Sie sind auf Seite 1von 20

.

UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU BEDAH


ISLAM
INDONESIA STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN Untuk Dokter Muda
Nama Dokter Muda Satrio Budi Wicaksono Tanda Tangan
NIM 14711160
Tanggal Ujian 27 Februari 2019
Rumah sakit RSUD Wonosari
24 Desember 2018 – 9 Maret
Gelombang Periode
2019

A. Identitas
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 42 Tahun
Alamat : Pragak 004/013 Semanu
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Cempaka
Pekerjaan :-
Tanggal masuk : 1 Februari 2019
Nomer CM : 281XXX

B. Anamnesis
Diberikan oleh : Pasien

Tempat/Tanggal/pukul : Bangsal Cempaka /1 Februari 2019/ pkl.


07.30

Keluhan Utama : Benjolan di payudara sebelah kiri disertai


nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan terdapat


benjolan di payudara sebelah kiri. Benjolan di payudara sebelah kiri muncul 3
bulan yang lalu. Benjolan semakin lama semakin membesar. Benjolan nyeri
saat di pegang atau di tekan. Dari puting susu tidak ada keluar cairan seperti
susu atau nanah.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat penyakit serupa : disangkal
 Riwayat trauma pada daerah dada : disangkal
 Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
 Riwayat mondok : disangkal
 Riwayat peyakit asma : disangkal

Riwayat Haid :
Pasien pertama kali mengalami menstruasi usia 14 tahun. Siklus 28
hari. Lama haid 7 hari. Haid pasien teratur, setiap siklus 28 hari. Saat haid
benjolan tidak terasa sakit dan hingga kini pasien masih mengalami haid.

Riwayat Melahirkan :
Pasien menikah pada usia 28 tahun. Pasien memiliki 2 orang anak,
anak pertama lahir pada tahun 2007, lahir spontan, dirumah sakit, ditolong
oleh dokter dan bidan. Dan anak kedua lahir pada tahun 2011, lahir spontan,
dirumah sakit, ditolong oleh dokter dan bidan.

Riwayat menyusui :
Anak pertama dan kedua pasien diberikan ASI lengkap hingga 2 tahun

Riwayat Pengobatan :
Pasien sudah tidak menggunakan KB sejak konsultasi ke dokter
mengenai keluhan benjolan di payudara kirinya. Sebelumnya pasien
menggunakan KB suntik setiap 1 bulan sekali. Pasien diberikan obat oleh
dokter, saat pertama kali ditemukan benjolan di payudara kirinya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
 Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga disangkal
 Riwayat gula darah tinggi pada keluarga disangkal

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :


Pasien sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, kebiasaan makan pasien 2-3
kali sehari dan minum cukup banyak. BAK dan BAB pasien dalam batas
normal. Riwayat hygiene pasien dan lingkungan baik, mandi 2 kali sehari dan
selalu mebersihkan rumah setiap hari.

Riwayat Operasi dan Radiasi :


Riwayat operasi dan radiasi disangkal

Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : Pasien sadar dan berorientasi baik, pusing (-),


sakit kepala (-), mual (-), muntah (-)

Sistem Cardiovaskular : Cor S1S2 reguler, dada berdebar-debar(-), nyeri


dada (-)

Sistem Respiratorius : Pulmo sdv +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-, sesak
nafas (-)

Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), penurunan nafsu makan (-),
BAB teratur

Sistem Urogenitale : BAK normal berwarna kuning jernih

Sistem Integumentum : Kemerahan pada kulit (-), sikatriks (-), bula (-)

Sistem Musculoskeletal : Nyeri sendi (-), nyeri tulang (-), kelemahan


anggota gerak (-)

Resume Anamnesis :
Pasien merupakan seorang perempuan datang dengan keluhan terdapat
benjolan pada payudara kiri yang dirasakan sejak tiga bulan sebelum masuk
rumah sakit. Benjolan awalnya kecil, namun tidak lama benjolan membesar
dan ukurannya menetap. Benjolan terasa nyeri saat dipegang atau ditekan.

C. Pemeriksaan Fisik

I. Status Generalis
Kondisi Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Normal
Status Antopometri : BB 55 kg, TB 155 cm, IMT 22,8 kg/m2
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Respirasi : 19 kali/menit
Suhu : 36,9 C
Warna Kulit : Iktrerik (-), sianosis (-)
Cephal : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Collum :
 Inspeksi : benjolan (-), deviasi (-)
 Palpasi : pembesaran limfonodi (-)
tidak ditemukan peningkatan JVP
 Auskultasi : bruit arteri carotis (-)

Thorax :
 Inspeksi : bentuk normal, dinding dada
sejajar dengan dinding abdomen, benjolan (-),
deformitas (-), hiperemis (-), gerakan dinding dada
simetris, ketinggalan gerak (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil
normal, pengembangan paru simetris
 Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru (+)
 Auskultasi : suara dasar paru vesikuler
(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), cor S1S2 reguler,
bising jantung (-)

Abdomen :
 Inspeksi : flat, distensi (-),
 Auskultasi : BU (+) normal 8 kali/menit
 Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Urogenitale : nyeri tekan suprapubic (-)

Extremitas :
Inspeksi : benjolan (-), sikatrik (-), akral pucat (-)
Palpasi : akral hangat (+), edema (-)

II. Status Lokalis


A. Regio : Mamae sinistra
Inspectio : tampak massa (-), sekret dari massa (-), hiperemis (-),
sikatrik (-), ekskoriasi (-), benjolan pada limfonodi sekitar
(-)
Palpasi : teraba massa (+) pada mamae sinistra kuadran lateral
bawah berukuran 5x5 cm, konsistensi keras, permukaan
tidak rata, batas tidak tegas, immobile, nyeri tekan (+)
B. Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening axilla dan
supraclaviula sinistra dan dekstra.

C. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laboratorium darah lengkap
 Urinalisis
 Radiologi (Ro. Thoraks, mammografi , USG)
 Biopsi
 FNAB (Fine neddle Aspiration Biopsy)

E. DIAGNOSIS BANDING

1. Tumor mammae sinistra


2. Fibro adenoma mammae
3. Suspect Carsinoma Mammae Sinistra T2N0M0

F. DIAGNOSIS KERJA

Tumor mamae sinistra suspek Ca mamae sinistra T2N0M0

G. USULAN TERAPI / TINDAKAN


Terapi non-farmakologis ;
 Perbaiki nutrisi
Perbaiki keadaan umum :
 Infus RL 20 tpm
 Inj Ceftriaxon 2x1 gr
 Inj ketorolac 30mg/8jam
 Inj ranitidin 50mg/12jam
 Persiapan pre operasi : insisi biopsi
- Puasakan

H. PROGNOSIS

Tergantung jenis tumor yang ditemukan.


Ad Vitam : bonam
Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga
dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris
media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa
pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk
setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama
terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon
ovarium.
Jaringan payudara terdiri dari berbagai komponen, yakni lemak
subkutis, stroma dan parenkim yang ditunjang oleh jaringan ikat (ligamen
Cooper), pembuluh darah, saraf, dan jaringan limfatik. Daerah areola
mammae mengandung folikel rambut, kelenjar apokrin, dan kelenjar sebaseus
Montgomery yang menghasilkan air susu. Puting susu mengandung akhiran
saraf dan otot polos, serta 8-20 duktus laktiferus komunis yang merupakan
terminal dari duktus laktiferus. Jaringan lemak sendiri distribusinya lebih
banyak di sekitar lobulus, dan di sekitar daerah perifer payudara.
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara
dibagi menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari cabang arteria mammaria
interna, cabang lateral dari arteri intercostalis posterior, dan cabang dari arteri
aksilaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri
torakoakromial.
Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak
pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya
asinus.
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-
8 haid, payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Selama beberapa hari sebelum haid, payudara
menegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi sulit
dilakukan. Pada waktu itu mammografi menjadi rancu karena kontras kelenjar
terlalu besar.
Pada kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

2. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel
yang terjadi secara terus menerus Dalam klinik, istilah tumor sering
digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang
dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan.
Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh
neoplasma .
3. Etiologi dan Faktor Resiko
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui.
Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

4. Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada penderita adalah letak benjolan,
sejak kapan mulai timbul benjolan, dan kecepatan tumbuhnya. Selain itu,
perlu juga ditanya berbagai gejala penyerta, seperti ada tidaknya nyeri, jenis
dan jumlah cairan yang keluar dari puting, perubahan bentuk dan besar
payudara, hubungannya dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi
puting susu.
Faktor risiko yang perlu diketahui antara lain: riwayat keluarga yang
terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium, riwayat obstetri dan
ginekologi, terapi hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal), riwayat
operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya.
Berikut adalah langkah-langkah pemeriksaan payudara yang harus
diajarkan kepada semua wanita, terutama kelompok berisiko tinggi:
1. Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau tidak, ada
tidaknya kemerahan di payudara. Perhatikan pula puting susu dan
sekitarnya, adakah luka atau puting tertarik ke dalam

2. Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan di


daerah belakang kepala, sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini,
seharusnya payudara akan terangkat ke atas secara simetris. Perhatikan
ada tidaknya daerah yang tertarik ke dalam. Perhatikan adakah kelainan
pada kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk

3. Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan.
Berhenti sebentar, lalu raba dengan gerakan memutar dengan sedikit
penekanan pada payudara. Lalu geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil
diraba dengan gerakan memutar. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai
seluruh bagian payudara selesai diperiksa
4. Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti
saat memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening.
5. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara ke
arah puting, untuk mengetahui ada sekret atau tidak.
5. Macam Tumor Mammae
a. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae (FAM) sering ditemukan pada usia yang lebih
muda, antara 20-40 tahun, dengan usia median 30 tahun. Insidensinya tidak
diketahui pasti, sekitar 50% hasil biopsi payudara adalah FAM, berapapun
usianya. Pada perabaan massanya berbatas tegas, kenyal, dapat digoyang,
tidak nyeri. Kadang sulit dibedakan dengan kista payudara. FAM terjadi
akibat proliferasi abnormal jaringan periduktus ke dalam lobulus; dengan
demikian sering ditemukan di kuadran lateral atas karena di bagian ini
distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen, progesteron, kehamilan,
maupun laktasi dapat merangsang pertumbuhan FAM.
Faktor Resiko
Ada beberapa hal yang merupakan faktor resiko terhadap
kemungkinan tumor payudara, antara lain :
a. Umur > 30 tahun
b. Anak perrtama lahir pada usia ibu > 35 tahun
c. Tidak kawin
d. Menarche < 12 tahun
e. Menopause terlambat > 55 tahun
f. Pernah operasi tumor jinak payudara
g. Mendapat terapi hormonal yang lama
h. Adanya kanker payudara kontralateral
i. Riwayat operasi ginekologi
j. Riwayat radiasi pada daerah dada
k. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Etiologi
Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
Biasanya ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat
hamil karena produksi hormon estrogen meningkat
Fibroadenoma mammae dibedakan menjadi 3 macam:
- Common Fibroadenoma
- Giant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.
- Juvenile fibroadenoma pada remaja.
Juvenile fibroadenoma adalah sejenis tumor jinak yang tumbuh pada
saat berkembangnya payudara normal ke arah yang salah. Fibroadenoma
memiliki ciri keras, bulat, dan gampang dirasakan. Meskipun, tumor ini
dapat menjadi sebesar 8 – 9 cm, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.

Patofisiologi
FAM bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun
insiden kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang
terkena, estrogen dan usia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi
dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan pemicu munculnya tumor.
Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat
menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor
yang membentuk lobus-lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada
nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang
disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen FAM ukurannya akan
lebih meningkat hal ini terlihat saat menstruasi dan hamil.
FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan adalah
dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah tumor itu
ganas atau tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium
patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis
2. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga
kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang
sempit atau menghilang.
GAMBARAN KLINIS
 Timbul pada wanita muda, 15-30 tahun
 Membesar sangat pelan, dalam tahunan
 Bentuk bulat atau oval
 Batas tegas
 Tidak besar, 2- 5 cm
 Permukaan rata
 Konsistensi padat kenyal
 Sangat mobile dalam korpus mamma
 Tidak ada tanda invasi atau metastase
 Dapat singel atau multipel.
 >4 cm diperlukan FNAB untuk menyingkirkan kemungkinan tumor
filodes

b. Kistosarkoma Phyloides
Merupakan suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan penyokong
nonepitel, bersifat menyusup secara lokal. Pertumbuhanya cepat dan dapat
ditemukan dalam ukuran besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi
kebanyakan pada usia sekitar 30 tahun.
Penanggalan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor
tersebut sudah besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpel. Bila
tumor ternyata ganas, harus dilakukan mastektomi radikal walaupun
mungkin bermetstasis secara hematogen seperti sarkoma.

c. Kista Mammae
Kista payudara sangat sering ditemukan pada praktek sehari-hari,
terbanyak pada usia 40 tahunan sampai peri-menopause. Besarnya berubah
sesuai dengan siklus haid. Secara etiopatogenesis, kista terbentuk akibat
obstruksi dan dilatasi duktus koligentes. Bila membesar dengan cepat,
umumnya disertai rasa nyeri.
Seringkali diduga maligna apabila cairan di dalamnya sangat banyak
sehingga tekanannya tinggi dan teraba keras. Pemeriksaan sonografi dapat
dengan jelas menggambarkan apakah massa ini kistik atau solid.

d. Kelainan Fibrokistik
Sering ditemukan pada usia antara 20-30 tahun. Secara pemeriksaan
fisik sulit dibedakan. dengan FAM atau kista payudara. Walaupun
demikian, hampir selalu disertai nyeri. Sifat nyerinya cukup signifi kan,
yakni: berfluktuasi sesuai siklus haid, bilateral, tidak terlokalisir, dan
menyebar ke bahu atau aksila bahkan dapat menyebar ke lengan. Nyeri
biasanya menetap dan bisa memburuk sampai menopause. Dua puluh
persen kasus mengalami resolusi spontan.

e. Karsinoma Mammae
Ca mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
carcinoma serviks uteri. Kurva insiden usia bergerak tinggi sejak usia 30
tahun. kanker jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Angka
tertinggi pada usia 45-66 tahun. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertambahan sel
tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor
(cancer). Apabila tumor ini tidak diambil dan dibuang, dikhawatirkan akan
masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinannya
juga sel kanker tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh.

Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas.
Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat
karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya
terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain,
kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut,
paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi
meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah
serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa
minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.
Tanda dan gejala
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker
payudara masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker
ditemukan jika dudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan,
bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau
akibat distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area
mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan
pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting susu serta
keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
6. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

PENENTUAN UKURAN TUMOR, PENYEBARAN KE KELENJAR


LIMFE DAN TEMPAT LAIN PADA CARCINOMA MAMMAE
Tumor size (T)
Tx Tumor tidak dinilai

To Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer

Tis Tumor insitu

T1 Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang

T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia


dan/muskulus pectoralis

T1b > 0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap
fascia dan/muskulus pectoralis

T1c > 1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia


dan/muskulus pectoralis
T2 Tumor dengan diameter antar 2-5cm

T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis

T2 b dengan fiksasi
T3 Tumor dengan diameter > 5 cm

T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi


T4 Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan
perluasan secara langsung ke dalam dinding thorak dan
kulit

REGIONAL LIMFE NODES (N)

NX Kelenjar ketiak tidak dinilai

N0 Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

N1 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa


digerakkan

N2 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi


satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya

N3 Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau


intraklavikuler terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar


payudara

STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA


STADIUM T M N

0 T1s N0 M0

I T1 N0 M0

IIA T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

IIB T2 N1 M0

T3 N2 M0

IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1, N2 M0

IIIB T4 Semua N M0

Semua T N3 M0

IV Semua T Semua N M1

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Mamografi
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama,
terutama pada usia di atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal,
jika terdapat keluhan baru, maka harus dimamografi ulang. Pada mamografi ,
lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah satu atau beberapa gambaran
sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifi kasi pleomorfik, tepi ireguler, terdapat
peningkatan densitas dibandingkan sekitarnya. Pada salah satu penelitian
terhadap 41.427 penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan spesifi sitas
91,2%. Walaupun demikian, bila hasilnya negatif, harus tetap dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
b.Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan
kistik setelah ditemukan kelainan pada mamografi . Pemeriksaan ini juga
dapat digunakan pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil
yang mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil mamografinya tidak
jelas walaupun sudah diulang, dan untuk panduan saat biopsi jarum atau core
biopsy.
a. Biopsi
Tidak terhadap semua kasus benjolan payudara dilakukan biopsi.
Beberapa panduan terkini lebih menganjurkan core biopsy sebagai pilihan
pertama. Apabila tidak ada fasilitas ini, maka biopsi insisi/ekstirpasi sebagai
gantinya.

7. Penatalaksanaan
a. Preventif
a) Mengubah gaya hidup (lifestyle) untuk hidup yang lebih sehat dengan
makan-makanan bergizi, tidak merokok, dan menjaga kebersihan
dengan baik.
b) Menghindari diri dari kontak dengan karsinogen
c) Menjaga diri dengan melakukan pemeriksaan SADARI
b. Operatif
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah
kuratif. Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi
lainnya bersifat adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah
radikal mastectomy atau modified radikal mastectomy dengan atau tanpa
radiasi dan sitostatika adjuvant.
Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan
sitostatika adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif,
yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas
hidup. Untuk stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan
utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal
terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer adalah yang bersifat
sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Darmawan. 2007. Pendekatan Diagnostik Tumor Padat. Dalam Buku


Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI
Henry M.M, Thompson J.N. 2007. Breast Disease. Clinical Surgery. Second
edition. Elsevier. p 453Depkes. 2001. Pedoman pengobatan dasar di
puskesmas berdasarkan gejala. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Fadjari, Heri. 2012. Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara. CDK 192/
Vol. 39 No. 4 308-310
Handerson .I. Craig. 1995. Kanker Payudara dalam Buku Harison Prinsip-
prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol. 4. Jakarta: EGC
Haryono, Samuel J, dkk. 2010. Payudara. Dalam De Jong, Sjamsuhidajat.
2010. BukuAjar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC
Purnomo, Djoko. 2010. Onkologi. Dalam Kusuma. Bedah Kusuma.
Surakarta : FK UNS

Das könnte Ihnen auch gefallen