Sie sind auf Seite 1von 14

HUBUNGAN PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON DENGAN

KEJADIAN REHOSPITALISASI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG


DENGAN FRAKSI EJEKSI <40% DI RSUP FATMAWATI TAHUN
2016-2017
Rr. Hanna Puspitaningrum*, Zainal Mustafa**, Kristina Simanjuntak***

*
Program Studi Sarjana Kedokteran, FK UPN “Veteran” Jakarta
**
Departemen Kardiologi RSPAD Gatot Soebroto, FK UPN “Veteran” Jakarta
***
Departemen Biokimia, FK UPN “Veteran” Jakarta
Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450, Telp. (021) 7656971
E-mail : rr.hannapuspitaningrum@gmail.com

Abstract
Cardiovascular disease is the highest cause of death every year. One of the cardiovascular
diseases caused by impaired heart and blood vessel function is heart failure. Approximately,
229,696 people experience heart failure in Indonesia. Heart failure is a disease that most
often requires re-treatment in a hospital (rehospitalization). The incidence of
rehospitalization in patients with heart failure can be lowered by using spironolactone. This
study aims to determine the relationship between spironolactone use and the incidence of
rehospitalization in heart failure patients with an ejection fraction of less than 40% at
Fatmawati Hospital Jakarta. This research used observational analytic with cross-sectional
methods over 33 samples that met the criteria. Data collection was based on medical records
of heart failure patients with ejection fraction of less than 40% at Fatmawati Hospital
Jakarta from 2016-2017. The chi square test results in this study showed that there was a
significant relationship between spironolactone use and the incidence of rehospitalization of
heart failure patients with an ejection fraction of less than 40% with results (P = 0.004),
meaning that the use of spironolactone in heart failure patients with an ejection fraction of
less than 40% could reduce the rate of rehospitalization because spironolactone could dilate
blood vessels through the production of Nitric Oxide (NO), assists ACE Inhibitor in
preventing the upregulation of angiotensin II by aldosterone, repairs endothelium damage
and heart function.

Keywords: Heart failure, rehospitalization, spironolactone, <40% ejection fraction

PENDAHULUAN
Berdasarkan data World Health Kesehatan RI tahun 2014 mencatat bahwa
Organization (WHO) tahun 2016 dalam tingkat kematian tertinggi setiap tahun
penelitian Triarso tahun 2017, terdapat adalah penyakit kardiovaskular yang
17,5 juta orang di dunia meninggal akibat disebabkan oleh gangguan fungsi jantung
gangguan kardiovaskular. Kementrian dan pembuluh darah, seperti Penyakit

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 1
Jantung Koroner, penyakit gagal jantung, dalam waktu 7-10 tahun akan beresiko
hipertensi dan stroke (Kementrian tinggi mengalami komplikasi, salah
Kesehatan Pemerintah RI, 2014). satunya adalah aterosklerosis sebanyak
Prevalensi gagal jantung di dunia 30% yang menyebabkan kerusakan organ.
menurut Kemenkes RI tahun 2008, Gagal jantung berkaitan dengan fungsi
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan atau kemampuan dari jantung tersebut
karena penyakit kardiovaskular, sebanyak untuk memompa darah ke seluruh tubuh
4% kematian terjadi di negara dengan dari ventrikel kiri. Parameter tersebut biasa
penghasilan yang tinggi, dan sebanyak disebut dengan fraksi ejeksi. Pengukuran
42% kematian terjadi di negara dengan fraksi ejeksi menggunakan ekokardiografi
penghasilan rendah. Prevalensi penyakit dengan nilai normal 55%, dan dianggap
gagal jantung di Indonesia menurut sudah sudah terjadi disfungsi ventrikel kiri
Riskesdas tahun 2013 sebesar 0,13% atau bila nilainya <40%. Fraksi ejeksi mewakili
diperkirakan sekitar 229.696 orang (Badan isi sekuncup sebagai presentase dari
Penelitian dan Pengembangan, Kementrian volume akhir diastolik kiri (Sari, 2013).
Kesehatan, Pemerintah RI, 2013). Distribusi penyakit CHF atau gagal
Prevalensi Gagal Jantung di DKI Jakarta jantung kongestif diketahui mengalami
menurut Kemenkes RI tahun 2013 sebesar peningkatan pada usia 40 tahun ke atas.
0,15% atau sekitar 11.414 orang. Analisis ini sesuai dengan hasil penelitian
Sedangkan kejadian gagal jantung di dari Widagdo F tahun 2015 yang
RSUP Fatmawati Jakarta, sebesar 132 menunjukkan bahwa kelompok usia
kasus untuk penyakit gagal jantung responden yang paling banyak menderita
kongestif pada tahun 2016 sampai 2017 CHF di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS
(Kementrian Kesehatan Pemerintah RI, Stella Maris Makassar dari 40 responden
2013). adalah pada kelompok usia dewasa yaitu
Gagal jantung merupakan 41-50 tahun sebesar 37,5% (Widagdo,
ketidakmampuan jantung memompakan 2015).
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen CHF tidak hanya merupakan suatu
dan nutrisi ke jaringan tubuh, disebut juga penyakit kardiovaskuler yang terus
dengan Congestive Heart Failure (CHF), meningkat insiden dan prevalensinya
karena umumnya pasien mengalami namun juga merupakan suatu penyakit
kongestif pulmonal dan perifer. Gagal yang paling sering memerlukan perawatan
jantung dapat disebabkan oleh hipertensi, ulang di rumah sakit meskipun pengobatan
terutama hipertensi yang tidak diobati rawat jalan telah diberikan secara optimal

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 2
sesuai dengan penelitian dari Widagdo pasien pulang dari rumah sakit (Salim,
tahun 2015. Rehospitalisasi menurut 2012).
penelitian Koto tahun 2015 menjadi salah Peran penggunaan spironolakton
satu faktor yang menentukan prognosis yang merupakan diuretik hemat kalium,
penyakit tersebut. Pasien yang mengalami akan berpengaruh pada kejadian
rehospitalisasi akan memiliki dampak rehospitalisasi pada pasien gagal jantung
yaitu sekitar 50% meninggal pada 6 bulan yang kekuatan jantungnya sudah
setelah rehospitalisasi dan 25-35% mengalami penurunan. Spironolakton
meninggal pada 12 bulan setelah adalah obat diuretik yang digunakan
rehospitalisasi (Koto, 2015). sebagai pengobatan standar pada pasien
Menurut Suryadipraja dalam gagal jantung dengan cara kerja
penelitian Agustina tahun 2017, CHF menghemat pengeluaran kalium, sehingga
merupakan penyakit yang paling sering kalium yang tertahan di dalam darah akan
memerlukan perawatan ulang di rumah membantu kerja jantung untuk memompa
sakit meskipun perawatan jalan sudah darah ke seluruh tubuh. Spironolakton
diberikan secara optimal. Pada CHF dapat membantu memperbaiki kerusakan
kejadian rawat ulang dengan frekuensi 1x endotel dan kerja jantung. Spironolakton
atau lebih selama 12 bulan sebanyak 45%. dapat melebarkan pembuluh darah melalui
Menurut Salim tahun 2012, telah produksi Nitrit Oksida (NO) yang
dilakukan sebuah penelitian di RSUD H. diketahui merupakan vasodilator poten
Adam Malik Medan dan didapatkan yang dapat membantu kerja jantung.
prevalensi dari rawat inap ulang pasien Spironolakton juga memiliki kelebihan
gagal jantung sebesar 11,022%, dengan yaitu dapat dikombinasi dengan ACE
durasi rata-rata 11 hari. Pasien CHF yang Inhibitor untuk meningkatkan efektifitas
sering kembali untuk dirawat inap ulang di obat tersebut. (Farquharson, 2014)
rumah sakit karena adanya kekambuhan
pada episode CHF. Faktor yang METODE PENELITIAN
menyebabkan terjadinya rawat inap ulang Desain Penelitian
pada pasien CHF adalah kurangnya Jenis penelitian menggunakan
pendidikan kesehatan tentang perawatan desain penelitian analitik observasional
diri di rumah, penggunaan obat-obatan yang bertujuan untuk mengetahui
yang tidak tepat, kurangnya komunikasi hubungan antar variabel dengan pengujian
dari pemberian pelayanan kesehatan dan hipotesa. Penelitian ini menggunakan
kurangnya perencanaan tindak lanjut saat pendekatan cross sectional, yaitu data yang

