Sie sind auf Seite 1von 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prediabetes merupakan suatu keadaan yang mendahului timbulnya diabetes


melitus (DM). American Diabetes Association mendefinisikan prediabetes sebagai
kondisi kadar glukosa darah diatas normal, namun belum memenuhi kriteria
diabetes mellitus. Dua kondisi yang termasuk dalam pre-diabetes adalah Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) atau Impaired Glucose Tolerance (IGT) dan Glukosa
Darah Puasa Terganggu (GDPT) atau Impaired Fasting Glucose (IFG). Nilai
Standar untuk prediabetes pada kadar glukosa darah puasa adalah 100-125mg/dL
(disebut IFG) atau 140-199mg/dL untuk glukosa darah dua jam pasca tes beban
glukosa.

Menurut Konsensus Manajemen dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Indonesia, penetapan kondisi IGT dan IFG berdasarkan algoritam diagnostik
standar. Pada pasien dengan keluhan diabetes klasik, jika setelah dua kali tes
glukosa darah dan glukosa darah puasa, didapatkan hasil yang meragukan (di atas
normal tapi tidak sesuai kriteria diabetes), maka pasien akan diminta untuk
melaksanakan prosedur TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral). Saat hasil glukosa
darah setelah dua jam pasca tes beban glukosa didapatkan nilai 140-199mg/dL,
pasien akan dimasukkan dalam kriteria gangguan toleransi glukosa atau disebut
juga dengan prediabetes.

Pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 470 juta orang di seluruh dunia
mengalami prediabetes (Tabak et al, 2012). Prevalensi prediabetes di Asia
Tenggara tahun 2013 sekitar 6,8% (International Diabetes Federation, 2013).
Sedangkan prevalensi prediabetes di Indonesia adalah 10% dengan latar belakang
faktor diet yang berlebihan sebesar 98,4% (Suwondo dan Pramono, 2012).
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 angka prevalensi Diabetes
Melitus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan prevalensi DM
tertinggi (2,6%) di Indonesia kemudian diikuti DKI Jakarta dengan nilai 2,5% dan
Sulawesi Utara 2,4% (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Sampai saat ini angka
prevalensi prediabetes di DIY belum pernah dilaporkan.
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat disebabkan karena adanya beberapa
faktor yaitu : konsumsi makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat dengan
kurangnya aktifitas fisik dan olahraga yang dapat menyebabkan peningkatan
kadar gula darah (Erliensty,2009). Pada pasien prediabetes terjadi proses yang
menjadi prekursor dari timbulnya diabetes mellitus karena adanya kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dari kekurangan jumlah serta
penurunan fungsi atau resistensi insulin perifer. Apabila jumlah karbohidrat lebih
dari kemampuan tubuh untuk membakarnya sebagai sumber energi, maka
karbohidrat akan dikonversi menjadi lemak (American Diabetes Acociation,
2006).
Mengonsumsi karbohidrat sederhana terlalu banyak dapat menyebabkan
hormon insulin cepat diproduksi dan membuat gula darah dikonversi sebagai
glikogen otot ataupun glikogen hati. Jika tempat tempat penyimpanan glukosa
sudah penuh di otot atau hati, maka gula akan di simpan di dalam sel adiposit dan
diubah menjadi lemak. (Turoan,2012).
Lemak merupakan sumber energi terbesar yang dapat menyebabkan obesitas.
Pada orang yang obesitas sel-sel lemak tersebut akan menghasilkan beberapa zat
yang digolongkan sebagai adipositokin. Zat tersebut dapat menyebabkan
resistensi terhadap insulin. Akibat resistensi insulin, gula darah sulit untuk masuk
ke dalam sel sehingga gula di dalam darah akan tinggi atau hiperglikemi
(Kariadi,2009).
Faktor perilaku yang mendukung terjadinya prediabetes antara lain konsumsi
lemak tinggi, kurang serat dan aktifitas fisik kurang. Konsumsi lemak yang tinggi
dari 30% total kalori dapat menyebabkan resistensi insulin yang mengarah ke
kondisi prediabetes. Pada penderita prediabetes mungkin akan memiliki
komplikasi pada organ-organ yaitu nefropati, neuropati, retinopati diabetik dan
penyakit makrovaskular. Terdapat bukti yang menghubungkan prediabetes dengan
peningkatan resiko awal nefropati dan penyakit ginjal kronis (CKD) berdasarkan
metode seperti laju eksresi albumin urin dan perkiraan laju filtrasi glomerulus
(Fox et al, 2005).
Besar prevalensi dan faktor resiko penyebab prediabetes di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) belum diketahui karena belum ada penelitian dan data yang
cukup. Tetapi diketahui bahwa Yogyakarta memiliki resiko tinggi prediabetes
karena menurut hasil Survei Diet Total (SDT) 2014, Yogyakarta merupakan
provinsi dengan tingkat konsumsi gula tertinggi di Indonesia dengan angka
mencapai 16,9% (Kemenkes RI., 2015). Penelitian mengenai hubungan jumlah
intake harian secara pasti pada kejadian prediabetes masih terbatas. Sehingga
dibutuhkan penelitian mengenai karakteristik jumlah kalori harian yang
menyebabkan terjadinya prediabetes.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana hubungan tingkat konsumsi karbohidrat, lemak dan dietary fiber
dengan kadar gula darah pada penderita prediabetes di puskesmas kalasan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
konsumi karbohidrat, lemak dan dietary fiber dengan kadar gula darah
pada penderita prediabetes di puskesmas kalasan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi :
1. Bagi penelitian dan ilmu pengetahuan
Menambah hasanah ilmu pengetahuan mengenai hubungan tingkat
konsumsi karbohidrat, lemak dan dietary fiber dengan kadar gula
darah pada penderita prediabetes di Puskesmas Kalasan,
2. Bagi Peneliti
Manfaat yang diperoleh oleh peneliti adalah peneliti dapat
mengetahui hubungan tingkat konsumsi karbohidrat, lemak dan
dietary fiber dengan kadar gula darah pada penderita prediabetes di
Puskesmas Kalasan. Hasil karya tulis ilmiah ini juga akan
digunakan sebagai syarat kelulusan pendidikan sarjana kedokteran
peneliti.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat kepada masyarakat
umum secara tidak langsung. Adanya faktor makanan yang diduga
memiliki hubungan dengan kejadian prediabetes di Puskesmas
Kalasan dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk mawas diri
dan lebih memperhatikan kesehatan khususnya dalam menjaga
pola makan sehari-hari agar tetap seimbang dan cukup.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian oleh (Meilin Zhang, 2015) yang berjudul : “Associations
between Dietary Patterns and Impaired Fasting Glucose in Chinese
Men: A Cross-Sectional Study”. Persamaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan dari konsumsi makanan meliputi buah, sayur,
daging dan beras dengan peningkatan resiko prediabetes dengan
memberikan pertanyaan terkait konsumsi harian. Perbedaannya,
penelitian tersebut menggunakan metode cross-sectional study
population dari total 1615 subjek yang sedang melakukan check-up
kesehatan dan diukur dari FPG dengan nilai konsentrasi 110-
126mg/dL yang masuk dalam klasisikasi IFG.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka


1. Prediabetes
a. Definisi

2.2 Kerangka Teori


2.3 Kerangka Konsep Penelitian
2.4 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Desain
penelitian ini adalah potong lintang (crossectional). Potong lintang adalah
suatu penelitian dimana pengambilan data untuk setiap subjeknya
dilakukan pada satu unit waktu (Dahlan, 2009). Pendekatan yang
dilakukan melalui uji diagnostik GCT dibandingkan dengan uji TTGO (tes
toleransi glukosa oral) se
3.2 Tempat dan Waktu penelitian
3.3 Populasi dan Subyek Penelitian
3.4 Variabel penelitian
3.5 Definisi Operasional
3.6 Instrumen Penelitian (Alat dan Bahan)
3.7 Tahap Penelitian
3.8 Analisis data
3.9 Etika penelitian

Das könnte Ihnen auch gefallen