Sie sind auf Seite 1von 14

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SGD PASIEN CKD

KELOMPOK 1 KELAS A:

1. KHOIRUN NISAK (J210140001)

2. NADIYAH BALQIS (J210140008)

3. MEIDA R. (J210140013)

4. MARATUS S. (J210140021)

5. IMUNG DESY (J210140026)

6. DAFFA IBNU (J210140052)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN KEPERAWATAN S-1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2015

A. KASUS
Seorang pria, 52 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan mual,muntah dialami sejak
beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit dan bertambah sering sekitar 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Muntah berisi air dan sedikit sisa makanan. Pasien merasa sesak
1
nafas saat bernafas, RR: 27x/ menit, Nadi: 40x/menit, terlihat pasien bernafas menggunakan
otot aksesori. Pasien juga merasakan nyeri pada ulu hatinya skala 5 terasa seperti tertusuk
benda tajam, berulang. Pasien merasakan dirinya menjadi lemas dan merasa lebih cepat lelah
beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh sering merasa pusing
beberapa minggu belakangan tetapi tidak merasakan sakit kepala. Pasien merasakan gatal-
gatal dan terjadi ruam kulit. Perut juga dirasakan semakin membesar dan bengkak pada kaki
beberapa minggu belakangan. Pasien juga mengeluhkan buang air kecil kesannya berkurang
hanya sekitar kurang lebih 700cc setiap hari. Hal ini dirasakan kurang lebih 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Riwayat dirawat di Rumah Sakit Majene 5 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit dengan keluhan yang sama dan didiagnosis oleh dokter di Rumah Sakit tersebut
dengan gagal ginjal kronik. Pasien sempat mengkonsumsi Amlodipine 10 mg 1x1 dari
puskesmas tetapi selanjutnya pasien tidak berobat teratur. Riwayat sering buang air kecil
sedikit-sedikit dan terasa nyeri pada saat buang air kecil dan pada pinggang, air kencing
tampak keruh. Riwayat pernah berobat di RSWS dan didiagnosis menderita infeksi saluran
kemih.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang serta komposmentis.
suhu 36.5oC (axilla). Pada kepala ditemukan anemis +/+. Jantung: kardiomegali ( batas
jantung kiri : ICS V linea aksilaris anterior sinistra). Abdomen : nyeri tekan pada regio
epigastrium dan didapatkan ascites (shifting dullness +). Pada ekstremitas didapatkan edema
pretibial dan edema dorsum pedis.

Pada pemeriksaan laboratorium darah Hb: 7,5 gr/dl, MCV : 88 pl, MCH : 30,1 pg,
MCHC : 34,2 gr/dl, Ureum : 96 mg/dl (N 20-40 mg), Kreatinin : 17,2 mg/dl(N0,7-1,2 mg/dl),
Albumin : 2,6 gr/dl(N >4,0 g/dl), Fe : 25 µg/dl(N >50mg/dl), TIBC: 184 µg/dl. Dan hasil
urinalisis didapatkan Protein : 3/+++, Blood : 200/+++.

Hasil pemeriksaan foto thoraks AP ditemukan kardiomegali. Hasil USG abdomen PNC
Bilateral. Hasil EKG : Sinus ritme, Normo axis, Left Ventricular Hyperthrophy.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang lainnya, maka


pasien ini diassessment dengan CKD stage V ec. PNC Bilateral, Anemia Defisiensi Fe,
Hipoalbuminemia, dan Hiperurisemia.

2
B. KATA KUNCI: CKD stage V
C. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah yang dimaksud dengan CKD?
Jawaban: Penyakit ginjal kronik atau CKD adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
umumunya berakhir dengan gagal ginjal.
2. Mengapa dokter mendiagnosa CKD stage 5?
Jawaban:

Tahap 1

Fungsi Sedikit berkurang; kerusakan ginjal dengan GFR normal atau relatif tinggi (≥ 90
mL/min/1.73 m 2 ). Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau
penanda kerusakan, termasuk kelainan pada tes darah atau urine atau studi pencitraan.

Tahap 2

Ringan pengurangan GFR (60-89 mL/min/1.73 m 2 ) dengan kerusakan ginjal. Kerusakan


ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau penanda kerusakan, termasuk
kelainan pada tes darah atau urine atau studi pencitraan.

Tahap 3

Sedang penurunan pada GFR (30-59 mL/min/1.73 m 2 ) pedoman Inggris membedakan


antara tahap 3A (GFR 45-59) dan tahap 3B (GFR 30. - 44) untuk tujuan skrining dan
rujukan.

Tahap 4

Parah penurunan pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m 2 ) Persiapan untuk terapi pengganti
ginjal

Tahap 5

Ditetapkan gagal ginjal (GFR <15 mL/min/1.73 m 2 , atau terapi pengganti ginjal
permanen (RRT)

3. Mengapa penderita gagal ginjal kronik cenderung ingin mudah lelah dan mual?
Jawaban:

3
Karena terjadi penumpukan cairan pada sirkulasi tubuh,serta munculnya darah dalam
urin. Pemeriksaan darah dan urin secara teratur setiap tahun sangat disarankan bagi
orang-orang yang berisiko tinggi mengidap penyakit ginjal kronis.

4. Apa saja penyebab seseprang dapat menderita penyakit gagal ginjal kronis?
Jawaban:
Penyakit gagal ginjal ini biasanya disebabkan oleh penyakit yang bersifat sistemik seperti
hipertensi, diabetes melitus, terjadinya infeksi batu saluran kencing yang bisa
menyebabkan hidrolytoasis.
5. Sebutkan tanda dan gejala seseorang yg menderita penyakit gagal ginjal kronis
Jawaban:
Gagal ginjal menunjukkan gejala sebagai berikut:
 Lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari.
 Kulit gatal.
 Adanya darah atau protein dalam urin yang dideteksi saat tes urin.
 Kram otot.
 Kehilangan berat badan.
 Kehilangan nafsu makan.
 Penumpukan cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki,
kaki, atau tangan.
 Nyeri pada dada, akibat cairan menumpuk di sekitar jantung.
 Otot kejang.
6. Menagapa pada penderita gagal ginjal kronis sulit untuk berkemih?
Jawaban:
Ini merupakan ciri ciri sakit ginjal akut yang utama. Jumlah air urin yang keluar saat
berkemih dapat membantu dokter menegakkan diagnosis sakit ginjal akut
Selain mengeluarkan urin sedikit. Sakit ginjal akut dapat membuat urin lebih gelap keruh
7. Dalam kasus disebutkan pasien menderita bengkak kaki. Kenapa bisa terjadi
demikian?
Jawaban:
Hal tersebut dapat terjadi kaki dan tungkai akan membesar karena adanya penumpukan
cairan berlebih yang akan menumpuk di kaki. Selain itu pada sakit ginjal kadar protein
dalam darah akan berkurang sehingga menyebabkan kaki menjadi bengkak.
8. Bagaimanakah pecegahan agar tidak terkena penyakit gagal ginjal kronis?
Jawaban:
Banyak minum air putih
Hindari alkohol
Olahraga teratur
9. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit ginjal?
Jawaban:

4
solusi yang bisa di lakukan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal yaitu dengan
melakukan pencucian darah. pencucian darah di lakukan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang tidak lagi berfungsi dengan baik sehingga akan mengganggu kesehatan ginjal.
Sehingga jika melakukan pencucian darah akan mengembalikan kesehatan tubuh
walaupun hanya bertahan sebentar karena setelah nya akan terjadi penumpukan racun
kembali sehingga pencucian darah di lakukan secara berulang.
10. Apakah penyakit gagal ginjal dipengaruhi oleh keturunan?
Jawaban:
Penyakit ginjal bukanlah penyakit turunan tetapi terjadi akibat kebiasaan hidup yang
tidak sehat dan penyakit kronis yang tidak dikontrol.
11. Apa yang menyebabkan perut membesar pada penderita gagal ginjal?
Jawaban:
Pada penderita gagal ginjal perutnya dapat membesar dikarenakan rendahnya tingkat
albumin dalam darah yang menyebabkan perubahan dalam tekanan yang dioerlukan
untuk mencegah pertukaran cairan.
12. Bagaimana cara untuk mengobati perut yang membesar pada pasien gagal ginjal?
Jawaban:
Diet rendah garam
Dier cairan
Serun albumin
13. Apakah penderita gagal ginjal harus mengkonsumsi obat terus menerus seoanjang
hidup?
Jawaban:
Untuk penyakit kronis seperti gagal ginjal biasanya membutuhkan waktu yang lama pula.
Pada keadaan gagal ginjal kronis biasanya obat diberikan untuk mempertahankan kadar
ureym dan kreatinin agar tidak lebih tinggi kadarnya di dalam darah.selain obat juga
dulakukan pengaturan makan rendah protein
14. Apakah penderita gagal ginjal kronis masih boleh bekerja?
Jawaban:
Boleh. Akan tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan fisik aoakah setelah bekerja
kondisi badan tetap baik
15. Bagaimana cara untuk mengurangi resiko gagal ginjal ?
Jawaban:
Pola makan sehat
Hindari merokok dan minum minuman keras
Waspada diabetes
16. Sebutkan contoh makanan diet bagi pendertita ckd?
Jawaban:

 Diet lunak atau biasa,

5
 Konsumsi sumber karbohidrat: selai, gula pasir, permen dan sirup,
 Konsumsi Cukup energi namun rendah protein,
 Konsumsi sumber protein, diutamakan protein hewani, seperti: daging sapi, ,susu, dan
ikan. Takarannya tentu disesuaikan dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.
 Konsumsi makanan sumber lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan sekitar 25 persen dari
total energi yang diperlukan setiap hari.
 Kebutuhan air penderita gagal ginjal sebaiknya sesuai dengan jumlah urine selama satu
hari sekitar 500 mililiter yang didapatkan dari minuman dan makanan.
 Konsumsi makanan yang mengandung kalium dan natrium, dengan jumlah sesuai
keadaan penderita.
 Kebutuhan kalori Penderita Gagal Ginjal, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
 Kurangi konsumsi garam dapur, apabila anda juga menderita hipertensi bengkak.
 Konsumsi agar-agar, karena selain mengandung sumber energi makanan ini juga
mengandung serat yang larut.
17. Apa saja makanan pantangan bagi penderita ckd?
Jawaban :
 Kurangi Konsumsi makanan mengandung karbohidrat seperti: nasi, kentang, jagung,
pasta, hevermout, dan ubi-ubian.
 Kurangi Konsumsi Protein hewani, seperti: daging kambing dan ayam, hati, ikan, keju,
udang dan telur.
 Kurangi konsumsi Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: alpukat, apel, jeruk,
pisang, buah dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli dan buncis.
18. Bagaimana penatalaksanaan pasien CKD?
Jawaban:
 Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarny adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG, sehingga perburukan fungsi ginjal tidak terjadi
 Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
penyakit gagal ginjal. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat
memerburuk keadaan pasien. Factor-faktor komorbid tersebut antara lain, gangguan
keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obat-obat
nefrotoksik, bahan radiokontras atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
 Memperlambat perburukan fungsi ginjal

6
Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi
glomerulus. Ada dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus, yaitu
pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis untuk mengurangi hipertensi
intraglomerulus.
 Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular adalah
pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian
anemia, pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan
keseimbangan elektrolit.
 Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal
dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG < 15 ml/mnt. Terapi
pengganti ginjal dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
19. Pemeriksaan laboratorium apa saja yang dapat menunjang CKD?
Jawaban:

Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :

a) Sesuai penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus, hipertensi, dll).


b) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan LFG yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin
serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar
asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik.
d) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, leukosituria, cast, isosthenuria.
20. Pemeriksaan radiologi apa saja yang dibutuhkan?

Jawaban:

Pemeriksaan radiologi penyakit ginjal kronis meliputi :

a) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak.


b) Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalaim kerusakan.
c) Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengan indikasi

7
d) Ultrasonografi ginjal bisa memerlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi
e) Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.

D. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a) Identitas
Nama pasien : Tn.A
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
b) Keluhan utama: bengkak pada ekstremitas dan nyeri pinggang
c) Riwayat penyakit sekarang: beberapa minggu terakhir mual, muntah, tidak nafsu makan.
Terjadi pembengkakan pada ekstremitas dan perut. Merasa pusing dan lemas
Riwayat penyakit dahulu: -
Riwayat penyakit keluarga: hipertensi
d) Pemeriksaan fisik
1. TD: 130/80 , Suhu: 36,5 o C, RR: 27x/mnt, Nadi: 40 x/menit, TD: 120/70mmhg
2. Pada kepala ditemukan anemis +/+.
3. Jantung: kardiomegali ( batas jantung kiri : ICS V linea aksilaris anterior sinistra).
4. Abdomen : nyeri tekan pada regio epigastrium dan didapatkan ascites (shifting
dullness +).
5. Pada ekstremitas didapatkan edema pretibial dan edema dorsum pedis.
e) Pemeriksaan penunjang
a. Pada pemeriksaan laboratorium darah:
Hb: 7,5 gr/dl, MCV : 88 pl, MCH : 30,1 pg, MCHC : 34,2 gr/dl, Ureum : 96 mg/dl
(N 20-40 mg), Kreatinin : 17,2 mg/dl(N0,7-1,2 mg/dl), Albumin : 2,6 gr/dl(N >4,0
g/dl), Fe : 25 µg/dl(N >50mg/dl), TIBC: 184 µg/dl. Dan hasil urinalisis didapatkan
Protein : 3/+++, Blood : 200/+++.
b. Hasil pemeriksaan foto thoraks AP ditemukan kardiomegali. Hasil USG abdomen
PNC Bilateral. Hasil EKG : Sinus ritme, Normo axis, Left Ventricular Hyperthrophy.

ANALISA DATA

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1 DS: Ketidaksei anoreksia, mual,


mbangan muntah
Pasien mengatakan mual dan muntah selama nutrisi:

8
beberapa minggu dan bertambah selama 1 minggu kurang dari
terakhir dan tidak nafsu makan kebutuhan

DO:

Muntah berisi air dan sedikit sisa makanan, jatah


makanan dari RS tidak habis

2 DS: Penurunan beban jantung yang


curah meningkat
Pasien mengatakan sesak saat bernafas jantung
DO:

Pasien bernafas dengan otot aksesori, RR 27


x/menit, Nadi: 40x/menit

3 DS: Gangguan Fisiologis penyakit


rasa
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dan nyaman:
pinggang nyeri
DO:

Nyeri skala 5, tertusuk-tusuk, nyeri berulang.


Pasien terlihat menahan nyeri, wajah meringis

4 DS: Kerusakan pruritis


intergritas
Pasien mengatakan gatal-gatal kulit
DO:

Tangan pasien terlihat ada bercak merah dan ruam


kulit

5 DS: Ketidakefek perlemahan aliran


tifan perfusi darah keseluruh tubuh
Pasien mengatakan lemas, sering pusing beberapa jaringan
minggu terakhir perifer
DO:

Pasien terlihat lemah. Hb 7,5 g/dl, albumin 2,6 g/dl,


Fe 25mg/dl.

Jantung: kardiomegali ( batas jantung kiri : ICS V

9
linea aksilaris anterior sinistra

6 DS: Intoleransi oksigenasi jaringan


aktivitas yang tidak adekuat,
Pasien mengatakan lemas keletihan
DO:

Hb 7,5g/dl

7 DS: Kelebihan edema sekunder :


volume volume cairan tidak
Pasien mengatakan perut semakin membesar dan cairan seimbang oleh karena
bengkak pada kaki beberapa minggu belakangan. retensi Na dan H2O
Pasien juga mengeluhkan buang air kecil kesannya
berkurang hanya sekitar kurang lebih 700cc setiap
hari

DO:

Pada ekstremitas didapatkan edema pretibial dan


edema dorsum pedis.dan asites abdomen

DIAGNOSA

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat


2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan H2O
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan fisiologis penyakit
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan aliran darah
keseluruh tubuh
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,
keletihan
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

RENCANA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat


Tujuan: tidak terjadi atau berkurangnya penurunan curah jantung

10
Kriteria hasil: tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat
dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
b. Kaji adanya hipertensi
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, rediasi, beratnya (skala0-10)
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
e. Ajarkan teknik nafas dalam
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan H2O
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat pengguanaan cairan terutama pemasukan
dan haluaran
e. Kolaborasi dengan dokter
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: menunjukkan BB stabil
intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
e. Berikan perawatan mulut sering
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan fisiologis penyakit
Tujuan: nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan skala nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- Meyatakan rasa nayaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
d. Kurangi faktor resipitasi nyeri
e. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi

11
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan aliran darah
keseluruh tubuh
Tujuan: sirkulasi darah pasien dapat lancer dan tidak ada gangguan
Kriteria hasil:
Tekanan darah normal, tidak ada tanda peningkatan tekanan intracranial
Intervensi:
a. Monitor adanya tromboplebitis
b. Monitor keadaan kulit
c. Batasi aktivitas pada kepala, leher dan punggung
d. Monitor kemampuan BAB
e. Kolaborasi pemberian analgetik
6. Intoleransi aktivitas berhungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan: pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil:
a. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
b. Mampu berpindah tanpa bantuan dan alat bantu
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji faktor yang menybabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
7. Kerusakan integritas kulit berhungan dengan pruritis
Tujuan: integritas kulit dapat terjaga
Kriteria hasil:
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukkan perilaku / tekni untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan adanya kemerahan
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
d. Ubah posisi sesering mungkin
e. Berikan perawatan kulit
f. Pertahankan linen kering
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan
pada area pruritis
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar

12
DAFTAR PUSTAKA

13
Andrew S, Josef C. Evaluation of Laboratory Measurements For Clinical Assessment of Kidney
Disease. Clinical Practice Guidelines For Chronic Kidney Disease : Evaluation,
Classification, Stratification. 2002(5): 89-90.
Andrew S. Levey. Definition and Classification on Chronic Kidney Disease. Kidney
International. 2005(67): 2089-2100.
Ardaya. Manajemen Gagal Ginjal Kronik. Palembang: Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2003:
13-22.
Chronic Kidney Disease : Early Identification and Management of Chronic Kidney Disease in
Adults in Primary and Secondary Care. National Institute for Health and Care
Experience. 2008: 3-39.
Levey, AS. The Definition, Classification and Prognosis of Chronic Kidney Disease: a KDIGO
Controversies Conference Report. International Society of Nephrology. 2011
Jul;80(1): 17-28.
Mansjoer A, Thyantik, Santini R. Gagal Ginjal Kronik. Kapite Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.
2001(6): 531-4.
Skorecki K, Green J, Brenner BM. Chronic Renal Failure. Harrison’s Principles and Internal
Medicine. 16th edition. 2005(11): 1653-63.
Suwitra K. Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi kelima.
2009(137): 1035-40.
Pradeep, A. Chronic Kidney Disease. www.emedicine.medscape.com/article/238798-overview.
2014.
Wheeler D, Brown A, Trison C. Evaluation of anaemia of CKD. Clinical Practice Guidelines :
Anaemia of CKD. 2010(3): 25-35.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen