Sie sind auf Seite 1von 14

1

PELAKSANAAN ETIKA BATUK UNTUK PENCEGAHAN PADA


PENDERITA TB PARU BTA + YANG SEDANG DALAM PENGOBATAN
STRATEGI DOTS DI PUSKESMAS LEBDOSARI SEMARANG TAHUN
2015
Resti Wulan Anggarini
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro
Email: anggarini_wulan@yahoo.com

ABSTRACT

Tuberculosis is an infectious disease caused by germs Mycrobakterium


tuberculosis, is transmitted through the air, spray saliva, sneezing and coughing.
At the time of the initial survey researchers get 5 or more than 23 patients with
TB patients BTA + (data 2015) did not use a mask at the time of treatment
because it can cause exposure or contamination of bacteria that is transmitted by
patients with pulmonary TB if they cough vain. So it makes investigators
examined on How Implementation Cough Ethics for the Prevention At BTA + TB
Patients Who's In Treatment DOTS strategy at Puskesmas Lebdosari Semarang
2015.
This type of research is observational descriptive qualitative survey
methods and porposif for taking his patients. The subjects in this study who used
the triangulation system that is 5 pulmonary tuberculosis patients as key
informants, 4 people PMO family and 1 TB Coordinator as informants
crosscheck.
The survey results revealed that the practice of prevention and transmission
has not been fully carried out. Sometimes they study subjects that do not shut
your mouth using your hands when coughing and sneezing, there is still research
subjects were throwing spit carelessly at the time of travel.
Patients are advised to follow the extension of pulmonary TB disease in
order to find out about the terms of pulmonary TB, knowledge, prevention,
transmission, treatment and patients can be expected to apply in everyday life.
To perform the activity you should use a mask in order to reduce transmission to
others, there is fear when coughing or sneezing splash of saliva can transmit to
others.

Keywords : Implementation of Ethics cough, pulmonary tuberculosis patients

ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman Mycrobakterium tuberculosis, ditularkan melalui udara, percikan ludah,
bersin dan batuk. Pada saat survei awal peneliti mendapatkan 5 atau lebih dari
23 penderitapasien TB Paru BTA + (data 2015) tidak menggunakan masker pada
saat melakukan pengobatan karena itu dapat menyebabkan terpaparnya atau
terkontaminasinya bakteri yang ditularkan oleh penderita TB Paru jika mereka
batukdengan sembarangan. Sehingga itu membuat peneliti meneliti tentang
Bagaimana Pelaksanaan Etika Batuk untuk Pencegahan Pada Penderita TB
Paru BTA + Yang Sedang Dalam Pengobatan Strategi DOTS di Puskesmas
Lebdosari Semarang Tahun 2015.

2
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional kualitatif
dengan metodesurvey dan porposif untuk pengambilan pasiennya. Subyek
dalam penelitian ini yang digunakan dengan sistem Triangulasi yaitu 5 orang
penderita TB paru sebagai informan utama, 4 orang PMO keluarga dan 1 orang
Koordinator TB sebagai informan crosscheck.
Hasil penelitian diketahui bahwa praktik pencegahan dan penularan belum
sepenuhnya dilakukan.Terkadang subyek penelitian masih ada yang tidak
menutup mulut menggunakan tangan pada saat batuk dan bersin, subyek
penelitian masih ada yang membuang ludah sembarangan pada waktu
berpergian.
Penderita disarankan untuk mengikuti penyuluhan tentang penyakit TB
Paru supaya dapat mengetahui tentang istilah TB Paru, pengetahuan,
pencegahan, penularan, pengobatan dan diharapkan penderitadapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melakukan aktivitas sebaiknya
menggunakan masker supaya mengurangi penularan kepada orang lain, di
takutkan pada saat batuk atau bersin percikan ludahnya dapat menularkan pada
orang lain.