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 3
diambil dan diolah pada waktu yang gagal jantung disertai dengan kerusakan
bersamaan untuk menganalisa adanya organ lain selain jantung (paru, hati, ginjal,
hubungan variabel bebas dan terikat limpa, sistemik).
(Swarjana, 2012). Data rekam medik
digunakan dalam penelitian ini untuk Pengambilan Sampel
mengetahui penggunaan spironolakton Pengambilan sampel dalam
pada pasien gagal jantung dengan fraksi penelitian ini menggunakan metode total
ejeksi <40% dan kejadian rehospitalisasi sampling, dimana peneliti memilih semua
pasien gagal jantung. anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel. (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah Pengumpulan Data
pasien yang terdiagnosa penyakit gagal Jenis data yang digunakan dalam
jantung dengan fraksi ejeksi <40% yang penelitian ini adalah data sekunder. Data
menggunakan pengobatan spironolakton di sekunder didapatkan dari hasil rekam
RSUP Fatmawati tahun 2016-2017. medis pasien. Instrumen yang digunakan
Sampel penelitian ini adalah seluruh pada penelitian ini adalah rekam medis
pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi untuk melihat apakah terdapat hubungan
<40% yang tercatat di rekam medis di penggunaan spironolakton dengan
RSUP Fatmawati yang memenuhi kriteria kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal
inklusi. jantung dengan fraksi ejeksi <40% di
Kriteria inklusi dalam penelitian ini RSUP Fatmawati tahun 2016-2017, yang
adalah pasien gagal jantung tanpa disertai kemudian nanti akan dicatat dalam bentuk
kerusakan organ lain (paru, hati, ginjal, tabel.
limpa, sistemik), pasien dengan fraksi
ejeksi <40%, pasien dengan pengobatan Prosedur Penelitian
spironolakton, pasien yang patuh dan rutin Responden sebanyak 33 orang.
dalam melakukan pengobatan, pasien Peneliti melakukan pengambilan data
gagal jantung dengan usia 40-55 tahun, melalui rekam medis. Setelah itu, peneliti
pasien gagal jantung dengan jenis kelamin akan mencatat data yang didapat dari
laki-laki dan perempuan. rekam medis dan di olah dalam statistic
Adapun kriteria eksklusi dalam untuk memperoleh hasil penelitian.
penelitian ini adalah pasien dengan data
rekam medis yang tidak lengkap, pasien HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 4
Hasil Analisis Univariat Distribusi Usia Pasien Penyakit Gagal
Distribusi Jenis Kelamin Pasien Gagal Jantung di RSUP Fatmawati
Jantung Tahun 2016-2017 Tahun 2016-2017
Distribusi Jenis Kelamin Pasien Distribusi usia responden dapat
Gagal Jantung di RSUP Fatmawati Tahun dilihat pada tabel 2.
2016-2017
Tabel 2 Distribusi Usia Pasien Penyakit
Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien
Jantung RSUP Fatmawati
Gagal Jantung Tahun 2016-
Tahun 2016-2017
2017
Distribusi jenis kelamin responden
Masa Umur N %
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Dewasa 36 – 45 Tahun 12 36,4
Gagal Jantung Tahun 2016- akhir
2017 Lansia 46 – 55 Tahun 21 63,6

Jenis N % awal

Kelamin Total 33 100,0

Pria 19 57,6 Sumber: Data Sekunder, 2018

Wanita 14 42,4 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 33


responden, usia responden didominasi oleh
Total 33 100,0
umur 46-55 tahun atau disebut masa lansia
Sumber: Data Sekunder, 2018
awal sebanyak 21 responden (63,6%).
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden di RSUP Distribusi Frekuensi Pasien Gagal
Fatmawati berjenis kelamin pria Jantung pada Pasien penyakit jantung
yaitu sebanyak 19 orang di RSUP Fatmawati Tahun 2016-2017
(57,6%). Distribusi pasien penyakit gagal
jantung dapat dilihat pada tabel 3
Diagnosis N % Tabel 3 Distribusi Penyakit Gagal

CHF 19 57,6 Jantung pada pasien


Penyakit Jantung di RSUP
ADHF 14 42,4
Fatmawati Tahun 2016-2017
Total 33 100,0 Sumber: Data Sekunder, 2018

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 5
Berdasarkan analisis di atas diketahui spironolakton sebanyak 15 responden
bahwa dari 33 responden, mayoritas (45,5%).
responden mengalami kejadian CHF yaitu
sebanyak 19 responden (57,6%) dan Distribusi Frekuensi Rehospitalisasi
kejadian ADHF sebanyak 14 responden pada Pasien penyakit gagal jantung di
(42,4%). RSUP Fatmawati Tahun 2016-2017
Distribusi Rehospitalisasi pada
Distribusi Frekuensi Penggunaan pasien penyakit gagal jantung dapat dilihat
Spironolakton pada Pasien penyakit pada tabel 5.
gagal jantung di RSUP Fatmawati Tabel 5 Distribusi Rehospitalisasi pada
Tahun 2016-2017 pasien Penyakit Gagal
Jantung di RSUP Fatmawati
Distribusi penggunaan spironolakton Tahun 2016-2017
pada pasien penyakit gagal jantung dapat
Rehospitalisasi N %
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Distribusi Penggunaan >1 16 48,5

Spironolakton pada 0-1 17 51,5


pasien Penyakit Gagal
Total 33 100,0
Jantung di RSUP
Fatmawati periode 2016- Sumber: Data Sekunder, 2018

2017 Berdasarkan analisis data diatas,


Penggunaan N % diketahui bahwa dari 33 responden,
Spironolakton terdapat 16 responden (48,5%) mengalami
rehospitalisasi >1 kali dalam setahun dan
Tidak 18 54,5
17 responden (51,5%) mengalami
Ya 15 45,5
rehospitalisasi kurang dari 1 kali atau 1
Total 33 100,0 kali dalam setahun. Rehospitalisasi
dikatakan tinggi jika terjadi >1 kali dalam
Sumber: Data Sekunder, 2018
setahun, dan dikatakan rendah jika
Berdasarkan analisis data diatas, kejadiannya kurang dari 1 kali atau 1 kali
diketahui bahwa dari 33 responden, dalam setahun.
responden yang tidak menggunakan
spironolakton sebanyak 18 responden
(54,5%), dan yang menggunakan

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 6
Distribusi Fraksi Ejeksi pada Pasien ejeksi <40% di RSUP Fatmawati tahun
penyakit gagal jantung di RSUP 2016-2017
Fatmawati Tahun 2016-2017 Berdasarkan hasil analisis bivariat
Distribusi Fraksi ejeksi pada pasien berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai
penyakit gagal jantung dapat dilihat pada p 0.004 (p<0.05). Hal ini menunjukkan
tabel 6. bahwa terdapat hubungan yang
Tabel 10 Distribusi Fraksi Ejeksi pada bermakna/signifikan antara penggunaan
pasien Penyakit Gagal spironolakton dengan penurunan kejadian
Jantung di RSUP Fatmawati
Tahun 2016-2017 rehospitalisasi pada pasien gagal jantung
dengan fraksi ejeksi <40% di RSUP
Fraksi N %
Fatmawati tahun 2016-2017.
Ejeksi

0-10 2 6,1 Tabel 7 Hubungan penggunaan


spironolakton dengan
11-20 10 30,3 kejadian rehospitalisasi
pada pasien gagal
21-30 5 15,2 jantung dengan fraksi
ejeksi <40% di RSUP
31-40 16 48,5 Fatmawati tahun 2016-
2017
Total 33 100,0
Rehospitalisasi
Sumber: Data Sekunder, 2018
Peng- Total P value
Berdasarkan analisis data diatas, gunaan
>1 0-1
Spiro-
diketahui bahwa dari 33 responden,
nolakton N % N % N %
didapatkan 2 responden (6,1%) dengan
fraksi ejeksi 0-10%, 10 responden (30,3%) Tidak 13 39,4 5 15,2 18 54,5

dengan fraksi ejeksi 11-20%, 5 responden Ya 3 9,1 12 36,4 15 45,5 0.004

(15,2%) dengan fraksi ejeksi 21-30%, dan Total 16 48,5 17 51,5 96 100
16 responden (48,5%) dengan fraksi ejeksi
Sumber: Data Sekunder, 2018
31-40%.
Berdasarkan tabel 7 di atas,

Hasil Analisis Bivariat didapatkan hasil dari 33 responden, yang


didominasi oleh pasien yang tidak
Hubungan penggunaan spironolakton menggunakan spironolakton dan memiliki
dengan kejadian rehospitalisasi pada riwayat rehospitalisasi tinggi 13 orang
pasien gagal jantung dengan fraksi (39,4%).

