Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan Produktivitas
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sumatera Utara
The Relationship of Harvesting Density Number and Harvesting Rotation System with the Productivity of
Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in North Sumatera
ABSTRACT
Activity took place from February to June 2014 at Tanjung Jati Plantation, PTPN II in North
Sumatra. Observations were tested using quantitativemethod which consists of the sum, average, and
percentage, while the statistical test was using t-student. Harvesting rotation, number of harvesting density,
management of harvesting workers and crop productivity were important aspects of harvesting activities.
Based on analysis conducted, the value of estimated AKP with realization was not significantly different.
Harvesting workers became very crucial for the production of palm oil. The harvesting workers level of
discipline which was still relatively low, as seen in the quality of “hanca” became one of the issues that
must be considered to further improve the quality of the production of the company. Productivity of oil palm
at Tanjung Jati Plantation was not yet in accordance with the Marihat standards.
ABSTRAK
Kegiatan berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2014 di kebun Tanjung Jati PTPN II,
Sumatera Utara. Pengamatan diuji menggunakan metode kuantitatif yang terdiri dari penjumlahan, rata-
rata, dan persentase. Sedangkan uji statistik menggunakan t-student. Rotasi panen, angka kerapatan panen,
manajemen tenaga panen dan produktivitas panen merupakan aspek penting dalam kegiatan panen.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, nilai AKP estimasi dengan realisasi tidak berbeda nyata.
Tenaga panen menjadi sangat menentukan bagi produksi kelapa sawit. Tingkat kedisiplinan tenaga panen
yang masih tergolong rendah sebagaimana terlihat pada mutu hanca menjadi salah satu masalah yang
harus diperhatikan untuk lebih meningkatkan kualitas produksi perusahaan. Produktivitas kelapa sawit
di kebun belum sesuai dengan standar Marihat.
Kata kunci : angka kerapatan panen, kelapa sawit, sistem rotasi panen
persentase terlebih dahulu yang hasilnya akan dilakukan pada semester II (Tabel 1). Hal ini
dideskripsikan dengan pembanding norma baku disebabkan produksi pada semester I lebih
dan standar yang berlaku di perusahaan. Analisis rendah dibandingkan semester II sehingga
kuantitatif dilakukan menggunakan analisis kekurangan produksi dapat ditutupi oleh produksi
statistik sederhana yaitu uji korelasi dan minitab pada semester II.
16. Rotasi panen bermanfaat menjaga mutu
buah dan kualitas buah yang akan dipanen. Rotasi
HASIL DAN PEMBAHASAN panen yang terlalu cepat akan mengakibatkan
banyaknya buah yang tidak bisa dipanen atau
Rotasi Panen penurunan potensi buah (buah trek). Rotasi
panen yang terlalu lambat dapat mengakibatkan
Rotasi panen adalah selang waktu antara tingginya losses seperti buah lewat matang, buah
panen yang satu dengan panen berikutnya pada busuk, dan banyaknya brondolan tidak terkutip.
satu hanca panen. Rotasi panen yang ideal adalah Sarimanah (2008) menyatakan rotasi panen yang
7 hari (PPKS, 2003). Kegiatan pemanenan panjang akan mengakibatkan banyaknya jumlah
memerlukan rotasi panen untuk mengetahui brondolan yang disebabkan banyaknya tandan
berapa hari dalam satu minggu kegiatan panen matang dan lewat matang di pohon. Hal tersebut
harus dilakukan. Terdapat dua rotasi panen dalam mengakibatkan peluang kehilangan hasil berupa
kegiatan pemanenan yaitu 5/7 dan 6/7. Rotasi tandan matang tertinggal di pohon dan brondolan
panen 5/7 artinya adalah kegiatan pemanenan tidak dikutip menjadi sangat tinggi sehingga
dilakukan dalam jangka waktu 5 hari dalam menurunkan produksi dan produktivitas. Rotasi
seminggu sedangkan rotasi panen 6/7 artinya panen yang terlalu cepat (dibawah 7 hari) dapat
kegiatan pemanenan dilakukan 6 hari dalam mengakibatkan pemanen cenderung memanen
seminggu. Rotasi panen 5/7 dilakukan pada buah mentah (under ripe) untuk memenuhi basis
semester I sedangkan rotasi panen 6/7 panen.
Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit bertanggung jawab atas seluruh kegiatan teknis di
afdeling. Pengawasan mencakup kualitas buah
Manajemen adalah proses yang dipanen, tangkai tandan dipotong pendek
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja dan dibuat huruf V, brodolan dikutip, pelepah
sehingga dapat selesai secara efektif dan efisien dipotong dan disusun, dan tidak ada buah yang
melalui orang lain. Proses manajemen terdiri atas tertinggal di hanca maupun TPH (Tempat
merencanakan (planning), mengorganisasikan Pengumpulan Hasil).
(organizing), memimpin (leading), dan
mengawasi (controlling) (Robbins dan Coulter Angka Kerapatan Panen
2005). Pada proses kegiatan pemanenan kelapa
sawit, perencanaan mencakup kegiatan AKP Angka kerapatan panen (AKP) merupakan
(angka kerapatan panen) yang terdiri atas estimasi metode taksasi produksi untuk memperkirakan
produksi, jumlah pemanen dan jumlah armada jumlah produksi, kebutuhan tenaga panen, dan
yang dibutuhkan, dan rotasi panen. kebutuhan transportasi angkut esok hari. AKP
Pengorganisasian mencakup struktur organisasi dihitung sehari sebelum kegiatan panen
afdeling, pembagian pemanen menjadi dua dilakukan. Pelaksanaan kegiatan AKP dilakukan
kemandoran dan pembagian hanca panen. oleh krani AKP. Kegiatan AKP dilakukan siang
Kepemimpinan mencakup pada pelaksanaan atau sore hari. Tahapan dalam kegiatan AKP
panen yakni memastikan adanya alat pelindung dimulai dengan menetapkan blok sampel untuk
diri (APD), kelengkapan alat panen dan setiap kapveld yang akan dipanen esok hari.
Hubungan Angka Kerapatan Panen... 61
Bul. Agrohorti 3 (1): 59 - 64 (2015)
Pengambilan sampel dilakukan pada satu blok sawit. Pada teknis di lapangan, perbedaan dapat
sampel mewakili tiap tahun tanam. Jumlah sampel disebabkan sedikitnya sampel contoh yang
minimal 5% dari jumlah pohon dalam satu blok diambil dan kapveld panen yang berbeda antara
sampel. tahun tanam, dimana pada tanaman tahun tanam
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2006 hanya memiliki kapveld panen selama dua
2, penentuan AKP di kebun belum terealisasikan hari sedangkan pada tanaman tahun tanam 2002
dengan baik. Hal ini terlihat pada selisih memiliki kapveld panen selama lima hari. Faktor
antara estimasi dan realisasi produksi di atas lain yang dapat menyebabkan perbedaan estimasi
5%. Setiawan (2012) menyatakan perbandingan dengan realisasi di atas 5% adalah kegiatan AKP
hasil estimasi dengan realisasi lebih dari 5% belum sesuai dengan instruksi kerja. Petugas AKP
dapat disebabkan oleh perubahan pemetakan hanya memperkirakan berdasarkan hasil panen
blok baru dengan menggabungkan tiga atau lebih sebelumnya tanpa melakukan perhitungan jumlah
blok lama menjadi satu hamparan blok baru yang tandan matang pada pokok sampel. Hasil uji-t
mengakibatkan adanya perbedaan tahun tanam AKP estimasi dengan realisasi antar tahun tanam
dalam satu blok. menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.
Penggabungan blok tersebut Artinya selisih umur tanaman enam tahun tidak
menjadikan unit kebun melakukan pemutihan mempengaruhi potensi dan realisasi produksi
terhadap tahun tanam. Pengambilan tahun kelapa sawit. Hal ini disebabkan penggunaan bibit
tanam pada satu hamparan berdasarkan persentase kelapa sawit dari varietas dan asal bibit yang sama
paling besar tahun tanam pada hamparan kelapa yaitu varietas tenera dari Marihat.
Tenaga Panen
Kebutuhan pemanen Afdeling II
Tenaga panen atau karyawan pemanen = 482.73 ha : (5 kapel x 4 ha HK-1)
merupakan faktor terpenting dalam pemanenan = 24.13 ≈ 25 orang
kelapa sawit di perkebunan. Kekurangan jumlah
pemanen dapat menyebabkan kegiatan panen Hasil penghitungan jumlah pemanen
terganggu karena jumlah tenaga tidak akan menunjukkan bahwa jumlah pemanen ideal yang
mencukupi luasan panen yang ditargetkan harus dimiliki oleh Afdeling II Kebun Tanjung
perusahaan, sedangkan kelebihan tenaga akan Jati dengan areal seluas 482.73 ha dan rotasi
menurunkan efisiensi kerja. Penghitungan dan panen 5/7 adalah sebanyak 25 orang. Hasil
penetapan jumlah pemanen yang ideal dalam satu penghitungan ini sudah mendekati jumlah
afdeling kebun dapat dilakukan dengan pemanen yang dimiliki oleh Afdeling II, yaitu
menghitung perbandingan antara luas areal sebanyak 29 orang, dengan distribusi seperti yang
afdeling dengan perkalian jumlah kapel (rotasi terdapat pada tabel 3.
panen) dan norma panen perusahaan.
