Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh:
Yahya Syukria 1710711060
Asfiksia neonatus atau asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Konsekuensi fisiologis yang terutama terjadi adalah
depresi susunan saraf pusat dengan kriteria menurut WHO (Word Health Organization) 2008
didapat adanya gangguan neurologis berupa Hypoxic Ischaemic Enchepalopaty (HIE).
Afiksia adalah suatu keadaan kekurangan O2 pada respirasi yang biasanya ditandai dengan:
Keadaan asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung Dari
hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir kegagalan ini juga
berakibat pada terganggunya fungsi dari masing-masing jaringan dan organ yang menjadi
masalah.
Asfiksia neonatus atau asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Sering kali bayi yangsebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami afiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan kondisi ibu, tali pusat atau keadaan bayi selama atau sesudah pesalinan.
(DEPKES RI, 2009)
A. Klasifikasi Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang mengakibatkan
hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
A. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir, diantaranya adalah :
1. Faktor ibu :
a. Pre-eklampsi daneklampsi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kemudian disusul
dengan pernapasan teratur dan tangisan bayi. Proses perangsangan pernapasan ini dimulai
dari tekanan mekanik dada pada persalinan, disusul dengan keadaan penurunan tekanan
oksigen arterial dan peningkatan tekanan karbon dioksida arterial, sehingga sinus
karotikus terangsang terjadinya proses bernapas. Bila mengalami hipoksia akibat suplai
oksigen ke plasenta menurun karena efek hipertensi dan proteinuria sejak intrauterin,
maka saat persalinan maupun pasca persalinan berisiko asfiksia (Winkjosastro, 2007).
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan terjadi
adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi terganggu, maka
bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada gangguan sistem organ
vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba,
2008).
Denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan tidak teratur
Mekonium dalam air ketuban ibu
1. Apnoe
2. Pucat
3. Sianosis
5. Kejang (Ghai,2010)
D. Diagnosis Asfiksia
1. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
b. Cara dilahirkan.
2. Pemeriksaan fisik
f. Pemeriksaan penunjang
g. Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada
darah tali pusat jika:
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan
suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan
suhu bayi baru lahir dengan:
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.