Kata kunci : Pelaksanaan Etika Batuk, Penderita TB Paru

PENDAHULUAN

Indonesia berkomitmen dalam rangka ingin mewujudkan pembangunan


milenium atau millennium development goal’s (MDG’s). MDG’s mempunyai
delapan tujuan pembangunan, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
pendidikan dasar untuk semua, kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,
mengurangi penularan HIV/AIDS serta malaria dan penyakit menular lainnya,
kelestarian lingkungan hidup, dan kemitraan global dalam pembangunan. 1
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycrobakterium tuberculosis, ditularkan melalui percikan ludah, bersin
dan batuk.Penyakit menular ini merupakan masalah yang cukup besar di negara-
negara berkembang, sehingga menyebabkan angka kesakitan dan kematian
dimana sekitar 3 juta manusia setiap tahunnya meninggal karena penyakit
ini.Sebagian besar itu terjadi di Indonesia. Jumlah angka kesakitan dari semua
bentuk tuberkulosis baik paru maupun ekstra paru di dunia diperkirakan
mencapai 9 juta, sekitar 95% terjadi di negara berkembang dan sebagian besar
menyerang pada golongan usia produktif yaitu usia 15-50 tahun.2
Di Indonesia pemberantasan penyakit tuberkulosis telah dimulai sejak
tahun 1950 dan sesuai dengan rekomendasi WHO sejak tahun 1986 regimen
pengobatan yang semula 12 bulan diganti menjadi pengobatanselama 6-9 bulan.
Strategi pengobatan ini disebut DOTS (Directly Observed Treatment Short

3
Course Chemotherapy).3 Ada lima komponen atau elemen DOTS yaitu
:Komitmen Politis dari pengambil keputusan, Diagnosis dan
pemeriksaanmikroskopis dahak penderita, Jaminan ketersediaan obat dan jalur
distribusinya, Pengawas langsung minum obat (PMO), Menggunakan pencatatan
pelaporan untuk mempermudah pemantauan dan pembinaan.4
Saat ini Indonesia sudah menempati urutan ke Empat setelah China,
India, dan Nigeria untuk penyakit TB di dunia.5Berdasarkan Global Tuberkulosis
Kontrol tahun 2011 (data 2010) angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar
289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insidensi kasus baru
TBC dengan BTA positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar
450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27 per 100.000
penduduk atau 182 orang per hari.6
Di Jawa Tengah berdasarkan data profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah
angka prevalensi per 100.000 penduduk sebesar 106,42 % pada tahun 2012.
Sedangkan angka penemuan kasus BTA positif tahun 2012 di jawa tengah
sebesar 58,45%.7Di kota Semarang sendiri angka penemuan suspek tahun 2012
sebanyak 11.724 orang mengalami penurunan bila dibanding tahun 2011.
Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak 1.132 orang (70%), (61%).
Penemuan kasus TB anak pada tahun 2012 sejumlah 359 kasus (13%), masih
sama dengan penemuan TB paru anak tahun 2011 (13%).8
Berdasarkan data SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas), TB Paru tidak
termasuk 10 besar penyakit yang ada di Puskesmas Lebdosari, namun kasus TB
Paru perlu mendapatkan perhatian juga karena pada tahun 2015 kasus TB Paru
lumayan banyak pasiennya suspek 143 orang, BTA (+) 23 orang, BTA (-) 11
orang, Extra Paru 0 orang, TB Anak 6 orang. Pada saat survei awal peneliti
mendapatkan 5 atau lebih dari 23 penderitapasien TB Paru (data 2015) tidak
menggunakan masker pada saat melakukan pengobatansedangkan pada saat
itu banyak sekali pasien yang sedang berobat seperti batuk, pilek, dan lain-lain
serta pada saat batuk tidak menutup mulut menggunakan tangan, karena itu
dapat menyebabkan terpaparnya atau terkontaminasinya bakteri yang ditularkan
oleh penderita TB Paru jika mereka batuk dengan sembarangan. Perilaku yang
ditunjukkan oleh kebanyakan pasien ada yang kurang peduli dengan lingkungan
dan ada juga yang peduli dengan sekitar.
Penularan penyakit tuberkulosis dapat ditularkan melalui udara (droplet
nuclei) pada saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang

4
mengandung bakteri Mycrobakterium tuberculosisterhirup oleh orang lain saat
bernapas. Selain ditularkan saat batuk oleh penderita TB paru, tuberkulosis juga
dapat ditularkan oleh penderita TBC saat berbicara dan bersin dengan cara
berhadap-hadapan. Masa inkubasi penyakit ini adalah 3-6 bulan.9
Setiap satu BTA positif akan dapat menularkan kepada 10-15 orang,
sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Dari hasil
studi bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih
berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah).9
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang tersebut maka masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Etika Batuk Untuk
Pencegahan Pada Penderita TB Paru BTA + Yang Sedang Dalam Pengobatan
Strategi DOTS di Puskesmas Lebdosari Semarang Tahun 2015.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional
kualitatif dengan teknik pengukuran data menggunakan wawancara mendalam,
untuk pengambilan pasiennyamenggunakan metode survey dan porposif.
Penelitian kualitatif adalah upaya untuk melakukan penyajian data dan perspektif
di dalam dunia dari segi perilaku, sikap dan praktek tentang manusia yang akan
atau yang sedang diteliti.Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti pengumpulan data, pengolahan data, laporan dan kesimpulan.
Subyek penelitian ini adalah 5 orang penderita TB paru yang sedang atau
selesai berobat di Puskesmas Lebdosari Semarang, menggunakan sistem
Triangulasi informan crosscheck yaitu 4 orang PMOK (Pengawas Minum Obat
Keluarga) dan 1 orang Koordinator TB Paru. Pengumpulan data dilakukan
dengan 2 cara yaitu data primer wawancara dan observasi serta data sekunder
yaitu data yang didapat di Puskesmas Lebdosari Semarang, sumber penelitian
dan sumber lain yang sudah ada.

HASIL PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian penderita TB Paru yang diwawancara berjumlah 5
orang. Karakteristik subyek penelitian meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, lama pengobatan.

5
Tabel 4.1
Karakteristik Subyek Penelitian
Kode Subyek Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Lama
Penelitian Kelamin Pengobatan
SP 1 40 Th Perempuan SLTP/SMP Bekerja 5 Bulan
SP 2 58 Th Perempuan SLTP/SMP Bekerja 3 Bulan
SP 3 45 Th Laki-laki SLTP/SMP Bekerja 6 Bulan
SP 4 38 Th Perempuan SLTA/SMA Bekerja 6 Bulan
SP 5 49 Th Perempuan SD Bekerja 6 Bulan

Sebagian besar responden menyatakan bahwa merekatidak mengetahui


jika terkena penyakit TB Paru sebelum melakukan pemeriksaan.Setelah
mengetahui penderita Tb Paru melakukan pemeriksaan secara rutin dan
meminum obat sesuai dengan anjuran koordinator Tb Paru atau dokter.
Rata-rata penderita Tb Paru menyatakan bahwa PMOK selalu
mengingatkan untuk menelan obat secara teratur dan mengawasi Penderita
meminumnya.Serta menemani pada saat melakukan pemeriksaan di
puskesmas.Rata-rata penderita membuang ludah/dahak di kamar mandi dan
sebagian kecil penderita Tb Paru menutup mulut pada saat batuk dan
bersin.Sebagian besar penderita Tb pada saat melakukan perjalanan mereka
membuang ludah di jalan.
Rata-rata penderita tidur dengan keluarga dan sebagian besar penderita
membuka jendela pada pagi hari, sebagian besar penderita Tb Paru
melakukan pencegahan penularan pada anggota keluarga.

2. Informan Crosscheck
Alasan peneliti untuk mengetahui informasi crosscheck adalah PMOK dan
Koordinator TB Paru, karena PMOK yang berhubungan langsung dengan
penderita TB Paru serta Koordinator TB Paru sebagai dokter yang
memberikan pengobatan pada penderita TB Paru pada saat melakukan
pengobatan dipuskesmas.
PMOK yang diwawancara dalam penelitian ini terdapat 4 orang dan
Koordinator TB Paru 1 orang. Karakteristik informan crosscheck meliputi
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan Penderita TB
Paru.

6
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Crosscheck
Kode Informan Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Hubungan dengan
Crosscheck Kelamin Penderita TB
IC 1 47 Th Laki-laki SLTP/SMP Bekerja Suami
IC 2 39 Th Perempuan SLTP/SMP Bekerja Istri
IC 3 39 Th Laki-laki SLTA/STM Bekerja Suami
IC 4 55 Th Laki-laki SD Bekerja Suami
IC 5 49 Th Perempuan Profesi Ners Bekerja Koordinator TB

Menurut PMOK rata-rata responden menyatakan bahwa PMOK tidak


mengetahui jika salah satu keluarga mereka ada yang terkena penyakit TB
Paru sebelum melakukan pemeriksaan.Setelah melakukan pemeriksan baru
mengetahui kalau terkena penyakit TB Paru.
Rata-rata PMOK selalu mengingatkan penderita TB Paru untuk minum
obat secara teratur dan mengawasi Penderita TB Paru pada saat
meminumnya. Rata-rata PMOK menemani penderita TB Paru pada saat
melakukan pemeriksaan di puskesmas. Rata-rata PMOK mengetahui bahwa
penderita TB Paru membuang ludah/dahak mereka dikamar mandi serta
sebagian kecil penderita TB Paru menutup mulut pada saat batuk dan
bersin.Rata-rata PMOK mengetahui bahwa penderita TB Paru pada saat
melakukan perjalanan atau berpergian mereka membuang ludah di jalan.
Rata-rata PMOK mengetahui bahwa penderita TB Paru tidur dengan
anggota keluarga dan sebagian besar penderita membuka jendela pada pagi
hari. Sebagian besar penderita Tb Paru melakukan pencegahan penularan
pada anggota keluarga.
Menurut Koordinator TB Paru atau dokter rata-rata penderita TB Paru
diantar oleh PMOK pada saat melakukan pemeriksaan atau kontrol. Pada
saat melakukan pemeriksaan petugas menanyakan pada PMOK apa ada
perkembangan pada penderita TB Paru selama melakukan pengobatan.
Petugas memastikan PMOK selalu mengingatkan penderita untuk meminum
obat secara rutin dan sesuai anjuran.
Sejak awal terkena penyakit TB Paru petugas memberitahukan pada
PMOK untuk selalu mengingatkan penderita TB Paru untuk menutup mulut
pada saat batuk dan bersin serta menggunakan masker. Kemudian tidak

7
membuang ludah/dahak di sembarang tempat itu dapat mengurangi
penularan pada anggota keluarga dan orang lain. Petugas juga memberikan
penyuluhan kepada PMOK dan penderita supaya dapat mengetahui tentang
penyakit TB Paru.
Tidak cuma dari petugas koordinator TB Paru penderita mendapatkan
dukungan semangat, tapi dengan adanya PMOK penderita jugamendapatkan
dukungan semangatdari PMOK untuk cepat sembuh serta penderita rutin
menjalankan pengobatan mengingat pengobatan yang dijalani penderita
selama 6 bulan dan obat yang mereka minum tidak sedikit jumlahnya dan
tidak tidak menutup kemungkinan penderita dapat berhenti berobat.

PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, umur subyek penelitian berkisar antara 30 tahun
sampai 60 tahun.Subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki 1 orang dan
perempuan sebanyak 4 orang.Pendidikan formal subyek penelitian ini adalah SD,
SLTP dan SLTA serta pekerjaan subyek penelitian sebagian besar adalah
bekerja.
Sebagian besar penderita menyatakan penyakit TB Paru adalah penyakit
batuk saja atau penyakit batuk terus menerus, dalam bahasa kedokteran atau
bahasa kesehatan istilah penyakit tuberkulosis mereka tidak mengetahui karena
mereka mendengarnya terlalu asing ditelinga.Setelah mengalami batuk lebih dari
3 minggu, penderita TB Paru langsung periksa dan mereka melakukannya dapat
dilihat dari beberapa prosedur pemeriksaan seperti rontgen kemudian cek dahak
atau ludah. Melakukan pengobatan yang sesuai anjuran koordinator TB Paru,
sebagian besar penderita TB Paru menjawab iya sesuai anjuran dan di
puskesmas tersedianya buku pemantau untuk melakukan pengobatan.
Rata-rata penderita sudah mengetahui jika batuk dan bersin harus
menutup menggunakan tangan walaupun masih ada sebagian kecil tidak
menutup menggunakan tangan pada saat mereka batuk. Sebagian kecil
penderita selalu mengingatkan untuk mencuci tangan setelah batuk dan
sebagian kecil tidak harus diingatkan serta sebagian kecil pada saat batuk
maupun bersin menggunakan tisu sebagai penutup. Sebenarnya dalam hal ini
harus memiliki kesadaran diri sendiri untuk melakukannya, mungkin mereka
sudah mengetahui setelah batuk harus mencuci tangan akan tetapi rata-rata

