan asupan prelakteal hanya sampai
kurun waktu tertentu untuk mencegah “Iya kan lahir belum keluar. Dah
terjadinya hipoglikemi pada bayi tersebut, dicobain dipencet-pencet tetap belum
dalam hal ini tenaga kesehatan boleh keluar. Dua hari keluar langsung
memberikan asupan prelakteal dengan dikasih, tapi dikasih susu botol dulu”
ketentuan-ketentuan khusus dan dengan (R4) (informan gagal ASI eksklusif,
seiizin orang tua bayi yang bersangkutan.2 berpendidikan rendah, usia 31 tahun)
Dari hasil FGD yang dilakukan, ada beberapa
“… Susu ASI saja tidak kenyang”(R19)
informan yang justru meminta tenaga
kesehatan yang bertugas untuk memberikan (informan gagal ASI eksklusif,
bayi mereka asupan prelakteal bahkan berpendidikan rendah, 30 tahun)
dengan nada paksaan, hal tersebut seperti
“Ampe nangis klenger bayi saya,
yang diungkapkan seorang informan sebagai
kasian. Laper kali dia trus dikasih
berikut:
susu botol dulu deh” (R6) ( informan
“...saya marahin aja susternya,
”Sus, anak saya kelaperan itu. Abis gagal ASI eksklusif, berpendidikan
ASI saya belum keluar bagaimana? rendah, 35 tahun)
Kasih susu botol dulu”. ”Nggak “....biar cepet gede badannya. Biar
boleh, Bu” kata susternya. Harus sehat,juga daripada nangis kelaparan
minum susu ASI dulu. ASI saya karena ga ada air susunya, belum
belum keluar (agak bentak). Saya keluar susu sampe berhari-hari,
marah-marahin suster. Ampe akhirnya anaknya keenakan nyedot
klenger, kasian. Laper kali dia.baru susu, ya ASInya gak lanjut.” (R22) )
deh susternya kasih susu botol..” (informan gagal ASI eksklusif,
(R6) ( informan gagal ASI berpendidikan rendah, 30 tahun)
eksklusif, berpendidikan rendah,
35 tahun) Alasan lainnya yang diungkapkan oleh
informan terkait pemberian asupan prelakteal
Alasan Pemberian Asupan prelakteal bagi bayi mereka selain ASI yang belum
Waktu pertama kali bayi disusukan oleh keluar pasca melahirkan adalah alasan bayi
ibunya merupakan determinan penting dalam menangis yang diidentikkan dengan
keberhasilan ASI eksklusif, semakin lama kelaparan. Menurut Roesli (2008), bayi
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

menangis pasca dilahirkan tidak selalu pisang, nasi yang dikunyah ibunya,
identik dengan kondisi lapar dan haus. Bayi pepaya, dan susu formula.1 Namun dari
menangis bisa karena banyak faktor (pada sekian banyak asupan prelakteal yang
bayi baru lahir) disebabkan juga rasa tidak umumnya diberikan pada bayi sesaat baru
nyaman dengan sekitarnya, hal ini lahir, yang paling banyak diberikan adalah
disebabkan bayi harus beradaptasi dengan susu formula.1 Penelitian lain yang
kondisi baru diluar rahim ibunya. Penafsiran dilakukan oleh Kholifah (2008) bahwa ibu
yang salah terkait tangisan bayi yang selalu yang melakukan persalinan dibantu oleh
diidentikan dengan kondisi lapar dan haus dukun bayi, bidan ataupun keduanya
inilah yang kemudia menjadi alasan memberikan asupan prelakteal. Penolong
banyaknya ibu dan tenaga kesehatan persalinan non-nakes (seperti dukun
memberikan asupan prelakteal pada bayi beranak) menganjurkan memberikan
sesaat setelah dilahirkan. 2 Beberapa asupan prelakteal berupa madu dan pisang
informan dalam penelitian ini pun berbeda dengan penolong persalinan
menafsirakan tangisan bayi mereka dengan petugas kesehatan (nakes) menyarankan
kondisi lapar dan haus sehingga mereka untuk memberikan asupan prelakteal
memberikan izin dan bahkan meminta bidan bentuk susu formula.26
atau dokter untuk memberikan asupan
prelakteal bagi bayi mereka. Hal tersebut Sebagian besar bahkan hampir semua
seperti yang diungkapkan oleh informan pekerja buruh perempuan yang
dengan kutipan sebagai berikut: memberikan asupan prelakteal pada bayi
mereka memberikan susu formula sebagai
“...Biasanya kalau anak nangis itu asupan sesaat setelah bayi lahir. Namun
pasti minta susu..selama dia masih ada juga yang memberikan buah-buahan
laper lah harus dikasih...” (R6) ( seperti pisang yang dilumatkan dan bubur
informan gagal ASI eksklusif, sebagai asupan prelakteal bagi bayi
berpendidikan rendah, 35 tahun) mereka. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh informan dengan kutipan dibawah
“Dari lahir sudah dikasih bidannya ini:
susu formula. Saya kan belum keluar