Berdasarkan Tabel 3 luas areal yang lagi untuk memaksimalkan hasil panen di
dimiliki mandoran K seharusnya mendapatkan arealnya. Permasalahan yang sering terjadi
setidaknya tambahan satu atau dua pemanen adalah kurangnya pemanen pada saat kondisi
buah sedang melimpah, khususnya pada sawit, umur tanaman, pemeliharaan tanaman,
mandoran dengan jumlah pemanen yang paling keadaan iklim, serangan hama dan penyakit serta
sedikit. Hal ini menyebabkan hanca panen sering jenis tanah atau kelas kesesuaian lahan.
tidak tuntas dipanen sehingga harus dilakukan Produktivitas kelapa sawit berdasarkan
panen ulang pada hari berikutnya. Kegiatan panen Tabel 4 belum sesuai dengan standar Marihat
ulang sering menyebabkan terganggunya rotasi PPKS. Hal ini dapat dikarenakan kondisi
panen, bahkan bisa bertambah dari 5/7 menjadi iklim dan tanah, belum maksimalnya kegiatan
6/7. Hal ini terjadi akibat pemanen yang harus aspek teknis (pemupukan dan pengendalian
kembali memanen di hanca sebelumnya gulma), pencurian TBS di hanca maupun TPH,
terlebih dahulu sebelum memanen di hanca kegiatan panen yang tidak sesuai intruksi kerjadan
yang sesuai dengan perhitungan rotasi. kurangnya pengawasan panen. Kondisi tanah di
adalah typic hapluduits dan masuk ke dalam
Produktivitas Kelapa Sawit kesesuaian lahan S3. Menurut Koedadiri (2004)
kondisi seperti ini memerlukan penanganan dan
Produksi dapat diukur dengan pengelolaan yang khusus untuk meningkatkan
produktivitas yang merupakan hasil pembagian produktivitas seperti pemberian pupuk anorganik
dari produksi dibagi dengan luas lahan yang yang cukup tinggi dan berimbang dengan
dipanen. Sunarko (2007) menyatakan potensi konservasi tanah dan air yang tepat dan
produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh berkesinambungan.
beberapa faktor seperti jenis atau varietas kelapa
Produktivitas kelapa sawit di afdeling II telah dilakukan oleh kebun sebagai upaya
terdapat perbedaan antar kapveld. Hasil uji-t dalam mengatasi kendala tersebut adalah
(Tabel 5) produktivitas antar kapveld. Hasil dilakukannya pemupukan sehingga dapat memicu
berbeda nyata antar kapveld tampak pada kesuburan tanah dan pertumbuhan pohon, selain
kapveld I dengan kapveld II dan kapveld IV itu dilakukan juga penyisipan agar jumlah pohon
serta kapveld II dengan kapveld III, sedangkan pada kapveld yang masih sedikit mengimbangi
untuk perbandingan produktivitas kapveld dengan kapveld I.
lainnya tidak nyata. Hal ini dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat
kapveld I dijadikan sumber produksi bahwa semakin tinggi nilai angka kerapatan panen
dibandingkan dengan kapveld yang lain. maka produktivitas kelapa sawit semakin besar.
Dikarenakan kapveld I memiliki kondisi tanah Hal ini juga berbanding lurus dengan rotasi panen
yang lebih bagus dan subur, pertumbuhan pohon yang semakin panjang. Rotasi panen semakin
pada kapveld ini juga cukup baik dan jumlah panjang dikarenakan pada blok tersebut kegiatan
pohon pada kapveld tersebut lebih banyak dari panen bisa terjadi beberapa kali dalam blok.
pada kapveld lainnya. Optimalisasi produksi yang
Adi, P. 2010. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Sarimanah. 2008. Manajemen Panen di
Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Pr. Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)Mustika Estate, PT
Astra Agro Niaga. 1996. Pedoman Brevet Dasar Sajang Heulang, Minamas, Kalimantan
II. Tanaman Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Selatan. [Skripsi]. Institut Pertanian
Astra Agro Niaga. [Ditjenbun] Direktorat Bogor, Bogor.
Jenderal Perkebunan.2011.Volume dan
nilai ekspor, impor Indonesia Satyawibawa, I., Widyastuti, Y.E. 1999. Kelapa
[internet]. [diunduh pada 2013 Agustus Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan
12]. Tersedia pada http://ditjebun.deptan. Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta (ID):
go.id. Penebar Swadaya.
Koedadiri, A.D. 2004. Produktivitas kelapa Setiawan, K. 2012. Manajemen Panen Kelapa
sawit generasi pertama pada tanah Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada
ultisol di beberapa wilayah perkebunan Lahan Gambut di kebun Mandah, PT.
kelapa sawit Indonesia. Warta PPKS. 12 Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
(2-3): 47-59. Plantation. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Loebis, B., Tobing, P.L. 1989. Potensi
Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan
Sawit. Bul. Perkebunan 20 (1): 49-56. Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID):
Agromedia Pustaka.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis
guenensis Jacq.) di Indonesia. Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan
Sumatera Utara (ID): Pusat Penelitian Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kelapa Sawit. Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.