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 7
Pembahasan Hasil Penelitian Usia
Analisis Univariat Hasil penelitian ini sesuai dengan
Jenis Kelamin penelitian yang dilakukan oleh Michael
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (2016) yang menyatakan bahwa terjadinya
Meyer (2015) yang mengatakan bahwa penyakit gagal jantung yang disebabkan
jenis kelamin pria lebih banyak mengalami oleh proses penuaan itu sendiri akan
penyakit gagal jantung dibandingkan menyebabkan terjadinya kekakuan dari
dengan wanita karena perbedaan hormonal vaskular, dan menurunnya responsivitas
antara pria dan wanita serta gaya hidup terhadap beta-adrenergik, sehingga
pria yang lebih mempengaruhi terjadinya menyebabkan penurunan cardiac output.
penyakit gagal jantung (Meyer, 2015). Hasil tersebut sejalan dengan
Hasil penelitian Meyer tahun 2015 penelitian yang dilakukan oleh Widagdo
sejalan dengan penelitian yang dilakukan tahun 2015 yang menyatakan bahwa
oleh Greiten tahun 2014, dikatakan bahwa kelompok usia responden yang paling
hormon estrogen memiliki sifat untuk banyak menderita CHF adalah kelompok
menurunkan aktifitas Angiotensin usia dewasa yaitu usia 40-50 tahun.
Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin I sehingga bisa menurunkan Frekuensi Kejadian Gagal Jantung.
kerja jantung dengan cara melebarkan Hasil penelitian ini sesuai dengan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan penelitian yang dilakukan oleh Widagdo
darah (Greiten, 2014). tahun 2015, yang menyatakan bahwa
Hasil penelitian ini juga sesuai insiden dan prevalensi CHF terus
dengan teori dari Barry yang menyatakan meningkat dan juga merupakan penyakit
bahwa estrogen endogen pada wanita yang paling sering memerlukan rawat inap
bersifat protektif, namun pada menopause ulang.
insidensi pun meningkat dengan cepat dan
sebanding dengan insidensi pada pria Penggunaan Spironolakton
(Barry, 2011) Hasil penelitian tersebut tidak
Hasil penelitian ini pun sesuai sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Ksatria tahun 2015 di RSUP Kariadi
Savarese pada tahun 2017 yang Semarang dengan jumlah penggunaan
menyatakan bahwa jumlah pasien penyakit spironolakton banyak namun
gagal jantung lebih banyak terjadi pada dikombinasikan dengan diuretik kuat,
pria daripada wanita (Savarese, 2017). sedangkan dalam penelitian ini hanya

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 8
digunakan satu macam diuretik, yaitu jantung dengan fraksi ejeksi <40% di
diuretik hemat kalium. RSUP Fatmawati tahun 2016-2017.
Berdasarkan data yang didapat
Rehospitalisasi Gagal Jantung dalam penelitian ini dapat disimpulkan
Hasil tersebut sesuai dengan bahwa pada pasien dengan rehospitalisasi
penelitian Widagdo tahun 2015 yang rendah 17 orang (51,5%) didominasi oleh
menyatakan bahwa kejadian rehospitalisasi pasien yang menggunakan spironolakton
terjadi sebanyak 50% pada pasien CHF 12 orang (36,4%), dimana hal ini sesuai
dari total pasien CHF yaitu 1.094.000 dengan penelitian Pitt tahun 2014
pasien (Widagdo, 2015). sebelumnya yang menemukan bahwa
spironolakton dapat mengurangi tingkat
Fraksi Ejeksi rehospitalisasi pada pasien gagal jantung
Hasil analisis data di atas sesuai (Pitt, 2014).
dengan penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan hasil analisis bivariat
Brouwers tahun 2013 dan juga Meyer berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai
tahun 2015 yang menyatakan bahwa p 0.004 (p<0.05) hal ini menunjukkan
pasien pria lebih sering mengalami bahwa terdapat hubungan
penyakit gagal jantung dengan penurunan bermakna/signifikan antara penggunaan
fraksi ejeksi <40% (HFrEF) dibandingkan spironolakton dengan kejadian
dengan wanita. rehospitalisasi pada pasien gagal jantung
dengan fraksi ejeksi <40% di RSUP
Analisis Bivariat Fatmawati tahun 2016-2017.
Hubungan Penggunaan Spironolakton Hasil penelitian ini sesuai dengan
dengan Kejadian Rehospitalisasi pada penelitian yang dikemukakan oleh
Pasien Gagal Jantung dengan Fraksi Vizzardi (2014) yang menyatakan bahwa
Ejeksi <40% di RSUP Fatmawati penggunaan spironolakton yang
Tahun 2016-2017 ditambahkan dalam pengobatan gagal
Hasil penelitian diatas didapatkan jantung seperti ACE-inhibitor, ARB, pada
(P-value) sebesar 0.004 < 0.05, maka pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi
dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat <40% yang sudah memiliki disfungsi
hubungan yang signifikan antara ventrikel kiri dapat menurunkan angka
penggunaan spironolakton dengan rehospitalisasi. Spironolakton juga
kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal menurunkan progresivitas dari penyakit,
dan penggunaannya aman serta sangat

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 9
dianjurkan untuk kelas NYHA III-IV Hasil penelitian yang telah dilakukan
(Vizzardi, 2014). oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian
Analisis penelitian yang dikemukakan Farquharson tahun 2000 yang menyatakan
oleh Dooley, et al (2017) sesuai dengan bahwa spironolakton akan menurunkan
penelitian yang telah dilakukan oleh hospitalisasi dengan cara memperbaiki
peneliti yaitu dinyatakan bahwa pasien endotel, dan memproduksi Nitrit Oksida
gagal jantung dengan fraksi ejeksi <35% yang berfungsi untuk melebarkan
yang tidak mendapatkan pengobatan pembuluh darah serta membantu kerja
sironolakton akan mengalami kejadian ACE-Inhibitor yang diberikan pada pasien
rehospitalisasi yang tinggi, dan gagal jantung kelas II-III NYHA dengan
penggunaan spironolakton akan hasil P<0.05 (Farquharson, 2000).
menurunkan angka rehospitalisasi pada Hasil penelitian ini juga sesuai
pasien dengan reduced ejection fraction dengan penelitian yang dilaksanakan oleh
(Dooley, 2017). Maisel tahun 2014, bahwa penggunaan
Hasil penelitian peneliti juga sejalan spironolakton dapat menurunkan angka
dengan penelitian yang dilakukan oleh mortalitas dan rehospitalisasi pada pasien
McMurray tahun 2012, bahwa gagal jantung kronik dan penggunaannya
spironolakton direkomendasikan untuk sangat dianjurkan oleh AHA, ACC, dan
semua pasien dengan gejala menetap ESC karena pengantagonisan aldosteron
(NYHA kelas II-IV) yang dikombinasikan dapat mencegah pengaktifan kaskade
dengan pengobatan gagal jantung lain inflamasi, hipertrofi miokardium dan
seperti ACE-Inhibitor, ARB untuk perburukan remodeling jantung.
menurunkan angka rehospitalisasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti sesuai dengan penelitian
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jolobe tahun 2013 mengenai penggunaan
oleh Syarif tahun 2011, dikatakan bahwa spironolakton yang dapat menurunkan
efek dari pengantagonisan aldosteron rehospitalisasi pada pasien gagal jantung
tersebut dapat mengurangi progresi dengan fraksi ejeksi <40% dengan hasil P<
remodeling jantung yang memperburuk 0,001 yang menunjukan terdapat hubungan
keadaan jantung, sehingga dapat antara penggunaan spironolakton dengan
menurunkan angka rehospitalisasi dan fraski ejeksi (Jolobe, 2013).
mortalitas pada gagal jantung (Syarif, Hasil penelitian ini bertolak
2011). belakang dengan hasil dari peneliti
Inampudi tahun 2014 dengan hasil p=

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 10
0,003 yang menyatakan bahwa terdapat Terdapat hubungan yang bermakna
peningkatan angka rehospitalisasi dengan antara penggunaan spironolakton dengan
penggunaan spironolakton. Hasil yang kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal
bertolak belakang ini disebabkan oleh jantung dengan fraksi ejeksi <40%.
adanya kerusakan organ lain, yaitu ginjal
dan sistemik, atau terdapat komplikasi DAFTAR PUSTAKA
(Inampudi, 2014). Agustina, AY, Afiyanti, & Ilmi, B 2017,
'Pengalaman Pasien Gagal Jantung
Kongestif Dalam Melaksanakan
Perawatan Mandiri', Healthy-Mu
KESIMPULAN Journal, Vol.1, No.1, pp.6-14,
Berdasarkan hasil penelitian dan diakses 7 Agustus 2018
http://journal.umbjm.ac.id/index.ph
pembahasan yang telah dilakukan, dapat p/healthy/article/view/63
diambil kesimpulan bahwa karakteristik
Barry, MC 2011, Coronary Heart Disease:
jenis kelamin pasien penyakit jantung A Guide to Diagnosis and
dalam penelitian ini terdapat 19 pasien Treatment Edisi II, Addicus books,
berjenis kelamin pria dan sebanyak 14 Nebraska.

pasien berjenis kelamin wanita. Brouwers, FP, de Boer, RA, Harst, PVD,
Karakteristik umur pasien penyakit Voors, AA, Gansevoort, RT,
Bakker, SJ, Hillege, HL,
jantung dalam penelitian ini didominasi Veldhuisen, DJV, Gilst, WHV
oleh pasien berusia lebih dari 46 tahun 2013, „Incidence and epidemiology
of new onset heart failure with
sebanyak 21 pasien.
preserved vs. reduced ejection
Tingkat rehospitalisasi yang fraction in a community-based
didapatkan dalam penelitian ini sebanyak cohort: 11-year follow-up of
PREVEND‟, European heart
16 pasien dengan rehospitalisasi tinggi dan journal, vol. 34, no. 19, pp.1424-
rehospitalisasi rendah sebanyak 17 pasien 1431, diakses 19 September 2018
https://academic.oup.com/eurheartj
dengan jumlah pasien yang memiliki fraksi
/article/34/19/1424/424632
ejeksi 0-10% sebanyak 2 pasien, 11-20%
Dooley, D, Lam, P, Bayoumi, E, Segal, J,
sebanyak 10 pasien, 21-30% sebanyak 5 Arundel, C, Filippatos, G, Butler, J,
pasien, dan 31-40% sebanyak 16 pasien. Deedwania, P, White, M,
Blackman, M, Morgan, C 2017
Jumlah pasien yang menggunakan
„Clinical Effectiveness of
spironolakton dalam penelitian ini Spironolactone in Hospitalized
sebanyak 15 pasien, dan yang tidak Older Eligible (Ef Less Than or
Equal to 35% and Egwe Greater
menggunakan spironolakton sebanyak 18 than or Equal to 30
pasien. ml/min/1.73m2) patients with heart

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 11
failure‟, Journal of the American Joyner, MJ, Wallin, BG, Charkoudian, N
College of Cardiology, vol. 69 no. 2016, „Sex differences and blood
11, pp.914, diakses 10 September pressure regulation in
2018 humans‟, Experimental
http://www.onlinejacc.org/content/ physiology, vol.101, no.3, pp.349-
69/11_Supplement/914 355, diakses 1 November 2018.
https://physoc.onlinelibrary.wiley.c
Farquharson, CA & Struthers, AD 2000,
om/doi/full/10.1113/EP085146
„Spironolactone increases nitric oxide
bioactivity, improves endothelial Jolobe, OM 2013, „Evolving strategies for
vasodilator dysfunction, and the use of spironolactone in
suppresses vascular angiotensin cardiovascular disease‟, European
I/angiotensin II conversion in patients journal of internal medicine, vol.
with chronic heart failure‟, 24, no. 4, pp.303-309 diakses 1
Circulation, vol. 101, no. 6, pp.594- Oktober 2018.
597, diakses 9 September 2018 https://www.sciencedirect.com/scie
https://europepmc.org/abstract/med/ nce/article/pii/S0953620512002944
10673249
Kementrian Kesehatan, Pemerintahan
Greiten, LE, Holditch, SJ, Arunachalam, Republik Indonesia 2014, Pusat
SP, Miller, VM 2014, „Should Data dan Informasi, Kementrian
there be sex-specific criteria for the Kesehatan RI, Jakarta.
diagnosis and treatment of heart
Kementrian Kesehatan, Pemerintahan
failure‟, Journal of cardiovascular
Republik Indonesia 2013, Pusat
translational research, vol. 7, no.
Data dan Informasi, Kementrian
2, pp.139-155 diakses 10 Oktober
Kesehatan RI, Jakarta.
2018
file:///C:/Users/64trial/Downloads/i
https://link.springer.com/article/10.
nfodatin-jantung.pdf
1007/s12265-013-9514-8
Koto, Y 2015, „Hubungan Kepatuhan
Inampudi, C, Parvataneni, S, Morgan, CJ,
Minum Obat Anti Diuretic dan Ace
Deedwania, P, Fonarow, GC,
Inhibitor pada Pasien Congestive
Sanders, PW, Prabhu, SD, Butler,
Heart Failure‟, Jurnal Ilmu
J, Forman, DE, Aronow, WS,
Keperawatan, vol.5, no.2, diakses 3
Allman, RM 2014. Spironolactone
Juni 2015.
use and higher hospital readmission
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkf
for Medicare beneficiaries with
t/article/view/65
heart failure, left ventricular
ejection fraction< 45%, and Ksatria, FT, Anggriyani, N 2015,
estimated glomerular filtration „Gambaran Peresepan
rate< 45 ml/min/1.73 m2. The Spironolactone Pada Pasien Gagal
American journal of cardiology, Jantung Di Rsup Dr. Kariadi
vol. 114, no. 1, pp.79-82, diakses 2 Semarang‟, Jurnal Kedokteran
November 2018 Diponegoro, vol. 4, no. 4, pp.1743-
https://www.sciencedirect.com/scie 1750, diakses 9 Oktober 2018.
nce/article/pii/S0002914914009643 https://ejournal3.undip.ac.id/index.
php/medico/article/view/10634

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 12
Maisel, A, Xue, Y, Van Veldhuisen, DJ, Notoatmodjo, S 2010, Metodologi
Voors, AA, Jaarsma, T, Pang, PS, Penelitian Kesehatan, Rineka
Butler, J, Pitt, B, Clopton, P, De Cipta, Jakarta.
Boer, RA 2014, „Effect of
Salim, A 2012, Karakteristik Pasien Gagal
spironolactone on 30-day death and
Jantung Kongestif Dengan Riwayat
heart failure rehospitalization (from
Rawat Inap Ulang di RSUP Haji
the COACH Study)‟, The American
Adam Malik Medan Tahun 2012,
journal of cardiology, vol.114,
diakses 3 Maret 2018.
no.5, pp.737-742, diakses 2
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/
November 2018.
handle/123456789/1468/13100056
https://www.sciencedirect.com/scie
7.pdf?sequence=1
nce/article/pii/S0002914914013046
Sari, PR, Rampengan, SH, Panda, AL
McMurray JJV, Adamopoulos, S, Anker
2013, „Hubungan Kelas NYHA
SD, Auricchio A, Bӧhm M,
dengan fraksi Ejeksi Pada Pasien
Dickstein K et al., 2012, „ESC
Gagal Jantung Kronik di
Guideline for The Diagnosis and
BLU/RSUP Prof. Dr. RD Kandou
Treatment of Acute and Chronic
Manado‟, e-CliniC, vol.1, no.2,
Heart Failure 2012‟, Eur Heart J:
diakses 5 Oktober 2018.
vol. 33, no. 14, pp. 1804-15,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p
diakses 3 Maret 2018.
hp/eclinic/article/view/3266
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/
full/10.1093/eurjhf/hfs105 Sastroasmoro, S, Ismael, S 2008, Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian
McMurray, JJV, Adamopoulos S, Anker
Klinis, Sagung Seto, Jakarta.
SD, Auricchio A, Bӧhm M,
Dickstein K 2012, „ESC Guideline Savarese, G, Lund, LH 2017, „Global
for The Diagnosis and Treatment public health burden of heart
of Acute and Chronic Heart Failure failure‟, Cardiac failure
2012‟, Eur Heart J, pp. 882, review, vol.3 no.1, pp. 7, diakses 3
diakses 3 Maret 2018. November 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/
articles/PMC5494150/
full/10.1093/eurjhf/hfs105
Swarjana, IK 2012, Metodologi Penelitian
Meyer, S, Brouwers, FP, Voors, AA,
Kesehatan, ANDI, Yogyakarta,
Hillege, HL, de Boer, RA,
diakses 5 April 2018
Gansevoort, RT, van der Harst, P.,
https://books.google.co.id/books?id
Rienstra, M, van Gelder, IC, van
=NOkOS2V7vVcC&printsec=front
Veldhuisen, DJ, van Gilst, WH
cover&hl=id#v=onepage&q&f=fal
2015, „Sex differences in new-
se
onset heart failure‟, Clinical
Research in Cardiology, vol. 104, Syarif, A, Ascobat, P, Estuningtyas, A,
no. 4, pp.342-350, diakses 5 Setiabudi, R, Muchtar, A, Bahry, B
Oktober 2018. 2011, Obat Gagal Jantung. In:
https://link.springer.com/article/10. Gunawan SG, Setiabudy R,
1007/s00392-014-0788-x Nafrialdi E, ed. 2011. Farmakologi
dan Terapi. 5th ed. Departemen

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 13
Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 306, Indonesia.
Vizzardi, E, Nodari, S, Caretta, G, D'aloia,
A, Pezzali, N, Faden, G, Lombardi,
C, Raddino, R, Metra, M, Dei Cas,
L 2014, „Effects of spironolactone
on long-term mortality and
morbidity in patients with heart
failure and mild or no symptoms‟,
The American journal of the
medical sciences, vol. 347, no.4,
pp.271-276, diakses 20 Mei 2018.
10.1097/MAJ.0b013e31829dd6b1
Widagdo, F, Karim, D, Novayellinda, R,
2015, „Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Rawat Inap Ulang Dirumah Sakit
pada Pasien CHF‟. Jurnal Online
Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau,
vol.2, no.1, pp.580-589, diakses 15
Mei 2018.
https://www.neliti.com/publication
s/183438/faktor-faktor-yang-
berhubungan-dengan-kejadian-
rawat-inap-ulang-dirumah-sakit-pa

Hubungan Penggunaan Spironolakton dengan Kejadian……….. (Rr. Hanna Puspitaningrum, Zainal Mustafa, Kristina Simanjuntak) | 14

Das könnte Ihnen auch gefallen