Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Demam dengue (DD ) dan demam berdarah dengue (DBD ) adalah jenis penyakit
demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus lagi dengan genus
Flavivirus dikenal dengan nama Virus dengue. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh .Penyakit ini ditemukan manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti.
II. Epidemiologi
Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan global . Kejadian luar biasa
penyakit sering dilaporkan dari berbagai Negara. Diperkirakan setiap tahun sekitar 50
juta manusia terinfeksi virus dengue yang 500.000 di antaranya memerlukan rawat inap
adalah anak-anak.
III. Etiologi
Infeksi virus dengue dapat ditularkan memalui gigitan vector nyamuk Stegomiya
aegipty ( dahulu disebut Aedes aegipty) dan Stegomiya albopictus ( dahulu Aedes
albopctus ). Transmisi virus tergantung dari faktor biotik dan abiotic. Termasuk dalam
faktor biotik adalah faktor virus, vector nyamuk , dan penjamu manusia Sedangkan faktor
abiotic adalah suhu lingkungan, kelembaban dan curah hujan
Virus dengue
Termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae. Berdasarkan sifat antigen dikenal
ada 4 serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. MAsing-
masing serotype mempunyai beberapa galur ( strain) genotype yang berbeda. Serotipe
yang dapat ditemukan yang paling banyak beredar di suatu Negara atau area geografis
tertentu berbeda-beda. Di Indonesia ke 4 serotype virus dengue tersebut dapat ditemukan
dan DENV-3 merupakan galur yang paling virulen.
Imunopatogenesis
Mekanisme Autoimun
Antibodi terhadap protein NS1 dengue menunjukkan reaksi silang dengan
sel endotel dan trombosit, sehingga menimbulkan gangguan pada kedua sel
tersebut, serta menimbulkan respon inflamasi. Autoantibodi yang bereaksi dengan
komponen yang di maksud mengakibatkan sel yang mengandung molekul hasil
ikatan keduanya akan dihancurkan oleh makrofag atau mengalami kerusakan .
Akibatnya , pada trombosit terjadi penghancuran sehingga menyebabkan
trombositopenia dan pada sel endotel terjadi peningkatan perembesan plasma.
Faktor pejamu
Beberapa faktor pejamu yang dilaporkan dapat menjadi faktor resiko
unyuk terkena infesi virus dengue yang berat , antara lain status gizi, faktor
genetic, dan penyakit tertentu khususnya yang berkaitan dengan sistem imun.
Obesitas merupakan salah satu faktor resiko yang pernah dilaporkan. Faktor
genetic berhubungan denga HLA ( human leucocyte antigen ).
V. Manifestasi klinis dan perjalanan Penyakit Infeksi Virus Dengue Infeksi
Virus Dengue.
Infeksi Virus
Dengue
asimtomatik simtomatik
Expanded
Demam tidak Demam
dengue
khas ( sindrom Demam dengue berdarah
syndrome/orga
virus ) dengue
nopati
Sindrom virus
Bayi, anak-anak, dan dewasa yang telah terinfeksi virus dengue, terutama untuk pertama
kalinya (infeksi primer ), dapat menunjukkan manifestasi klinis berupa demam sederhana
tidak khas, yang sulit dibedakan dengan demam akibat infeksi virus lain.Ruam
makulopapular dapat menyertai demam atau pada saat penyembuhan. Gejala gangguan
saluran napas atau gangguan pecernaan dapat ditemukan.
Demam dengue
Sering ditemukan pada anak besar, remaja, dan dewasa. Setelah melalui masa inkubasi
rata-rata 4-6 hari ( rentang 3-14 hari ), timbul gejala berupa demam, myalgia, sakit
punggung, dan gejala konstitusional lain yang tidak spesifik, seperti rasa lemah ( malaise
), nyeri retroorbita saat mata digerakkan atau ditekan, anoreksia, dan gangguan rasa
kecap. Demam mendadak, tinggi ( 39 C-40 C ), terus menerus, bifasik, berlangsung 2-7
hari, gejala lain dapat berupa gangguan pencernaan , nyeri perut, sakit tenggorok, depresi.
Manifestasi perdarahan pada umumnya sangat ringan berupa uji tourniquet yang positif
atau beberapa petekie spotan. Pada beberapa demam dengue terdapat pendarahan masif.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah leukosit yang normal, meningkat pada
fase awal dan menurun selama fase demam. Jumlah trombosit dapat normal/ menurun
(100.000/ul-150.000/ul) sangat jarang ditemukan kurang dari 50.000/ul. Peningkatan
hematokrist sampai 10% mungkin ditemukan karena dehidrasi akibat demam tinggi,
mufoto dada posisi tah, atau karena asupan cairan.
Manifestasi dimulai dengan demam tinggi mendadak 2-7 hari, terus-menerus, bifasik.
