Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 470 juta orang di seluruh dunia
mengalami prediabetes (Tabak et al, 2012). Prevalensi prediabetes di Asia
Tenggara tahun 2013 sekitar 6,8% (International Diabetes Federation, 2013).
Sedangkan prevalensi prediabetes di Indonesia adalah 10% dengan latar belakang
faktor diet yang berlebihan sebesar 98,4% (Suwondo dan Pramono, 2012).
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 angka prevalensi Diabetes
Melitus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan prevalensi DM
tertinggi (2,6%) di Indonesia kemudian diikuti DKI Jakarta dengan nilai 2,5% dan
Sulawesi Utara 2,4% (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Sampai saat ini angka
prevalensi prediabetes di DIY belum pernah dilaporkan.
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat disebabkan karena adanya beberapa
faktor yaitu : konsumsi makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat dengan
kurangnya aktifitas fisik dan olahraga yang dapat menyebabkan peningkatan
kadar gula darah (Erliensty,2009). Pada pasien prediabetes terjadi proses yang
menjadi prekursor dari timbulnya diabetes mellitus karena adanya kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dari kekurangan jumlah serta
penurunan fungsi atau resistensi insulin perifer. Apabila jumlah karbohidrat lebih
dari kemampuan tubuh untuk membakarnya sebagai sumber energi, maka
karbohidrat akan dikonversi menjadi lemak (American Diabetes Acociation,
2006).
Mengonsumsi karbohidrat sederhana terlalu banyak dapat menyebabkan
hormon insulin cepat diproduksi dan membuat gula darah dikonversi sebagai
glikogen otot ataupun glikogen hati. Jika tempat tempat penyimpanan glukosa
sudah penuh di otot atau hati, maka gula akan di simpan di dalam sel adiposit dan
diubah menjadi lemak. (Turoan,2012).
Lemak merupakan sumber energi terbesar yang dapat menyebabkan obesitas.
Pada orang yang obesitas sel-sel lemak tersebut akan menghasilkan beberapa zat
yang digolongkan sebagai adipositokin. Zat tersebut dapat menyebabkan
resistensi terhadap insulin. Akibat resistensi insulin, gula darah sulit untuk masuk
ke dalam sel sehingga gula di dalam darah akan tinggi atau hiperglikemi
(Kariadi,2009).
Faktor perilaku yang mendukung terjadinya prediabetes antara lain konsumsi
lemak tinggi, kurang serat dan aktifitas fisik kurang. Konsumsi lemak yang tinggi
dari 30% total kalori dapat menyebabkan resistensi insulin yang mengarah ke
kondisi prediabetes. Pada penderita prediabetes mungkin akan memiliki
komplikasi pada organ-organ yaitu nefropati, neuropati, retinopati diabetik dan
penyakit makrovaskular. Terdapat bukti yang menghubungkan prediabetes dengan
peningkatan resiko awal nefropati dan penyakit ginjal kronis (CKD) berdasarkan
metode seperti laju eksresi albumin urin dan perkiraan laju filtrasi glomerulus
(Fox et al, 2005).
Besar prevalensi dan faktor resiko penyebab prediabetes di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) belum diketahui karena belum ada penelitian dan data yang
cukup. Tetapi diketahui bahwa Yogyakarta memiliki resiko tinggi prediabetes
karena menurut hasil Survei Diet Total (SDT) 2014, Yogyakarta merupakan
provinsi dengan tingkat konsumsi gula tertinggi di Indonesia dengan angka
mencapai 16,9% (Kemenkes RI., 2015). Penelitian mengenai hubungan jumlah
intake harian secara pasti pada kejadian prediabetes masih terbatas. Sehingga
dibutuhkan penelitian mengenai karakteristik jumlah kalori harian yang
menyebabkan terjadinya prediabetes.