Sie sind auf Seite 1von 8

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS VI

“Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Perannya dalam


Menunjang Kemandirian Bangsa”

ISBN: 978-979-98109-5-3

Editor:
Dr. Alfiah Hayati
Dr. Dwi Winarni, M.Si
Prof. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D
Dr. Ni’matuzahroh
Dra. Thin Soedarti, CESA
Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, ST, DEA

Tim Penyusun
Dr. Alfiah Hayati Binti Mar’atus Solikha
Dr. Fatimah, M.Kes. Antien Rekyan Seta
Dr. Dwi Winarni, M.Si. Moh. Maulana Abdi Zen
Imam Dary Supriyadi Putra

Desain Sampul
Yusuf Bilfaqih, ST., MT.

Diterbitkan oleh :
Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Kampus C Unair, Jln. Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, INDONESIA
Telp & fax : (031) 5926804
Email : biologi@fst.unair.ac.id
Website : biologi.fst.unair.ac.id

Cetakan pertama, Desember 2016

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak baik sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa ijin
tertulis dari Penerbit.

ii
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

KEANEKARAGAMAN KUPU FAMILY PAPILIONIDAE (Pappilio ulyses


DAN Ornithoptera croesus) PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI
CAGAR ALAM GUNUNG SIBELA PULAU BACAN

Abdu Mas‟ud1*, Said Hasan2, Abubakar Abdullah2


Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, Universitas
Khairun, Ternate.
Corresponding author: abdu_unk@yahoo.co.id

ABSTRACT

The conservation area of Sibela mountain (CAGS) was a unique region with some of
the endemic flora and fauna. One of the endemic animals in the region is butterflies
Ornithoptera croesus. This research aims to study of species diversity on the family
Papilionidae in different habitats (lowland 20 meters above sea level, Balitro 200 meters
above sea level, 400 meters above sea level Ra river and Sibela sago bond 800 meters
above sea level) in the area of the conservation area of Sibela mountain. The study was
conducted from 1 June to July 2015 and the method used is the descriptive method the
observation is made by using plot (point). The results showed that there are two species of
butterflies found in the four altitude habitat is Papilio ulyses and Ornithoptera croesus. The
value of species diversity in each habitat were analyzed by Shannon Wiener Index (H'),
shows that the value of the index at lowland habitat (3.397), the Balitro habitat (3,120), the
Ra river habitat (2,233), and the Sibela sago bond habitat (2,148). The index of diversity in all
habitats categorized as low as in the range of 1.5 to 3.5. Based on data from this study, it can
be suggested the need for the conservation of butterflies Family Papilionidae especially
Bacan island endemic species.
Keywords: altitude, Bacan Island ,diversity, Papilionidae.

PENDAHULUAN
Gunung Sibela terletak di Pulau Bacan, termasuk dalam kawasan cagar alam dengan luasan
±23.024 Ha dan dengan ketinggian 2.118 mdpl di Kabupaten Halmahera Selatan. Pulau
Bacan merupakan salah satu daratan (pulau) yang terpisah dari daratan Halmahera. Potensi
daratan pulau ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Flora yang terdapat
di pulau ini seperti jenis Rhizophora (soki), Areceae (palem), Cocos nucifera (kelapa), dan
Duku Bacan serta tumbuhan lainnya, sedangkan faunanya terdiri dari monyet hitam (Macaca
sp) dan berbagai jenis serangga. Kupu-kupu (Lepidoptera) termasuk salah satu serangga
yang hidup di kawasan cagar alam gunung Sibela. Salah satu jenis kupu yang merupakan
endemik pulau bacan adalah O. croesus. Kupu secara ekologis memiliki peran sangat
penting sebagai pollinator yang mendorong terjadinya penyerbukan pada tumbuhan
(Boonvanno, 2000). Kupu-kupu juga dapat dijadikan sebagai bioindikator terhadap perubahan
kualitas lingkungan (Lewis, 2001; Basset, et al., 2011). Selanjutnya Menurut Saputro (2007),
kupu-kupu merupakan salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Secara
ekologis hal ini turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem,
sehingga perubahan keanekaragaman dan kepadatan populasinya dapat dijadikan sebagai
salah satu indikator kualitas lingkungan.

