Sie sind auf Seite 1von 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi
normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama
dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama sekali,
bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus
menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami
gangguan Menstruasi selama masa hidupnya.Gangguan ini dapat berupa
kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,
reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010).
Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa
penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental,
emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada proses
terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja
pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya
12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh
faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menacrhe
dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun
disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun.
Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum diketahui memproduksi
hormon gonadotropin sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2012).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi
ataupun pada wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak
mengalami menstruasi kembali, maka kemungkinan wanita tersebut
mengalami Amenorrhea.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi amenorea hipogonodotropi
2. Untuk mengetahui etiologi amenorea hipogonodrotopi
3. Untuk mengetahui klasifikasi amenorea hipogonodrotopi
4. Untuk mengetahui patofisiologi amenorea hipogonodrotopi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis amenorea hipogonodrotopi
6. Untuk mengetahui penatalaksaan medis dan keperawatan amenorea
hipogonodrotopi
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan amenorea hipogonodrotopi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Amenorea Hipogonadotropi


Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus
Menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan
mulainya Menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan
hari pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi yang normal atau dianggap
sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup
luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang
sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusMenstruasi
tidak terlalu sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip dari
Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32
hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada
setiap wanita biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang
keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang
keluar lebih banyak. Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di
anggap patologik (Wiknjosastro, 2012).
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3
bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea
primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea
primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah
mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2008).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara
abnormal yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat
badan dan nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak
disertai problem psikologik (Kumala, 2005).
B. Etiologi Amenorea Hipogonadrotopi

Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:

1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah


menstruasi terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak
terjadi haid atau hanya sedikit.
a) Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis,
penambahan berat badan
b) Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
c) Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
d) Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi,
kelainan hepar dan ginjal.
C. Klasifikasi Amenorea Hipogonodotropi

Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :

1. Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang
berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah
menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi
sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorrhea sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6
bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya
disebabkan oleh gangguan emosional minor yang berhubungan dengan
berada jauh dari rumah, masuk ke perguruan tinggi, ketegangan akibat
tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling umum adalah kehamilan,
sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.
D. Patofisiologi Amenorea Hipogonodrotopi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan
hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV
(lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental
yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan
gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer
maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan
ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat
juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan
kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana
dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis
dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual
( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih
untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen
dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan
latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat
morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH.
E. Manifestasi Klinis Amenorea Hipogonodrotopi

Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :

a) Tidak terjadi haid


b) Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
c) Nyeri kepala
d) Badan lemah

Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :

a) Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak


akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta
perubahan bentuk tubuh.
b) Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning
sickness dan pembesaran perut.
c) Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab.
d) Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut
buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

a) Sakit kepala
b) Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui )
c) Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
d) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e) Vagina yang kering
f) Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti
pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pengelolaan pada klien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab
adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut
beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas
belum tentu dapat dipertahankan.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga
adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas
fisik yang berlebih juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi
dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
Sedangkan pada Amenore tiroid atau disebabkan oleh gangguan
hipofisis dapat diobati dengan obat-obatan.
G. Askep Amenorea Hipogonodotropi
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan perkembangan
masa kanak-kanak. Termasuk tinggi badan dan usia pertama
kali mengalmi pertumbuhan payudara dan rambut kemaluan.
Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang lain mengenai
usia mereka pada saat menstruasi pertama, informasi tentang
banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode
menstruasi terakhir, juga perlu untuk di tanyakan riwayat
penyakit kronis yang pernah di derita, trauma, operasi, dan
pengobatan juga penting untuk di tanyakan. Kebiasaan-
kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan narkoba,
olahraga, diit, situasi di rumah dan sekolah da kelainan
psikisnya juga penting untuk di tanyakan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaa fisik yang pertama kali diperiksa adalah
tanda-tanda vital dan juga termasuk tinggi badan, berat badan
dan perkembangan seksual. Pemeriksaan yang lain adalah:
Keadaan umum :
1. Anoreksia-cacheksia, bradikardi, hipotensi, dan hipotermi.
2. Tumor hipofise-perubahan pada funduskopi, gangguan
lapang pandang, dan tanda-tanda saraf kranial
3. Sindroma polikistik ovarium-jerawat, akantosis, dan
obesitas.
4. Inflammatory bowel disease-Fisura, skin tags, adanya
darah pada pemeriksaan rektal.
5. Gonadal dysgenesis (sindroma Turner)- webbed neck,
lambatnya perkembangan payudara.

Keadaan payudara :

1. Galactorrhea - palpasi payudara.


2. Terlambatnya pubertas- diikuti oleh rambut kemaluan yang
jarang.
3. Gonadal dysgenesis (sindroma Turner)- tidak
berkembangnya payudara dengan normalnya pertumbuhan
rambut kemaluan.
Keadaan rambut kemaluan dan genitalia eksternal :
1. Hiperandrogenisme- distribusi rambut kemaluan dan
adanya rambut di wajah.
2. Sindroma insensitifitas androgen- Tidak ada atau jarangnya
rambut ketiak dan kemaluan dengan perkembangan
payudara.
3. Terlambatnya pubertas- tidak disertai dengan
perkembangan payudara.
4. Tumor adrenal atau ovarium- clitoromegali, virilisasi.
5. Massa pelvis- kehamilan, massa ovarium, dan genital
anomali.
Keadaan vagina :
1. Imperforasi himen- menggembung atau edema pada vagina
eksternal.
2. Agenesis (Sindroma Rokitansky-Hauser)- menyempitnya
vagina tanpa uterus dan rambut kemaluan normal.
3. Sindroma insensitifitas androgen- menyempitnya vagina
tanpa uterus dan tidak adanya rambut kemaluan.
Uterus : Bila uterus membesar, kehamilan bisa diperhitungkan.
Serviks : periksa lubang vagina, esterogen bereaksi dengan
mukosa vagina dan sekresi mucus. Adanya mucus
adalah tanda bahwa estradiol sedang di produksi oleh
ovarium. Kekurangan mucus dan keringnya vagina
adalah tanda bahwa tidak adanya estradiol yang di
produksi

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan
b) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap
perkembangan, perseptual, dan penyakit
c) Harga diri rendah situasional berhubungkan dengan gangguan
fungsional (amenorrhea primer)
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
yang didapat tentang penyakitnya (amenorrhea).

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Ansietasberhubungan Setelah dilakukan asuhan · Kaji tingkat kecemasan : ringan,


denganstatus keperawatan selama .. x 24 sedang, berat, panic
kesehatan jam cemas pasien dapat
· Berikan kenyamanan dan ketentraman
teratasi dengan kriteria hasil
hati
:
· Beri dorongan pada pasien untuk
· Cemas berkurang
mengungkapkan pikiran dan perasaan
· Tidak menunjukan untuk mengeksternalisasikan
perilaku agresif kecemasan

· Anjurkan distraksi seperti nonton tv,


dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.

· Singkirkan stimulasi yang berlebihan

Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan · Gunakan pendekatan yang


berhubungan dengan keperawatan selama .. x 24 menenangkan
biofisik, tahap jam pasien diharapkan tidak
· Berikan informasi factual mengenai
perkembangan, mengalamigangguan citra
diagnosis, tindakan prognosis
perseptual, dan tubuh dengan kriteria hasil :
penyakit · Dengarkan dengan penuh perhatin
Mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala · Identifikasi tingkat kecemasan
cemas

Mengungkapkan tehnik
mengontrol cemas

Harga diri rendah Setelah diberikan asuhan · Tetapkan hubungan saling percaya
situasional keperawatan selama .. x 24 perawat dan pasien
berhubungkan jam pasien diharapkan tidak
· Cipakan batasan terhadap
dengan gangguan mengalami harga diri rendah
pengungkapan negative
fungsional dengan kriteria hasil :
(amenorrhea primer) · Bantu untuk mengidentifikasi respon
· Mengungkapkan
positif terhadap orang lain
penerimaan diri secara verbal
· Bantu penyusunan tujuan yang realitas
untuk mencapai harga diri rendah yang
tinggi

· Berikan penghargaan dan pujian


terhadap pengembangan pasien dalam
pencapaian tujuan

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan · Mengkaji tingkat pengetahuan pasien


berhubungan dengan keperawatan selama .. x 24 tentang penyakit yang dideritanya
kurang informasi jam pasien mampu
· Memberikan pengajaran sesuai dengan
yang didapat tentang menjelaskan penyakit dan
tingkat pemahaman pasien
penyakitnya mampu mengenal
(amenorrhea) penyakitnya dengan kriteria Memberikan informasi dari sumber-
hasil : sumber yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan
· pasien mengetahui tentang
penyakitnya

4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan
5. Evalauasi
a) Ansietas teratasi
b) Gangguan citra tubuh teratasi
c) Tidak mengalami hdr
d) Pengetahuan tentang penyakit bertambah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode
menstruasi, baik secara permanen atau sementara. Amenorrhea dapat
diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Dalam amenorrhea
primer, periode menstruasi tidak pernah dimulai (berdasarkan umur
16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan sebagai tidak
adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka waktu
lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi.
Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
internal seperti perubahan sementara di tingkat hormonal, stres, dan
penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar
hormon dibuat dan dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon
sinyal hormon dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak, yang,
pada gilirannya, dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di
hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa pemeriksaan USG,
Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging
B. Saran
Diharapkan dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam memberikan
informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya
tentang gangguan menstruasi yaitu Amenorrhea dan dapat menjadi
pedoman dan pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
konsep dasar amenorrhea dan bagaimana cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

Marheni, Herni. 2011. Konsep dasar amenorrhea. www.klikdokter.com. / Diakses 23


November 2014.

Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang. Jakarta : EGC.

Suparyanto. 2011. Amenorrhea. www.jurnalmedika.com/ Diakses 22 November


2014.

Winknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP.

Das könnte Ihnen auch gefallen