Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
Wekiles Enembe 1
ABSTRACT
The problem of juvenile delinquency until recently can be said to have become
a social problem that needs to be faced by the Government, society and the
family. The reason is because the rate of juvenile delinquency which lately
occurred already lead to criminal action. Now many people recently with the
occurrence of a brawl between the Kampong teenagers leading to the Act of
breaking the law, even the passing of youth and teenagers.
The problem of juvenile delinquency already penetrated up to the countryside
as well as in the Kabori village of District Kembu Tolikara Regency. Rising
juvenile delinquency happening lately so that the authorities of the village,
giving considerable attention because often make a scene and have to deal
with police, the altercation between the village, drinking alcohol, smoking and
drugs, inhaling Aibon glue and free sex. Such action is very troubling the
Government villages, in particular the community or family.
The inclusion of negative influences into a life community Kabori village order
is slowly but surely starting to life gnaw community Kabori village order,
because his young generation began to leave his ancestor's habits were
considered old-fashioned and outdated and they would follow the new
lifestyle that comes from the outside. It needs to be a more serious handling
of the local government in particular Government Kabori village.
1
Mahasiswa Sosiologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing Skripsi 1
3
Pembimbing Skripsi 2
1
PENDAHULUAN mulai dengan mengkonsumsi
alkohol kemudian memulai
Masalah kenakalan remaja
perkelahian ada pula remaja yang
sampai saat ini dapat dikatakan
terlibat dengan pergaulan sex
sudah menjadi masalah sosial yang
bebas, abortus, pencurian motor,
perlu dihadapi oleh pemerintah,
merokok dan lain-lain (Gunarsah,
masyarakat dan keluarga. Alasan-
2012).
nya karena tingkat kenakalan
remaja yang akhir-akhir ini terjadi Masalah kenakalan remaja
sudah mengarah pada tindakan ternyata sudah merambah sampai
kriminal. Betapa banyak remaja- ke pedesaan seperti halnya di desa
remaja yang telah berurusan Kabori Distrik Kembu Kabupaten
dengan masalah hukum, bahkan di Tolikara dengan melihat berbagai
kota-kota besar maupun di daerah permasalahan yang terjadi pada
pedesaan seperti terjadinya tawu- remaja sebagaimana hasil penga-
ran atau perkelahian antar murid matan selama ini sehingga pihak
sekolah sehingga mengakibatkan pemerintah, masyarakat dan
kematian diantara siswa. Pihak keluarga, memberi perhatian yang
pemerintah terutama dalam hal ini cukup besar pada masalah ini,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan karena remaja dan pemuda
Khususnya pihak sekolah terpaksa merupakan tulang punggung
memberhentikan para siswa bangsa dan negara sehingga
karena terjadinya kasus-kasus diperlukan penanggulangan lebih
pembunuhan antar pelajar, keter- dini anak agar mudah untuk
libatan dengan narkoba, penyitaan mengatasinya.
handphone karena menyimpan Meningkatnya kenakalan
film-film porno dan berbagai kasus remaja yang terjadi akhir-akhir ini
lainnya. terjadi pula di desa Kabori di Distrik
Kalangan masyarakat kini Kembu, sehingga pihak peme-
banyak diresahkan dengan terjadi- rintah desa, memberi perhatian
nya tawuran antar kampung oleh yang cukup besar karena seringnya
pihak remaja yang menjurus pada membuat keributan sehingga
perbuatan yang melanggar hukum, harus berurusan dengan pihak
bahkan meninggalnya pemuda Kepolisian, perkelahian antar
dan remaja. Tawuran selalu di kampung, meminum alkohol,
2
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
3
Pengertian Remaja sosial apabila orang tua tidak
mengerti apa yang sedang dilalui
Wirawan (2006) mendefinisi-
oleh anaknya yang remaja itu.
kan remaja sebagai periode
transisi antara masa anak-anak ke Ali dan Asrori (2011) me-
masa dewasa atau masa usia nyatakan masa remaja merupakan
belasan tahun atau seseorang golongan yang tidak termasuk
yang menunjukkan tingkah-laku golongan anak-anak, tetapi belum
ter-tentu seperti mudah diatur, juga dapat diterima secara penuh
mudah terangsang perasaannya untuk masuk dalam golongan
dan sebagainya. dewasa. Remaja ada diantara anak
dan orang dewasa, oleh karena itu
Masa remaja menurut
remaja sering kali dikenal dengan
Mappiare (1988) berlangsung
fase “mencari jati diri”. Hal tersebut
antara umur 12 tahun sampai 21
menyebabkan tidak sedikit remaja-
tahun bagi wanita dan 13 tahun
remaja menyalurkan dengan media
sampai dengan 22 tahun bagi pria.
yang salah dalam bentuk kena-
Remaja adalah masa peralihan dari
kalan remaja. Beberapa bentuk dari
masa kanak-kanak menuju masa
kenakalan remaja yang terjadi
dewasa yang ditandai dengan
seperti tawuran antar pelajar,
adanya perubahan aspek fisik,
perusakan fasilitas umum, dan juga
psikis dan psikososial.
mencoret dinding sekolah ataupun
Menurut Zakiah (2009) Remaja
tempat umum. Hal ini sangat
adalah suatu tingkat umur dimana
mengkhawatirkan para orang tua
anak-anak tidak lagi anak-anak,
yang memiliki anak remaja.
tetapi belum juga dapat dikatakan
Mulyono (2013) menyatakan
dewasa. Jadi remaja adalah umur
bahwa secara faktual remaja dapat
dewasa. Namun tingkah-lakunya
dilihat dalam berbagai perspektif
juga belum dianggap dewasa. Pada
antara lain : dari segi umur, segi
umur ini telah terjadi berbagai
fisik, segi perkembangan seksua-
perubahan yang tidak mudah bagi
litas, segi perkembangan intelek-
seorang anak untuk menghadapi-
tualitas, segi perkembangan
nya tanpa bantuan dari pihak
emosional, segi perkembangan
orang tua dan dewasa pada
sosial, dan segi perkembangan
umumnya. Pada umur ini terjadi
religius.
perubahan secara jasmani, emosi,
4
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
5
mengakibatkan kerugian dan lingkungan, keluarga, urbanisasi
kerusakan baik terhadap dirinya dan pengangguran dan suatu
sendiri maupun orang lain yang gejala akhir zaman. Meskipun
dilakukan remaja di bawah umur kenakalan remaja bukanlah faktor
17 tahun. bukanlah faktor biologis, namun
faktor keturunan sangat ber-
Timbulnya Kenakalan Remaja
pengaruh terutama berkaitan
Berbicara mengenai timbulnya
dengan warisan yang dimiliki.
Kenakalan Remaja, mengharapkan
Mungkin hal ini disebabkan
kita pada beberapa pokok
beberapa hal antara lain, keturunan
persoalan penting yang saling
keluarga yang buruk sebagai
berkaitan dan saling mempe-
akibat lemah pikiran, sakit syaraf.
ngaruhi. Motivasi-motivasi itu
Akibat kelemahan ini maka si anak
sendiri merupakan faktor yang
kurang dapat menyesuaikan diri,
turut menentukan sejauh mana
lambat belajar dan kurang dapat
anak-anak remaja dapat bertindak
menghargai nilai-nilai hidup yang
nakal. Seorang anak bertindak
baik. Sedang yang lain mungkin
nakal (Tambunan, 2009) bukanlah
mempunyai tenaga berlebihan,
suatu pembawaan lahir, ia
penuh semangat sehingga ia
bertindak atas dorongan hatinya
tampak sangat aktif, dan seolah-
sendiri. Ia mempelajari tindakan-
olah suka menindas dan mau
tindakan itu dari luar. Jadi adalah
berkelahi saja. Reiss (Dalam
merupakan pengalaman bila si
Tambunan 2009) mengatakan
anak bertindak nakal. Atau
bahwa pengendalian ego atau
manusia bertindak jahat atas
keakuan yang lemah ataupun
pengalaman-pengalaman yang
mungkin yang terlalu besar
dipelajarinya, sebagai Kesimpulan
mendorong anak bertindak tanpa
bahwa dapat dikatakan kenakalan
pertimbangan-pertimbangan yang
itu adalah suatu kondisi sosial,
pasti, serta tidak sesuai dengan
bukanlah kondisi biologis.
ukuran yang digariskan dalam
Menurut Tambunan (2009) norma masyarakat setempat.
mengatakan bahwa kenakalan
Daradjat (2009) mengatakan
remaja dapat ditinjau dari
bahwa latar belakang kenakalan
beberapa faktor seperti faktor
keturunan, faktor kejiwaan, faktor
6
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
7
pula dengan foto-foto cabul Menurut Selo Soemardjan
atau menyimpannya di HP (1999) menyatakan perubahan
k. Meminum alkohol dan atau sosial adalah segala perubahan
merokok sebelum batas umur pada lembaga–lembaga
yang pantas, kemasyara-katan di dalam suatu
l. Berada di tempat yang kurang masyarakat, yang dapat
baik bagi perkembangan jiwa mempengaruhi sistem sosialnya,
remaja dan terlarang bagi termasuk di dalamnya nilai–nilai,
remaja (Klub malam, Bar, sikap–sikap dan pola–pola
tempat judi, menonton film perikelakuan di antara kelompok–
yang bukan untuk golongan kelompok dalam masyarakat.
seumurnya, berada di tempat Hans Garth dan C.Wright Mills
pelacuran dan lain-lain). (dalam Selo Soemardjan 1991)
m. Berkebiasaan berbicara kotor, mendefinisikan perubahan sosial
tidak senonoh, cabul di yang terjadi pada kemunculan,
hadapan seseorang atau di perkembangan, dan kemunduran
hadapan umum, dalam kurun waktu tertentu
n. Bergaul dengan orang yang terhadap peran, lembaga, atau
reputasinya jelek (tukang tatanan yang meliputi struktur
copet, pencuri/amoral dll), sosial.
o. Menentang guru dan lain-lain.
Koentjaraningrat (2002),
Perubahan Sosial westernisasi adalah usaha meniru
Dalam gaya hidup masyarakat gaya hidup orang barat. Secara
kota pada umumnya mengalami konkret, meniru secara berlebihan
perubahan sosial yang dipengaruhi gaya pakaian orang barat dengan
oleh faktor westernisasi, sebab cara mengikuti mode yang
kehidupan sosial bersifat dinamis. berubah dengan cepat, meniru
Perubahan sosial merupakan gaya berbicara dan adat sopan
gejala sosial yang normal yang santun pergaulan orang barat,
tidak dapat dipandang hanya satu meniru pola-pola bergaul, pola-
sisi, sebab perubahan ini pola berpesta, pola rekreasi, dan
mengakibatkan perubahan di lain sebagainya.
sektor-sektor lain. Menurut Soekanto, (2000)
memberikan pengertian tertentu,
8
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
9
dan Mills dalam Garna (1992) struktur dan fungsi masyarakat. Mc
mendefinisikan perubahan itu Iver menyatakan perubahan sosial
sebagai segala sesuatu yang dikatakannya sebagai perubahan-
berlaku dalam suatu jangka waktu perubahan dalam hubungan sosial
pada peranan institusi atau hal (social on relationship) atau sebagai
lainnya yang meliputi struktur perubahan terhadap keseim-
sosial, termasuk kemunculan, bangan (equibrium) hubungan
perkembangan dan kemusnahan- sosial.
nya. Selanjutnya menurut Pada tahun 2005 setelah
Hendropuspito (1989) perubahan pemekaran Kabupaten Tolikara
struktural dan perubahan atas dasar UU No 26 Tahun 2005
fungsional banyak terjadi dewasa pemekaran dari kabupaten
ini khususnya yang menyangkut Jayawijaya dan menjadi kabupaten
kedudukan (status) sosial pola- definitif pada tahun 2006. Dampak
pola kelakuan dan nilai-nilai sosial. dari pemekaran kabupaten
Fenomena ini tidak dapat tersebut menyebabkan mulai
dipisahkan dari unsur manusia, terjadi pergeseran menuju
waktu dan tempat, artinya bagi kemajuan pembangunan maupun
manusia tertentu dalam waktu perubahan kebiasaan cara hidup
tertentu dan tempat (wilayah) masyarakat setempat dan juga
tertentu, perubahan itu bersifat perubahan budaya daerah di
tertentu pula. Kecepatan dan seluruh wilayah Kabupaten Tolikara
bentuk perubahan berbeda-beda. pada umumnya dan lebih
Willian F Ogburn disadur oleh khususnya Kampung (Desa) Kabori
Soekanto (1990) meyatakan bahwa Distrik Kembu Kabupaten Tolikara.
ruang lingkup perubahan sosial Pergeseran atau perubahan
meliputi unsur-unsur kebudayaan budaya belum tentu baik dan juga
baik yang material maupun yang belum tentu tidak baik, namun
immaterial, yang ditetapkan adalah perlu dipelajari mana yang baik
pengaruh besar unsur-unsur maupun mana yang buruk di
kebudayaan material terhadap berbagai indikator yang ada
unsur-unsur immaterial. Kingsley sebelum dikonsumsi, dengan
Davis. (1998) mengartikan peru- demikian pengaruh dari luar
bahan sosial sebagai perubahan- banyak yang masuk di Kampung
perubahan yang terjadi dalam
10
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
11
pada umumnya dan lebih khusus acara-acara keramaian seperti;
kepada anak generasi muda di Diskotik, menghisap lem Aibon,
daerah ini. Mengingat peran main judi, berpacaran dengan seks
Generasi Muda sebagai generasi bebas, selain itu harus menuruti
harapan bangsa adalah aset untuk nasehat-nasehat yang diberikan
mempertahankan masa depan oleh orang tua agar mendapatkan
Negara pada umumnya dan lebih pendidikan dengan baik. Beberapa
khususnya pembangunan daerah, faktor-faktor yang membuat
tetapi pada kenyataannya adalah mudah terpengaruh kepada anak
adanya kemajuan era globalisasi muda di Kampung (Desa) Kabori
saat ini telah mengancam kepada sehingga mengakibatkan menurun
Generasi Muda sebagai sasaran sema-ngat untuk bersekolah pada
utama untuk diserang. Hal tersebut anak-anak untuk meraih
juga dapat mempengaruhi pendidikan dengan baik oleh
pergeseran Budaya yang masuk karena pengaruh budaya luar,
dari luar di Desa Kabori Distrik dengan demikian orang tua
Kembu. Untuk mengatasi masalah diharapkan selalu memberikan
tersebut memerlukan perhatian nasihat kepada anak-anak agar
oleh seluruh lapisan Masyarakat, bisa meraih pendidikan dengan
Pemerintah Desa, Tokoh Gereja baik.
Tokoh Masyarakat dan Tokoh Berbagai upaya yang sedang
Pemuda agar segera menanggapi dilakukan oleh masyarakat untuk
dengan serius. mengatasi permasalahan ini masih
Beberapa upaya sedang belum berhasil dengan baik dan
dilakukan sebagai antisipasi Pemerintah Kabupaten Tolikara
terhadap masalah yaitu antara lain: wajib memperhatikan kondisi
Sosialisasi tentang pentingnya daerah seperti : Membuat
pendidikan masa depan anak, Peraturan Daerah (PERDA) Tentang
supaya meningkatkan dalam Pembinaan Generasi Muda.
pembinaan pendidikan, mem- Kemudian melakukan sosialisasi
berikan bimbingan kepada anak kepada kepada seluruh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan kepada Kabupaten Tolikara termasuk
anak muda sesuai zamannya, masyarakat Kampung (Desa)
dilarang keras atau tutup tempat Kabori. Pemerintah Kampung
12
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
13
pendidikan. pergeseran tata positif dalam rangka pembe-
kehidupan masyarakat khususnya rdayaan masyarakat di bidang
generasi muda menjadi lepas pendidikan agar mereka bisa
kontrol dan terjadi kemunduran di menikmati pendidikan yang pantas
bidang pengembangan sumber- sehingga bisa terlepas dari
daya manusia karena generasi kungkungan kehidupan Pengaruh
muda banyak yang putus sekolah yang masuk dari luar yang telah
mulai dari tingkat Sekolah Dasar menjerumuskan kehidupan remaja
(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat dan pemuda ke dalam kenakalan
Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan sulit menjadi menjadi tuan rumah
Tingkat Atas (SLTA) sampai pada yang baik serta mampu untuk
Perguruan Tinggi. membangun daerahnya dengan
sumberdaya manusia yang mapan
Akibat kemunduran sumber-
dan tangguh.
daya manusia, maka banyak posisi
strategis di bidang pemerintahan Kurangnya perhatian dari
dan Swasta dipegang oleh orang pihak pemerintah terhadap
luar. Dengan banyaknya posisi penyediaan sarana dan prasarana
strategis yang dipegang oleh pendidikan, kurangnya tenaga
orang luar, maka penduduk guru, Jauhnya letak sekolah dari
setempat hanya menjadi bawahan pemukiman, kurangnya penga-
dan sebagian besar hanya menjadi wasan pihak keamanan dan
rakyat biasa yang miskin, menjadi mudahnya mendapatkan ijin
masyarakat yang bodoh, akhirnya keramaian, bebasnya penjualan
mereka akan menjual kekayaan minuman beralkohol, kurangnya
mereka untuk mempertahankan pengawasan orang tua terhadap
hidup. Untuk itu perlu penanganan kehidupan muda-mudi menjadi
yang lebih serius dari pihak pemicu terjadinya keadaan kurang
Pemerintah Daerah khususnya baik dalam kehidupan remaja dan
Pemerintah Kampung (Desa) pemuda di Kampung (Desa) Kabori
Kabori. Distrik Kembu Kabupaten Tolikara.
14
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
DAFTAR PUSTAKA
Ali dan Asrori 2011, Masalah Anak dan Anak bermasalah, Penerbit PT Bulan
Bintang Jakarta.
Andi Mapiare,1988, Psikologi Remaja, Surabaya, Usaha Nasional,
Bonger. William. A. 1976, criminality and Economic Conditions (Criminalite
et conditions economieques) , Little Boston.
Dariyo, Agoes 2010, Psikologi Perkembangan Remaja, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Dusek 1977, Delinquency, Subcultures: Sociological Interpretation og Gang
Delinquency, Annal of the American Academy of Political and Social
Science.
Fuhrmann 1990, The Psychology of Crime, Columbia University Press, New
York.
Gunarsah Singgih. D. 2012, Psikologi Remaja, Penerbit BPK Gunung Mulia
Haditono, Siti Rahayu 2009 Psikologi Perkembangan, Penerbit Gajah Mada
University Press.
Hurlock 1973, Crime , Unemployment and Status Integration, British Journal
of Criminology, New Jersey.
Kartono Kartini 2010, Psikologi Sosial, Penerbit Rajawali Jakarta.
Koentjaraningrat, 2003, Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan, PT
Gramedia Jakarta.
16