Scoble (1992) menyatakan bahwa kupu-kupu sangat bergantung pada


keanekaragaman tanaman inang, sehingga memberikan hubungan yang erat antara

237
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

keanekaragaman kupu-kupu dengan kondisi habitatnya. Pada penelitian ini dilakukan kajian
keanekaragaman kupu khususnya family Papilionidae pada berbagai ketinggia tempat. Di
kawasan cagar alam gunung Sibela pada ketinggian tempat yang berbeda terdapat jenis dan
jumlah tanaman inang (makanan) kupu yang berbeda.
Selain bernilai ekologis, kupu-kupu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Soehartono dan Mardiastuti dalam Syaputra (2011) menyatakan bahwa koleksi kupu-kupu di
pasar Internasional dihargai mulai dari US$ 1 hingga US$ 3.400 tergantung tingkat
kelangkaannya. Di pulau Bacan dikenal satu jenis kupu endemik yang sangat cantik karakter
morfologinya yaitu O. croesus. Hal ini menimbulkan rangsangan masyarakat untuk
mengeksploitasi kupu-kupu dari alam semakin meningkat, yang akhirnya dapat
mengakibatkan kepunahan pada jenis kupu-kupu tertentu yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
seperti pada kupu O. croesus. O. croesus merupakan kupu endemik pulau Bacan yang
memiliki warna tubuh menarik dengan ukuran tubuh yang relatif besar. Kupu O. croesus
disebutkan oleh Wallace Golden Birdwing (1959). Kupu O. croesus merupakan salah satu
anggota family Papilionidae.
Berdasarkan hasil survei pada penelitian awal, Mas‟ud (2015) menyatakan bahwa
keberadaan dan eksistensi kupu endemik di pulau Bacan 89% masyarakat sudah
mengetahuinya namun belum ada upaya konservasi baik oleh masyarakat maupun
pemerintah daerah. Sementara itu berbagai penelitian mengenai nilai etnik kupu-kupu telah
banyak diteliti dan pengidentifikasian beberapa jenis kupu-kupu telah dilakukan. Namun,
penelitian mengenai keanekaragaman kupu-kupu Family Papilionidae di pulau bacan belum
pernah dilakukan. Menurut Mastrigt et al. (2010) kupu-kupu di Provinsi Papua Barat terdapat
390 jenis, jumlah ini bisa bertambah dan berkurang seiring dengan penelitian di masa yang
akan datang. Ahmad dkk (2014) melaporkan bahwa Keragaman dan distribusi jenis kupu-
kupu di pulau Bacan kategori tinggi, hal ini sangat unik dan menarik untuk di kaji, sehingga
penelitian ini dilakukan dengan menfokuskan satu Family papilionidae pada beberapa
ketinggian tempat (tipe habitat).

METODE
Studi area
pengambilan kupu-kupu dilakukan di lokasi cagar alam gunung Sibela Pulau Bacan.
Terdapat 4 titik pengambilan data yaitu titik I pada ketinggian 20 mdpl, titik II pada ketinggian
200 mdpl, titik III pada ketinggian 400 mdpl, dan titik IV pada ketinggian 800 mdpl.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2015 dengan menggunakan metode
desakriptif survey dimana observasi dilakukan dengan menggunakan metode plot (titik)
(Leather, 2005) mengikuti garis transek yang diterapkan secara random sepanjang 1000 m.
Selanjutnya penelitian ini diarahkan pada kegiatan koleksi spesimen, identifikasi jenis dan
perhitungan distribusi dan keanekaragaman khusus pada family Papilionidae.
Analisis

238
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

Indeks Shannon Wiener (Magurran, 1988), digunakan untuk mengetahui keanekaragaman


spesies pada setiap habitat, dengan rumus:

H‟=-∑pi In pi dimana pi= ni/N dan N =∑ni

Keterangan:
H‟= Indeks Shannon Wiener
pi = proporsi tiap spesies
ln = Logaritme natural (bilangan alami)
ni = Jumlah individu untuk spesies yang diamati
N = Jumlah total individu
Nilai keanekaragaman berdasarkan Indeks Shannon Wiener dikelompokkan dalam
tiga kriteria, yaitu: apabila H‟= 1,5-3,5 maka keanekaragaman rendah. Selanjutnya apabila
nilai H‟= 3.6-4,5 maka keanekaragaman sedang dan apabila nilai H‟ berada pada 4,6-5,0
maka keanekaragaman adalah tinggi (Magurran,1988).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pola Distribusi
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ditemukan 4 genus, 14 spesies kupu sebanyak 71
individu dalam 1 family yaitu papilionidae. Pengamatan jenis kupu-kupu pada 4 tipe habitat
(titik) ketinggian 20 mdpl, ketinggian 200 mdpl, ketinggian 400 mdpl dan ketinggian 800 mdpl.
Distribusi jenis kupu di setiap titik (ketinggian) dapat dilihat pada Tabel 1.
Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada 4 ketinggian yang berbeda, dimana masing-masing
habitat terdiri dari satu titik pengamatan. Terdapat kecenderungan menurun jumlah dan jenis
kupu-kupu yang ditemukan pada ketinggian 400 mdpL dan 800 mdpL. Berdasarkan hasil
penelitian, jumlah penyebaran kupu-kupu banyak ditemukan pada ketinggian rendah
sebanyak 14 jenis baik pada ketinggian 20 mdpL maupun pada ketinggian 200 mdpL (habitat
pemukiman dan perkebun) sedangkan pada habitat hutan produksi terbatas (400 mdpL)
ditemukan 13 jenis dan dataran tinggi (800 mdpL) ditemukan 8 jenis. Sifat penyebaran kupu-
kupu yang diamati berdasarkan tipe ketinggian pada 4 habitat terlihat bahwa family
Papilionidae yang tersebar hampir 75% spesies kupu dapat ditemukan pada 4 ketinggian
tempat. Hal ini berbeda dengan pendapat Odum (1993), yang menyatakan bahwa sifat
penyebaran mengelompok umumnya dimiliki oleh serangga karena kecenderungan untuk
menggelompok dan berkumpul. Sifat penyebaran dari masing-masing spesies pada 4 habitat
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan, persaingan untuk mendapatkan pakan,
ketersediaan cahaya matahari, kelembaban dan suhu yang ideal serta tersedianya tumbuhan
seperti mussaenda, Asoka, ficus sp, citrus sp dan hibiscus rasasinensis, yang sesuai untuk
meletakkan telur dan menetaskan larva. Menurut (D‟Abrera 1990), kupu-kupu melakukan
migrasi dalam jumlah yang banyak (berkelompok) dengan arah tertentu, untuk mencari
tempat yang menyediakan cukup pakan bagi perkembangan larva. Sifat penyebaran pada
empat lokasi (habitat) menunjukkan perbedaan jenis kupu-kupu hal ini diduga berkaitan
dengan berbedaan tumbuhan yang ada pada masing-masing habitat tersebut. Secara umum

239
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

pada habitat dataran rendah ( 20 mdpl dan 200 mdpL) kenekaragaman kupu family
Papilionidae lebih tinggi di banding keanekaragaman kupu pada dataran tinggi (800 mdpL).

Tabel 1. Distribusi jenis kupu family Papilionidae yang ditemukan pada titik (ketinggian)
yang berbeda di kawasan cagar alam gunung Sibela pulau Bacan.

Ketinggian Tempat
No Jenis Kupu-Kupu Family 20 200 400 800
mdpl mdpl mdpl mdpl
1 Ornithopthera croesus Papilionidae √ √ √ √
2 Papilio ulysses Papilionidae √ √ √
3 Papilio polytes Papilionidae √ √ √
4 Papilio deiphobus Papilionidae √ √ √ √
5 Papilio lorquinianus gelia Papilionidae √ √ √
6 Papilio fuscus lapathus Papilionidae √ √ √
7 Graphium agamemnon Papilionidae √ √ √ √
8 Graphium deucalion Papilionidae √ √ √ √
9 Graphium milon Papilionidae √ √
10 Graphium codrus Papilionidae √ √ √ √
11 Graphium euphrates Papilionidae √ √ √ √
ornatus
12 Graphium macfarlanei Papilionidae √ √ √ √
13 Troides criton Papilionidae √ √ √
14 Troides hypolitus Papilionidae √ √ √ √

Struktur dan Komposisi


Struktur dan komposisi jenis kupu yang terdapat di setiap titik (ketinggian) dapat dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Komposisi jenis/spesies kupu family Papilionidae di kawasan cagar alam gunung
Sibela Pulau Bacan
20 mdpl 200 mdpl 400 mdpl 800 mdpl Total
No Family/jenis
JLH % JLH % JLH % JLH % JLH %
1 O. croesus 2 2,82 2 2,82 2 2,82 1 1,41 7 9,85
2 P. ulysses 2 2,82 1 1,41 1 1,41 0 0 4 5,63
3 P. polytes 2 2,82 1 1,41 1 1,41 0 0 4 5,63
4 P. deiphobus 2 2,82 1 1,41 1 1,41 1 1,41 5 7,05
5 P. lorquinianus 1 1 1 0 3 4,23
1,41
gelia 1,41 1,41 0
6 P. fuscus lapathus 1 1,41 1 1,41 1 1,41 0 0 3 4,23
7 G. agamemnon 2 2,82 2 2,82 1 1,41 1 1,41 6 8,45
8 G. deucalion 2 2,82 2 2,82 1 1,41 1 1,41 6 8,45

240
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

9 G. milon 2 2,82 2 2,82 0 0 0 0 4 5,63


10 G. codrus 2 2,82 2 2,82 1 1,41 1 1,41 6 8,45
11 G. euphrates 2 2 1 1 6 8,45
2,82
ornatus 2,82 1,41 1,41
12 G. macfarlanei 2 2,82 2 2,82 1 1,41 1 1,41 6 8,45
13 T. criton 2 2,82 2 2,82 1 1,41 0 0 5 7,05
14 T. hypolitus 2 2,82 2 2,82 1 1,41 1 1,41 6 8,45
Total 26 23 14 8 71 100
H’ 3,397 3,120 2,233 2,148 2,725

Berdasarkan hasil perhitungan Shannon Wiener pada 4 (ketinggian) habitat, nampak


bahwa pada setiap titik berbeda nilainya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan pakan. Pakan merupakan kebutuhan utama kupu-kupu sehingga jika terjadi
kekurangan pakan akan mengakibatkan kelaparan dan akan terjadi perpindahan tempat
hidup baru. Menurut Syafitri et al. (2010), kupu-kupu sangat tergantung pada tipe vegetasi
sebagai sumber pakan dan apabila vegetasi tidak mendukung maka kupu-kupu akan
berpindah ke daerah baru yang banyak terdapat vegetasi sebagai sumber pakan.

Tabel 3. Indek keanekaragaman Kupu family Papilionidae di kawasan cagar alam gunung
Sibela

Indeks Shannon
No Ketinggan/Habitat Jenis Individu
Wiener (H‟)
1 20 mdpl 14 26 3,397
2 200 mdpl 14 23 3,120
3 400 mdpl 13 14 2,233
4 800 mdpl 8 8 2,148

Hasil perhitungan Indeks Shannon Wiener dapat dilihat bahwa habitat 20 mdpL dan
200 mdpl (pemukiman dan perkebunan) memiliki nilai keanekaragaman (H‟) lebih tinggi,
yaitu sebesar 3,397 dan 3,120 (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena habitat pemukiman dan
berkebun lebih terbuka dan berada di dekat air laut, sehingga tersedia air dan mineral yang
menempel pada batu-batuan disekitar habitat. Menurut Mastrigt dan Rosariyanto (2005),
bahwa disekitar daerah kali atau sungai banyak ditemukan kupu-kupu yang kadang
menghisap air mineral yang menempel pada pasir dan batu, salah satunya dari kelompok
Pieridae. Sedangkan ketinggian 400 mdpl dan 800 mdpL (hutan) merupakan habitat yang
memiliki nilai keanekaragaman H‟ = 2, 233 dan 2,148. Hal ini diduga dipengaruhi oleh adanya
aktivitas manusia dalam membuka lahan (pada hutan produksi terbatas 400 mdpL).
Sedangkan pada ketinggian 800 mdpl (hutan lindung) penurunan keanekaragaman kupu
dikarenakan faktor adaptasi iklim dan ketersediaan makanan. Kehidupan kupu-kupu sangat
tergantung pada tumbuhan dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Hal ini akan

241
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

berdampak pada keanekaragaman kupu-kupu (Syafitri et al. 2010). Berdasarkan data di atas
dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman kupu family papilionidae di kawasan cagar alam
gunung Sibela cenderung dipengaruhi oleh ketersediaan pakan selain faktor lingkungan
(suhu, kelembaban dan intensitas cahaya). faktor abiotik mempengaruhi siklus hidup dan
kemampuan bertahan hidup serangga (Syafitri et al. 2010). Hal lain juga adanya aktivitas
masyarakat dalam membuka lahan sehingga mempengaruhi kehadiran kupu-kupu.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 genus terdiri dari 14 spesies kupu family
papilionidae yang ditemukan di 4 ketinggian tempat cagar alam gunung Sibela. Papilio ulyses
dan Ornithoptera croesus merupakan anggota family papilionidae yang menjadi fokus
penelitian ini. Keanekaragaman spesies pada setiap tipe habitat dianalisis berdasarkan
Indeks Shannon Wiener (H‟), menunjukkan bahwa nilai indeks pada habitat 20 mdpl (3,397),
habitat 200 mdpl (3,120), habitat 400 mdpl (2,233), habitat 800 mdpl (2,148). Indeks
keanekaragaman pada semua habitat dikategorikan rendah karena berada pada kisaran 1,5-
3,5. Berdasarkan data penelitian ini maka dapat disarankan perlunya upaya konservasi kupu
family Papilionidae khususnya spesies endemik pulau Bacan.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Alisi selaku praktisi konservasi kupu di
Pulau Bacan yang telah mendampingi peneliti di lapangan, Ibu Djunijanty Peggy, M.Si. PhD
selaku Peneliti kupu LIPI yang banyak memberikan informasi literatur kepada peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Russel Wallace. 1859. Letters From The Malay Archipelago. Editet by John Van Wyhe
and Kees Rookmaaker.
Ahmad H, Mas‟ud A, & Ahmad Z. 2014. Keanekaragaman Kupu-Kupu (lepidoptera) Antar
Pulau di Bacan: Upaya Mengetahui dan Konservasi Jenis Lokal Unggulan; Laporan
Hibah Penelitian Fundamental DP2M Dikti
Basset Y. (eds) Arthropods of tropical forest: Spatio-temporal dynamics and resource use in
the canopy. Cambridge University Press, Cambridge, UK.
Boonvanno, K., Watanasit, S., and Surakrai Permkam, S. 2000. “Butterfly Diversity at Ton
Nga-Chang Wildlife Sanctuary, Songkhla Province, Southern Thailand”. Science Asia,
26. 105-110.
D‟Abrera.1990. Butterflies of the Australian Region. London: Hill House.
Leather, S. 2005. Insect sampling in Forest Ecosystem. Blackwell Science Pub. Australia
Lewis, T.O. 2001. “Effect Of Experimental Selective Logging On Tropical Butterflies”.
Conservation Biologi, 15. 389-400
Mastrigt, Van Henk & EM. Rosariyanto. 2005. Buku Panduan Lapangan: Kupu-kupu untuk
Wilayah Mamberamo sampai pegunungan Cyclops. Jakarta, Concervation
International-Indonesia program : xii + 146 hlm.
Mastrigt H van, Mambrasar R, Ramandey E. 2010. Buku Panduan Lapagan Kupu-kupu.
Untuk Wilayah Kepala Burung Termasuk Pulau-pulau Provinsi Papua Barat, Tim
Redaksi Kelompok Entomologi Papua, Jayapura.
Magurran AE. 1988. Ecological Divercity and Its Measuretment. Princeton Univercity Press.
Mas‟ud, Abdu. 2015. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap O. croesus kupu endemik
Bacan dan Upaya konservasinya. Prosiding Seminar Nasional III Biologi dan
Pembelajarannya. Jurusan Biologi. FMIPA. UM

242
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Jogjakarta
Singer, M.C. 1984. Butterfly-Hostpland Relationship: Host Qualiti, Adult Choice and Larva
Success. In: Vane-Wrigt RI, Ackrey PR (eds) The biology of Butterflies. Princeton
University Press, Princeton. New Jersey.
Syafitri M, Untari DR, Sari Jl, Ismail MU, Arifin I. 2010. Keanekaragaman dan Sebaran Jenis
Kupu-kupu (Lepidoptera) DI Resort Gunung Putri, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Saputro, N. A. 2007. Keanekragaman jenis kupu-kupu di Kampus IPB Darmaga. Skripsi.
Bogor: Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan IPB.
Scoble, M.J. 1992. The Lepidoptera Form, Function and Diversity. Oxford: The Natural
History Museum In Association With Oxford University Press.

243

Das könnte Ihnen auch gefallen