ini-nya juga. Iya, sama bidannya “...sejak lahir diberi susu formula,
dikasih dulu. Kan belum keluar air kemudian pisang dilumatkan, bubur
susunya. Sebenarnya lahirnya normal. tim, buah-buahan” (R11) (informan
Kan nggak keluar, sama bidannya gagal ASI eksklusif, berpendidikan
dikasih, bayinya nangis mulu. Udah rendah, usia 37 tahun)
keluar baru disusuin ASI gitu” (R24),
(informan gagal ASI eksklusif, “diberi susu formula sejak lahir dan
berpendidikan tinggi, 34 tahun) setelah usia 6 bulan diberi makanan
pendamping” (R10) (informan gagal
Secara umum, berdasarkan hasil FGD ASI eksklusif, berpendidikan tinggi,
tidak ditemukan alasan medis atau alasan usia 26 tahun)
khusus mengapa bayi para pekerja buruh
perempuan diberikan asupan prelakteal “...diberi susu formula dari lahir trus
sesaat setelah dilahirkan. Sebagian besar dilanjut pake bubur.” (R15)
dari informan menyetujui dan bahkan (informan gagal ASI eksklusif,
meminta anak mereka untuk diberikan berpendidikan rendah, usia 21
asupan susu formula sesaat setelah tahun)
dilahirkan sambil menunggu keluarnya
ASI mereka. Dampak Negatif Pemberian Asupan
Prelakteal
Jenis Asupan prelakteal Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Asupan prelakteal adalah makanan yang Kholifah (2008) mengenai rendahnya
diberikan kepada bayi sebelum ASI pengetahuan ibu terhadap dampak
keluar. pemberian asupan prelakteal menunjukan
Adapun jenis-jenis dari makanan tersebut bahwa seluruh informan utama dalam
antara lain: air kelapa, air tajin, madu, penelitian mengatakan bahwa pemberian
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

asupan prelakteal pada bayi baru lahir “awalnya susu formula karena ASI
tidak menimbulkan pengaruh buruk belum keluarh, trus lanjut diberi ASI
apapun baik bagi ibu maupun bayinya.26 tapi hanya sampai usia 3 bulan,
Namun, sekali lagi harus kita ingat bahwa kemudian berhenti karena bayinya
pemberian asupan prelakteal terbukti sudah tidak mau ASI lagi”. ((R12)
menjadi satu faktor kuat penyumbang (informan gagal ASI eksklusif,
kegagalan pemberian ASI eksklusif pada berpendidikan rendah, 27 tahun)
bayi sampai usia 6 bulan, salah satunya Ketidaktahuan para ibu pekerja buruh
bayi menjadi enggan menyusu dan perempuan akan dampak negatif dari
menolak pemberian ASI.2 pemberian asupan prelakteal pada bayi
Berdasarkan hasil FGD, sebagian besar mereka sesaat setelah lahir seperti yang
ibu pekerja buruh perempuan yang diungkapkan oleh beberapa informan
menjadi informan sama sekali tidak penelitian sebagai berikut:
mengetahui dampak buruk pemberian “...Biasanya kalau anak nangis itu
asupan prelakteal pada bayi mereka. pasti minta susu..selama dia masih
Banyak dari mereka berpendapat bahwa laper lah harus dikasih..toh gak ada
kondisi bayi mereka dalam keadaan sehat- masalah kok sama bayinya sampai
sehat saja setelah asupan prelakteal sekarang.” (R6) ( informan gagal
tersebut diberikan, sehingga mereka ASI eksklusif, berpendidikan
sangat permisif terhadap pemberian rendah, 35 tahun)
asupan prelakteal bagi bayi mereka. “dari baru lahir formula, 3 hari
Bahkan para informan tidak menyadari baru dikasih ASI. Anaknya sih baik-
gagalnya pemberian ASI eksklusif baik aja sampe
terhadap bayi mereka salah satunya sekarang...sebenarnya sih dari lahir
disebabkan karena pemberian asupan bayinya bisa nyari puting
prelakteal tersebut. Meskipun beberapa ibunya....” (R22) (informan gagal
dari informan menyebutkan bahwa bayi ASI eksklusif, berpendidikan
enggan menyusu dan tidak suka dengan rendah, 30 tahun)
ASI menjadi faktor utama gagalnya ASI
eksklusif. Hal ini seperti yang “Nggak pernah ada masalah kok
diungkapkan oleh informan dengan sama bayinya..” (R7) (informan
kutipan dibawah ini: gagal ASI eksklusif, berpendidikan
“Nggak mau anaknya. Tadinya saya rendah, 33 tahun)
sanggup kan, kalau di rumah Ketidaktahuan para ibu pekerja buruh
diteteki trus kalau waktu kerja saya perempuan mengenai dampak negatif
susui. Eh keenakan susu, dia pemberian asupan prelakteal pada bayi
maunya susu aja, nggak mau ASI. semakin diperparah dengan rendahnya
Orang keenakan susu kali dari lahir kesadaran para tenaga kesehatan untuk
udah dijejelin susu botol” (R25) memberikan pendampingan dan sosialisasi