Demam disertai dengan gejala lain yang sering ditemukan pada demam dengue seperti
muka kemerahan, anoreksia, myalgia dan arthralgia. Gejala laind apat berupa nyeri
epigastrik, mual, muntah nyeri di daerah subkostal kanan atau nyeri abdomen difus,
kadang disertai sakit tenggorok. Faring dan konyungtiva yang kemerahan ( pharyngeal
injection dan ciliary injection )ndapat diketemukan pada pemeriksaan fisis. Demam dapat
mencapai suhu 40 C dan dapat disertai kejang demam.
Manifestasi perdarahan dapat berupa uji tourniquet yang positif, petekie spontan yang
dapat diketemukan didaerah ekstremitas, aksila, muka dan palatum mole.
Kadang disertai dengan perdarahan ringan saluran cerna, hematuria lebih jarang
ditemukan. Perdarahan hebat , pa
Hepatomegali ditemukan sejak fase demam, dengan pe,besaran yang bervariasi antara 2-4
cm bawah arkus kosta. Pada DBD terjadi kebocoran plasma yang secara klinisberbentuk
efuest pleura, apabila kebocoran plasma lebih berat dapat ditemukan asites.
Pemeriksaan rontgen foto dada posisi lateral decubitus kanan, efusi pleura terutama di
hemithoraks kanan merupakan temuan yang sering dijumpai.
Peningkatan nilai hematocrit ( > 20% dari data dasar ) dan penurunana kadar protein
plasma terutama albumin serum ( > 0,5 g/dL dari data dasar ) merupakan tanda indirek
kebocoran plasma. Kebocoran plasma berat menimbulkan berkurangnya volume
intravascular yang akan menyebabkan syok hipovolemi yang dikenal sebagai sindrom
syok dengue ( SSD ) yang memperburuk prognosis.
Manisfestasi klinis DBD terdiri atas 3 fase yaitu fase demam, kritis serta konvalesens ,
setiap fase perlu pemantauan yang cermat, karena setiap fase mempunyai resiko yang
dapat memperberat keadaan sakit.
Fase Demam.
Pada kasus ringan semua tanda dan gejala sembuh seiring dengan menghilangnya
demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu tubuh menurun segera, tidak
secara bertahap. Menghilangnya demam dapat disertai dengan berkeringat dan perubahan
pada laju nadi dan tekanan darah.
Fase kritis terjadi pada saat demam turun ( time of fever defervescence ), pada saat ini
terjadi puncak keboran plasma sehingga pasien mengalami syok hipovolemi.
Warning signs umumnya terjadi menjelang akhir fase demam, yaitu antara hari sakit ke
3-7. Muntah terus menerus dan nyeri perut hebat merupakan petunjuk awal perembesan
plasma dan bertambah hebat saat pasien masuk keadaan syok.
Kelemahan, pusing atau hipotensi postural dapat terjadi selama syok. Perdarahan mukoa
spontan atau perdarahan ditempat pengambilan darah merupakan manisfestasi perdarahan
penting.
Umumnya lebih lambat.hematocrit diatas data dasar merupakan tanda awal perembesan
plasma, dan pada umumnya didahului oleh leukopenia ( < 5.000 sel/mm3 ).
Peningkatan hematocrit mendahului perubahan tekanan darah serta volume nadi, oleh
karena itu pengukuran hematocrit berkala sangat penting, apabila makin meningkat
berarti kebutuhan cairan intravena untuk mempetahankan volume intravascular
bertambah.
Beberapa pasien masuk ke fase kritis perembesan plasma dan kemudian mengalami syok
sebelum demam turun, pada pasien tersebut peningkatan hematocrit serta
trombositopenia terjadi sangat cepat. Selain itu pada pasien DBD baik yang disertai syok
atau tidak dapat terjadi keterlibatan organ misalnya hepatitis berat, ensefalitis,
miokarditis, dan/atau perdarahan hebat, yang dikenal sebagai expanded dengue
syndrome.
Apabila pasien dapat melalui fase kritis yang berlangsung sekitar 24-48 jam, terjadi
reabsorpsi cairan dari ruang ekstravaskular kedalam ruang intra vascular yang
berlangsung secara bertahap pada 48-72 jam berikutnya.
Keadaan umum dan nafsu makan membaik, gejala gastrointestinal mereda, status
hemodinamik stabildan diuresis menyusul kemudian.
Jumlah lekosit mulai meningkat segera setelah penurunan suhu tubuh akan tetapi
pemulihan jumlah trombosit
Sindrom syok dengue merupakan syok hipovolemik yang terjadi pada DBD, yang
diakibatkan penigkatan permeabilitas kapier yang disertai perembesan plasma.
1. Syok terkompensasi
Sistem kardiovaskular mempertahankan sirkulasi melalui peningkatan isis
sekuncup, laju jantung dan vasokontriksi perifer. Sistem pernapasan melakukan
kompensasi berupa quite tachypnea. Pemberian cairan yang adekuat pada
umumnya akan memberikan prognosis baik. Bila keadaan kritis luput dari
pengalaman sehingga pengobatan tidak diberikan dengan cepat dan tepat, maka
pasien akan jatuh kedalam syok terdekompensasi.
2. Syok dekompensasi
Pada keadaan syok dekompensasi, upaya fisiologis untuk mempertahankan sistem
kardiovaskular telah gagal, pada keadaan ini tekanan sistolik dan diastolic telah
menurun, disebut syok hipotensif. Slah satu tanda perburukan klinis utama adalah
perubahan kondisi menta karena penurunan perfusi otak. Pasien menjadi gelisah,
bingung letargi.
1. Isolasi virus
Inokulasi pada nyamuk atau pada sel mamalia. Hanya dilakukan di laboratoriumbesar,
untuk penelitian
5. Parameter hematologi
Parameter hematologi terutama pemeriksaan hitung leukosit, nilai hematocrit, dan jumlah
trombosit sangat penting dan merupakan bagian dari diagnosis klinis demam berdarah
dengue .
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinik, ditambah bukti
perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis DBD.
Klinis :
Syok terkompensasi
Takikardia
Takipnea
Tekanan nadi ( perbedaanantara sistolik dan diastolic ) < 20 mmHg
Waktu pengisian kapiler > 2 detik
Kulit dingin
Produksi urin menurun, < 1 ml/kgBB/jam
Anak gelisah
Syok dekompensasi
Takikardia
Hipotensi ( sistolik dan diastolic turun)
Nadi cepat dan kecil
Pernapasan Kusmaull atau hiperpne
Sianosis
Kulit lembab dan dingin
Profound shock, nadi tidak teraba datekana darah tidak terukur
Probable dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi anti-dengue
Confirmed dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome virus Dengue pada
pemeriksaan NS1, atau apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM ( dari
negative menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan.
VIII. Tatatalaksana Infeksi dengue
Demam 2-7 hari mendadak tinggi, kontinua, nyeri kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital,
manifestasi perdarah ( spontan/rumple leede), leukosit < 4000/mm3 , dan kasus DBD di
lingkungan
Indikasi social Rumah jauh atau tidak ada orangtua/wali yang dapat
diandalkan untuk merawat anaknya di rumah
Tidak Ya
Rawat jalan;Nasihat
kepada orangtua
Penggantian cairan
Jenis cairan
Cairan kristaloid merupaka cairan pilihan untuk pasien DBD. Tidak dianjurkan
pemberian cairan hipotonik < 6 bulan. Pada keadaan permeabilitas meningkat,
volume cairan yang bertahan akan semakin berkurang sehingga lebih mudah terjadi
kelebihan cairan pada pemberian cairan hipotonis. Cairan koloid hiperonkotik seperti
dextran 40 atau HES walaupun lebih lama bertahan namun memiliki efek samping
seperti alergi, mengganggu fungsi koaguasi, dan berpotensi mengganggu fungsi
ginjal. Jenis cairan ini hanya diberikan pada 1). Perembesan plasma masif yang
ditunjukkan dengan nilai hematokrit yang makin meningkat atau tetap tinggi
sekalipun telah diberi cairan kristaloid yang adekuat, atau 2).pada keadaan syok yang
tidak berhasil dengan bolus cairan kristaloid yang kedua. Pada bayi < 6 bulan
diberikan cairan Nacl 0.45 % atas dasar pertimbangan fungsi fisologis yang berbeda
dengan anak yang lebih besar.
Jumlah cairan
Volume cairan diberiksan disesuaikan dengan berat badan, kondisi klinis dan temuan
laboratorium. Pada pasien dengan obesitas pemberian cairan harus hati-hati karena
mudah terjadi kelebihan cairan, maka pemberian harus berdasar berat badan ideal.
Banyak ditemukan di klinis adalah pasien yang belum menunjukkan peningkatan
hematokrit yang berarti ( pada keadaan ini diagnosis yang ditegakkan masih DD),
namun dikhawatirkan merupakan fase awal sakit DBD, maka volume cairan yang
diberikan cukup rumatan atau sesuai kebutuhan. Volume cairan di tingkatkan apabila
heatokrit naik. Pemberian cairan dihentikan apabila keadaan umum stabil dan telah
melewati fase kritis, pada umumnya pemberian cairan dihentikan setelah 24-48 jam
keadaan umum anak stabil.
Antipiretik :
Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali diberikan apabila suhu >38OC dengan interval 4-6 jam, hindari
pemakaian aspirin/NSAIDS/ibuprofen. Beri kompres hangat
Nutrisi
Apabila pasien masih bisa minum, dianjurkan minum yang cukup, terutama cairan yang
mengandung elektrolit
Syok pada infeksi dengue merupakan syok hipovolemik akibat terjadi perembesan plasma, fase
awal berupa syok terkompensasi dan fase selanjutnya terdekompensasi. Prinsip utama
tatalaksana SSD adalah pemberian cairan yang cepat dengan jumlah yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis . Ikatan dokter anak Indoensia. 2015