Sie sind auf Seite 1von 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan
penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di
Indonesia. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan
seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin
untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat
penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor
predisposisi lain (Sudinaya, 2003).
Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras
dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga
faktor lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di
Colorado meningkatkan insiden preeklampsia. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya lebih maju jarang
terkena preeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida
dibandingkan multigravida. Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi
terjadinya preeklampsia meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor
pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit autoimun seperti Lupus, usia
ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam
keluarga (Sudinaya, 2003).
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai
pendidik, konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh
karena itu pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko
terjadinya pre eklampsia menjadi eklampsia.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Preeklampsia?
2. Apa Etiologi preeklampsia?

1
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Preeklampsia?
4. Bagaimana Klasifikasi Preeklampsia?
5. Apa Komplikasi Preeklampsia?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Preeklampsia?
8. Bagaimana Patofisilogi Preeklampsia?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Penderita Preeklampsia?

2
BAB II
TIJAUAN TEORITIS

2.1.Definisi Pre-eklampsia
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling
banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul
kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari
preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).
Pre Eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya
terdapat Molahydatidosa (Sarwono : 2006)
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. (Mansjoer, 2000).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau
koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi
ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih ( Mansjoer,2008 ).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria.
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih.

3
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.

2.2.Etiologi Pre-eklampsia
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi
terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
1. Spasmus arteriola
2. Retensi Na dan air
3. Koagulasi intravaskuler
Adapun teori-teori tersebut yang merupakan kemungkinan penyabab
preeklampsia adalah:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-
sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal
prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah
sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron
menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi
plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma (Y.
Joko, 2002).
2. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada
kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun
humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan
terjadinya pembentukan proteinuria.

4
3. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat
pada anak dari ibu yang menderita preeklampsia.
4. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
5. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu
mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah (Joanne, 2006).
6. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting
dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat
secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia.
Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama
kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan
kemajuan kehamilan (Koerniawan, Drajat).

2.3.Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada ibu hamil dengan preeklampsia secara umum
adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual
atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada
preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia
akan timbul. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan
proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo, 2005).
2. Tanda Objektif
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi;
peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau
tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada
preklamsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai
kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan

5
takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi
ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael,2005).
Sedangkan berdasarkan klasifikasinya manifestasi klinis dari preeklampsia
adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20
minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
b. Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+
pada urine kateter atau midstearm.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+
atau 4+
c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trombositopeni
g. Gangguan fungsi hati
h. Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004).

2.4.Kalsifikasi Pre-eklampsia
1. Pre Eklamsi Ringan (PER)
a. Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu.
d. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif positif 1
sampai positif 2 pada urin katerer atau urin aliran pertengahan.

6
2. Pre Eklamsi Berat (PEB)
a. Tekanan darah 160 / 110 mmHg.
b. Oligouria, urin kurang dari 3 cc / 24 jam.
c. Protein urin lebih dari 3 gr / liter.
d. Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala,
odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
e. Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada
retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm. Peningkatan tanda gan gejala pre
eklamsia berat memberikan petunjuk akan terjadinya pre eklamsia.

2.5.Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin.
Komplikasi yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi pada pre-eklamsia.
1. Resiko pre eklampsia pada ibu yaitu:
a. Perubahan pada sistem saraf pusat mencakup refleks berlebihan
dan kejang
b. Sindrom hemolisis, kenaikan enzim hati, dan hitung trombosit
rendah (HELP SINDROME).
2. Resiko pre-eklampsi pada bayi yaitu:
a. Prematuritas
b. Keterbatasan pertumbuhan intrauterine ( Intrauterine Growth )
Penanganan komplikasi hipertensi dalam kehamilan:
a) Jika pertumbuhan janin terhambat lakukan terminasi
kehamilan
b) Jika terjadi penurunan kesadaran atau koma, kemungkinan
terjadi perdarahan serebral : turunkan tekanan darah pelan-
pelan, berikan terapi suportif
c) Jika terjadi gagal jantung, ginjal atau hati berikan terapi
suportif
d) Jika uji beku darah menunjukkan gangguan tekanan darah
kemungkinan terdapat koagulopati

7
e) Jika pasien mendapat infus dan dipasang kateter, perhatikan
upaya pencegahan infeksi
f) Jika pasien mendapat cairan perinfus, perlu dipantau jumlah
cairan masuk dan keluar agar tidak terjadi overload cairan
2.6.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat (
N= 15-45 u/ml )
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (
N= <31 u/l )
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.

8
2.7.Penatalaksanaan Pre-eklamsia
Tujuan penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya eklamsia,
melahirkan bayi tanpa afiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah
mortalitas maternal dan perinatal. Dibawah ini merupaka penatalaksanaan
dari preeklamsia :
1. Preeklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan
preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh
menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal
meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah menurun dan
reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur
menguranagi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat
menurunkan tekana darah. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik
dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus
diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
2. Preeklampsia berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedative kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sudah 12-24 jam bahaya akut
sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai
pengobatan timbulnya kejang, dapat diberi larutan magnesium sulfat
(MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena losding dose dalam
4-5 menit. Kemudian dilanjutka dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram
dalam 500cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit.

2.8.Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik

9
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan
oleh vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami
peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan
agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan
defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari
nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan
tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan
volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan
tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi
plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian
janin dalam rahim (Michael,2005).

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 30th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : ds. Melati
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No. Register : 6978
Diagnosa Medis : Preeklamsia
Tanggal Persalinan :-
Tanggal Masuk : 22 Januari 2019
Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2019
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. P
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hub. dengan pasien : Suami
Alamat : Tengah Tani

B. KELUHAN MASUK RUMAH SAKIT


Nyeri kepala pada bagian depan.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Pasien mengatakan bahwa ia mengeluh sakit kepala, Pengelihatan kabur,
nyeri pada daerah epigastrium, mual muntah, Keluhan dirasakan pada
saat beraktifitas, dan berkurang jika pasien beristirahat, Kepala terasa
berat, keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu.

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien mengatakan pernah mempunyai riwayat hipertensi.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama seperti Pasien

11
F. GENOGRAM

G. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI


1. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche :03 Januari 2006
2) Lamanya haid : 5 hari
3) Siklus : 28 hari
4) Banyaknya : 200cc
5) Sifat darah : Kental
6) HPHT : 15 Agustus 2018
7) Taksiran Persalinan : 22 Mei 2019
b. Riwayat perkawinan
1) Usia perkawinan : 25 tahun
2) Lama perkawinan : 5 tahun
3) Pernikahan yang ke- :1
c. Riwayat Kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi sebelum hamil
Suntik KB 3 bulan
2) Waktu dan lama penggunaan
3 tahun. Sejak 2016
3) Masalah dalam penggunaan
Berat badan bertambah
4) Rencana kontrasepsi setelah persalinan
Suntik KB
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga
3 anak.

12
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas yang lalu
G2 P1 A0

No Tgl Usia Jenis Tempat JK BB Masalah Keadaan


Partus Kehamilan Partus Penolong Hamil Lahir Nifas Bayi anak
1. 25 38 Minggu Normal Rumah P 2,8 - - - - Normal
November Sakit Kg
2015

b. Riwayat kehamilan sekarang


1) Klien merasa hamil 5 bulan
2) Klien mengeluh sakit kepala, mual muntah, serta nyeri pada
epigastrium pada usia kehamilan 20 minggu.
3) Gerakan anak pertama dirasakan
4) Pasien Pernah mendapatkan imunisasi TT.
5) Penambahan BB selama hamil
Sebelum hamil : 60 Kg
Sesudah hamil : 67 Kg
6) Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak
Teratur
7) Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
Rumah sakit.

H. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


1. Psikososial
a. Interaksi sosial
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain, baik itu
keluarga ataupun tetangga.
b. Citra diri
Pasien merasa PD ketika ia hamil.
c. Konsep diri
Klien menganggap bahwa kehamilan keduanya ini adalah anugerah
yang diberikan oleh Allah SWT.
d. Kebiasaan seksual

13
Selalu tepenuhi
2. Spiritual
Pasien melakukan ibadah secara rutin dan tepat waktu.

I. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas Daily Living
No Aktivitas Daily Sebelum Hamil Setelah hamil
Living
1. Nutrisi - Nasi, Ayam, Sayur - Nasi, daging, sayur,
Makan : - 3x sehari buah
- Jenis menu - 1 piring - 3x sehari
- Frekuensi - Tidak ada - Setengah piring
- Porsi pantangan - Tidak ada
- Pantangan - Tidak ada keluhan pantangan
- Keluhan - Mual muntah
- Air putih, Teh.
Minum : - Air putih, Susu
- Jenis minuman - 8x/hari
- Frekuensi - 10x/hari
- Jumlah - 1 liter
- Pantangan - 1,5 liter
- Keluhan - Tidak pantangan
- Tidak ada
- Tidak ada keluhan pantangan

- Mual muntah
2. Istirahat dan Tidur
Malam :
- Berapa jam - 8 jam - 9 jam
- Dari jam ... s.d ... - 21.00-05.00 - 21.00-06.00
- Kesulitan - Tidak ada - Tidak ada
Siang
- Berapa jam - 2 jam - 4 jam
- Dari jam ... s.d ...
- Kesulitan - 12.00-02.00 - 12.00-04.00

- Tidak ada - tidak ada


3. ELIMINASI
BAK
- Frekuensi - 6x sehari - 10x sehari
- Jumlah - 600 ml - 900 ml
- Warna - Kuning - Kuning

14
- Bau - Bau khas urine - Bau khas urine
- Kesulitan - Tidak ada - Tidak ada
BAB
- Frekuensi - 1x sehari - 1x sehari
- Jumlah
- Warna - Kuning - Kuning
- Bau
- Kesulitan - bau has - Bau has

- tidak ada - tidak ada


4. PERSONAL
HYGIENE
MANDI - 2x sehari - 2x sehari
- Frekuensi - Menggunakan - Menggunakan
- Menggunakan sabun sabun
sabun - 2x sehari - 2x sehari
- Frekuensi gosok - Tidak ada - Tidak ada
gigi - 2x sehari - 2x sehari
- Kesulitan
BERPAKAIAN
Frekuensi ganti
pakaian
5. MOBILITAS dan
AKTIVITAS - Membersihkan - Membersihkan
- Aktivitas yang rumah rumah
dilakukan - Tidak ada - Tidak ada
- Kesulitan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kondisi Umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
T : 160/90 mmHg
P : 82x/menit
R : 22x/menit
S : 37°C
c. Pemeriksaan Fisik
1. Area kepala
a. Kepala
 Inspeksi :
Tidak ada lesi, tidak ada oedema, kulit kepala bersih
 Palpasi :

15
Tidak ada pembesaran kepala, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan

b. Mata
 Inspeksi :
Berbentuk simetris, tidaka ada lesi, tidak ada oedema, sklera putih,
pupil isokor, Konjungtifa sedikit anemis, lapang pandang sedikit
kabur
 Palpasi:
Tidak adanyeri tekan
c. Hidung
 Inspeksi :
Berbentuk simetris, tidak ada sermen ataupun cairan yang keluar,
tidak ada pembengkakan pada mukosa hidung, membran mukosa
berwarna kemerahan, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung
 Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus, fungsi penciuman hidung
normal

d. Telinga
 Inspeksi :
Berbentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak ada
cairan/kotoran yang keluar dari telinga, terdapat serumen, fungsi
pendengaran normal
 Palpasi :
Tidak ada nyeri pada telinga
e. Mulut
 Inspeksi :
Bibir simetris, keadaan kering,pucat, tidak ada perdarahan pada
gusi, posisi gigi jarak normal
 Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
2. Leher
 Inspeksi :
Bentuk normal, tidak ada lesi, tidak ada oedema
 Palpasi :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan,
mobilitas leher normal
3. Dada
a. Payudara
 Inspeksi :

16
Bentuk simetris, areola menonjol, tidak ada keluaran, tidak ada
pembesaran jantung.
 Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
b. Jantung
 Inspeksi : Lapang dada simeytris, tidak ada pembesaran jantung,
Ictus Cordis tidak terlihat, tachicardia.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
 Perkusi : Normal, terdengar bunyi CS 2 dan 4 linea parastinalis.
ICS 2 linea parasternalis sinistra, dan ICS 4 linea medio
klafikularis sinitra.
 Auskultasi :Bunyi Jantung S1 Lup, dan S2 dup, terdengar ritm.
c. Paru – paru
 Inspeksi : Lapang dada simetris, tidak tampak oedem.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
 Perkusi : Normal, bunyi nafas resonan.
 Auskultasi : Normal.
4. Abdomen
 Inspeksi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada benjolan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Bunyi
 Auskultasi : Normal, bising usus 5x permenit setiap kuadrannya.
5. Genetalia : Tidak terkaji

6. Ekstremitas :
Kekuatan Otot :
4-4-4-4

J. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin 11 g/dL 11.7 – 15.5
Lekosit 6 10˄3 / uL 3.6 – 11
Trombosit 130 10˄3 / uL 150 – 440
Hematokrit 50 % 35 – 47
˄
Eritrosit 5 10 6 / uL 3.8 – 5.2
MCV 90 fL 80 – 100
MCH 29 pg 26 – 34

17
MCHC 34 g/dL 32 – 36
RDW 12.5 % 11.5 – 14.5
MPV 9.0 fL 7.0 – 11.0
Hitung Jenis (diff) :
Segmen - % 28.0 – 78.0
Limfosit 30 % 25 – 40
Monosit % 2–8
Eosinofil % 2–4
Basofil % 0–1
Luc % 3–6
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu Mg/dL 75 - 140

K. ANALISA DATA
No DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Pasien mengatakan Pre Eklamsia Gangguan rasa nyaman
nyeri pada bagian kepala ( nyeri ) b.d agen cidera
biologis
DO: Vaso spasme pada pembuluh
- Tampak meringis darah
- Skala nyeri 5
- Tanda-tanda Vital
T : 160/90 mmHg Penurunan pengisian darah di
P : 82x/menit ventrikal kiri
R : 22x/menit
S : 37°C
Proses 1 cardiac output menurun

Volume dan tekanan darah


menurun

Merangsang medulla oblongata

System syaraf simpatis meningkat

18
Jantung

Kompresi saraf simpatis


meningkat, Gangguan irama
jantung

Ggn rasa nyaman (nyeri)

2 DS: Pasien mengatakan Pre Eklamsia Defisiensi pengetahuan


bingung terhadap gejalanya b.d penatalaksanaan
terapi dan keperawatan
DO: Tidak mendapat paparan
- Pasien tampak informasi yang ade kuat
bingung
- Tanda tanda vital
T : 190/90 mmHg Pasien tidak mengerti dengan
P : 82x/menit penyakitnya
R : 22x/menit
S : 37°C
Defisiensi pengetahuan

L. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


Tgl Ditemukan
Nama Dan Ttd
No Diagnosa Keperawatan Diagnose
Perawat
Keperawatan
1 Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d agen cidera
biologis
2 Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan terapi dan
keperawatan

19
M. Intervensi Keperawatan
No Dx Kep NOC NIC Rasional
1 Gangguan rasa NOC : NIC :  Untuk meningkatkan
nyaman ( nyeri ) b.d  Posisikan pasien senyaman kenyamanan klien
agen cidera biologis Tujuan : mungkin  Untuk mengidentifikasi status
Setelah dilakukan tindakan  Kaji tanda tanda vital dan catat nyeri
keperawatan selama 2x24 adanya perubahan yang  Untuk membantu meredakan
jam nyeri berkurang dan signifikan nyeri sementara waktu
teratasi  Lakukan pengkajian nyeri  Untuk mengurangi
secara komprehensif kemungkinan nyeri yang
Kriteria Hasil:  Observasi reaksi nonverbal ditimbulkan akibat faktor
- Skalanya nyeri dari ketidaknyamanan lingkungan
dalam rentang  Kontrol lingkungan yang dapat  Untuk membantu proses
normal mempengaruhi nyeri seperti penyembuhan
- Tanda-tanda vital suhu ruangan,pencahayaan dan  Untuk membantu mengurangi
normal kebisingan nyeri dengan penanganan yang
T : 120/80 mmHg
 Tingkatkan istirahat sesuai untuk mengurangi rasa
P : 82x/menit
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
R : 20x/menit
nyeri(farmakologi,non
S : 37°C
farmakologi dan interpesonal)
 Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian analgetik

20
2 Defisiensi Tujuan  Gambarkan gambar dan gejala  Untuk memberi gambaran dan
pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan yang biasa muncul pada gejala yang biasa muncul pada
penatalaksanaan keperawatan selama 2x24 penyakit, dengan cara yang penyakitnya
terapi dan jam sudah mulai mengerti tepat  Untuk memberikan gambaran
keperawatan tentang penyakitnya  Gambarkan proses penyakit, proses penyakitnya
dengan cara yang tepat  Untuk mengindentifikasi
Kriteria hasil  Identifikasi kemungkinan kemungkinan penyebabnya
- Pasien tidak tampak penyebab, dengan cara yang  Untuk menyediakan informasi
bingung tepat pada pasien tentang kondisi
- TTV normal  Sediakan informasi pada  Untuk mendidskusikan pilihan
T : 120/80 mmHg pasien tentang kondisi terapi atau penanganan
P : 82x/menit  Diskusikan pilihan terapi atau
R : 20x/menit penanganan
S : 37°C

21
N. Implementasi
Nama
No Tanggal Dx Tindakan Respon dan Ttd Ket.
perawat
1 22 Gangguan rasa  Memposisikan pasien senyaman  Pasien merasa nyaman
Januari nyaman ( nyeri ) mungkin terhadap posisi yang
2019 b.d agen cidera  Mengkaji tanda tanda vital dan diberikan
biologis catat adanya perubahan yang  Untuk mengetahui
signifikan keadaan umum secara dini
 Melakukan pengkajian nyeri secara  Untuk mengetahui skala
komprehensif nyeri pasien
 Mengobservasi reaksi nonverbal  Pasien merasa nyaman
dari ketidaknyamanan dengan keadaan
 Mengontrol lingkungan yang dapat lingkungan disekitarnya
mempengaruhi nyeri seperti suhu  Pasien merasa kebutuhan
ruangan,pencahayaan dan dasarnya terpenuhi
kebisingan  Pasien mengikuti instruksi
 Meningkatkan istirahat yang diberikan perawat
 Memilih dan lakukan penanganan  Pasien merasa nyeri
nyeri(farmakologi,non farmakologi berkurang
dan interpesonal)
 Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik

22
22 Defisiensi  Mengambarkan gambar dan gejala  Pasien mampu mengenali
Januari pengetahuan b.d yang biasa muncul pada penyakit, tanda dan gejala penyakit
2019 penatalaksanaan dengan cara yang tepat yang dideritanya
terapi dan  Mengambarkan proses penyakit,  Pasien mampu
keperawatan dengan cara yang tepat menjelaskan tentang
 Mengidentifikasi kemungkinan penyakitnya
penyebab, dengan cara yang tepat  Pasien mampu mengenali
 Menyediakan informasi pada penyebab dari gejalanya
pasien tentang kondisi  Pasien sudah mengenali
 Mendiskusikan pilihan terapi atau tentang kondisinya
penanganan  Pasien bisa memilih terapi
untuk pengobatan
penyakitnya

23
O. Evaluasi
Nama dan
No. Tanggal Dx Evaluasi Ttd Ket.
perawat
1 22 Gangguan rasa S : klien mengatakan
Januari nyaman ( nyeri )berkurangnya rasa nyeri
2019 b.d agen cidera O:
biologis - Pasien tidak tampak
meringis
- Skala nyeri berkurang 3
- Tanda-tanda Vital normal
T : 120/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 37°C
A : masalah nyeri teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
 Posisikan pasien
senyaman mungkin
 Kaji tanda tanda vital dan
catat adanya perubahan
yang signifikan
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
 Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 lakukan penanganan
nyeri(farmakologi,non
farmakologi dan
interpesonal)
 Kolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian
analgetik
2 22 Defisiensi S: Pasien mengatakan sudah
Januari pengetahuan b.d merasa tidak bingung terhadap

24
2019 penatalaksanaan gejalanya
terapi dan
keperawatan O:
- Pasien tidak tampak
bingung
- TTV normal
T : 120/80 mmHg
P : 82x/menit
R : 20x/menit
S : 37°C

A: Masalah defisiensi
pengetahuan teratasi

P: Intervensi dihentikan

25
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan
penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di
Indonesia. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan
seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin
untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat
penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor
predisposisi lain (Sudinaya, 2003).
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.

4.2. Saran
1. Preeklampsia adalah salah satu penyakit yang berbahaya pada ibu hamil,
oleh karena itu hendaknya upaya preventif dilakukan agar tidak terjadi
masalah tersebut.
2. Ibu yang hamil hendaknya memeiksakan kehamilannya secara teratur
untuk mengetahui jika ada tanda-tanda dini preeklampsia

26
DAFTAR PUSTAKA

 Achadiat. Chrisdiono. 2003. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: EGC
 Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
 Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
 Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisologis
dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
 Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC
 Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
 Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta:
EGC.
 Mansjoer, Arif dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid
Pertama. Jakarta: Media Ausculapius.
 Sudinaya, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidannan, Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta EGC
 Triatmodjo. 2005. Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta.

27

Das könnte Ihnen auch gefallen