(informan gagal ASI eksklusif, terkait hal tersebut. Sebuah survei di
berpendidikan tinggi, 25 tahun) Semarang menyatakan bahwa ibu yang
melahirkan di rumah lebih banyak yang
“..Orang minum susu (ASI) itu juga menyusui bayinya dari pada ibu yang
muntah..makanya ASInya di stop melahirkan di rumah sakit. Hal ini
maunya susu formula” (R20) disebabkan oleh karena masih banyak tata
(informan gagal ASI eksklusif, laksana rumah sakit yang tidak menunjang
berpendidikan rendah, 35 tahun) menyusui, sebagai contoh: memberikan
prelacteal feeding yang sebenarnya tidak
“...ASInya kurang, bayi saya perlu dan berakibat kurang baik karena akan
mintanya air susu botol aja terus..” menghilangkan rasa haus bayi sehingga
(R6) (informan gagal ASI malas untuk menyusu. 2
eksklusif, berpendidikan rendah, Setiap tenaga kesehatan dalam hal ini dokter
35 tahun) dan bidan penolong persalinan harus
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

menjamin bahwa proses menyusui sebaiknya dimana bayi tidak langsung ditempatkan di
dilakukan secepat mungkin setelah ibu dekat informan. Proses menyusui pertama
melahirkan sehingga bayi tidak perlu kali dilakukan pada hari kedua setelah
mendapatkan asupan prelakteal.2 Rendahnya informan tersebut pulih pasca operasi.
dukungan tenaga kesehatan penolong Selama itu bayi dipuasakan tidak diberikan
persalinan berdampak pada diberikannya asupan makanan atau minuman apapun oleh
asupan prelakteal pada bayi sesaat setelah tenaga medis.
dilahirkan. Hal tersebut seperti yang Bayi dari 25 informan yang gagal
diungkapkan oleh informan sebagai berikut: memberikan ASI eksklusif (n=25), diketahui
bahwa bayi mulai disusui beberapa hari
“..3 hari dulu baru dikasih ASI, setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar
sebelum ASI keluar dikasih susu sehingga bayi diberikan asupan prelakteal
botol dulu” (R5) (informan gagal berupa susu formula oleh tenaga kesehatan.
ASI eksklusif, melahirkan di RS, Sebanyak 26 informan ibu pekerja buruh
dibantu Dokter, persalinan operasi perempuan dalam penelitian ini menyatakan
sesar) bahwa bayi mereka diberikan asupan
“Dari lahir sudah dikasih bidannya prelakteal berupa susu formula sesaat setelah
susu formula. Saya kan belum bayi dilahirkan dikarenakan ASI yang belum
keluar ini-nya juga. Iya, sama keluar dan bayi selalu menangis karena
bidannya dikasih dulu. Kan belum kelaparan. Meskipun pada kenyataanya ada
keluar air susunya. Sebenarnya informan yang melakukan IMD sesaat
lahirnya normal. Kan nggak keluar, setelah lahir namun beberapa jam kemudian
sama bidannya dikasih, bayinya bayi diberikan asupan prelakteal berupa susu
nangis mulu. Udah keluar baru formula dengan permintaan informan yang
disusuin ASI gitu” (R24), (informan bersangkutan. Sebuah penelitian yang
gagal ASI eksklusif, melahirkan di dilakukan di Nepal tahun 2011,
Praktik Bidan, penolong memperlihatkan sebuah data bahwa dari total
persalinan Bidan, persalinan 841 responden yang dilaporkan memberikan
normal). asupan prelakteal pada bayi mereka sesaat
setelah lahir, mayoritas sebanyak 556
PEMBAHASAN responden memberikan susu formula sebagai
asupan prelakteal bagi bayi mereka, diikuti
Pemberian Asupan Prelakteal dan pemberian air putih sebanyak 75 responden
Kegagalan ASI eksklusif dan glukosa atau air gula sebanyak 35
Menurut definisi WHO, pemberian ASI
responden.18
eksklusif adalah pemberian air susu ibu tanpa
Lebih lanjut, sejumlah besar informan yang
diberikan cairan atau makanan padat lainnya
gagal ASI eksklusif akhirnya tidak
pada saat 6 bulan pertama kehidupan (kecuali
melanjutkan pemberian ASI-nya. Sebagian
pemberian obat, vitamin, suplemen, dan
besar informan hanya dapat memberikan ASI
mineral atas indikasi medis).17 Hanya
selama 1-3 bulan saja (n=22). Alasan yang
sejumlah kecil saja informan yang berhasil
banyak dikemukakan adalah karena informan
memberikan ASI secara eksklusif yaitu
terlalu sibuk bekerja dan ASI yang keluar
hanya 2 dari 27 informan, sementara
cenderung sedikit. Menurut Suhardjo (1998)
sebagian besar lainnya atau sebanyak 25
asupan prelakteal adalah makanan yang
informan gagal memberikan ASI eksklusif
diberikan kepada bayi sebelum diberikan
pada bayi mereka.
ASI.19 Asupan prelakteal diberikan pada 1-3
Informan yang berhasil ASI eksklusif hari pertama setelah kelahiran, makanan
memberikan ASI kepada bayinya tanpa yang umum diberikan pada masa prelakteal
makanan atau minuman lain dalam 24 jam tersebut adalah madu, kelapa muda, pisang
pertama pasca kelahiran hingga usia bayi dihaluskan, papaya dihaluskan, air gula
mencapai 6 bulan, meskipun ada yang dapat bahkan di Jawa Timur sebagian ada ibu-ibu
melakukan IMD dan ada yang tidak. yang memberikan susu sapi sebagai asupan
Informan yang berhasil ASI eksklusif namun prelakteal, di Nusa Tenggara barat ibu-ibu
tidak melakukan IMD disebabkan karena Suku Sasak juga memberikan nasi papak,
proses persalinan melalui operasi caesar, nasi masam, bubur tepung dan teh kepada
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

bayi baru lahir, selain itu sebagian ibu-ibu Pemberian prelakteal seperti susu formula
Suku Bali memberikan susu bubuk sebelum sebelum bayi berusia 6 bulan sebenarnya
mulai memberikan ASI.19 tidak mampu menggantikan fungsi ASI itu
sendiri.1 Banyak dari informan di dalam
Pemberian asupan prelakteal merupakan
penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian
perilaku ibu dalam memberikan
prelakteal seperti susu formula, pisang
makanan/minuman selain ASI sebelum ASI
dilumatkan dan bubur lembik hanya
keluar seperti: air teh, air putih, madu, air
dimaksudkan untuk membantu agar bayi
tajin, pisang, susu formula, dan pepaya
cepat kenyang. Akan tetapi, kandungan gizi
kepada bayi. Pemberian asupan prelakteal ini
yang lebih diperlukan oleh bayi pada usia 0-6
berbahaya karena: makanan ini dapat
bulan adalah yang terdapat di dalam ASI.
menggantikan kolostrum sebagai makanan
ASI memiliki kolostrum atau cairan kuning
bayi yang paling awal.2 Bayi mungkin
yang mengandung zat-zat kekebalan tubuh
terkena diare, septicemia dan meningitis, bayi
yang diketahui sangat baik menjaga
lebih mungkin menderita intoleransi terhadap kekebalan tubuh bayi.17 Selain itu, kolostrum
protein di dalam susu formula tersebut, serta juga tinggi akan protein, vitamin A,
alergi dermatitis akut.1 karbohidrat, dan lemak sehingga zat gizi bayi
Bayi dari informan yang gagal ASI eksklusif akan tetap terpenuhi. WHO, Unicef, dan
diberikan berbagai macam asupan prelakteal IDAI bahkan menyebutkan bahwa pemberian
atau minuman lain selain ASI sesaat setelah asupan prelakteal justru akan meningkatkan
lahir, tidak hanya susu formula melainkan risiko terjadinya diare.17 Setelah kelahiran
juga ada yang memberikan bubur tim, buah- daya imun bayi sebenarnya masih lemah dan
buahan, maupun biskuit beberapa hari setelah bayi sangat rentan terhadap penyakit.
anaknya lahir. Beberapa alasan yang Para informan mengungkapkan jumlah ASI
dikemukakan oleh para informan diantaranya yang keluar sedikit pasca melahirkan sebagai
adalah anak yang terus menangis kelaparan, alasan kuat memberikan asupan prelakteal
memancing supaya ASI dapat keluar, untuk kepada bayi mereka, sehingga mereka cemas
memenuhi kecukupan gizi bayi dan tidak akan membuat anak kenyang. Secara
mencegah bayi dari penyakit, tentu hal ini umum, pemberian asupan prelakteal akan
berbanding terbalik dengan dampak negatif mengganggu hisapan bayi.1 Rasa lapar bayi
pemberian asupan prelakteal pada bayi sesaat terpuaskan, sehingga bayi menyusu lebih
setelah dilahirkan. sedikit, bila bayi diberi minuman dari botol
Rendahnya keberhasilan pemberian ASI dan dot, maka bayi lebih sulit melekat pada
eksklusif karena sebagian besar informan payudara (bingung puting), bayi akan kurang
sudah memberikan cairan, makanan lembik menyusu dan merangsang payudara dan ASI
dan makanan padat lainnya sesaat setelah memerlukan waktu lebih lama untuk keluar,
bayi lahir atau sebelum bayi mencapai usia 6 hal ini mempersulit pemantapan menyusui. 2
bulan. Hal ini juga diperkuat dengan Meskipun bayi mendapatkan asupan
penelitian Diana Nur Alifah yang juga prelakteal sedikit, ibu kemungkinan besar
menemukan hal yang sama bahwa dari akan mengalami masalah seperti
sejumlah 12 informan yang diwawancarai pembengkakan payudara. Akibatnya,
hanya sedikit sekali di antaranya yang kegiatan menyusui kemungkinan besar akan
berhasil ASI eksklusif, sedangkan sisanya berhenti lebih awal dibandingkan bila bayi
gagal.20 Informan yang gagal memberikan disusui eksklusif sejak lahir. Pemberian
ASI eksklusif tersebut telah memberikan asupan prelakteal sangat merugikan karena
prelakteal dan MP-ASI (Makanan akan menghilangkann rasa haus bayi
Pendamping ASI) terlalu dini. Padahal sehingga malas menyusui.17
menurut rekomendasi WHO/Unicef di dalam
Global Strategy for Infant and Young Child Pemberian Asupan Prelakteal: Susu
Feeding, pemberian prelakteal dan MP-ASI Formula tanpa Indikasi Medis.
dilakukan sejak usia 6 bulan hingga 24 bulan, Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.39
dan selama 6 bulan hanya diberikan ASI Tahun 2013 Tentang Pemberian Susu
saja.21 Kecuali pada beberapa kasus dan Formula dan Produk Bayi Lainnya,
situasi darurat, seperti pada anak yatim piatu. dijelaskan bahwa pemberian susu formula
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

bayi hanya ditujukan untuk alasan medis. oleh Vishnu Kanal di Nepal (2011),
Dalam hal ini diatur secara jelas bahwa memperlihatkan data bahwa sebanyak 556
indikasi medis dilakukan dalam hal : a) bayi responden dari 841 responden yang
yang hanya dapat menerima susu dengan memberikan asupan prelakteal pada bayi
formula khusus; b) bayi yang membutuhkan mereka berupa susu formula tanpa alasan dan
makanan lain selain ASI dengan jangka indikasi medis yang jelas.18 Hal ini tentu
waktu terbatas; c) kondisi medis ibu yang akan mengganggu proses menyusui secara
tidak dapat memberikan ASI eksklusif karena alamiah yang akan dialami oleh bayi.
harus mendapatkan pengobatan sesuai Pemberian susu formula tanpa indikasi medis
dengan standar pelayanan medis; d) kondisi sebagai asupan prelakteal membawa dampak
medis ibu dengan HbsAg (+), dalam hal Bayi negatif yang tidak sedikit. Selain
belum diberikan vaksinasi hepatitis yang menghilangkan kemampuan alami bayi untuk
pasif dan aktif dalam 12 (dua belas) jam; dan menghisap ASI dari payudara ibu secara
e) keadaan lain sesuai dengan perkembangan langsung dan kehilangan minat akan rasa
ilmu pengetahuan dan teknologi. Penentuan alami ASI (bayi akan lebih menyukasi rasa
kondisi medis dimana bayi diperbolehkan susu formula) karena diberikan sebelum
memperoleh asupan prelakteal harus dengan mengecap rasa ASI, beberapa dampak
pengawasan dari dokter dengan tujuan dan negatif lainnya diantaranya bayi akan
maksud utama penyelamatan nyawa.22 mengalami: a) gangguan saluran pencernaan
Temuan dari penelitian ini memperlihatkan (muntah, diare), b) infeksi saluran
bahwa pemberian makanan prelakteal pada pernafasan, c) meningkatkan resiko serangan
bayi ibu pekerja buruh industri semata-mata asma, d) meningkatkan resiko kegemukan
bukan untuk tujuan penyelamatan nyawa (obesitas), e). meningkatkan resiko penyakit
bayi atau dengan kata lain diberikan tanpa jantung dan pembuluh darah dan f)
indikasi medis tertentu. Hampir seluruh meningkatkan resiko infeksi yang berasal
informan menyatakan bahwa alasan dari susu formula yang tercemar.2 Meskipun
pemberian asupan prelakteal pada bayi dampak ini tidak langsung dapat terlihat
mereka semata-mata dikarenakan ASI yang dalam jangka pendek, namun tetap memiliki
belum keluar sedangkan bayi menangis dan peluang kejadian dalam jangka panjang.
diidentikan dengan kondisi lapar. Menurut Faktor Lain terkait Pemberian Asupan
Permenkes No 39 Tahun 2013, lebih lanjut Prelakteal pada Bayi.
dijelaskan kondisi bayi yang diperbolehkan
diberikan asupan prelakteal haruslah Selain hasil penelitian diatas, peneliti juga
memiliki kriteria antara lain : a) bayi lahir menemukan faktor-faktor lain terkait dengan
dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu praktik pemberian asupan prelakteal pada
lima ratus) gram atau bayi lahir dengan berat bayi pekerja buruh perempuan industri sesaat
badan sangat rendah; b) bayi lahir kurang setelah dilahirkan. Antara lain 1) status ibu
dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia sebagai pekerja, 2) rendahnya tingkat
kehamilan yang sangat prematur; dan/atau c) pendidikan ibu, 3) adanya faktor kebiasaan
bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia memberikan asupan prelakteal sampai ASI
berdasarkan gangguan adaptasi metabolisme keluar, 4) ketidaktahuan ibu terhadap
atau peningkatan kebutuhan glukosa seperti dampak negatif pemberian asupan prelakteal
pada bayi prematur, kecil untuk umur pada bayi, 5) metode persalinan melalui
kehamilan atau yang mengalami stress sectio casearea, dan 6) rendahnya dukungan
iskemik/intrapartum hipoksia yang dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun
signifikan, bayi yang sakit dan bayi yang bidan untuk memberikan pengetahuan
memiliki ibu pengidap diabetes, jika gula seputar ASI eksklusif dan larangan
darahnya gagal merespon pemberian ASI pemberian asupan prelakteal pada bayi.
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian yang dilakukan oleh Melli
22
Wulandari (2011)23, juga memperlihatkan
Hasil temuan penelitian ini dimana semua hasil bahwa faktor-faktor yang
informan memberikan asupan prelakteal pada mempengaruhi seorang ibu memberikan
bayi mereka tanpa indikasi medis juga asupan prelakteal pada bayi meliputi faktor
seiring dengan penelitian yang dilakukan umur, pendidikan, pekerjaan, metode
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

persalinan, penolong persalinan, tempat ”Jadi kadang kita ”Nggak usah


persalinan, tradisi dan kebiasaan, takut, kan kalo malam-malam
kepercayaan dan pengetahuan. menyusu ibunya kuat, anaknya
gendut. Jadi mereka banyak ngerti
Terkait dengan hal ini, petugas dan kader
lah. ... saya bilang, ”Bu, tolong
kesehatan merupakan sumber informasi
ambil ilmu bidan, nggak ada cari
tentang kesehatan. Posyandu adalah tempat
Ibu dimana pun. Kalau memang dia
yang sering digunakan untuk penyampaian
udah RW-nya punya kelas ibu, kita
informasi. Kepala desa merupakan motivator
wajibin ikut kelas ibu.” (Bidan
yang baik dalam menjalankan program
Puskesmas I, 43 tahun)
kesehatan. Lubis (2002) menyatakan bahwa
petugas kesehatan memiliki peran yang Materi-materi yang disampaikan oleh salah
sangat besar dalam memberikan contoh satu bidan Puskesmas di antaranya adalah
pemberian makanan pada anak.15 Sedangkan cara merawat payudara, cara pelekatan dan
penelitian yang dilakukan Theresiana (2002) cara menyusui, cara mengatasi puting lecet.
didapatkan hasil bahwa peran bidan untuk Bidan Puskesmas tersebut bahkan berupaya
mempromosikan ASI eksklusif masih sangat mendorong para ibu untuk mengikuti kelas
kurang sehingga lebih cenderung untuk ibu hamil dan KP ibu karena kegiatan
peningkatan pemberian asupan prelakteal tersebut dirasakan sangat besar manfaatnya.
pada bayi dan pemberian Makanan Sementara itu, bidan puskesmas lainnya
Pendamping (MP)ASI dini.11 berupaya menjelaskan berbagai materi dan
Penelitian Ningsih (2004) menyebutkan penjelasan tentang ASI eksklusif pada saat
bahwa sebanyak 58 persen petugas kesehatan imunisasi, seperti lama pemberian ASI .
membolehkan pemberian makanan/minuman Selain itu, kelas ibu hamil ternyata juga
prelakteal sebelum ASI keluar dan 82 persen diadakan di Puskesmas tersebut.
petugas kesehatan pernah memberikan
”...cara perekatan, terus bagaimana
makanan/minuman prelakteal kepada bayi
posisi menyusui, terus bagaimana
baru lahir. Selain itu, 26 persen petugas
mengatasi kalau bayi nggak mau
kesehatan setuju untuk memberikan
menyusu, biasanya yang dari susu
makanan/minuman prelakteal jika bayi
botol berubah menjadi ASI,
menanggis dan 76 persen petugas kesehatan
caranya...iya kan yang bingung
setuju memberikan makanan/minuman
puting, terus bagaimana mengatasi
prelakteal ketika ASI ibunya belum keluar
puting yang lecet, pemijatannya....
serta 28 persen petugas kesehatan setuju
ya sekilas-kilas tuh…dasar-dasar
dengan pernyataan mengenai ASI saja tidak
kebidanan. Nah itu “Kalau Ibu
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi 3
nggak mau ikut, rugi lho!” “Saya
hari pertama setelah dilahirkan.16 sekolah tuh berjuta-juta”, saya
Bidan Puskesmas yang diwawancarai telah bilang gitu, “Saya dengan begitu
menganjurkan ibu hamil dan menyusui untuk aja ngasih ke Ibu”, tak bilang gitu.
mengikuti kelas ibu hamil dan KP (Kelas Ya alhamdulillah sih mereka nggak
Pendamping) ibu agar mendapat bekal sia-sia sih, Mbak” (Bidan
informasi mengenai kesehatan ibu dan bayi. Puskesmas I, 43 tahun)
”Jadi untuk itu paling yang ”Biasanya pemberian ASI yang
bertanya aja. Kalau yang bertanya terbaik itu sampai berapa bulan,
aja paling saya kasih tahu...” makanan tambahan itu sampai
(Bidan Perusahaan, 27 tahun) berapa bulan, itu yang kita kasih
penyuluhan pertama.. tapi mereka
”Saya bilang ”Ya kalau bisa ASI suka tanya, ”Apa Bu yang perlu
seterusnya. Apalagi ibu rumah dimakan?”. ...”Jadi harus dikasih
tangga.” Tapi kalau ibu bekerja, makan padat, nggak?” Ya kita
mungkin ibu bisa sisihkan ehh.. ajarin kalau pertama itu kan cuma
diperas dulu, masukkan ke kulkas. makan ini pada usia ini, jangan
Udah saya terangin...” (Bidan langsung padat, cair dulu. Jadi
Puskesmas II, 27 tahun) untuk usus bayi itu nggak terkejut,
Pemberian Asupan Prelakteal sebagai…(Novianti, Anissa R)

begitu kan bahasa awamnya. tergantung lah, Bu.” (Bidan


(Bidan Puskesmas II, 47 tahun) Puskesmas I, 43 tahun)
”....kadang-kadang ibu ini ”Bu, KESIMPULAN DAN SARAN
nanti misalnya saya simpan di
kulkas itu kayak es batu, ya kan? Kesimpulan
Kan Ibu bilang kadang-kadang Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
setahun bisa ya kan? Itu bahwa: 1) Pemberian asupan prelakteal pada
bagaimana, Bu? Apa bagus lagi? bayi sesaat setelah lahir berdampak pada
Apa nggak mencret?”. ...saya bilang kegagalan pemberian ASI eksklusif ibu
rendam dulu, ibu bikin kan di pekerja buruh perempuan industri tekstil di
kantong es mambo kan, tapi nggak Jakarta. Dari 27 informan hanya 2 informan
boleh dua kali. Rendam dulu pake yang berhasil ASI eksklusif dan 25 informan
air hangat. Saya bilang, saya ajarin yang gagal ASI eksklusif. 26 informan
juga. ”Jadi nggak mencret, Bu?” diantaranya memberian asupan prelakteal
(Bidan Puskesmas II, 47 tahun) pada bayi mereka berupa susu formula dan
makanan lembik; 2) asupan prelakteal yang
”Kelompok ibu hamil juga saya
banyak diberikan adalah berupa susu
kumpulkan setiap bulan, ada 2 kali
formula. 3) Alasan pemberian asupan
pertemuan. ...nah kita kan saling
prelakteal pada bayi dikarenakan saat
sharing di situ. Di situ kita
pertama bayi disusukan lebih dari1 hari dan
terangkan juga cara pemberian
sebagian besar informan menyatakan ASI
ASI.” (Bidan Puskesmas II, 47
mereka belum keluar hingga hari ke 3 pasca
tahun)
melahirkan. 4). Ketidaktahuan para informan
Sasaran pemberian materi pada kelas ibu mengenai dampak negatif pemberian asupan
hamil dan KP ibu adalah para ibu hamil prelakteal pada bayi sebagai salah satu faktor
dan ibu menyusui yang ada di sekitar kegagalan ASI eksklusif membuat para
lingkungan kerja Puskesmas. Ibu-ibu informan permisif terhadap praktik
hamil tersebut dikumpulkan melalui pemberian asupan prelakteal. Kondisi ini
kader Posyandu untuk mengikuti kelas semakin diperburuk dengan sikap tenaga
ibu hamil. Sementara itu, bagi ibu-ibu kesehatan yang tidak memberikan sosialisasi
menyusui yang sebelumnya mengikuti terkait hal tersebut.
kelas ibu hamil nantinya akan tetap Saran
dikumpulkan di KP ibu untuk
memberikan penyampaian materi Pemerintah diharapkan dapat memperketat
kepada ibu-ibu menyusui lainnya. Bidan fungsi pengawasan dan kontrol terhadap
Puskesmas dalam hal ini hanya sebagai tenaga kesehatan baik dokter maupun bidan,
fasilitator bukan pengajar/tutor. Bidan- dalam pemberian asupan prelakteal pada bayi
bidan Puskesmas yang diwawancarai pasca dilahirkan khususnya pemberian susu
menyebutkan jumlah ibu yang formula yang paling banyak dijumpai
mengikuti kelas ibu hamil dan KP ibu diberikan pada bayi sesaat setelah dilahirkan.
dapat mencapai 10-15 orang. Diperlukan juga sanksi administratif kepada
pihak Rumah Sakit atau tenaga medis yang
”Jadi kan saya ngumpulin ibu memberikan asupan prelakteal tanpa indikasi
hamil, mulai dari 5 bulan sampai ke medis dan tanpa izin tertulis dari orangtua
atas. ....ada 10, karena 1 kelompok bayi. Hal ini tentu dapat menekan
itu kan...paling nggak ada 15, ada kecenderungan pemberian asupan prelakteal
yang lahir. Paling banyak ya 10 oleh tenaga
lah.” (Bidan Puskesmas II, 47
tahun) UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kami ucapkan kepada Tim
”10-15 orang. Ibu hamilnya 1, nanti Penelitian Risbinkes dan kepada ibu pekerja
biasanya ibu menyusuinya kan ada buruh perempuan yang telah menjadi
lagi. 8 sampai....kadang-kadang...ya informan dalam penelitian ini.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2013 : 23–36

DAFTAR PUSTAKA 13. Sinambella, Kristina Herawaty. Faktor-


Faktor yang Berhubungan dengan Praktik
1. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pemberian Makanan pada Bayi Umur 0-4
Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Bulan di Daerah Angka Kematian Bayi
Menyusui. Jakarta: Depkes; 2009. Tinggi (Studi Di Kecamatan Cijeruk
2. Roesli, U. Insisasi Menyusui Dini Plus ASI Kabupaten Bogor). GMSK IPB: Bogor;
Eksklusif. Jakarta: Pustaka bunda.; 2008. 2000.
3. Theresiana,KL. Faktor-Faktor yang 14. Wijaya, Retno. Praktek Pemberian ASI dan
Berhubungan Praktik Pemberian Makanan Makanan Pendamping ASI serta Status Gizi
Pendamping ASI pada Bayi Umur 4-11 Bayi Usia 6-8 Bulan pada Ibu Bekerja dan
Bulan di Kabupaten Tangerang Tahun 2002. Tidak Bekerja. GMSK IPB: Bogor; 2002.
FKM UI: Depok; 2002.. 15. Lubis, Nu. Manfaat Pemakaian ASI
4. Fikawati S, dan Syafiq A. Penyebab Eksklusif. Cermin Dunia Kedokteran nomor
Keberhasilan dan Kegagalan Praktik 126 tahun 2000.
Pemberian ASI eksklusif. Jurnal Kesehatan 16. Ningsih, Kurnia. Praktik Pemberian ASI
Masyarakat Des 2009; 4 (3): 120-131.; 2009. Segera Setelah Lahir (Immediate
5. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Breastfeeding) dan Faktor-Faktor yang
Pelaksanaan Peningkatan ASI bagi Petugas Berhubungan pada Petugas Kesehatan
Puskesmas. Jakarta Direktorat Jendral Kelurahan Cimanggis, Depok Tahun 2004.
Binkesmas. 1997. Jakarta: Depkes; 1997. FKM UI: Depok; 2004.
6. Badan Litbangkes. Laporan Riset Kesehatan 17. Departemen Kesehatan RI. Pemberdayaan
Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Kemkes; Perempuan dalam Peningkatan Pemberian
2011 ASI. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2009.
7. Badan Litbangkes. Laporan Riset Kesehatan 18. Khanal V, Adhikari M, Sauer K, Zhao Y.
Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kemkes; Factors associated with the introduction of
2014. prelacteal feeds in Nepal: findings from the
8. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro Nepal Demographic and Health Survey 2011.
International. 2012. Prelimenary: Survey International Breastfeed Jounal. 2013 Aug
Demografi Kesehatan Indonesia 2012. 8;8(1):9. doi: 10.1186/1746-4358-8-9.
Calverton, Maryland, USA: BPS dan Macro 19. Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi:
International. Bumi Aksara: Yogyakarta; 2003
9. Departemen Kesehatan RI. Manajeman 20. Surat Edaran Menteri Kesehatan
Laktasi, Buku Panduan bagi Bidan dan No.BM/E/Menkes/1407/IX/2010: Penguatan
Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pelaksanaan Sepuluh Langkah Menuju
Depkes; 2001 Keberhasilan Menyusui (22 September
10. Widodo, Purwanto Teguh. Faktor-Faktor 2010).
yang Mempengaruhi Praktik Pemberian ASI 21. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum
Saja di Indonesia (Analisis Sdki 2002-2003). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Pasca Sarjana UI Kekhususan Sosiologi Ibu (MP-ASI)
Kependudukan Program Studi Lokal. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2006.
Kependudukan dan Ketenagakerjaan: Depok; 22. Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri
2007. Kesehatan No. 39 Tahun 2013 Tentang Susu
11. Theresiana,KL. Faktor-Faktor yang Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya.
Berhubungan Praktik Pemberian Makanan Jakarta: Depkes; 2013.
Pendamping ASI pada Bayi Umur 4-11 23. Wulandari, Melly. Faktor-Faktor yang
Bulan di Kabupaten Tangerang Tahun 2002. Berhubungan dengan Pemberian Makanan
Tesis. FKM UI: Depok; 2002. Prelakteal pada Bayi Baru Lahir di Desa
12. Megawati. Faktor-Faktor yang Berhubungan Supat Timur Kabupaten Musi Banyuasin
dengan Pemberian Makanan Pralaktal pada SumateraSelatan Tahun 2011. FKM UIN:
Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Jakarta; 2011.
Puskesmas Bogor Selatan Kota Bogor
Provinsi Jawa Barat. FKM UI: Depok; 2002.
.

View publication stats

Das könnte Ihnen auch gefallen