Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
This study aims to analyze the improvement of critical thinking skills and learning
outcomes, as well as the correlation of critical thinking skills towards student learning
outcomes in environmental change material through Instagram-assisted Group
Investigation. The research design was pretesst-posttest control group design. Percentage
of experimental class students with less categories for 3 consecutive meetings namely
9%; 9%; 3%, the category is quite critical in a row 62%; 21%; and 18%, critically 26%;
50%; 59%; critical categories 3% respectively; 21%; and 21%, while in the control class
the percentage of students with less critical categories was 21% until the third meeting,
the category was quite critical in a row 62%; 53%; and 53%, critical categories
respectively 24%; 32%; and 32%, while very critical categories are 2%; 3%; and 3%. In
addition, the increase in student cognitive learning outcomes was 0.7 (high) for the
experimental class and 0.6 (moderate) for the control class. Correlation of critical
thinking skills towards cognitive learning outcomes is 0.78 (high), affective learning
outcomes 0.15 (very low), and psychomotor learning outcomes of 0.10 (very low). The
implementation of learning with the Group Investigation model assisted Instagram on
material changes in the environment for three meetings at 87%, with very good
categories. While the questionnaire of student responses to learning shows a response of
47% of students interested and 43% of students interested, and 9% of students are quite
interested in the learning process.
Keywords: Critical Thinking Skills, Group Investigation, Instagram, Environmental
Change
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kritis dan
hasil belajar, serta korelasi keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa pada
materi perubahan lingkungan melalui Group Investigation berbantuan Instagram. Desain
penelitian yaitu pretesst-posttest control group design. Persentase siswa kelas eksperimen
dengan kategori kurang selama 3 pertemuan berturut-turut yaitu 9%; 9%; 3%, kategori
cukup kritis berturut-turut 62%; 21%; dan 18%, kritis berturut-turut 26%; 50%; 59%;
kategori kritis berturut-turut 3%; 21%; dan 21%, sedangkan pada kelas kontrol
persentase jumlah siswa dengan kategori kurang kritis sebanyak 21% hingga pertemuan
ketiga, kategori cukup kritis berturut-turut 62%; 53%; dan 53%, kategori kritis berturut-
turut 24%; 32%; dan 32%, sedangkan kategori sangat kritis berturut-turu 2%; 3%; dan
3%. Selain itu, peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebesar 0.7 ( tinggi) untuk kelas
eksperimen dan 0.6 (sedang) untuk kelas kontrol. Korelasi keterampilan berpikir kritis
terhadap hasil belajar kognitif sebesar 0,78 (tinggi), hasil belajar afektif 0,15 (sangat
rendah), dan hasil belajar psikomotor sebesar 0,10 (sangat rendah). Keterlaksanaan
pembelajaran dengan model Group Investigation berbantuan Instagram pada materi
perubahan lingkungan selama tiga pertemuan sebesar 87%, dengan kategori sangat baik.
Sedangkan angket tanggapan siswa pada pembelajaran menunjukan respon 47% siswa
tertarik dan 43% siswa tertarik, serta 9% siswa cukup tertarik dengan proses
pembelajaran.Berdasarkan hasil wawancara tanggapan terhadap model GI berbantuan
Instagram, guru menunjukan respon positif terkait pelaksanaan pembelajaran.
PENDAHULUAN
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru biologi dan peserta didik kelas X
MIPA 1 dan X MIPA 2.
3. Instrumen Penelitian
4. Prosedur Penelitian
Data yang diambil terlebih dahulu yakni data peningkatan keterampilan berpikir
kritis dan hasil belajar kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 tahun ajaran 2017/2018.
Kemudian memberikan lembar angket sikap peduli lingkungan dan tanggapan
siswa serta melakukan wawancara dengan guru untuk memperoleh tanggapan
guru terhadap pembelajaran
5. Analisis Data
Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara
keterampilan berpikir kritis dengan hasil belajar.
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − [(⅀𝑋)(∑ 𝑌)]
𝑟𝑋𝑌 =
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2 ]
Penafsiran terhadap koefisien korelasi dapat berpedoman kepada kriteria
Nilai r Interpretasi
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah
Total skor hasil observasi dengan skala ordinal kemudian dihitung presentasenya.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
Keterlaksanaan = x 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Kriteria siswa kurang kritis di kelas eksperimen pada hari pertama sampai
hari ketiga jumlahnya menurun, sedangkan pada kelas kontrol, persentasenya
tetap yaitu sampai hari ketiga. Pada kelas eksperimen siswa belajar secara
berkelompok untuk bertukar gagasan, sedangkan pada kelas kontrol hanya tidak
semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan beberapa orang
saja yang aktif bertanya dan menanggapi apa yang disampaikan oleh guru.
Berkurangnya persentase cukup kritis menyebabkan persentase siswa dengan
kriteria kritis bertambah karena semakin banyaknya tuntutan yang harus
diselesaikan siswa. Tuntutan tugas pertemuan kedua dan ketiga sama yaitu
investigasi kelompok di lingkungan sekitar sehingga menghasilkan persentase
siswa dengan kriteria sangat kritis pun sama.
Hasil Belajar Kognitif
Peningkatan hasil belajar kognitif, dilakukan analisis gain terhadap hasil pretes
dan postes (Tabel 3)
Tabel. 3 Hasil Perhitungan N-Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa
x̅ x̅
Data Nilai Postes Kelas N-Gain Kriteria
pretes Postes
Eksperimen 45 84 0,70 Tinggi
Hasil Belajar Kognitif
Kontrol 41 77 0,62 Sedang
100
Rerata Penilaian
indikator (%)
50
Eksperimen
0
Kontrol
1 2 3 4
Aspek Penilaian
Persentase jumlah siswa tuntas KKM dan rerata hasil belajar psikomotor
lebih banyak pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut
karena akumulasi penilaian semua aspek lebih besar kelas eksperimen. Namun
demikian, kedua kelas tersebut sudah mencapai tuntas KKM secara klasikal.
Ketuntasan klasikal terjadi apabila > 75% siswa tuntas KKM.
Korelasi Keterampilan Kritis terhadap Hasil Belajar
Hasil uji korelasi dengan menggunakan rumus product moment
menunjukkan bahwa korelasi antara keterampilan berpikir kritis siswa terhadap
hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor berurut-turut yaitu 0,78 (tinggi),
0,15(sangat rendah), dan 0,10715649 (sangat rendah). Semakin tinggi
keterampilan berpikir kritis maka hasil belajar kognitif siswa semakin lebih baik
(Husnah 2017). Keterampilan berpikir kritis tidak memberikan korelasi yang
signifikan terhadap aspek sikap ( Fitriawan et al., 2016). Korelasi sangat rendah
juga terjadi antara keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar psikomotorik. Hal
tersebut karena pemahaman secara teori belum tentu dapat melakukan praktek.
Hal tersebut karena terjadinya kesenjangan antara teori dan praktek dan kesulitan
untuk mengaplikasikan teori di dunia nyata atau lapangan (Sunardi, 2008).
Keterlaksanaan Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan
Instagram
Keterlaksanaan model pembelajaran merupakan penilaian seberapa banyak
aspek atau kriteria model dilaksanakan pada saat pembelajaran (Tabel 6)
Tabel 6. Keterlaksanaan Model Group Investigation berbantuan Instagram
Pertemuan Keterlaksanaan (%)
1 85
2 97
3 78
Rerata 87
Rerata keterlaksanaan model selama tiga pertemuan tersebut yaitu 87%.
Keterlaksanaan model pembelajaran ditandai dengan siswa menyenangi tugas
proyek yang dilakukan, mereka merasa senang dan menikmati bekerja sama
menyelesaikan tugas proyek yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Keberhasilan dilaksanakannya pembelajaran model tersebut juga terlihat dari
perbedaan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen yang
lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
Tanggapan Siswa terhadap Group Investigation Berbantuan Instagram
Berdasarkan hasil analisis angket tersebut, maka dapat diketahui
persentase siswa dengan berbagai kriteria (Tabel 9)
Tabel 9. Kriteria Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
No Kriteria Jumlah Presentase (%)
1 Tidak Tertarik 0 0
2 Kurang Tertarik 0 0
3 Cukup Tertarik 3 9
4 Tertarik 16 47
5 Sangat Tertarik 15 44
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA