Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dunia Akan Terbuka Dengan Seiringnya Perkembangan Science. Tapi ilmu kalau tidak di
imbangi Akhlak Yang Baik Makin Terpuruklah Dunia kita
KOMPLEKSOMETRI
2. Menentukan kadar Ca dan Mg dalam sampel air sumur dengan menentukan EDTA sebagai zat
pengompleks.
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling mengkompleks, jadi
dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks itu disebut atom pusat, dan
gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom pusat
(Underwood, 1986)
Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sbuah ion bermuatan, dengan penggantian molekul-
molekul air berturut-turut, sampai tebrntuk kompleks MLn. n adalah bilangan koordinasi dari ion
logam, dan menyatakan jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan
dapat dengan baik diklasifikasikan asat dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Begitulah,
ligan-ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah
monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu
Bila molekul atau iom ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai pasangan
satu pasangan elektron menyendiri,maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbanga, dan
memungkinkan untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan
seperti ini disebut ligan bidentat. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi
per molekul. Sebelum ini, telah kita anggap bahwa sepsis-spesisi yang kompleks itu tidak
mengandung lebih dari stu ion logam, tetapi pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks
binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua ion logam, atau bahkan satu komplek polinuklir
yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH). Dalam pembentukan kelat, keenam
donor (tetapi kadang-kadang hanya lima) bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan
membentuk lima lingkaran kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion logam itu sedemikian
rupa sehingga keenam atom donor terletak pada puncak-puncak sebuah oktaeder (bidang delapan)
Berikut ini prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion logam dengan
EDTA, adalah:
- Titrasi langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan, dibufferkan samapi
ke pH yang dikehendaki (misalnya, sampai pH = 10 dengan NH4+ larutan air NH3), dan
titrasi langsung dengan larutan EDTA standar. Mungkin adalah perlu untuk mencegah
pengendapan hidroksida logam itu (atau garam basa) dengan menambahkan sedikit zat
pengkompleks pembantu, seperti tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekivalen,
besarnya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan itu turun dengan mendadak. Ini
umumnya ditetapkan dari perubahan-perubahan pM: titik akhir ini dapat juga ditetapkan
- Titrasi-balik. Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung, mereka
mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangka pH yang perlu untuk titrasi, atau
mereka mungkin membentuk kompleks-kompleks yang inert, atau indikator logam yang
sesuai tidak tersedia. Dalam hal-hal demikian, ditambahkan larutan EDTA standar
berlebih, larutan yang dihasilkan dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki, dan
kelebihan reagnesia dititrasi balik dnegan suatu larutan ion logam standar, larutan zink
klorida atau sulfat atau magnesium klorida sering digunakan untuk tujuan ini. Titik akhir
dideteksi dengan bantuan indikator logam yang berespons terhadap ion logam yang
- Titrasi penggantian atau titrasi substitusi. Titrasi-titrasi substitusi dapat digunakan untuk ion
logam yang tidak bereaksi (atau berekasi denagn tak memuaskan) dengan indikator logam,
atau untuk ion logam yang membentuk komplkes EDTA yang lebih stabil daripada
komplkes EDTA dari logam-logam lainnya seperti magnesium dan kalsium. Kation Mn+
yang akan ditetapkan dapat diolah dengan kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi
berikut terjadi :
Jumlah ion magnesium yang dibebaskan adalah ekivalen dengan kation-kation yang berada
di situ, dapat dititrasi dengan suatu larutan EDTA standar serta indikator logam yang
sesuai. Satu penerapan yang menarik adalah titrasi kalsium. Pada titrasi langsung ion-ion
kalsium, Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T) memberi titik akhir yang buruk; jika
magnesium ada serta, logam ini akan digantiakn dari komplkes EDTA-nya oleh kalsium,
standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik akhir secara potensiometri;
pilihan lain, suatu campuran iodida-iodida ditambahkan disamping larutan EDTA, dan iod
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan tiosulfat standar. Larutan logam yang akan
ditetapkan harus dinetralkan dengan tepat sebelum titrasi; ini sering merupakan hal yang
sukar, yang disebabakan oleh hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari
titrasi alkalimetri.
kaliumnya mudah dibuat) dan unsur yang kan ditetapkan, pada mana ion-ion nikel
dibebaskan, mempunyai penerapan yang terbatas. Begitulah perak dan emas, yang
sendirinya tak dapt dititrasi secara kompleksometri, dapat ditetapkan denagn car ini.
Reaksi ini berlangsung dengan garam perak yang hanya sedikit sekali dapat larut, jadi
memberi satu metode untuk penetapan ion halida Cl-, Br-, I-, dan ion tiosianat SCN-. Anion-
anion ini mula-mula diendapkan sebagai garam perak, dan garam perak ini dilarutakn
dalam larutan [Ni(CN)4]2-, dan nikel yang dengan demikian dibebaskan dalam jumlah ynag
ekivalen, lalu ditetapkan dengantitrasi cepat dengan EDTA dengan menggunakn indikator
mengendapkannya sebagai Barium sulfat atau Timbel sulfat, endapan dilarutkan dalam
larutan EDTA standar berlebih, dan kelebihan EDTA dititrasi balik dengan larutan
Magnesium atau Zink standar dengan menggunkan Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T)
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan kemampuan mengkompleks dari ion
logam yang terlibat, dan pentingnya untuk memeriksa faktor-faktor mengenai ciri khas dari ligand.
klasifikasi SCHwarzen-bach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam
menjadi asam Lewis (penerima pasangan electron) kelas A dan kelas B. Logam kelas A
dicirikan oleh larutan afinitas (dalam larutan air) terhadap halogen F->Cl- >Br->I-, dan
membentuk kompleks terstabilnya dengan anggota pertama dari grup Tabel Berkala dari
atom penyumbang (yakni, nitrogen, oksigen, dan fluor). Logam kelas B jauh lebih mudah
berkoordinasi dengan I- dari pada F- dalam larutan air, dan membentuk kompleks
terstabilnya dengan atom penyumabang kedua (atau yang lebih berat) dari masing-masing
Di antara cirri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
- Sifat-sifat penyepitan
dibentuk oleh suatu ligan bidentat atau multidentat, adalah lebih stabil banding kompleks
padanannya dengan ligan-ligan monodentat. Semakin banyak titik lekat ligan itu kepada
ion logam, semakin besar kestabilan kompleks. Efek sterik yang paling umum adalah efek
yang mengambat pembentukan kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan
besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang.
Suatu klasifikasi penting dari kompleks-kompleks, didasarkan pada laju dimana kompleks
itu mengalami reaksi substitusi, dan menimbulkan dua grup, yaitu kompleks-kompleks yang labil
dan kompleks-kompleks yang inert. Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak
faktor, tetapi pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang akan perilaku kompleks-
- Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan transisi baris pertama membentuk
kompleks-kompleks labil.
- Unsure transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert
Air sadah adalah air yang mengandung garam, kalsium dan magnesium. Meskipun tidak
berbahaya untuk diminum air sadah kurang baik dipakai untuk mencuci dan dipakai untuk mencuci
pada mesin, alat rumah tangga, pipa dan sebagainya. Kesadahan atau hardness adalah salah satu
sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+,
Mg2+ atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polivalen metal (logam bervalensi
banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat klorida dan bikarbonat dalam
jumlah kecil.
(http://id.wikipedia.org/wiki/air sadah)
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun dimana sabun ini di endapkan
oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Karena penyebab utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya
Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat atau karakteristik air yang menggambarkan
konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3. Air sadah membentuk
kerak atau endapan yang menempel pada mesin atau alat lainnya. Dan oleh karena kerak itu bukan
penghantar panas maka hal ini menyebabkan pemborosan bahan bakar. Air sadah banyak kita
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air)
1. Kesadahan sementara
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat dihilangkan dengan pemanasan atau pendidihan,
Reaksinya :
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat, dan karbonat,
misalnya CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan
penambahan larutan soda kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium
hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalium (padatan atau endapan) dan magnesium
Reaksinya
Adapun contoh kesadahan yaitu jika di suatu tempat anda mencuci apapun menggunakan
sabun dan ternyata busa yang terbentuk jumlahnya dibawah perkiraan anda atau tidak seperti
biasanya sehingga untuk memperbanyak busa anda harus menambah sehingga mengakibatkan
boros sabun, maka besar kemungkinan air yang digunakan untuk mencuci tersebut memiliki
kesadahan tinggi. Hal itu terjadi karena sebagian sabun yang ditambahkan kedalam air bereaksi
Jika menemukan endapan putih seperti bedak atau kadang berbentuk kerak didasar panci untuk
memasak air, maka besar kemungkinan air yang dimasak tersebut memiliki kesadahan tinggi. Hal
itu terjadi karena gas CO2 lepas saat pemanasan sehingga yang tertinggal hanya endapan karbonat
(http://persembahanku.wordpress.com)
Indonesia W.H.O
Kalsium
mg
/L 75 200 75 200
2+
(Ca )
Magnesium
mg
/L 30 150 50 150
2+
(Mg )
Posting Komentar
my friend
PERCOBAAN IV
PENENTUAN KADAR KALSIUM (Ca) SECARA KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Mahasiswa dapat menganalisis kadar kalsium (Ca) dengan analisa secara kompleksometri.
B. Dasar teori
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu penggantian yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-
tama akan ditetapkan pada titrasi.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam,
sebuah katian, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion
logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang sedikit asam,
dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam yang
menghasilkan secara spesies seperi CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam
larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada
dalam larutan tersebut.
Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks(ion
kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak
hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun
disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi, selain titrasi
kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang menyambut penggunaan EDTA.
Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan pengendalian pH= 10 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan
indikator yang juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat.
(Khopar, 2002)
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan penegendalian pH
misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA)
sebagai garam natrium sendii merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih
lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan.
Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan mengubah pH dan adanya
zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang
dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari nilaiyang
telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan
menurut kondisi.
(Sodiq, 2005)
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksomtri. Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan
zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam
dinatrium etilen diamin tetraasetat ( dinatrium EDTA) (Hidayanti,2010).
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra asetat (EDTA)
adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek dengan semua logam efektif.
Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam alkali tanah seperi kalsium dan magnesium
bentuk kompleks yang stabil pada nilai pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida
penyangga di pH= 10 ( Watson,2000).
Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam. Selektivitas dapat
dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah agar pengompleks lainnya adalah
asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan, dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami
menjelaskan titrasi ion logam dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor
yang mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium ditambah
magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.
Hampir semua lohgam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi kompleksometri.
Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia dan biokimia. Banyak kation akan
membentuk kompleks dalam larutan dengan berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik
terbagi ( misalnya pada N,O,S atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada
logam. Ion logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa lewis
(donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan, akan tergantung pada
jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok pengompleks pada molekul ligan. Asam yang
paling banyak digunakan dalam titrasi adala EDTA.
(Christian, 2009)
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas pembentukan
senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara ion logam/kation (komponen zat
uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan (fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak
stabil dalam air karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi
sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasil lambat dalam air
(Khopar,2002).
D. Bagan kerja
1. Pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0,01 M
a. Dipipet 10 ml larutan baku MgSO4 0,01 M kedalam labu ukur 250 ml,
ditambahkan 2 ml buffer PH 10, dan sedikit indikator EBT
b. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru
2. Penentuan kadar kalsium dalam cuplikan
a. Dipipet 10 ml larutan cuplikan dimasukan kedalam labu ukur 250 ml,
ditambahkan 2 ml buffer PH 10, dan sedikit indikator EBT
b. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari
merah anggur menjadi biru
E. Hasil pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. Pembakuan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0,01 M
Volume Titrat Volume Titran
5 ml 5,5 ml
5 ml 5,3 ml
5 ml 5,7 ml
Rata – rata 5,5 ml
3. Reaksi
a. MgSO4 dengan indikator EBT
b. MgSO4 + EBT dengan EDTA
c. Penentuan kadar Ca
F. Pembahasan
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas pembentukan
senyawa kompleks yang larut yang berasal dari reaksi antara ion logam atau kation (komponen zat
uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan (pentiter). Ligan adalah sebuah ion atau
molekul netral yang mampu mengikat secara koordinasi atom atau ion logam pusat dalam senyawa
kompleks. Titrasi kompleksometri terbagi menjadi 4 macam yaitu titrasi langsung, kembali,
substitusi dan tidak langsung. Titrasi langsung untuk ion logam yang dapat berikatan dengan
indikator ion logam (pada pH tertentu), ikatannya dengan indikator logam kurang stabil
dibandingkan ikatannya dengan EDTA. Titrasi kembali untuk ion logam yang tidak dapat
berikatan dengan indikator atau ikatannya dengan indikator lebih kuat atau stabil dengan ikatannya
dengan EDTA. Titrasi substitusi untuk ion logam yang tidak dapat berikatan dengan indikator
tetapi kompleksnya dengan EDTA sangat stabil dibandingkan dengan indikator logam lain yang
dapat berikatan dengan indikator. Titrasi tidak langsung untuk ion atau senyawa yang tidak
bereaksi dengan EDTA.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi dari pembentukan kompleks antara ion logam dengan
EDTA sangat peka terhadap pH. Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+ maka
H+ di dalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang sedikit ini akan berakibat
menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu
diberikan penahan (buffer). EBT digunakan untuk titrasi dengan suasana pH 7-11 untuk penetapan
kadar dari logam Cu,Al,Fe,Co,Ni,Pt digunakan cara tidak langsung sebab ikatannya dengan EBT
cukup stabil.
Percobaan ini bertujuan untuk dapat menganalisis kadar kalsium (Ca) dengan analisa secara
kompleksometri. Bahan yang digunakan adalah indikator EBT, larutan baku MgSO4 0,01
M,larutan buffer pH=10, cuplikan, larutan EDTA 0,01 M dan NH3 pekat. Percobaan pertama yaitu
pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0,01 M. Standarisasi merupakan suatu
reaksi asidometri yakni penentuan konsentrasi titran menggunakan larutan baku primer. Tujuan
standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi dari EDTA. EDTA perlu distandarisasi terlebih
dahulu karena EDTA tidak stabil dalam penyimpanannya , EDTA merupakan larutan baku
sekunder selain itu EDTA juga digunakan untuk dapat menstabilkan ion logam Mg, sehibgga
konsentrasi EDTA perlu diketahui secara pasti menggunakan larutan baku primer yaitu MgSO4.
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat
bahan murni yang dilarutkan atau dengan penimbanagan langsung. Sedangkan larutan baku
sekunder adalah larutan yang tidak diketahui konsentrasinya dan dapatbdiketahui dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer. Adapun syarat larutan baku adalah harus mudah
didapat, sederhana dalam penggunaannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah
berubah. Larutan MgSO4 dimasukkan ke dalam erlenmeyer disebut titrat dan EDTA di dalam buret
disebut titran.
Larutan MgSO4 10 ml dalam erlenmeyer ditambahkan buffer salmiak pH 10 dan sedikit
indikator EBT beberapa tetes. Fungsi dari larutan buffer untuk menyangga pH larutan sehingga
logam-logam alkali dan alkali tanah dapat bereaksi dengan EDTA. Jika pH kurang dari 10 maka
magnesium akan membentuk kompleks yangvtidak stabil dengan EDTA dan jika pH lebih besar
dari 10 maka akan terbentuk endapan hidroksi Mg(OH)2 yang dapat memperlambat kerja EDTA.
Sedangkan indikator EBT (Eriochrom Black T) adalah indikator yang biasanya dihadirkan dalam
bentuk H3In. Spesies asam sulfonatbpada EBT akan terionisasi dalam larutan berair sehingga
strukturnya menjadi ion H2In- yang berwarna merah. Ikatan terbentuk dengan EBT dengan
hilangnya ion-ion hidrogen dari fenolat gugus OH dan pembentukan ikatan antara ion logam, atom
oksigen dan gugus azo. H2In- terurai menjadi HIn²- yang berwarna biru. Mg²+ akan bereaksi
dengan HIn²- yang berwarna biru dan membentuk senyawa kompleks kuat yaitu MgIn²- yang
berwarna merah anggur dan pelepasan H+. Kemudian dititrasi dengan EDTA, garam EDTA yang
larut dalam air Na2H2Y akan terionisasi menjadi 2Na+ dan H2Y²-. MgIn²- akan bereaksi dengan
H2Y²- dan membentuk kompleks MgY²- dan HIn²- dan pelepasan H+. Jika semua Mg²+ telah
bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang dan kelebihan sedikit EDTA akan
menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru. Titik akhir titrasi adalah
titik ketika titran dan titratbtepat habis bereaksi dengan adanya perubahan warna sehingga proses
titrasi harus dihentikan agar titik ekuivalen dapat tercapai. Titik ekuivalen adalah kesetaraan antara
mol titran dan titrat. Kestabilan Mg-EDTA lebih besar dibandingkan Mg-In- sehingga MgIn-
mudah bereaksi dengan EDTA dan menyebabkan Mg2+ pada kompleks bereaksi dengan EDTA.
Ketika titrasi dilakukan terjadi dua prinsip yaitu reaksi suatu pembentukab kompleks dan
prinsip kestabilan kompleks. Reaksi pembentukan kompleks dimana terjadi saat ditambahkan
EDTA²- terbentuk Mg-EDTA atau MgY²-. Sedangkan prinsip dari jestabilan ion kompleks terjadi
ketika ikatan dari Mg dengan EDTA harus lebih kuat dari ion Mg dengan EBT, sehingga ion logam
dapat bereaksi dengan EDTA²- atau H2Y²- dan jimlah penggunaan EDTA yang dijadikan larutan
standar bakubsekunder dapat ditebtukan. Jadi ikatan indikatorbdengannikatan logam harus lebih
lemah dari ikatan ion logam dengan EDTA²-. Tahapan standarisasi dilakukan sebanyak 3 kali agar
memperoleh volume titran rata-rata dari volume ketiganya dan hasil konsentrasi akan lebih akurat
yang akan mewakili semua konsentrasi larutan ketiga-tiganya yang telah distandarisasi tadi.
Diperoleh volume titran yang dibutuhkan pada erlenmeyer I yaitu 5,5 mL, pada erlenmeyer II yaitu
5,3 mL dan pada erlenmeyer III yaitu dibutuhkan 5,7 ml volume EDTA untuk mencapai titik akhir
titrasi, dan diperoleh volume rata-ratanya 5,5 mL dan setelah dihitung maka diperoleh konsentrasi
EDTA yaitu 0,009 M. Konsentrasi antara EDTA 0,009 M dengan MgSO4 0,01 M selisihnya tidak
terlampau jauh hanya 0,001 maka titik ekuivalennya hampir tercapai. Kesetaraan mol titran dan
titrat tidak tercapai dapat disebabkan banyak hal diantaranya karena penambahan indikator terlalu
banyak atau karena larutan titran dan titratnya terlalu pekat salah satunya.
Percobaan kedua yaitu penentuan kadar kalsium dalam cuplikan. Sebanyak 10 mL cuplikan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2 mL buffer pH 10 dan beberapa tetes indikator
EBT. Larutan buffer dibuat dengan mencampurkan NH4Cl 0,047 gram dengan 50 mL NH4OH.
Fungsi larutan buffer adalah untuk menyangga pH larutan karena pada setiap titrasi akan ada
pelepasan H+ saat pembentukab kompleks sehingga H+ dalam larutan akan meningkat walaupun
sedikit, namun ini akan mengakibatkan menurunnya stabilitas kompleks maka dari itu perlu
diberikab larutan buffer sehingga logam dalam cuplikan dapat bereaksi dengan EDTA karena pada
umumnya logam dapat bereaksi pada pH 7-10 dan membentuk kompleks. Penambahan indikator
EBT berfungsi sebagai suatu indikator pH dan akan memberi warna pada saat titik akhir titrasi.
Dengan penambahan indikator EBT maka terbentuk CaIn- yang berwarna merah anggur. Jika telah
terbentuk larutan berwarna merah anggur maka proses titrasi dengan EDTA dilakukan. Molekul
EDTA mengandung enam siklus basa, empat karboksilat dan dua nama spesies asam dapat hadir
yaitu H6Y²+, H5Y+, H4Y, H3Y-, H2Y²- dan HY³-. CaIn- akan bereaksi dengan H2Y²- dari EDTA
yang akan membentuk larutan berwarna biru CaY² dan terbentuk juga HIn²- dan H+. CaY2
merupakan senyawa kompleks yang larut dan berasal dari reaksi antara ion logam Ca²+ atau kation
dengan zat pembentuk kompleks yaitu EDTA sebagai ligan. Ligan adalah ion atau molekul yang
mampu mengikat suatu ion dan gugusnya terikat pada ion pusat. EDTA merupakan ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan ion logam Ca²+ melalui gugus dua nitrogen dan
empag gugus karboksil. Kedua atom nitrogen memiliki sepasang elektron tak terpakai bersamaan.
Ion Ca²+ membentuk kompleks dengan dua molekul EDTA. Cincin heterosiklik akan terbentuk
oleh suatu ion logam Ca dengan dua atau lebih gugus fungsional dalam ligan dinamakan cincin
khelat. Mekanisme pengkelatan terjadi karena penggunaan elektron bersama antara ion logam
dengan ion pengkelat. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali dan diperoleh volume penitrasi secara
berturut-turut 0,8 mL ketiga-tiganya. Setelah dihitung diperoleh berat Ca 0,288 mg dan kadarnya
Ca 20 ppm. Manfaat titrasi kompleksometri pada penerapan di bidang farmasi adalah sering
digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung suatu ion-ion logam
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penentuan kadar
Ca dalam cuplikan didapatkan hasil rata-ratanya adalah 0,8 mL dan kadar Ca adalah 20 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Christian, Gary. D. 2004. Analytical Chemistry. University of Washington. United States of
America.
Hidayanti, A. 2010. Penetapan Kadar Senyawa Kalsium (Ca) pada Pasta Gigi.
Jurnal Kimia. Vol 02. No 01. Hal 43-47.
Khopar, 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Sodiq, I.M. 2005. Kimia Analitik I. Universitas Negri Malang. Malang.
Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For Pharmacy
Students and Pharmaceutical Chemist. University of Strathclyde. Glasgow UK
1 komentar:
1.
Assalamu'alaikum
Mohon izin copy tulisannya
Terimakasih banyak ini sangat membantu
Jazakallohu Ahsanal Jaza'
Balas
Mengenai Saya
Arsip Blog
▼ 2015 (1)
o ▼ Juni (1)
laporan praktikum kompleksometri - Mochammad Tri N...
BAB 1
PENDAHULUAN
EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan kadar dari logam
Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan kompleks antara logam
tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan kedalam larutan ZnSO4 yang telah
ditambahkan buffer menghasilkan ZnEBT yang berwarna merah anggur. Raeaksi dengan EDTA
yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke biru.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya
asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua
atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui penetuan
kalsium secara kompleksometri pada sebuah sampel.
1.2 Tujuan
- Mengetahui prinsip kerja penentuan kadar Ca dalam sampel secara komplesometri
- Mengetahui fungsi penambahan EBT
- Mengetahui metode-metode dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kompleks logam dengan muatan lebih tinggi umumnya lebih baik atau stabil. Hanya Be2+, CO22+
yang tidak membentuk kompleks stabil dengan EDTA.
Gambar diatas menunjukkan beberapa struktur zat pengompleks yang juga sering digunakan dalam
titrimetri. Demikian juga trietilen tetra amin (trien); H4Y atau Na2H2Y digunakan untuk
titrasi.EDTA mudah larut dalam air. Dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi karena adanya
sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya distandarisasi dahulu, misalkan dengan menggunakan
larutan kadmium.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendekteksian visual dari titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik
akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-
indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak karena disosiasi tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil
dibanding kompleks logam. EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir titrasi, EDTA
memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam EDTA harus
tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam
harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,
terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,
penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan
indikator erichrn indikatome balck T. Pada pH tinggi 12 Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan
bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen
secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam
logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni,
sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena
adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan
menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).
2.3 Selektivitas Titrasi Kompleksometri
Karenanya banyaknya logam yang dapat dititrasi dengan EDTA, maka masalah selektivitas
menjadi masalah penting untuk dikaji. Tampaknya pemisahan pendahulu seperti pemisahan
berdasarkan penukar anion atau ekstraksi pelarut perlu dilakukan terhadap suatu campuran.
Selektivitas dapat diperbaiki dengan mengendalikan pH pemakaian pengompleks sekunder,
pemilihan penitrannya dan pengendalian laju reaksi. Kompleks yang stabil biasanya terbentuk
3+ 4+ 3+
pada pH rendah seperti Fe (pH=2,0), Al , Zr , B , semua titrasi pada pH rendah untuk
menghindarkan hidrolisis. Zn, Cd, dan Pb dititrasi pada pH=5,0. Pada titrasi Ca, untuk
menghindarkan interferensi dari Zn dan Cd, ion-ion ini dimasking dengan KCN. Misalkan saja Ca,
Mg dapat di titrasipada pH=10,0 dengan penambahan nitril glikolat, yang akan membebaskan Zn,
Cd dari kompleks EDTA. Bal atau 2,3 dimerkaptopropanol dapat digunakan sebagai elemen
masking melalui pembentukan sulfida yang tidak larut. EDTA dapat digunakan untuk menitrasi
Ca dalam campuran Mg dengan mempergunakan indikator murexide. Campuran Cd, Zn dapat
dititrasi dengan EDTA dengan menggunakan buffer NH3-NH4Cl, karena Cl (NH3)2 kurang stabil
dibandingkan Zn (NH3)2 sehingga EDTA hanya menitrasi Cd.
2.4 Kestabilan Kompleks
Kestabialn suatu kompleks jalan akan berhubungan dengan (a) kemampuan mengompleks
dari ion logam yang terlihat, dan (b) dengan ciri khas ligan itu, yang penting untuk memeriksa
faktor-faktor ini dengan singkat:
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam digambarkan dengan baik menurut klasifikasi
Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam lewis
kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan afinitas terhadap halogen, dan
membentuk kompleks yang paling stabil dengan anggota pertama grup table berkala. Kelas
B lebih mudah berkoordinasi dengan I - daripada dengan f dalam larutan air dan membentuk
kompleks terstabil dengan atom penyumbang kedua dari masing-masing grup itu yakni N,
O, F, Cl, C, danP.Konsep asam basa keras dan lunak adalah berguna dalam menandai ciri-ciri
perilaku penerima pasangan electron kelas A dan kelas B.
b. Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks diman aligan itu terlibat, adalah (i)
kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan, jika ada, (iii) efek-efek sterik (ruang). Efek
sterik yang paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat dengan atom
penyumbang.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
4. 2 Reaksi
4.2.2Reaksi MgCl2 dengan indikator EBT
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Adapun prinsip kerja dalam penentuan kadar Ca secara kompleksometri yaitu berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan indikator
tertentu. Titik akhir titrasi ditujukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan, yaitu merah
anggur menjadi biru.
- EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam
larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan diberi
indikator ini adalah karena indikator tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan, sehingga
titik akhir titrasinya pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA.
- Metode yang dapat dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA, yaitu titrasi langsung
dengan EDTA untuk kesadahan total air, kalsium, dan magnesium, titrasi kembali untuk reduksi
antara kation dengan EDTA, titrasi penggantian bila tidak ada indikator yang sesuai, dan titrasi
tidak langsung untuk penentuan sulfat dengan mengendapkannya sebagai BaSO4.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan penentuan kalsium secara kompleksometri tidak hanya diajarkan
metode titrasi langsung saja, tetapi juga metode titrasi kembali, titrasi penggantian dan penentuan
tidak langsung. Sehingga hasilnya lebih beragam dan dapat dibandingkan.
8 comments:
1.
(y)
Reply
Replies
1.
trimakasih...
2.
sama
Reply
2.
Reply
Replies
1.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta
2.
Reply
3.
Reply
4.
mau nanya mbak itu dapet reaksi reaksi nya boleh tau dari buku apa ya?
Reply
Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me
Followers
Ita Trie Wahyuni
Total Pageviews
2,034,480
Translate
Entri Populer
Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat Cair
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekentalan adalah sifat dari suatu
zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan ...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biasanya zat murni telah tercemar
dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang b...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum untuk mendeteksi adanya
kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan meng...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu
basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang ber...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dari reaksi-reaksi matematis
yang tidak disertai perubahan valensi adalah reaksi...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua proses kimia berlangsung
dalam larutan sehingga penting untukmemahami sif...
Blog Archive
► 2014 (4)
► 2013 (21)
▼ 2012 (52)
o ▼ October (37)
Laporan Kimia Dasar II Redoks
Laporan Kimia Dasar II Pembuatan dan Sifat Koloid
Laporan Kimia Dasar II Elektrolisis
Laporan Kimia Dasar II Adisi Substitusi
Laporan Kimia Dasar II Ikatan Peptida
Laporan Kimia Dasar II Aldehida dan Keton
Laporan Kimia Dasar II Asidi Alkalimetri
Laporan Kimia Dasar I Sifat Sifat unsur
Laporan Kimia Dasar I Laju Reaksi
Laporan Kimia Dasar I Stoikiometri
Laporan Kimia Dasar I Kromatografi
Laporan Kimia Dasar I Pemisahan dan Pemurnian
Laporan Kimia Daasar I Pembuatan Larutan
Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis
Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat
Laporan Mikrobiologi Most Probable Number
Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan
Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni
Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasa...
Laporan Mikrobiologi Media Pertumbuhan Mikroba
Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi
Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat Cair
Laporan Kimia Fisika Kelarutan Timbal Balik
Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan
Laporan Kimia Fisika Hukum Hess
Laporan Kimia Fisika Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu...
Laporan Kimia Fisika Ikatan Hidrogen
Laporan Kimia Fisika Kalorimeter
Laporan Kimia Analitik AAS Spektrofotometri Serapa...
Laporan Kimia Analitik Spektrofotometri
Laporan Kimia Analitik Permanganometri
Laporan Kimia Analitik Kompleksometri
Laporan Kimia Analitik Golongan 3, 4 dan 5
Laporan Kimia Analitik Golongan I dan II
Lagu Mars Teknik Kimia Mulawarman
Lagu Hymne Teknik Kimia Mulawarman
o ► September (1)
o ► August (2)
o ► June (12)
► 2011 (1)
Label
Bunga Eledweis
Download file Laporan Kimia Fisika
Download file Laporan Mikrobiologi
english
Gunung Bromo
Hamster
Hasil Karya Ku
HMTK UNMUL
Karangan bebas
kata-kata mutiara
kutipan
Laporan Kimia Analitik
Laporan Kimia Dasar I
Laporan Kimia Dasar II
Laporan Kimia Fisika
laporan Mikrobiologi
Magang di Lab. Bioteknologi Kehutanan
perahu kertas
puisi
Sekilas Tulisan
BAB 1
PENDAHULUAN
EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan kadar dari logam
Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan kompleks antara logam
tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan kedalam larutan ZnSO4 yang telah
ditambahkan buffer menghasilkan ZnEBT yang berwarna merah anggur. Raeaksi dengan EDTA
yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke biru.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya
asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua
atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui penetuan
kalsium secara kompleksometri pada sebuah sampel.
1.2 Tujuan
- Mengetahui prinsip kerja penentuan kadar Ca dalam sampel secara komplesometri
- Mengetahui fungsi penambahan EBT
- Mengetahui metode-metode dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendekteksian visual dari titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik
akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-
indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak karena disosiasi tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil
dibanding kompleks logam. EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir titrasi, EDTA
memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam EDTA harus
tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam
harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,
terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir,
penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan
indikator erichrn indikatome balck T. Pada pH tinggi 12 Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan
bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen
secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam
logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni,
sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena
adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan
menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).
2.3 Selektivitas Titrasi Kompleksometri
Karenanya banyaknya logam yang dapat dititrasi dengan EDTA, maka masalah selektivitas
menjadi masalah penting untuk dikaji. Tampaknya pemisahan pendahulu seperti pemisahan
berdasarkan penukar anion atau ekstraksi pelarut perlu dilakukan terhadap suatu campuran.
Selektivitas dapat diperbaiki dengan mengendalikan pH pemakaian pengompleks sekunder,
pemilihan penitrannya dan pengendalian laju reaksi. Kompleks yang stabil biasanya terbentuk
3+ 4+ 3+
pada pH rendah seperti Fe (pH=2,0), Al , Zr , B , semua titrasi pada pH rendah untuk
menghindarkan hidrolisis. Zn, Cd, dan Pb dititrasi pada pH=5,0. Pada titrasi Ca, untuk
menghindarkan interferensi dari Zn dan Cd, ion-ion ini dimasking dengan KCN. Misalkan saja Ca,
Mg dapat di titrasipada pH=10,0 dengan penambahan nitril glikolat, yang akan membebaskan Zn,
Cd dari kompleks EDTA. Bal atau 2,3 dimerkaptopropanol dapat digunakan sebagai elemen
masking melalui pembentukan sulfida yang tidak larut. EDTA dapat digunakan untuk menitrasi
Ca dalam campuran Mg dengan mempergunakan indikator murexide. Campuran Cd, Zn dapat
dititrasi dengan EDTA dengan menggunakan buffer NH3-NH4Cl, karena Cl (NH3)2 kurang stabil
dibandingkan Zn (NH3)2 sehingga EDTA hanya menitrasi Cd.
2.4 Kestabilan Kompleks
Kestabialn suatu kompleks jalan akan berhubungan dengan (a) kemampuan mengompleks
dari ion logam yang terlihat, dan (b) dengan ciri khas ligan itu, yang penting untuk memeriksa
faktor-faktor ini dengan singkat:
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam digambarkan dengan baik menurut klasifikasi
Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam lewis
kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan afinitas terhadap halogen, dan
membentuk kompleks yang paling stabil dengan anggota pertama grup table berkala. Kelas
B lebih mudah berkoordinasi dengan I - daripada dengan f dalam larutan air dan membentuk
kompleks terstabil dengan atom penyumbang kedua dari masing-masing grup itu yakni N,
O, F, Cl, C, danP.Konsep asam basa keras dan lunak adalah berguna dalam menandai ciri-ciri
perilaku penerima pasangan electron kelas A dan kelas B.
b. Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks diman aligan itu terlibat, adalah (i)
kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan, jika ada, (iii) efek-efek sterik (ruang). Efek
sterik yang paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat dengan atom
penyumbang.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 2 Reaksi
4.2.2Reaksi MgCl2 dengan indikator EBT
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Adapun prinsip kerja dalam penentuan kadar Ca secara kompleksometri yaitu berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan indikator
tertentu. Titik akhir titrasi ditujukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan, yaitu merah
anggur menjadi biru.
- EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam
larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan diberi
indikator ini adalah karena indikator tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan, sehingga
titik akhir titrasinya pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA.
- Metode yang dapat dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA, yaitu titrasi langsung
dengan EDTA untuk kesadahan total air, kalsium, dan magnesium, titrasi kembali untuk reduksi
antara kation dengan EDTA, titrasi penggantian bila tidak ada indikator yang sesuai, dan titrasi
tidak langsung untuk penentuan sulfat dengan mengendapkannya sebagai BaSO4.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan penentuan kalsium secara kompleksometri tidak hanya diajarkan
metode titrasi langsung saja, tetapi juga metode titrasi kembali, titrasi penggantian dan penentuan
tidak langsung. Sehingga hasilnya lebih beragam dan dapat dibandingkan.
8 comments:
1.
(y)
Reply
Replies
1.
trimakasih...
2.
sama
Reply
2.
Reply
Replies
1.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta
2.
Reply
3.
Reply
4.
mau nanya mbak itu dapet reaksi reaksi nya boleh tau dari buku apa ya?
Reply
Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me
Followers
Ita Trie Wahyuni
Total Pageviews
2,034,480
Translate
Entri Populer
Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat Cair
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekentalan adalah sifat dari suatu
zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan ...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biasanya zat murni telah tercemar
dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang b...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum untuk mendeteksi adanya
kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan meng...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu
basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang ber...
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dari reaksi-reaksi matematis
yang tidak disertai perubahan valensi adalah reaksi...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua proses kimia berlangsung
dalam larutan sehingga penting untukmemahami sif...
Blog Archive
► 2014 (4)
► 2013 (21)
▼ 2012 (52)
o ▼ October (37)
Laporan Kimia Dasar II Redoks
Laporan Kimia Dasar II Pembuatan dan Sifat Koloid
Laporan Kimia Dasar II Elektrolisis
Laporan Kimia Dasar II Adisi Substitusi
Laporan Kimia Dasar II Ikatan Peptida
Laporan Kimia Dasar II Aldehida dan Keton
Laporan Kimia Dasar II Asidi Alkalimetri
Laporan Kimia Dasar I Sifat Sifat unsur
Laporan Kimia Dasar I Laju Reaksi
Laporan Kimia Dasar I Stoikiometri
Laporan Kimia Dasar I Kromatografi
Laporan Kimia Dasar I Pemisahan dan Pemurnian
Laporan Kimia Daasar I Pembuatan Larutan
Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis
Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat
Laporan Mikrobiologi Most Probable Number
Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan
Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni
Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasa...
Laporan Mikrobiologi Media Pertumbuhan Mikroba
Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi
Laporan Kimia Fisika Viskositas Zat Cair
Laporan Kimia Fisika Kelarutan Timbal Balik
Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan
Laporan Kimia Fisika Hukum Hess
Laporan Kimia Fisika Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu...
Laporan Kimia Fisika Ikatan Hidrogen
Laporan Kimia Fisika Kalorimeter
Laporan Kimia Analitik AAS Spektrofotometri Serapa...
Laporan Kimia Analitik Spektrofotometri
Laporan Kimia Analitik Permanganometri
Laporan Kimia Analitik Kompleksometri
Laporan Kimia Analitik Golongan 3, 4 dan 5
Laporan Kimia Analitik Golongan I dan II
Lagu Mars Teknik Kimia Mulawarman
Lagu Hymne Teknik Kimia Mulawarman
o ► September (1)
o ► August (2)
o ► June (12)
► 2011 (1)
Label
Bunga Eledweis
Download file Laporan Kimia Fisika
Download file Laporan Mikrobiologi
english
Gunung Bromo
Hamster
Hasil Karya Ku
HMTK UNMUL
Karangan bebas
kata-kata mutiara
kutipan
Laporan Kimia Analitik
Laporan Kimia Dasar I
Laporan Kimia Dasar II
Laporan Kimia Fisika
laporan Mikrobiologi
Magang di Lab. Bioteknologi Kehutanan
perahu kertas
puisi
Sekilas Tulisan
Jun
3
Kelas
TPS 1
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN V
KOMPLEKSOMETRI
Nama Praktikum NIM Tanggal Tanda Tangan
Kumpul Praktikum Instruktur
1. SISWANTO 201511009 19 APRIL
2. SITI HAFIZA 201511024 2016
3. LODI 201511032
DESVILDO
BAHAN
1. Garam EDTA 0,1 M
2. CaCO3 0,1 M
3. Ind EBT
4. Buffer pH 10
5. Aquades
V. DATA PENGAMATAN
NO Uraian Hasil
1 Volume CaCO3 25 ml
2 Larutan buffer pH 10 1 ml
3 Larutan Indikator EBT 1 sendok batang pengaduk
4 Volume titrasi 1. 29,77 ml
2. 29,13 ml
5 Perubahan Warna Merah anggur ke biru
NO Uraian Hasil
1 Volume air 25 ml
2 Larutan buffer pH 10 1 ml
3 Larutan Indikator EBT 1 sendok batang pengaduk
4 Volume titrasi 1. 27,13 ml
2. 27,05 ml
5 Perubahan Warna Merah muda ke biru
VI. PERHITUNGAN
N=
PERTANYAAN
1. Kenapa titrasi dilakukan pada pH 10? Apa fungsi buffer? Kenapa tidak ditambah asam saja.
Terangkan dengan jelas
Jawab: Pengaruh pH, jika :
Terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH, dimana jika H+ yang
dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan
pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang
terlalu asam.
Buffer berfungsi untuk mengendalikan pH agar stabil atau tidak berubah-ubah
2. Kenapa konsentrasi dalam titrasi kompleksometri menggunakan EDTA dalam satuan molar
(M) bukan normal (N)? Jb:
o Molaritas (M)
adalah banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
mol adalah berat zat dibagi Mr or BM
Larutan NaOH 1 M , dibuat dg cara melarutkan 1 mol
NaOH ( 1x BM NaOH) menjadi satu liter Larutan.
o Normalitas (N)
adalah banyaknya ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan
ekivalen adalah berat zat dibagi BE or berat ekivalen
Larutan NaOH 1 N , dibuat dg cara melarutkan 1 ek
NaOH (1x BE NaOH) menjadi satu liter larutan
3. Apa akibatnya, kalau air yang digunakan dalam berbagai kebutuhan berikut, kesadahanya
tinggi. Terangkan
a. Air minum
b. Air untuk mencuci
c. Air untuk industri
d. Air untuk keperluan laboratorium
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan
sabun. Pada air yang memiliki kadar kesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Hal sebaliknya terjadi pada air yang memiliki kadar kesadahan tinggi.
Air dengan kesadahan tinggi sulit, bahkan tidak akan dapat membentuk busa jika ia dicampur
dengan sabun. Selain itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam kaitannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+, Fe2+
dan semua kation yang bermuatan dua. Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida,
dan hidrogen-karbonat. Kesadahan air alam biasanya disebabkan oleh garam karbonat atau garam
asamnya. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh limbah industri maupun terjadi secara alami
karena susunan geologi tanah di sekitar sumber air. Misalnya, air yang kesadahannya tinggi
biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang mengandung kapur. Misalnya, pada sungai yang
mengalir melalui daerah yang mengandung gips CaSO4, akan terkandung garam itu pula. Garam
CaCl2 yang digunakan untuk melawan debu di jalan juga dapat terbawa ke sungai dan
meningkatkan kesadahannya.
Kesadahan tidak menguntungkan. Air yang dianggap bermutu tinggi memiliki kesadahan yang
rendah. Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga daya kerja
aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter akan mengikuti lingkungannya
dimana akan terbentuk senyawa aluminium yang sukar mengendap. Apabila kesadahan terlalu
rendah, secara simultan alkalinitas juga cenderung rendah. Ini akan mengganggu penyusunan
ikatan antara koloida dengan aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap melayang dan
sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga sukar
mengendap. Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian menggunakan
sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi terlebih dahulu
dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi
menurunkan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan
sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat
yang dicuci sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air.
D. DAMPAK AIR SADAH BAGI LINGKUNGAN
Adanya kesadahan air dapat menimbulkan dampak positif, namun apabila tingkat kesadahannya
tinggi maka dapat menyebabkan berbagai dampak negatif (Purba, 2002) yaitu.
1. Dampak Positif
Dampak positif dari adanya kesadahan dalam air adalah:
• Menyediakan kalsium yang diperlukan tubuh, misalnya untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
• Mempunyai rasa yang lebih baik dari air lunak.
• Senyawa timbal (dari pipa air) lebih sukar larut dalam air sadah (timbal merupakan racun bagi
tubuh) sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh logam berat ini dapat diminimalkan.
2. Dampak Negatif
Selain keuntungan-keuntungan diatas, kesadahan air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
beberapa dampak negatif
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara
ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergen sabun hilang. Bila sabun
digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion
kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan
tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi
gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci
sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air. Gumpalan-gumpalan ini juga
membentuk scum yang meninggalkan noda pada pakaian, sehingga pakaian menjadi kusam.
Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-+ (salah satu ion alkaliniti) mengakibatkan terbentuknya kerak
pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsiumkarbonat CaCO3. Kerak ini akan
mengurangi penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel, serta mengurangi
daya koagulasi yang melalui dalam pipa dengan menurunnya turbulensi.
Sebagai kation kesadahan, Ca2+ selalu berhubungan dengan anion yang terlarut khususnya anion
alkaliniti : CO32- , HCO3- dan OH-. Ion Ca2+ dapat bereaksi dengan HCO3- membentuk garam
yang terlarut tanpa terjadi kejenuhan. Sebaliknya reaksi dengan CO32- akan membentuk garam
karbonat yang larut sampai batas kejenuhan di mana titik jenuh berubah dengan nilai pH. Bila
ti¬tik jenuh dilampaui, terjadi endapan garam kalsium karbonat CaCO3 dan membuat kerak yang
terlihat pada dinding pipa atau dasar ketel. Namun, pada proses pelunakan ini keadaan harus dibuat
sehingga sedikit jenuh, karena dalam keadaan tidak jenuh terjadi reaksi yang mengakibatkan karat
terhadap pipa. Kerak yang tipis akibat keadaan sedikit jenuh itu justru melindungi dinding dari
kontak dengan air yang tidak jenuh (agresif). Ion Mg2+ akan bereaksi dengan OH- membentuk
garam yang terlarut sampai batas kejenuhan dan mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan
dilampaui.
Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik. Politeknik Kampar. Hal 17-21.
Add a comment
sang pemimpi
Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide
1.
Jun
10
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN II
ANALISIS GRAVIMETRI
POLITEKNIK KAMPAR
2016
I. TUJUAN
1. Menentukan kadar (Fe) dalam garam besi (II).
2. Menentukan konsentrasi besi dalam sampel secara gravimetri.
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi
setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil
reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan
tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengandap P
umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai pengendapan yang sempurna (Ibnu,
2004: 135).
aA+pP→AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi
setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil
reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan
tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengandap P
umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai pengendapan yang sempurna .
Garam Besi (II) dapat diendapkan menjadi endapan Besi (II) Hidroksida yang
berwarna hitam kehijauan. Akan tetapi, besi ini kurang mantap karena mudah
teroksidasi menjadi Besi (III). Oleh karena itu, Besi harus diendapkan sebagai Besi
(III) Hidroksida. Sebelum pengendapan, dilakukan pengoksidasian menjadi Besi (III)
yang mantap dengan Asam Nitrat, Air Brom maupun Hidrogen Peroksida. Garam Besi
(III) kemudian diendapkan dengan Ammonia membentuk endapan selai Besi (III)
Hidroksida yang berwarna cokelat yang setelah dipijarkan menjadi Besi (III) Oksida.
VI. PERHITUNGAN
Massa endapan = W1 – W0
= 0,80 – 0,78
= 0.02 gr
= 0,80 X
= 0,559 gr
% fe =
=
=17,50%
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu.Pada percobaan kali ini yaitu menetukan kadar besi dalam garam besi
dan menentukan konsentrasi besi dalam sampel gravimetri Besi sangat mudah
dioksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di udara mengoksidasi endapan besi
( II ) hidroksida menjadi besi ( III ) hidroksida. Warna endapan yang menjadi gelap
berasal dari efek yang sama. Amoinia dapat berperan sebagai basa atau ligan. Pada
percobaan ini, amonia berperan sebagai basa, menghilangkan ion hodrogen. Kejadian
yang sama terjadi ketika menambahkan larutan natrium hidroksida. Natrium kembali
berubah warna yang menunjukkan kompleks Fe ( II ) hidroksida teroksidasi oleh udara
menjadi Fe(III) hidroksida. Jika menambahkan larutan natrium karbonat ke larutan yang
mengandung heksaaquobesi (III), dengan pasti akan diperoleh endapan seperti jika
ditambahkan larutan natrium hidroksida atau amonium hidroksida. Saat ini, ion
karbonat yang menghilangkan ion hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan
kompleks netral.
langkah awal yaitu melarutkan larutan contoh kedalam gelas piala dan
ditambahkan 10 tetes HNO3 , Penambahan HNO3 berfungsi untuk mengoksidasi Fe2+
menjadi Fe3+,dan kemudian di uji menggunakan amonia berfungsi untuk mengetahui
apakah larutan sudah teroksisadi dengan sempurna ,kemudian diencerkan dengan air
suling kemudian di panaskan lagi sampai mendidih dan diuji lagi dengan amonia jika
pada saat di teteskan amonia tidak terbentuk endapan baru berarti pengendapan sudah
sempurna.setelah ituendapkan selama 30 menit dan kemudian disaring dan kertas saring
dan endapan dimasukkan kedalam oven.
PERTANYAAN
8.2 Saran
Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik. Politeknik Kampar. Hal 5-7.
https://kusnandini.wordpress.com/2011/05/02/penetapan-kadar-besi-fe-secara-gravimetri/
Posted 10th June 2016 by Sis Wanto
Add a comment
2.
Jun
10
Kelas
TPS 1
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN VII
PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT SECARA ULTRAVIOLET
SPEKTROPHOTOMETER
POLITEKNIK KAMPAR
2016
I. TUJUAN
Seiring dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia, telah terjadi
peningkatan produksi minuman ringan yang beredar di masyarakat. Pada minuman ringan
sering ditambahkan bahan tambahan makanan, salah satunya adalah pengawet sintetik.
Penggunaan bahan pengawet sintetik tersebut harus diperhatikan kadarnya karena apabila
konsumsinya berlebih dapat membahayakan kesehatan(Jacobson, 2000).
Asam benzoat merupakan salah satu pengawet sintetik yang bekerja efektif pada pH 2,5-
4,0 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman yang bersifat asam. Bentuk
garam dari asam benzoat yang banyak digunakan adalah natrium benzoat. Benzoat dan
turunannya dapat menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang. Natrium benzoat
bekerja efektif pada pH 2,5-4 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman
yang bersifat asam (Winarno, 1980)
(Anonim, 1995)
3.1 Alat
1. Spektrophometer VIS
2. Labu takar 50 ml (6 buah)
3. Batang pengaduk
4. Pipet mohr 25 ml
5. Bulb
6. Pipet tetes
7. Kaca arloji
8. Spatula
3.2 Bahan
1. Asam benzoat
2. Heksana
3. Larutan contoh
V. DATA PENGAMATAN
No Uraian Hasil
1 Asam benzoat 10 mg 0,01 gr
2 Larutan asam benzoat 2 ml
3 Larutan asam benzoat 10 ml
4 Larutan asam benzoat 15 ml
5 Larutan asam benzoat 20 ml
6 Harga Absorbansinya Gelombang 272 nm
NO Konsentrasi Absorbansi
1 0 0,810
2 2 0,809
3 10 0,807
4 15 0,804
5 20 0,803
6 Larutan contoh 0,801
VI. PERHITUNGAN
2. % contoh
Diketahui :
Slope = 0,690
Ml contoh = 5 ml
Jawab:
% contoh =
% contoh = = 92,86 %
Pertanyaan
1. Berapa ppm konsentrasi asam benzoat dalam contoh?
2. Bagaimana hubungan antara absorbance dengan transmitance (T0 terhadap
konsentrasi contoh?
3. Jelaskan apakah diperlukan koreksi dari larutan blanko terhadap pengukuran
absorbance?
Jawab :
Asam benzoat merupakan salah satu pengawet sintetik yang bekerja efektif pada pH
2,5 - 4,0 sehingga banyak digunakan pada makanan dan minuman yang bersifat asam.
Kandungan asam benzoat dalam minuman ringan berkarbonasi masih dibawah batasan
maksimal penggunaan asam benzoat yang ditetapkan.
Pembuatan larutan standar asam benzoat 200 ppm mula-mula ditimbang asam benzoat
sebanyak 10 mg, dimasukkan ke labu takar 50 ml dan dilarutkan dengan heksana sampai
tanda tera dan dihomegenkan, lakukan diruang asam. Penambahan heksana bertujuan
untuk melarutkan asam benzoat.
Data hubungan antara konsentrasi dan absorbansi dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.
Dari hasi pengamatan masing-masing harga Absorbance (A) yang diperoleh dari
pengukuran dengan spektrophotometer adalah larutan Asam benzoat 2 ml 0,809, larutan
Asam benzoat 10 ml 0,807, larutan Asam benzoat 15 ml 0,804, larutan Asam benzoat 20
ml 0,803, dan larutan contoh 0,801 dengan harga absorbansinya pada panjang gelombang
272 nm.
8.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah
1. masing harga Absorbance (A) yang diperoleh dari pengukuran dengan
spektrophotometer adalah larutan Asam benzoat 2 ml 0,809, larutan Asam benzoat
10 ml 0,807, larutan Asam benzoat 15 ml 0,804, larutan Asam benzoat 20 ml 0,803,
dan larutan contoh 0,801 dengan harga absorbansinya pada panjang gelombang 272
nm.
2. Minuman dengan merk tertentu mengandung asam benzoat yang berbeda.
3. Kadar asam benzoat yang terdapat dalam larutan contoh adalah 92,86 %.
8.2 Saran
2. Praktikan harus berhati-hati dalam proses praktikum agar tidak merusak alat dan bahan-
bahan yang berbahaya tidak mengenai kulit.
Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik. Politeknik Kampar. Hal
26-27.
https://www.google.co.id/url?=http://skripsieceran.blogspot.com./2014/09/skripsi-
farmasipenetapan-kadar-asam_16.html
0
Add a comment
3.
Jun
10
Kelas
TPS 1
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN VI
KONDUKTOMETRI
Nama Praktikum NIM Tanggal Tanda Tangan
Kumpul Praktikum Instruktur
1. SISWANTO 201511009 20 APRIL
2. SITI HAFIZA 201511024 2016
3. LODI 201511032
DESVILDO
POLITEKNIK KAMPAR
2016
I. TUJUAN
Menurut hukum Ohm I = E/R; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam
volt, R = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak
terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL.
Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus
pada luas permukaan elektroda Titrasi konduktometri merupakan metode analisa
kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam
konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun
titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi
(Muizliana, 2010).
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaski titrasi jika perbedaan
antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel
harus diketahui. Berarti selama pengukuran berturut-turut jarak elektroda harus tetap.
Hantaran sebanding dengan kosentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran
akan menyebabkan hantaran nya tidak berfungsi secara linier lagi dengan konsentrasi.
(Khopkar, 1990).
Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi
cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi
ionic terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, dimana perubahan hantaran
sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan besarnya konduktasi total
(Khopkar, 2008).
a. titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat ditentukan
dengan daya hantar dari larutan tersebut.
d. Lebih praktis
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan meleleh.
Menurut Scribd (2010), Besarnya daya hantar bergantung pada beberapa faktor, antara
lain:
3. Mobilitas ion
4. Media/pelarutnya
5. Suhu
7. Jarak elektroda
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Hot plate
2. Buret
3. Gelas piala 500 ml
4. Gelas piala 100 ml
5. Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
6. Kaca arloji
7. Statif+klem
8. Elektroda
9. Batang pengaduk
10. Pipet volum 100 ml
11. Pipet mohr 25 ml
12. Magnetik stirrer
13. Bulb
14. Botol semprot
15. Labu takar 250 ml
16. Labu takar 100 ml
17. Corong
3.2 Bahan
1. Tablet aspirin.
2. Larutan natrium asetat 0,01 M
3. Larutan Asam klorida (HCl) 0,01 M
4. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,01 M
5. Etanol (CH3CH2OH)
6. Aquades (H2O)
2. Pengaduk magnet stirer dimasukkan didalam sebuah bejana besar berisi air, kemudian
bejana titrasi berisi sel hantaran ditempatkan didalamnya, diatas pengaduk magnet.
3. Larutan Natrium asetat 0,01 M dimasukkan di dalam sel sebanyak 50 ml, dimasukkan
larutan HCl kedalam buret. Buret ditempatkan kira-kira 1 cm diatas permukaan larutan
natrium asetat.
2. Setelah ditimbang, dimasukkan didalam labu takar 250 ml dan diencerkan dengan aquades
kira-kira setengah badan labu takar, kemudian diaduk.
3. Larutan etanol ditambahkan sebanyak 30 ml dan diaduk sampai homogen dan ditera
dengan aquades.
5. Larutan aspirin ditirasi dengan larutan NaOH 0,01 M serta diukur konduktansinya.
Dilakukan duplo.
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Penentuan Natrium asetat dengan HCl 0,01 M.
No Uraian Hasil
1. Penimbangan Natrium Asetat 0,01 M 0,0830 ml
2. Volume natrium Asetat 0,01 M 50 ml
3. HCl 0,01N dilarutkan 25 ml
No Uraian Hasil
1. Penimbangan Aspirin tablet 0,964 gram
2. Penimbangan Aspirin bubuk 0,69 gram
3. Pembuatan larutan Aspirin 70 ml
4. Penambahan Etanol 30 ml
5. Penambahan indikator pp 3 tetes
6. Volume titrasi 1. 4,7 ml
2. 4,5ml
VI. PERHITUNGAN
Diketahui :
2. HCL 0,01 M
Diketahui :
Mr HCL = 36,5
M = 0,01 M
Jawab :
V1×C1=V2×C2
V1×0,1=250×0,01
V1=2,5/0,1= 25 ml
3. NaOH 0,01 M
Diketahui :
Mr NaOH = 40
ek = 1 M = 0,01
jawab:
Jawab :
3. Konduktansi pada penetapan Natrium asetat dengan HCl 0,01 M mengalami penurunan.
8.2 Saran
2. Sebelum memulai praktikum, praktikan harus memahami prosedur kerja terlebih dahulu.
http://choalialmu89.blogspot.in/2010/10/percobaan-5-konduktometri.html
Posted 10th June 2016 by Sis Wanto
Add a comment
4.
Jun
Kelas
TPS 1
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN V
KOMPLEKSOMETRI
POLITEKNIK KAMPAR
2016
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini Adalah:
Mahasiswa dapat menentukan kadar ion Ca2+, Mg2+, Ni2+ secara kompleksometri
menggunakan larutan standar garam EDTA dan aplikasinya.
Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan valensi adalah reaksi
pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang berdasarkan reaksi komlpeks disebut
kompleksometri. Kompleksometri disebut juga dengan kelatometri. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil
berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion pusat
dalam apa yang disebut bulatan koordinasi , yang masing-masingnya dapat dihuni satu
ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu
kompleks dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat
berada dipusat suatu bujursangkar dan keempat ion menempati keempat sudut
bujursangkar ini adalah juga umum.
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2O
membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang
yeng tersedia sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat (seperti ion
dipiridil), tridentat dan juga tetradentat dikenal orang. Kompleks yang terdiri dari ligan-
ligan polidentat sering disebut sepit (Chelate). Nama ini berasal dari kata Yunani untuk
sepit kepiting, yang menggigit suatu objekseperti ligan-ligan polidentat itu ‘menangkap’
ion pusatnya. Pembentukan kompleks sepit dipakai secara ekstensif dalam analisis kimia
kuantitatif (titrasi kompleksometri).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukkan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.
Selain titrasi komples biasa seperti diatas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal
sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang
terikat pada ion pusat, disebut ligan dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan:
(Khopkar, 2002).
Ini dikenal juga dengan nama Versen, Complexan III, Sequesterene, Nullapon,
Trilon B, Idranat III dan sebagainya, strukturnya:
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai
tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan
pada pendekteksian visual dari titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga
sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan
akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya
selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup,
kalau tidak karena disosiasi tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam. EDTA untuk
menjamin agar pada titik akhir titrasi, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-
indikator logam ke kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah
diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga
perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca
dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator
erichrn indikatome balck T. Pada pH tinggi 12 Mg(OH)2akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks
yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam
air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam
melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air,
sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan
kadmium (Harjadi, 1993).
Karenanya banyaknya logam yang dapat dititrasi dengan EDTA, maka masalah
selektivitas menjadi masalah penting untuk dikaji. Tampaknya pemisahan pendahulu
seperti pemisahan berdasarkan penukar anion atau ekstraksi pelarut perlu dilakukan
terhadap suatu campuran. Selektivitas dapat diperbaiki dengan mengendalikan pH
pemakaian pengompleks sekunder, pemilihan penitrannya dan pengendalian laju reaksi.
Kompleks yang stabil biasanya terbentuk pada pH rendah seperti Fe (pH=2,0), Al 3+, Zr4+,
B 3+, semua titrasi pada pH rendah untuk menghindarkan hidrolisis. Zn, Cd, dan Pb
dititrasi pada pH=5,0. Pada titrasi Ca, untuk menghindarkan interferensi dari Zn dan Cd,
ion-ion ini dimasking dengan KCN. Misalkan saja Ca, Mg dapat di titrasipada pH=10,0
dengan penambahan nitril glikolat, yang akan membebaskan Zn, Cd dari kompleks EDTA.
Bal atau 2,3 dimerkaptopropanol dapat digunakan sebagai elemen masking melalui
pembentukan sulfida yang tidak larut. EDTA dapat digunakan untuk menitrasi Ca dalam
campuran Mg dengan mempergunakan indikator murexide. Campuran Cd, Zn dapat
dititrasi dengan EDTA dengan menggunakan buffer NH3-NH4Cl, karena Cl (NH3)2
kurang stabil dibandingkan Zn (NH3)2 sehingga EDTA hanya menitrasi Cd.
b. Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks diman aligan itu terlibat,
adalah (i) kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan, jika ada, (iii) efek-efek
sterik (ruang). Efek sterik yang paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar
yang melekat dengan atom penyumbang.
ALAT
1. Buret
2. Statif+klem
3. Pipet volum 10 ml
4. Pipet volum 25 ml
5. Pipet tetes
6. Gelas piala 100 ml
7. Botol semprot
8. Labu takar 100 ml (2 buah)
9. Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
10. Kaca arloji
11. Labu takar 100 ml (2 buah)
12. Batang pengaduk
13. Spatula
14. Bulb
15. Botol semprot
16. Corong
BAHAN
1. Garam EDTA 0,1 M
2. CaCO3 0,1 M
3. Ind EBT
4. Buffer pH 10
5. Aquades
V. DATA PENGAMATAN
NO Uraian Hasil
1 Volume CaCO3 25 ml
2 Larutan buffer pH 10 1 ml
3 Larutan Indikator EBT 1 sendok batang pengaduk
4 Volume titrasi 1. 29,77 ml
2. 29,13 ml
5 Perubahan Warna Merah anggur ke biru
NO Uraian Hasil
1 Volume air 25 ml
2 Larutan buffer pH 10 1 ml
3 Larutan Indikator EBT 1 sendok batang pengaduk
4 Volume titrasi 1. 27,13 ml
2. 27,05 ml
5 Perubahan Warna Merah muda ke biru
VI. PERHITUNGAN
Ca = 40
C = 12
O = 16 3
Mr CaCO3 = 100
N=
- EDTA 0,1 M (C10H16N2O8) Mr EDTA= 292
PERTANYAAN
1. Kenapa titrasi dilakukan pada pH 10? Apa fungsi buffer? Kenapa tidak
ditambah asam saja. Terangkan dengan jelas
Jawab: Pengaruh pH, jika :
Terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH,
dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat
terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser
ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.
Buffer berfungsi untuk mengendalikan pH agar stabil atau tidak berubah-ubah
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga
oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Ion-ion ini terdapat
dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen-karbonat. Kesadahan air
alam biasanya disebabkan oleh garam karbonat atau garam asamnya.
Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh limbah industri maupun terjadi
secara alami karena susunan geologi tanah di sekitar sumber air. Misalnya, air
yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang
mengandung kapur. Misalnya, pada sungai yang mengalir melalui daerah yang
mengandung gips CaSO4, akan terkandung garam itu pula. Garam CaCl2 yang
digunakan untuk melawan debu di jalan juga dapat terbawa ke sungai dan
meningkatkan kesadahannya.
8.1 Kesimpulan
2. EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator berwarna merah muda bila berada
dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1.
3. Metode yang dapat dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA, yaitu titrasi
langsung dengan EDTA untuk kesadahan total air dan kalsium.
4. .
1.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pratikan adalah :
1. Sebaiknya pada percobaan penentuan kalsium secara kompleksometri tidak hanya
diajarkan metode titrasi langsung saja, tetapi juga metode titrasi kembali, titrasi
penggantian dan penentuan tidak langsung, sehingga hasilnya dapat dibandingkan.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik. Politeknik Kampar. Hal 17-21.
Add a comment
5.
Jun
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN IV
ANALISIS PERMANGANOMETRI
POLITEKNIK KAMPAR
2016
I. TUJUAN
Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali
dari mangan oksida. Lagi pula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat
pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan
dioksida.
MnO4- + 3e → MnO42-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-
jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis
dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat
sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu
menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup
untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat yang
dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan zat yang dapat
memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang dalam reaksi
mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi zat lain, zat yang
menangkap elaktron dari zat lain (Keenan, 1986).
Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah
dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan
oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi
berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen
sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya
oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan dengan
perubahan bilangan oksidasinya (Underwood,1998).
3. Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:
a) KMnO4
b) K2CrO7
c) Ce (IV)
Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak
pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang
disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya dapat
diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O4, As2O3 dan
sebagainya.
Kebanyakan titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu ada
beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan organik. Daya
oksidasi MnO4-lebih kecil sehingga letak keseimbang kurang menguntungkan. Untuk
menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di tambahkan Ba2+, yang dapat
mngendapkan ion MnO42- sebagai BaMnO4. Selain menggeser kesetimbangan ke kanan
pengendapan ini juga mencegah reduksi MnO42- ini lebih lanjut (Harjadi, 1993).
tetes lagi MnO4-. MnO4- kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil
reduksi MnO2 yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain yang
menggunakan MnO4-meliputi penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah mengendap
sebagai oksalat). Pada kimia organik MnO4-digunakan untuk mengoksidasi alkohol dan
hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2, digunakan pada sel kering, pada kaca
dan lapisan keramik, dan sebagai katalis (Petrucci, 1999).
Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman
anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan
kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganometri.
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Magnetik stirrer
2. Hot plate
3. Buret
4. Statif+klem
5. Gelas piala 100 ml
6. Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
7. Kaca arloji
8. Labu takar 100 ml (2 buah)
9. Batang pengaduk
10. Pipet tetes
11. Spatula
12. Pipet volum 25 ml
13. Bulb
14. Botol semprot
15. Corong
BAHAN
1. Kristal kalium permangat (KmnO4) 0,1 N
2. Asam Oksalat (H2C2O4)
3. Aquades
4. H2SO4 4 N
4. Setelah larutan asam oksalat dipanaskan segera dititrasi dengan larutan KmnO4 sampai
timbul warna merah muda.
5. Lakukan duplo
V. DATA PENGAMATAN
NO Uraian Hasil
1 Penimbangan asam oksalat 0,63 gram
2 Penimbangan KmnO4 0,316 gram
3 Larutan asam oksalat 25 ml
4 Volume H2SO4 4 N 25 ml
5 Suhu 700C
6 Volume aquades 100 ml
7 Volume titrasi 1. 25,47 ml
2. 24,95 ml
VI. PERHITUNGAN
N =
N = = = 18,2 N
v1 = = 5,49 ml
c. Menghitung Normalitas KMnO4
Dari percobaan menitrasi Asam Oksalat + Asam Sulfat dengan larutan
KMnO4 0,1 N didapatkan hasil volume yang digunakan sebagai berikut:
1) Labu Erlenmeyer 1 = 25,47 ml
2) Labu Erlenmeyer 2 = 24,95 ml
Menghitung Volume KMnO4:
Normalitas KMnO4 =
= 0,09916 N
PERTANYAAN
1. Apakah akan mempengaruhi hasil titrasi jika dilakukan pemanasan diatas 700C atau tanpa
pemanasan?
Jawab :
Pemanasan ini hingga mencapai 70°C, hal ini berfungsi agar KMnO4 dapat mengoksidasi
H2C2O4 (asam oksalat) karena apabila suhu larutan dibawah 70°C maka reaksi akan
berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi MnO2 yang berupa endapan cokelat
sehingga titik akhir titrasi susah untuk dilihat. Sedangkan apabila suhu larutan di atas 70°C
maka akan merusak asam oksalat, dan terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir
akan lebih kecil.
Jawab :
3. Dalam titrasi ini digunakan asam sulfat, apakah bisa diganti dengan HCl atau HNO3?
Jawab :
Bisa saja., karena sama-sama larutan sekunder dan tergolong senyawa asam. Larutan
standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan cara
pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-lain.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 pemberian
KmnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. Penambahan
KmnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 pemberian KMnO4yang terlalu
lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 yang telah dipanaskan
mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian
terurai menjadi air.
Reaksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak lambat pada suhu
kamar. Tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan terbentuk mangan bertindak
sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah otokatalitik karena katalis menghasilkan
reaksinya sendiri. Kalium permanganat merupakan pengoksidasi yang kuat sehingga dapat
memakainya tanpa penambahan indikator. Hal ini dikarenakan kalium permanganat dapat
bertindak sebagai indikator atau autoindikator. Diperoleh rata-rata volume yang
menggunakan KMnO4 sebanyak 25,21 ml, dengan perubahan larutan menjadi warna merah
muda.
Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik. Politeknik Kampar. Hal 13-16.
Add a comment
6.
Mar
24
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
PERCOBAAN V
LAJU REAKSI
POLITEKNIK KAMPAR
2016
II. TUJUAN
Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap
perubahan waktu.Laju reaksi terukur, seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan
suatu perangkat. Contohnya, mungkin saja laju reaksi itu sebanding dengan konsentrasi
dua reaktan A dan B, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
V = K [ A ]x . [ B ]y
Koefisien K disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi tetapi
bergantung pada temperatur.Persamaan sejenis ini ditentukan secara eksperimen disebut
hukum laju reaksi.Secara formal hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju
reaksi dan sebagai fungsi dari semua spesies yang ada termasuk produknya (Charles,
1992).
Pada kelajuan reaksi ternyata suhu juga berpengaruh, suhu juga hampir menaikkan
kelajuan dari setiap reaksi. Sebaliknya penurunan dalam suhu akan menurunkan kelajuan,
dan ini tidak bergantung apakah reaksi eksotermis dan endotermis. Perubahan kelajuan
terhadap suhu dinyatakan oleh suatu perubahan dalam tetapan kelajuan yang spesifik K
(Moore,2005).
Untuk setiap reaksi, K naik dengan kenaikkan suhu, besarnya kenaikkan berbeda-
beda dari sutau reaksi dengan reaksi yang lain. Bila suatu reaksi terjadi dalam beberapa
langkah reaksi kemungkinan spesien perantara dibentuk, dan mereka mungkin tidak dapat
dideteksi karena mereka akan segera digunakan dalam langkah reaksi berikutnya.
Meskipun demikian dengan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya kadang –
kadang dapat diketahui seberapa jauh faktor – faktor tersebut berperan dalam mekanisme
reaksi (Keenan, 1989)
Dalam berbagai reaksi kimia kita sering dapati reaksi berjalan sangat cepat dan adapula
yang berjalan sangat lambat. Keadaan demikian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor –
faktor, yaitu : konsentrasi, luas permukaan,suhu/tempratur,katalis/katalisator.
Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin besar pula, dan
sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil pula.Untuk
beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal
dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi.
Pangkat – pangkat dalam persamaan laju reaksi dinamakan orde reaksi.Menentukan orde
reaksi dalam suatu reaksi kimia pada prinsipnya menetukan pengaruh seberapa besar
perubahaan konsentrasi laju reaksi terhadap konsentrasi pereaksi.
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda dengan reaksi yang
berlangsung dengan heterogen.Pada reaksi homogen campuran zatnya bercampur
seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia, karena molekul –
molekul ini dapat bersentuhan satu sama yang lainnya. Dalam sistem heterogen, reaksi
hanya berlangsung pada bidang – bidang yang bersentuhan dari kedua fasenya.Reaksi
kimia berlangsung pada kedua molekul – molekul atom – atom atau ion – ion dari zat – zat
yang bereaksi telebih dahulu bertumbukkan.Maka semakin luas permukaan suatu reaksi
mak semakin cepat reaksi itu berlangsung.
Pada suhu yang tinggi, energi molekul – molekul bertambah. Laju reaksi meningkat dengan
naiknya suhu, biasanya kenaikan suhu sebesar 10 oC akan menyebabkan kenaikkan laju
reaksi sebesar dua atau tiga kalinya. Kenaikkan laju reaksi ini disebabkan dengan
kenaikkan suhu atau menyebabkan makin cepatnya molekul – molekul pereaksi bergerak,
sehingga memperbesar kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif.Energi tumbukan
bertambah yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehingga suatu reaksi dapat
berlangsung disebut energi pengaktifan.
Berbagai reaksi berlangsung lambat dapat di percepat dengan menambahkan zat lain yang
disebut katalis. Konsep yang menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis
menurunkan energy-energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan menbentuk tahap-tahap
reaksi yang baru.
Orde satu reaksi adalah jumlah semua eksponen dari konsentrasidalam persamaan laju
reaksi, atau bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat dengan
kecepatan reaksi.Jika laju suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka reaksi itu dinyatakan sebagai orde pertama.
Persamaan laju orde pertama dari tipe laju reaksi K=k [A]1 Jika suatu reaksi kimia
berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi maka reaksi itu disebut orde ke dua
atau k [A]2. Suatu reaksi tidak dapat bergantung pada konsentrasisuatu pereaksi,
perhatikan pereaksi umum A + B menghasilkan AB yang ternyata orde pertama adalah A.
jika kenaikan konsntrasi B tidak mungkin menaikan laju reaksi maka reaksi itu disebut
orde nol (Kitti, 1993).
Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain
bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh :
a. Konsentrasi Pereaksi
Pada umumnya jika konsentrasi zat semakin besar maka laju reaksinya semakin
besar, dan sebaliknya jika konsentrasi pula, dan sebaliknya jika sentrasi suatu zat semakin
kecil maka laju reaksinya pun semakin kecil. Untuk beberapa reaksi, laju reaksinya pun
semakin kecil. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan
matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau reaksi dinamakan orde reaksi.
Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya menentukan seberapa
besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi.
b. Luas Permukaan
Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat, luas permukaan
(total) zat padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Semakin zat padat terbagi
menjadi bagian kecil, semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat biasanya
menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat padat dengan
massa yang sama. Bubuk padat memiliki permukaan yang lebih besar dari pada sebuah
bengkah zat padat.
Laju reaksi juga dapat di percepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya.
Ketika suhunya dinaikkan maka laju reaksi akan meningkat pula. Sebagai perkiraan
kasar, sebagai perkiraan besar, sebagai reaksi berlangsung dengan suhu ruangan maka
laju reaksi akan berlipat ganda setiap kenaikan 100C
Perkiraan ini bukan keadaan yang mutlak dan tidak bisa diterapkan pada seluruh
reaksi. Bahkan bila pun mendekati benar, laju reaksi akan berlipat ganda setiap 90C atau
110C atau setiap suhu tertentu. Angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipat
gandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya suhu.
Beberapa reaksi pada hakikatnya sangat cepat, sebagai contoh reaksi perpanasan
melibatkan ion yang terlarut menjadi zat padat yang tidak larut, atau reaksi ion hidrogen
dengan asam dan ion hidroksi dari Alkali didalam larutan, sehingga memanaskan salah
satu dari contoh ini tidak memperoleh perbedaan laju reaksi yang baik di laboratorium
maupun industri akan berlangsung lebih cepat apabila di panaskan.
d. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari reaksi
seperti itu juga dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil
Volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatkan
laju reaksi. Perubahan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan hanya zat padat
maupun zat cair tidak memberikan perubahan apapun pada laju reaksi.
Dalam proses pembuatan amonia dengan proses Haber, laju reaksi antara Hidrogen
dan Nitrogen ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi. alasan
utama menggunakan tekanan tinggi adalah untuk meningkatkan persentasi amonia di
dalam keseimbangan campuran, namun hal ini juga memberikan perubahan yang berarti
pada laju reaksi juga.
Industri yang melibatkan produksi berupa gas yang banyak dilangsungkan pada
tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga 400 atm.
e. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu sendiri tak
mengalami perubahan yang kekal (tidak diskon asumsi atau tidak dihabiskan). Katalis
dibagi 2 yaitu :
- Katalis Positif.
Katalis positif berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi
pengaktifan, katalis positif disebut juga katalisator.
- Katalis Negatif
Katalis negatif berfungsi untuk memperkuat laju reaksi. Katalis negatif disebut juga
inhibator.
- Katalis homogen
Wujud katalis homogen ini sama dengan wujud pereaksi. Jenis katalis ini umumnya ikut
beraksi tetapi pada akhirnya akan kembali lagi ke bentuk semula.
- Katalis Heterogen
Wujud katalis homogen ini berbeda dari wujud pereaksi. Jenis katalis ini umumnya
berupa logam-logam dan bereaksi yang dipercepat adalah reaksi gas-gas katalis ini tidak
ikut bereaksi, tetapi melalui reaksi permukaan yaitu permukaan logam menyerap
molekul-molekul udara hingga apabila dua molekul gas yang dapat bereaksi terserap
maka gas-gas itu akan mudah bereaksi katalis ini kebanyakan digunakan dalam reaksi
industri.
- Katalis biokimia
Katalis biokimia ini berfungsi untuk mempercepat reaksi-reaksi yang terjadi pada
makhluk hidup. Katalis ini berupa enzim-enzim.
Dalam laju reaksi terdapat pula teori tumbukan, reaksi berlangsung sebagai hasil
tumbukan antara partikel pereaksi. Akan tetapi tidaklah setiap tumbukan antara partikel
menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukkan antar partikel yang memiliki energi
yang cukup serta arah tumbukan yang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi
dapat bergantung pada 3 hal, yaitu:
Frekuensi Tumbukan
Fraksi partikel dengan energi cukup yang tumbuhannya dengan arah yang tepat.
Adapun persamaan laju reaksi dan orde reaksi yaitu sebagai berikut:
mA + nB pC = qD
Ketetapan jenis reaksi (K) adalah salah satu tetapan yang harganya bergantung pada jenis
pereaksi dan suhu., setiap reaksi mempunyai harga K tertentu pada suhu tertentu. Harga
K berubah jika suhu berubah, kenaikan suhu dan katalisator umumnya dan memperbesar
harga K.
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Na2S2O3+5H2O
2. HCL 1 M
V. CARA KERJA
A. Bagian A
VII. PERHITUNGAN
Gram= =
M =
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 13,4 = 100 × 1
V1 =
Masukkan kedalam labu takar yang berisi 1/3 aquades, kemudian di aduk dan
tambahkan aqudes sampai berhimpit dengan tanda tera.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi
pada laju reaksi dan mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi. Untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi, digunakan 6 macam konsentrasi yaitu dengan melarutkan
natrium tiosulfat sebanyak 50 ml, 55 ml, 60 ml, 65 ml 70 ml dan 75 ml dan setiap
larutan ditambah dengan 2 ml HCl. Dan untuk mengetahui pengaruh suhu digunakan 4
macam suhu yaitu 350C, 450C, 550C, dan 650C yang diambil tiap suhu 10 ml natrium
tiosulfat lalu ditambahkan aquades selanjutnya dicampur atau ditambah dengan 2 ml
HCl.
Teori yang menyatakan bahwa Laju reaksi dapat di percepat atau diperlambat
dengan mengubah suhunya adalah benar. karena Ketika suhu dinaikkan maka laju
reaksi akan meningkat pula. Teori yang menyatakan jika konsentrasi zat semakin besar
maka laju reaksinya semakin besar, dan sebaliknya jika konsentrasi pula, dan
sebaliknya jika sentrasi suatu zat semakin kecil maka laju reaksinya pun semakin kecil
adalah benar dan cepat tidaknya mengaduk larutan juga berpengaruh karena ketika
praktek ke 2 kali dan mengaduk sedikit lambat waktu juga justru bertambah.
Pembuatan larutan Natrium tiosulfat 0,25 M didapatkan dengan cara mencari massa
perhitungan tersebut diperoleh hasil massa Natrium tiosulfat yang harus dtimbang yaitu
31gram. Saat ingin membuat larutan HCl 1 M dibuat dengan menggunakan rumus dasar
V1 × C1 = V2 × C2dan dari perhitungan diperoleh 7,4626 ml lalu dibulatkan menjadi
7,5 ml.
- semakin cepat kita mengaduk larutan maka waktu yang diperlukan agar tanda silang
tidak terlihat lagi semakin singkat.
- faktor yang mempengaruhi laju reaksi dipercobaan ini yaitu suhu dan konsentrasi
Pertanyaan :
1. Beri komentar mengenai bentuk kurva yang diperoleh
Jawab: berdasarkan kurva yang diperoleh semakin tinggi suhu maka semakin
cepat larutan berubah warna, sehingga tanda silang hitam tidak terlihat. Dan
semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin cepat tanda silang hitam
tidak terlihat.
2. Faktor apa yang mempengaruhi kecepatan reaksi?
Jawab: faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah suhu dan tingkat
konsentrasi.
3. Apa yang dimaksud dengan konstanta kecepatan reaksi?
Jawab: Konstanta laju reaksi (k) adalah perbandingan antara laju reaksi
dengan konsentrasi reaktan.
9.2 Saran
Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Fisika. Politeknik Kampar. Hal 45-
47.
http://alexschemistry.blogspot.co.id/2013/10/laporan-praktikum-kimia-dasar-laju.html
Add a comment
7.
Mar
24
Kali ini Siswow akan sedikit berbagi Sindiran2 buat orang-orang yang mungkin kesal
tapi tanpa harus mengeluarkan kekesalannya dengan kata-kata kasar. Ya seiring
berjalannya waktu lah nak main alus dikit kito mank., yo tau dewek lah biasonyo men
wonk kito lah marah keluar galo isi utan thu ;-) apolagi isi badan. Nah tanpa banyak
omong lagi simak lah kali aza ada yank cocok .
Kuliah itu cari nilai bukan cari muka
Selamat pagi...
Kesannya NORAK!!!
“Daripada debat sama cewek., mending nguras sumur pake gelas aqua.,
CAPEKNYA SAMA.
“Katanya sih TEMAN., tapi Cuma datang waktu ADA MAUNYA DOANG
“Jika cinta harus diperjuangkan., lalu sampai kapan aku harus berjuang sendirian?!?
‘Karena cocok makanya jadian., kenapa waktu putus bilangnya udah gak cocok.,
Emanknya cocok ada masa tenggangnya?!?
‘Selalu ada buat kamu, itu yang bisa aku lakuin buat kamu’
“Namanya juga perasaan., kadang gak dibales., kadang gx dipeduliin., kadang harus
mendem., kadang harus ngalah :’)., ya sudahlah jalani aza..
“Aku pergi yaa... anggap saja perhatian ku kemarin adalah sebuah perkenalan kita
saja
Udah ada yang deketin mau seriuz tapi jelek, ngga direspon.. aneh :-/
“Kadang Dia suka lupa., kalau aku nunggu balesan chat dari dia.
Tolong bedakan ya
Mana koran yang buat dibaca dan mana sms yang harusnya dibalas
‘IG: Seru2an Bareng
*IG: Justparody
#IG: Keepsmileindoo
Add a comment
8.
Nov
26
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN VI
HANIFAH
KHAIRIAH, S.ST
POLITEKNIK KAMPAR
2015
II. TUJUAN
1. Buret makro yaitu buret yang kapasitas 50 ml dan skala terkecilnya dapat dibaca sampai
0,10 ml
1. Buret asam (dengan cerat kaca) digunakan untuk larutan yang bersifat
asam,netral dan larutan pengoksida
2. Buret basa (dengan cerat karet dan bola kaca) digunakan untuk larutan yang
bersifat basa
3. Buret schellbach. Dinding dalam bagian belakang dilengkapi dengan garis biru
diatas garis putih
4. Buret amberglass yang digunakan untuk larutan yang mudah teroksidasi seperti
larutan permanganat atau iodium
Selain itu buret juga dibagi berdasarkan tingkat ketelitiannya. Ada 2 tingkat
kelas ketelitian buret yaitu :
Buret sebelum diisi dengan larutan baku, harus direndam terlebih dahulu dalam
larutan asam sulfat kalium dikromat, kemudian dicuci(5 kali),dibilas berturut-turut
dengan air suling(2-3kali) dan akhirnya dangan larutan baku yang akan digunakan.
Kemudian buret diklem pada tiang buret dalam posisi tegak .baru diisi dengan larutan
baku hingga sedikit diatas nol. Udara yang terkurung dalam kran atau bagian bawah
harus dihilangkan. Pada bagian atas buret, diatas permukaan cairan diseka dangan
kertas saring sampai kering. Lalu permukaan cairan dimpitkan pada garis nol. Pada
pengamatan garis buret, mata dan garis buret harus sama tinggi atau sejajar.
1. Buret mikro
2. Buret semimikro
3. Buret makro
4. Buret schellbach
5. Buret amberglass
V. CARA KERJA
Dalam percobaan ini kami mengetahui macam-macam buret dan fungsinya. Kami
mengetahui bagaimana cara kerja dan apa saja langkah-langkah pada penggunaan
KESIMPULAN
variabel. Buret digunakan terutama untuk titrasi, untuk memberikan salah satu
reaktansampai titik akhir reaksi (titik ekivalen) tercapai. Jadi, ketika membaca
buret, mata kita harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk menghindari
galat paralaks. Bahkan ketebalan garis ukur juga mempengaruhi bagian bawah
SARAN
Dalam praktek ini kita harus berhati-hati dalam menggunakan buret, dan
juga kita harus teliti dalam melakukan pembacaan buret. Sebelum praktek
periksalah buret yang akan digunakan, apa bersih atau tidak nya buret yang kita
gunakan tersebut, dan itu bisa kita lihat dengan ada nya gelembung pada buret,
Bangkinang.
http://chakie09.blog.com/2011/01/29/tugas-mata-kuliah-teknik-laboratorium-
neraca- digitalelektronik/
Add a comment
9.
Nov
23
KIMIA DASAR
PERCOBAAN VII
TEKNIK TITRASI
HANIFAH
KHAIRIAH, S.ST
POLITEKNIK KAMPAR
2015
II. TUJUAN
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam
reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah
warna). Dalam titrsi asam basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai
contoh adalah fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan
mencapai pH sekitar 8,2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang
dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam
serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
V. CARA KERJA
Persaiapan larutan peniter (NaOH 0,1 N)
1. Mula-mula buret dibilas dengan air suling kemudian dengan beberapa ml
larutan peniter paling sedikit dua kali. Setelah larutan pembilas dibuang,
cairan yang masih tertinggal pada buret dikeringkan dengan kertas saring.
2. Buret yang telah dibilas dan kering, diisi dengan larutan peniter sampai
larutan sedikit diatas nol. Perhatikan bagian bawah buret jangan sampai ada
gelembung udara.
3. Ujung buret diatas permukaan larutan dikeringkan dengan gulungan kertas
saring. Kemudian larutan diturunkan hingga berhimpit dengan skala nol.
NO Uraian Hasil
0,4162 gr
1 NaOH massa
0,4112 gr
25 ml
2 Volume HCl 0,1 N
25 ml
84,77ml
3 Volume NaOH
84,50 ml
Dalam percobaan kali ini kami dapat mengetahui cara-cara teknik titrasi. Dan
kami juga mengetahui bagaimana cara kerja dan langkah-langkah melakukan teknik
titrasi tersebut.
8.1 Kesimpulan
Dari hasil kehiatan pratikum baik dalam pengamatan, perhitungan serta
pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Larutan baku dibagi 2, yaitu larutan primer, dan sekunder, larutan baku dibuat
dengan menimbang dan dilarutkan dengan pelarut (aquades), konsentrasi HCl dapat
ditentukan dari proses titrasi dengan mereaksikan HCl dengan NaOH, titrasi dihentikan
ketika warnanya berubah menjadi merah muda denganbantuan PP, dan volum zat
NaOH digunakan untuk menentukan konsentrasi HCl.
8.2 Saran
Dalam melakukan pratikum, sebaiknya harus hati-hati dalam menggunakan latrutan
yang ada dilaboratorium dan dalam melakukan pratikum kali ini kita juga harus
memperhatikan ketelitian dalam mengukur dan menentukan banyak nya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui.
Bangkinang.
http://chakie09.blog.com/2011/01/29/tugas-mata-kuliah-teknik-laboratorium-neraca-
digitalelektronik/
Add a comment
Loading