8
lebih memilih untuk mengusapkan kepakaian yang mereka kenakan pada saat
itu.
Rata-rata penderita langsung membuang dahak/ludah kekamar mandi
lebih tepatnya dilubang aliran air supaya dapat langsung mereka siram dengan
air dan sebagian kecil ada yang dibuang dikaleng. Sebenarnya mereka
mengetahui dan dokterpun juga sudah menyarankan kepada penderita untuk
membuang dahak/ludah dikaleng yang diberi lysol atau pasir, akan tetapi rata-
rata mereka menjawab risih atau jijik jika harus membuangnya dikaleng sehingga
mereka lebih memilih membuangnya langsung kekamar mandi dari pada
membuang dikaleng. Cara membuang ludah saat melakukan perjalanan jauh,
sebagian besar penderita TB Paru menjawab tidakmenggunakan tempat tapi
dibuang dipinggir jalan/ selokan.
Menurut subyek PMOK sebagian besar penderita Tb melakukan
pemeriksaan setelah mengalami batuk lebih dari 3 minggu.Sebagian besar
penderita Tb melakukan pengobatan sesuai anjuran koordinator Tb paru.
Sebagian besar penderita Tb Paru minum obat secara teratur karena PMOK
yang sebagai keluarga akan selalu mengawasi penderita serta mengingatkan
respondenuntuk meminum obat secara teratur. Sebagian kecil pada saat batuk
dan bersin penderita Tb selalu menutup mulut menggunakan tangan dan
menggunakan sapu tangan karena perilaku tersebut dapat mengurangi resiko
penularan terhadap keluarga dan orang lain.
Rata-rata penderita TB tidak membuang dahak/ludah sembarangan.
Rata-rata perilaku meludah disembarang tempat mereka lakukan pada saat
mereka melakukan perjalanan atau berpergian. Rata-rata penderita TB
melakukan pemeriksaan secara rutin. Rata-rata penderita TB Paru tidur sekamar
dengan anggota keluarga yang lain.
Rata-rata penderita TB Paru selalu membuka jendela pada pagi hari,
karena membuka jendela pada pagi hari berfungsi untuk mengeluarkan udara
yang tercemar bakteri di dalam rumah dan menggantinya dengan udara (CO2)
baru yang bersih dan segar. Rata-rata penderita TB menggunakan alat makan
secara terpisah dengan anggota lain, cara melakukan pencegahan penularan
penderita TB Paru pada keluarga.Sebagian besar PMOK menjawab melakukan
pencegahan seperti menggunakan alat makan dan minum secara terpisah serta
menutup mulut menggunakan tangan pada saat batuk ataupun bersin dan
keluarga ikut diperiksakan.

9
Menurut subyek Koordinator TB Paru/ Petugas Puskesmas sebagian
besar penderita Tb Paru disarankan melakukan pemeriksaan setelah mengalami
batuk lebih dari 3 minggu. Di puskesmas ± 2 minggu ada penjaringan suspek dan
supaya tidak los kontak langsung dilakukan pendataan.Sebagian besar Penderita
TB disarankan melakukan pengobatan sesuai anjuran koordinator TB Paru,
dengan tujuan untuk menyembuhkan, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan, dan mencegah kematian. Penderita TB disarankan minum obat
secara teratur, karena di puskesmas tiap minggu ada buku pemantau bagi
penderita pada saat melakukan pengobatan.
Rata-rata penderita TB menutup mulut pada saat batuk dan bersin, tetapi
kita sudah menyarankannya dan biasanya jika di puskesmas menutup
menggunakan tangan.Sebagian besar Penderita TB Paru disarankan tidak
membuang dahak/ ludah sembarangan, jika ditanya dirumah sudah disiapkan
wadah berisi pasir.Sebagian besar penderita TB Paru melakukan pemeriksaan
secara rutin, karena adanya fase awal yaitu 56 hari ± hampir 2 bulan kalau aktif
fase lanjut selama 4 bulan dan sampai dinyatakan selesai.
Sebagian besar penderita TB Paru tidur sekamar dengan anggota
keluarga yang lain, tapi kami menyarankan lebih baik terpisah. Sebagian besar
penderita TB Paru melakukan pengobatan danjika dilihat secara menyeluruh
seharusnya sampai sembuh yaituselama 6 bulan.Sebagian besar penderita TB
disarankanuntuk selalu membuka jendela pada pagi hari dan bagi yang
mempunyai jendela setiap pagi harus dibuka supaya adanya pergantian udara
tapi yang tidak punya jendela disarankan memasang genting kaca supaya kuman
pada mati dan mendapatkan pencahayaan yang cukup.
Sebagian besar penderita TB menggunakan alat makan secara terpisah
dengan anggota lain, karena sebenarnya menggunakan alat makan secara
terpisah itu tidak menularkan. Cara melakukan pencegahan penularan penderita
TB Paru pada keluarga, kami menyarankan seperti melakukan pencegahan
dengan cara membuang dahak dipot sendiri dan ditaruh dibawah sinar matahari,
menggunakan masker, menutup mulut menggunakan tangan pada saat batuk
dan bersin, membuka jendela pada pagi hari dan memasang genting kaca
supaya mendapat pencahayaan yang cukup.
Dan sesuai dengan teori sumber penularan TB Paru adalah penyakit
yang dapat ditularkan terutama melalui droplet (percikan ludah) dari orang yang
menderita TB paru. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara

10
pada suhu kamar selama beberapa jam, namun bila daya tahan tubuh seseorang
itu baik maka kuman yang ada di dalam tubuh hanya akan menetap dan tidak
akan menyebabkan infeksi dan saat daya tahan tubuh sedang turun maka kuman
akan menjadi aktif dan menyebabkan infeksi pada orang tersebut dan setiap satu
BTA + akan menularkan kepada 10-15 orang lain.2
Menurut teori Widoyono, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
upaya mencegah penularan tuberkulosis adalah menutup mulut pada waktu
batuk dan bersin, meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi
lysol, imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3 – 14 bulan, menghindari
udara dingin/lembab, menjaga kebersihan lingkungan terutama tempat tinggal,
mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya kedalam
ruangan tempat tidur, menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama di pagi
hari, semua barang yang digunakan oleh penderita dan anggota keluarga. 9

SIMPULAN
Umur responden berkisaran antara 30 - 60 tahun. Sebagian besar subyek
penelitian adalah perempuan dan sebagian kecil adalah laki-laki, rata-rata
berpendidikan SLTP sebagian kecil SLTA serta SD dan sebagian besar
melakukan aktifitas bekerja.
Dalam penelitian ini, pengetahuan responden terhadap penyakit TB Paru
sebagian besar sudah paham tentang tanda gejala, cara penularan dan
pencegahan penyakit TB Paru, walaupun responden kurang mengetahui istilah
Tuberkulosis Paru dalam kesehatan.
Dalam penelitian ini sikap responden tentang menanyakan pendapat
setuju atau tidak setuju terhadap penyakit TB Paru pada penderita TB
Parumeliputi : melakukan pemeriksaan rutin, menutup mulut saat bersin dan
batuk, tidak meludah disembarang tempat, tidak tidur sekamar dengan anggota
keluarga yang lain, adanya peran PMOK dan penyuluhan Petugas TB Paru.
Hasilnya responden menjawab setuju tentang pertanyaan sikap menanyakan
pendapat yang peneliti tanyakan.
Dalam penelitian PMOK tidak perlu mengingatkan untuk mengambil obat
dan memeriksakan dahak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta
petugas kesehatan puskesmas tidak perlu mengingatkankan untuk mengambil
obat. Hasilnya sebagian besar mereka menjawab tidak setuju dengan
pertanyaan pendapat yang peneliti tanyakan.

11
Dalam praktik pencegahan dan penularan belum sepenuhnya
dilakukan.Terkadang subyek penelitian masih ada yang tidak menutup mulut
menggunakan tangan pada saat batuk dan bersin, subyek penelitian masih ada
yang membuang ludah sembarangan pada waktu berpergian.Pada saat bekerja
ada yang menggunakan masker tapi di awal-awal hanya 1-2 bulan saja, ada
yang menggunakan masker pada saat tertentu, dan tidak menggunakan juga
ada.
PMOK selalu mengawasi minum obat penderita TB Paru cukup
berpengaruh terhadap penyakit TB Paru. Dalam melakukan pengobatan dan
pemeriksaan PMOK juga selalu menemani dan mengingatkan penderita TB
Paru. Serta memberikan semangat untuk tidak menyerah agar cepat sembuh.
Koordinator TB Paru memberikan semangat kepada penderita TB Paru
agar selalu berobat dan melakukan pemeriksaan secara rutin.

SARAN
1. Bagi Penderita
a. Penderita disarankan untuk mengikuti penyuluhan tentang penyakit TB
Paru seperti istilah TB Paru, pengetahuan, pencegahan, penularan dan
pengobatan diharapkan penderita dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Untuk melakukan aktivitas sebaiknya menggunakan masker diharapkan
supaya mengurangi penularan kepada orang lain, di takutkan nanti pada
saat batuk atau bersin dapat menularkan pada orang lain. Cara-cara etika
batuk yang baik pada saat batuk atau bersin dan cara membuang ludah
pada tempat yang sudah diberi lysol serta mendengarkan apa saja yang
disarankan oleh koordinator TB.
2. Bagi PMOK
Agar selalu memberi motivasi dan semangat pada pasien TB Paru
supaya tidak putus asa, serta selalu menemani pada saat melakukan
pengobatan dan pemeriksaan rutin supaya tahu perkembangannya.

3. Bagi Koordinator TB dan Puskesmas


a. Selalu mengingatkan pada pasien supaya terus melakukan pengobatan
dan pemeriksaan dengan rutin jika sakit, meningkatkan pengetahuan

12
tentang istilah-istilah kesehatan dan menggunakan masker jika terkena
penyakit TB Paru.
b. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang kesehatan serta
melakukan kerjasama untuk memperdayakan ekonomi masyarakat
dengan kegiatan seperti mengolah limbah atau mendaur ulang sampah
dijadikan barang-barang yang dapat dijual seperti tas, dompet, pot bunga,
dan lain-lain.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menggunakan metode
penelitian yang lain dan penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pelaksanaan etika batuk untuk
pencegahan penyakit TB Paru BTA + yang sedang dalam pengobatan
strategi DOTS.

DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Milenium
Development Goals MDGS 2008
2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis cetakan ke 8, depkes RI.
Jakarta 2008
3. Kemenkes RI. Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberculosis di
Indonesia Tahun 2011. Jakarta, 2011
4. Departemen Kesehatan. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis.
Jakarta: Depkes; 2007. P. 8-88.
5. Umar F. A. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit buku kompas,
Jakarta : November 2005.
6. WHO. WHO Report 2013-Global Tuberculosis Control.
www.who.int/tb/data.diunduhtanggal31Oktober2013
7. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah.2012
8. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang
Tengah.2012
9. Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan. Edisi kedua. Erlangga.2011

13
RIWAYAT HIDUP

Nama :Resti Wulan Anggarini

Tempat, tanggallahir :Grobogan, 13 Januari 1993

JenisKelamin :Perempuan

Agama :Islam

Alamat : Ds Majenang Kuripan RT 05/ RW 19 Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan

Riwayat Pendidikan

1. TK Dharma Wanita Ngembak Purwodadi, tahun 1997-1998

2. SD Negeri 04 Ngembak Purwodadi, tahun 1998-2004

3. SLTP Negeri 05 Putat Purwodadi, tahun 2004-2007

4. SMA Futuhiyyah Mranggen Demak, tahun 2007-2010

5. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian

Nuswantoro Tahun 2010.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen