Sie sind auf Seite 1von 13

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No.

3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493


EVALUASI PENGGUNAAN DAN OUTCOME TERAPI OBAT
ANTINYERI PADA PASIEN DIABETIK NEUROPATI DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Ririn M. Tambirang1), Weny I. Wiyono1), Marina Mamarimbing1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Diabetic neuropathy is a symptom or a sign of peripheral nerve dysfunction, the presence of


both clinical and subclinical disorders, which occur in diabetes mellitus without the cause of other
peripheral neulropathy, this neuropathy disorder includes somatic and autonomic manifestations of
the peripheral nervous system. This study aims to evaluate the use of anti-pain medication in patients
with diabetic neuropathy at inpatient installation of RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, based on
the type of anti-pain medication used and outcome of therapy. This study was a cohort study with
observational and conducted prospectively of 20 diabetic neuropathy patients who met the inclusion
criteria. The results to showed that patient received single anti-pain therapy were 14 patients (70%)
and combination of anti-pain medication were 6 patients (30%), 8 patients given a single anti-pain
medications has improved conditions, while in 6 patients were given a single anti-pain medication
hasn’t improved condition, and in 6 patients given anti-pain drug combination experienced improved
conditions. Among the 20 patients, 14 patients (70%) has improved conditions and 6 patients (30%)
hasn’t improvement.

Keywords : Diabetic neuropathy, Evaluation of painful medicine, Treatment outcome.

ABSTRAK
Diabetik neuropati adalah gejala atau tanda-tanda disfungsi saraf perifer, adanya gangguan
baik klinis maupun subklinis, yang terjadi pada diabetes melitus tanpa penyebab neuropati perifer
yang lain, gangguan neuropati ini termasuk manifestasi somatik dan otonom dari sistem saraf perifer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antinyeri pada pasien diabetik neuropati
di instalasi rawat inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, berdasarkan jenis obat antinyeri yang
digunakan serta outcome terapi yang didapat oleh pasien. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kohort, bersifat observasional dan dilakukan secara prospektif terhadap 20 pasien diabetik neuropati
yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian dari 20 pasien diabetik neuropati yang menerima
terapi obat antinyeri tunggal yaitu sebesar 14 pasien (70%) dan obat antinyeri kombinasi yaitu sebesar
6 pasien (30%), 8 pasien yang diberikan obat antinyeri tunggal mengalami perbaikan kondisi,
sedangkan pada 6 pasien yang diberikan obat antinyeri tunggal tidak mengalami perbaikan kondisi,
dan pada 6 pasien yang diberikan obat antinyeri kombinasi mengalami perbaikan kondisi. Di antara 20
pasien, 14 pasien (70%) mengalami perbaikan kondisi dan pada 6 pasien (30%) tidak mengalami
perbaikan kondisi.

Kata Kunci : Diabetik neuropati, Evaluasi obat antinyeri, Outcome terapi.

76
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN traumatic. Berdasarkan National Diabetes


Diabetes merupakan salah satu Statistics Report tahun 2014 dari Centers
penyakit degeneratif, di antara penyakit for Disease Control and Prevention, 29
tidak menular yang akan meningkat juta warga Amerika atau sekitar 9,3% dari
jumlahnya di masa datang. World Health populasi Amerika Serikat mengidap
Organization (WHO) membuat perkiraan diabetes. Data epidemiologi menunjukkan
bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap bahwa prevalensi neuropati sebesar 30%
diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah pada pasien diabetes rawat inap dan 20%
150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 pada pasien rawat jalan (Vinik et al.,
tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah 2000). Sementara di Indonesia, persentase
itu akan membengkak menjadi 300 juta komplikasi tertinggi diabetes melitus di
orang (Suyono, 2014). RSUP Dr. Cipto Mangukusumo Jakarta
Diabetes melitus (DM) adalah (RSCM) pada tahun 2011 adalah neuropati
penyakit yang ditandai dengan yang dialami oleh 54% pasien diabetes
hiperglikemia yang terjadi secara kronis melitus diikuti retinopati sebesar 33,40%
dan dapat menimbulkan berbagai dan proteinuria sebesar 26,50%
komplikasi kronik seperti retinopati, (Kemenkes RI, 2014). Beberapa
neuropati, nefropati, komplikasi pedoman terapi telah merekomendasikan
kardiovaskular, dan ulserasi. Enam puluh penggunaan terapi farmakologi yang telah
persen di antaranya mengalami komplikasi disetujui untuk mengurangi nyeri dan
berupa kerusakan atau disfungsi saraf meningkatkan kualitas hidup pasien.
perifer yang biasa disebut diabetik Terapi tersebut meliputi golongan
neuropati (Lestari et al., 2016). analgesik antidepresan, antikonvulsan,
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
Proses kejadian diabetik neuropati (NSAID) dan obat-obatan topikal (Bril et
berawal dari hiperglikemia berkepanjangan al., 2011). Banyaknya
yang berakibat terjadinya peningkatan terapi farmakologi yang berbeda untuk
aktivitas jalur poliol, sintesis advance nyeri neuropati menyebabkan interpretasi
glycosilation end product (AGEs), data pada efektivitas dan keamanan
pembentukan radikal bebas dan aktivasi menjadi sangat kompleks. Evaluasi terapi
protein kinase C (PKC). Aktivasi berbagai sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
jalur tersebut berujung pada kurangnya pertimbangan terbaik pada pemilihan
vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf terapi, ditinjau dari penurunan tingkat
menurun dan bersama rendahnya nyeri, manfaat, serta resiko yang dapat
mioinositol dalam sel terjadilah diabetik ditimbulkan. Oleh karena itu, diperlukan
neuropati. Berbagai penelitian adanya suatu penelitian dan evaluasi
membuktikan bahwa kejadian diabetik tentang penggunaan obat antinyeri pada
neuropati berhubungan sangat kuat dengan diabetik neuropati sehingga dapat
lama dan beratnya diabetes melitus diperoleh evaluasi penggunaan obat
(Subekti, 2014). antinyeri yang efektif dalam meredakan
Diabetik neuropati nyeri.
merupakan komplikasi diabetes tertinggi di
negara berkembang dan merupakan METODE PENELITIAN
penyebab 50% - 75% amputasi non Waktu dan Tempat Penelitian

77
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Penelitian ini dimulai pada bulan Instrumen penelitian yang
Januari - Maret 2018 dan dilakukan di digunakan adalah rekam medik kesehatan
Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. (RMK), lembar pengumpulan data (LPD),
Kandou Manado. dan kuesioner Patient Comfort Assessment
Jenis Penelitian Guide terkait evaluasi penggunaan dan
Penelitian ini merupakan jenis outcome terapi obat antinyeri pada pasien
penelitian kohort, bersifat observasional diabetik neuropati.
dan dilakukan secara prospektif. Analisis Data
Sampel Penelitian Analisis data dilakukan secara
Sampel penelitian adalah pasien deskriptif dengan mendeskripsikan obat
penderita diabetes melitus dengan antinyeri yang digunakan pasien diabetik
komplikasi diabetik neuropati di instalasi neuropati berdasarkan jenis, kombinasi
rawat inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou obat, dosis, rute pemberian, frekuensi
Manado pada periode bulan Januari - penggunaan dan waktu penggunaan yang
Maret 2018 yang memenuhi kriteria terdapat dalam lembar pengumpulan data,
inklusi dan eksklusi. kemudian mengidentifikasi dan
Besar Sampel mengevaluasi outcome terapi dari
Besar sampel yang diambil sebagai pemberian obat antinyeri dalam meredakan
data menggunakan metode time limited nyeri, menggunakan lembar kuesioner
sampling pada periode waktu bulan Januari penelitian Patient Comfort Assessment
- Maret 2018. Guide.
Instrumen Penelitian

HASIL PENELITIAN
1. Demografi Pasien

Jenis Kelamin
Tabel 2. Pasien dengan diagnosa diabetik neuropati di instalasi rawat inap RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou yang menerima terapi obat antinyeri berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)
Laki-laki 10 50
Perempuaan 10 50
Total 20 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui jumlah 10 orang (50%) dan pasien perempuan
pasien laki-laki dan perempuan sebanding sebanyak 10 orang (50%).
jumlahnya yaitu pasien laki-laki sebanyak

Usia
Tabel 3. Pasien dengan diagnosa diabetik neuropati di instalasi rawat inap RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou yang menerima terapi obat antinyeri berdasarkan penggolongan usia
(KEMENKES RI, 2016).
Usia (tahun) Jumlah Pasien Persentase (%)
15 - 19 0 0
20 - 24 0 0
78
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
25 - 29 1 5
30 - 34 0 0
35 - 39 0 0
40 - 44 1 5
45 - 49 3 15
50 - 54 4 20
55 - 59 3 15
60 - 64 2 10
65 - 69 2 10
70 - 74 4 20
75+ 0 0
Total 20 100

Pasien diabetik neuropati yang yaitu masing-masing 4 pasien (20%).


menerima terapi obat antinyeri berdasarkan Kemudian diikuti dengan kelompok usia
penggolongan usia pada Tabel 3 yang 45 - 49 tahun dan kelompok usia 55 - 59
terbanyak yaitu kelompok usia 50 - 54 tahun yaitu masing-masing 3 pasien (15%).
tahun dan kelompok usia 70 - 74 tahun

Penyakit Penyerta
Tabel 4. Penyakit penyerta pada pasien diabetik neuropati di instalasi rawat inap RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou berdasarkan ICD-10 (International Classification of Disease 10,
2016).
Penyakit Penyerta Jumlah Pasien Persentase (%)
Penyakit Pada Sistem Peredaran 16 41,02
Darah
Penyakit Endokrin, Nutrisi dan 4 10,26
Gangguan Metabolik
Penyakit Pada Sistem 4 10,26
Muskuloskeletal dan Jaringan
Ikat
Penyakit Pada Sistem Pencernaan 8 20,51
Penyakit Pada Sistem 5 12,82
Genitourinary
Penyakit Pada Sistem Pernapasan 2 5,13

Total 39 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penyakit pada sistem pencernaan sebanyak
penyakit pada sistem peredaran darah pasien 8 pasien (20,51%) dan penyakit
merupakan mayoritas penyakit penyerta pada sistem genitourinary sebanyak 5
terbanyak, yaitu sebanyak 16 pasien pasien (12,82%).
(41,02%). Kemudian diikuti dengan

2. Evaluasi Penggunaan Obat Antinyeri

Golongan Obat Antinyeri


Tabel 5. Golongan Obat Antinyeri yang Digunakan Pasien Diabetik Neuropati

79
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase
Antinyeri Antinyeri Pasien (%)
Anti Depresan Amitriptilin 1 5
Anti Konvulsan Gabapentin 2 10
NSAID Asam Mefenamat 1 5
NSAID Kaltrofen supp 1 5
NSAID Ketorolak 5 25
NSAID Meloksicam 1 5
Analgesic non opioid Paracetamol 19 95

Berdasarkan data pada Tabel 5, diketahui pasien diabetik neuropati yaitu 19 pasien
golongan obat antinyeri analgesic non (95%), kemudian diikuti dengan golongan
opiod yaitu paracetamol merupakan obat obat NSAID Ketorolak yaitu 5 pasien
antinyeri yang paling banyak digunakan (25%).

Pemberian Obat Antinyeri


Tabel 6. Jenis pemberian obat antinyeri pada pasien diabetik neuropati
Jenis Pemberian Obat Jumlah Pasien Persentase (%)
Antinyeri
Tunggal 14 70
Kombinasi 6 30
Total 20 100
neuropati yaitu 14 pasien (70%),
Berdasarkan data pada Tabel 6, diketahui sedangkan obat antinyeri kombinasi hanya
penggunaan jenis obat antinyeri tunggal 6 pasien (30%).
paling banyak digunakan pasien diabetik
Tabel 7. Jenis obat antinyeri tunggal yang digunakan pasien diabetik neuropati

Obat Antinyeri Tunggal Jumlah Pasien Persentase (%)


Asam Mefenamat 1 7,14
Ketorolak 1 7,14
Paracetamol 12 85,71
Jumlah Pasien 14 100

Berdasarkan data pada Tabel 7, diketahui pasien (85,71%) sedangkan Asam


jenis obat antinyeri tunggal yang paling mefenamat dan Ketorolak masing-masing
banyak digunakan pasien yaitu digunakan oleh 1 pasien (7,14%).
Paracetamol yang digunakan oleh 12

Tabel 8. Jenis obat antinyeri kombinasi yang digunakan pasien diabetik neuropati

Obat Antinyeri Kombinasi Jumlah Pasien Persentase (%)


Ketorolak + Meloksicam + 1 16,66
Amitriptilin
Paracetamol + Gabapentin 1 16,66
Paracetamol + Gabapentin + 1 16,66
Ketorolak
Paracetamol + Kaltrofen supp 1 16,66
80
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Paracetamol + Ketorolak 2 33,33
Jumlah Pasien 6 100
banyak digunakan pasien yaitu
Dari data pada Tabel 8, diketahui jenis Paracetamol + Ketorolak 2 pasien
obat antinyeri kombinasi yang paling (33,33%).
Regimen Dosis
Tabel 9. Regimen dosis obat antinyeri yang diterima pasien diabetik Neuropati

Jenis Obat Dosis Pustaka Dosis dan Jumlah Keterangan


Antinyeri Frekuensi pasien
Penggunaan
Amitriptilin 10 - 75 mg/hari 25 mg (3 x 1) 1 Dosis sesuai

Asam 250 mg (6 jam 500 mg (2 x 1) 1 Dosis sesuai


Mefenamat sekali)
Gabapentin 300 - 900 mg 300 mg (2 x 1) 2 Dosis sesuai
(2 - 3 kali
sehari)
Kaltrofen 50 - 200 100 mg (1 x 1) 1 Dosis sesuai
supp mg/hari
Ketorolak 60 - 120 30 mg (2 x 1) 4 Dosis sesuai
mg/hari 10 mg (3 x 1) 1 Underdose
Meloksicam 7,5 - 15 mg/ 7,5 mg (2 x 1) 1 Dosis sesuai
hari
Paracetamol 500 - 1000 mg 500 mg (3 x 1) 19 Dosis sesuai
(6 - 8 jam/
hari)
(British National Formulary 70 Edition, 2016).

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat Gabapentin, Kaltrofen supp, Meloksicam


diketahui regimen dosis obat antinyeri dan Paracetamol adalah sesuai dengan
yang digunakan pasien diabetik neuropati dosis pustaka yang dianjurkan untuk
di instalasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandouw pasien diabetik neuropati, sedangkan pada
Manado yaitu pada jenis obat antinyeri Ketorolak adalah Underdose atau dibawah
Amitriptilin, Asam mefenamat, dosis pustaka yang dianjurkan.

3. Outcome Terapi
Tabel 10. Outcome Terapi Pasien Diabetik Neuropati Setelah Menerima Terapi
Obat Antinyeri Tunggal
Obat Antinyeri Tunggal Ada Perbaikan Kondisi Tidak Ada Perbaikan
Kondisi
Asam Mefenamat 1 0
Ketorolak 1 0
Paracetamol 6 6
Jumlah Pasien 8 6
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui perbaikan kondisi pada 1 pasien,
outcome terapi penggunaan obat antinyeri sedangkan Paracetamol ada perbaikan
tunggal, Asam Mefenamat ada perbaikan kondisi pada 6 pasien dan tidak ada
kondisi pada 1 pasien, Ketorolak ada perbaikan kondisi pada 6 pasien.
81
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Tabel 11. Outcome Terapi Pasien Diabetik Neuropati Setelah Menerima Terapi
Obat Antinyeri Kombinasi

Obat Antinyeri Kombinasi Ada Perbaikan Tidak Ada


Kondisi Perbaikan Kondisi
Ketorolak + Meloksicam + 1 0
Amitriptilin
Paracetamol + Gabapentin 1 0
Paracetamol + Gabapentin + 1 0
Ketorolak
Paracetamol + Kaltrofen supp 1 0
Paracetamol + Ketorolak 2 0
Jumlah Pasien 6 0

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui diharapkan dapat mengatasi keterbatasan


outcome terapi penggunaan obat antinyeri ini sehingga hasil yang diperoleh sesuai
kombinasi, Ketorolak + Meloksicam + dengan harapan.
Amitriptilin ada perbaikan kondisi pada 1
pasien, Paracetamol + Gabapentin ada 1. Demografi Pasien
perbaikan kondisi pada 1 pasien, Jenis Kelamin
Paracetamol + Gabapentin + Ketorolak ada Berdasarkan hasil penelitian yang
perbaikan kondisi pada 1 pasien, diperoleh pada pasien dengan diagnosa
Paracetamol + Kaltrofen supp ada diabetik neuropati di instalasi rawat inap
perbaikan kondisi pada 1 pasien dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Paracetamol + Ketorolak ada perbaikan pada periode bulan Januari sampai bulan
kondisi pada 2 pasien. Maret 2018, yang menerima terapi obat
antinyeri berdasarkan jenis kelamin
PEMBAHASAN menunjukan jumlah pasien laki-laki
Penelitian ini dilakukan secara sebanyak 10 pasien (50%) dan pasien
prospektif dengan pencatatan rekam medik perempuan sebanyak 10 pasien (50%)
pada lembar pengumpulan data pasien dan (tabel 2), hasil yang sebanding antara
observasi secara langsung ke pasien jumlah pasien laki-laki dan perempuan.
melalui kuesioner penelitian Patient Hal ini didukung oleh penelitian yang
Comfort Assessment Guide, dalam rentang dilakukan di Bulgaria pada tahun pada
waktu tiga bulan yaitu dimulai pada 18 tahun 2010 yang menunjukkan bahwa
Januari 2018 sampai 31 Maret 2018. tidak ada perbedaan jenis kelamin yang
Berdasarkan kriteria inklusi pada signifikan dalam kontrol diabetes (HbA1c
penelitian ini didapatkan pasien sebanyak dan glukosa plasma rata-rata), tetapi durasi
20 pasien. Penelitian ini memiliki terjadinya diabetes lebih lama pada
keterbatasan waktu, peneliti hanya dapat perempuan dibandingkan pada laki-laki.
mengambil dan mengumpulkan data pasien Meskipun laki-laki dan perempuan
diabetik neuropati selama 3 bulan, memiliki durasi diabetes yang berbeda,
sehingga menghasilkan ukuran sampel prevalensi diabetik neuropati tidak
yang kecil yaitu hanya 20 pasien yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin
didapat, sehingga dalam mengevaluasi yang signifikan (Kamenov et all., 2010).
penggunaan obat dan outcome terapi tidak Penelitian analitik oleh Darsana yang
maksimal. Penelitian di masa datang dilakukan di RSU Sanglah Denpasar juga
82
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi Gejala klinis diabetik neuropati
bermakna antara jenis kelamin dan angka akan bertambah seiring bertambahnya
kejadian diabetik neuropati (Darsana, umur. Untuk setiap pertambahan umur 1
2014). tahun, maka gejala klinis diabetik
Pada dasarnya, laki-laki dan neuropati akan muncul 1,11 kali pada
perempuan dapat menderita diabetik penderita diabetik neuropati dibandingkan
neuropati dengan frekuensi yang dengan yang bukan penderita diabetik
sebanding. Namun, pasien laki-laki dapat neuropati. Banyaknya penderita neuropati
menderita diabetik neuropati lebih dini pada rentang usia 45-65 tahun disebabkan
dibandingkan dengan perempuan. Alasan karena usia lanjut berhubungan dengan
untuk perbedaan jenis kelamin ini mungkin akumulasi kerusakan akibat radikal bebas
termasuk perbedaan gaya hidup dan seperti peningkatan kadar lipid peroksida
kekurangan testosteron yang umum pada dan perubahan aktivitas enzim yang
laki-laki dengan diabetes, yang mengarah diakhiri dengan kerusakan jaringan pada
ke defisit neurosteroid yang lebih jelas. usia lanjut (Prasetyo, 2011).
Perbedaan jenis kelamin ini membutuhkan Penyakit Penyerta
skrining sebelumnya dan intervensi Berdasarkan hasil penelitian yang
terapeutik untuk diabetik neuropati pada didapat dari 20 pasien (Tabel 4) dapat
laki-laki (Kamenov et all., 2010). diketahui penyakit penyerta yang paling
Usia banyak diderita pasien diabetik neuropati
Usia pasien dan durasi diabetes adalah pada sistem peredaran darah yang
merupakan faktor resiko dalam merupakan mayoritas penyakit penyerta
perkembangan diabetik neuropati (Halawa terbanyak, yaitu sebanyak 16 pasien
et al., 2010). Pada 20 Pasien diabetik (41,02%). Kemudian diikuti dengan
neuropati yang menerima terapi obat penyakit pada sistem pencernaan sebanyak
antinyeri berdasarkan penggolongan usia pasien 8 pasien (20,51%) dan penyakit
pada Tabel 3 yang terbanyak yaitu pada sistem genitourinary sebanyak 5
kelompok usia 50 - 54 tahun dan kelompok pasien (12,82%). Pembuluh darah terdiri
usia 70 - 74 tahun yaitu masing-masing 4 dari sel endotel yang melapisi bagian
pasien (20%). Kemudian diikuti dengan dalam lumen dari seluruh pembuluh darah
keompok usia 45 - 49 tahun dan kelompok dan berperan sebagai penghubung antara
usia 55 - 59 tahun yaitu masing-masing 3 sirkulasi darah dan sel-sel otot polos
pasien (15%). Hasil penelitian ini juga pembuluh darah (Hayat et all.,2004). Lama
tidak berbeda jauh dengan penelitian yang menderita DM dengan hiperglikemi
dilakukan Priyantono di RSUP Dr. Kariadi mempengaruhi perubahan terhadap
yang menunjukkan bahwa rentang usia dinding pembuluh darah dan tekanan
penderita neuropati paling banyak pada darah. Perubahan dasar disfungsi terutama
usia 45-65 tahun yaitu sebanyak 79 orang terjadi pada endotel pembuluh darah, sel
(89%) dari keseluruhan pasien yang diteliti otot polos pembuluh darah maupun pada
(Priyantono, 2005). Penelitian yang sel mesangial ginjal, semuanya
dilakukan oleh Darsana yaitu penderita menyebabkan terjadinya komplikasi
neuropati paling banyak terdapat pada vaskular diabetes (Waspadji, 2014).
rentang usia 45-59 tahun yaitu sebanyak 54 Semakin lama mengalami DM maka
orang (66%) dari keseluruhan pasien yang semakin tinggi pula kejadian komplikasi
diperiksa (Darsana, 2014). yang dialami oleh pasien.
83
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Menurut Khardori (2013) Menurut PERDOSSI (2011), Nonsteroidal
komplikasi diabetik neuropati anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau
menyebabkan gangguan perkembangan obat-obatan antiinflamasi non steroid
pada salah satu organ atau bagian tubuh sering digunakan sebagai pereda nyeri
terutama pada sistem peredaran darah, jangka pendek pada pasien penderita
ginjal, saraf maupun mata. Faktor yang diabetik neuropati yang disertai nyeri
berhubungan dengan penyakit penyerta muskuloskeletal dan neuroartropati.
komplikasi diabetik neuropati selain NSAIDs juga dapat membantu
adanya penyakit sistem peredaran darah, menghambat reaksi inflamasi dan nyeri
kurangnya pengetahuan, gaya hidup dan dengan cara mengurangi aktivitas
pola makan juga merupakan faktor siklooksigenase, sehingga dapat
terjadinya diabetik neuropati. Menurut menurunkan sintesis prostaglandin.
penelitian Hutapea (2016), meliputi usia, Menurut Freeman, et al. (2008), pada
jenis kelamin, jenis pekerjaan dan lama pemberian anti konvulsan gabapentin,
menderita. Selain usia, kontrol glukosa efektif dalam menghilangkan nyeri
darah yang buruk, durasi diabetes melitus, diabetik neuropati, tetapi sulit mencapai
perkembangan diabetik neuropati juga dosis terapetik karena terlalu sedatif.
dikaitkan dengan adanya faktor resiko Dari hasil yang didapat,
kardiovaskular yang dapat dimodifikasi penggunaan paracetamol paling banyak
seperti hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, digunakan dibandingkan dengan obat
dan merokok (Tesfaye dan Selvarajah, antinyeri lain. Selain digunakan sebagai
2012). antipiretik, terapi paracetamol diberikan
2. Evaluasi Penggunaan Obat Antinyeri untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh
Golongan Obat Antinyeri pasien diabetik neuropati. Menurut Hall, et
Pada 20 pasien diabetik neuropati al. (2013), penggunaan paracetamol, baik
(Tabel 5) diperoleh 8 jenis obat antinyeri dosis tunggal maupun kombinasi
yang digunakan dengan dosis dan merupakan salah satu pengobatan lini
frekuensi yang berbeda sesuai dengan pertama yang paling umum digunakan
kondisi dan kebutuhan pasien untuk untuk kondisi nyeri diabetik neuropati.
mengatasi gejala dan keluhan diabetik Penggunaan ketorolak tidak disarankan
neuropati. Paracetamol merupakan untuk penggunaan jangka panjang atau > 5
golongan Analgesic non opioid, sedangkan hari karena dapat memberikan beberapa
Asam Mefenamat, Aspilet, Kaltrofen supp, efek samping yaitu koagulasi, gangguan
Ketorolak dan Meloksicam adalah gastrointestinal, dan nefrotokosisitas
golongan Nonsteroidal anti-inflammatory (Jusuf, 2008). Sehingga untuk menangani
drugs (NSAIDs). Obat non-opioid nyeri diabetik neuropati digunakan
paracetamol, dan NSAID lainnya, sangat paracetamol. Menurut Toft (2014), untuk
cocok untuk nyeri pada kondisi diabetik neuropati paracetamol yang
muskuloskeletal, sedangkan analgesik merupakan obat penghilang rasa sakit, juga
opioid lebih cocok untuk nyeri sedang dikenal sebagai analgesik yang akan
sampai berat, terutama yang berasal dari memblokir pesan nyeri ke otak sehingga
viseral (British National Formulary 70 otak tidak tahu bahwa seharusnya
Edition, 2016). Penggunaan NSAIDs merasakan rasa sakit.
dianggap aman dan efektif dalam Pemberian Obat Antinyeri
meredakan nyeri diabetik neuropati.
84
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Data hasil penelitian dapat NSAIDs dan antara golongan antidepresan
dikelompokan menjadi 2 cara pemberian dengan NSAIDs dimaksudkan untuk
obat anti nyeri yaitu pemberian obat mengatasi nyeri muskuloskeletal atau
antinyeri tunggal dan pemberian obat neuroartropati pada pasien diabetik
antinyeri kombinasi. Pasien yang neuropati (PERDOSSI, 2011).
menerima terapi obat antinyeri tunggal Regimen Dosis
adalah pasien yang menerima satu jenis Evaluasi regimen dosis dilakukan
obat, sedangkan pasien yang menerima dengan cara membandingkan dosis obat
terapi obat antinyeri kombinasi adalah yang diberikan kepada pasien dengan
pasien menerima lebih dari satu jenis obat. beberapa literatur, seperti British National
Pemberian obat antinyeri tunggal paling Formulary 70 Edition (2016) yang
banyak digunakan pasien diabetik digunakan sebagai acuan atau standar
neuropati yaitu 14 pasien (70%) terapi dalam perhitungan dosis. Dikatakan
dibandingkan dengan pemberian obat dosis sesuai apabila dosis yang diberikan
antinyeri kombinasi yang hanya 6 pasien berada dalam kisaran terapi untuk pasien
(30%). diabetik neuropati. Regimen dosis obat
Pemberian terapi antinyeri yang digunakan pada 20 pasien
obat antinyeri kombinasi dibutuhkan pada diabetik neuropati di instalasi RSUP Prof.
pasien nyeri diabetik neuropati yang tidak Dr. R. D. Kandouw Manado yaitu pada
membaik dengan terapi obat antinyeri obat antinyeri Amitriptilin, Asam
tunggal. Jika pemberian terapi obat mefenamat, Gabapentin, Kaltrofen supp,
antinyeri tunggal pada pasien diabetik Meloksicam, Paracetamol adalah sesuai
neuropati mengalami perbaikan kondisi dengan dosis pustaka atau dosis terapi
maka tidak dibutuhkan terapi obat dalam mengurangi nyeri pada pasien
antinyeri kombinasi. Dari hasil penelitian diabetik neuropati, sedangkan pada
yang didapat, menunjukkan efek terapi Ketorolak adalah Underdose atau dibawah
obat antinyeri kombinasi pada 6 pasien dosis pustaka atau dosis terapi yang
mengalami perbaikan kondisi. Paracetamol dianjurkan dalam mengurangi nyeri pada
merupakan obat antinyeri yang paling pasien diabetik neuropati. Pada penelitian
banyak digunakan baik pada pemberian ini, dalam penentuan dosis terapi yang
tunggal maupun kombinasi, karena diberikan harus disesuaikan dengan
ditoleransi dengan baik dan relatif tidak kondisi dari pasien, misalnya untuk pasien
toksik pada dosis terapeutik. Jika analgesik geriatri diperlukan penyesuaian dosis
non-opioid saja tidak cukup, maka karena telah mengalami penurunan fungsi
analgesik opioid tunggal atau dalam fisiologis tubuh. Untuk pasien dengan
kombinasi dengan analgesik non-opioid penurunan fungsi ginjal ataupun kerusakan
pada dosis yang memadai, dapat pada ginjal dilakukan penyesuaian dosis
membantu dalam mengontrol nyeri sedang dengan melakukan penghitungan klirens
(British National Formulary 70 Edition, kreatinin yang nantinya akan disesuaikan
2016). Kombinasi paracetamol dengan dengan acuan British National Formulary
NSAID lainnya tidak memberi efek 70 Edition (2016).
analgesia yang lebih besar, dibanding 3. Outcome Terapi
dengan obat dalam dosis tunggal lainnya. Evaluasi terapi penggunaan obat
Penggunaan obat antinyeri kombinasi antinyeri pada 20 pasien diabetik neuropati
antara golongan antikonvulsan dengan terkait dengan outcome terapi setelah
85
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
menerima terapi obat antinyeri. menerima terapi obat antinyeri di instalasi
Berdasarkan hasil wawancara melalui rawat inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
kuesioner penelitian terkait outcome terapi Manado pada periode bulan Januari -
dari 14 pasien yang menerima terapi obat Maret 2018, evaluasi penggunaan
antinyeri tunggal, penggunaan Asam berdasarkan jenis pemberian obat antinyeri
Mefenamat ada perbaikan kondisi pada 1 yang diterima pasien adalah obat antinyeri
pasien, Ketorolak ada perbaikan kondisi tunggal dan obat antinyeri kombinasi. Pada
pada 1 pasien, sedangkan Paracetamol ada pemberian terapi obat antinyeri tunggal
perbaikan kondisi pada 6 pasien dan pada yaitu 14 pasien (70%) dan pada pemberian
6 pasien tidak ada perbaikan kondisi. Pada obat antinyeri kombinasi yaitu 6 pasien
6 pasien yang menerima terapi obat (30%). Outcome yang diperoleh dari 20
antinyeri kombinasi berdasarkan hasil yang pasien, 8 pasien yang diberikan obat
didapat, diketahui outcome terapi antinyeri tunggal mengalami perbaikan
penggunaan obat antinyeri kombinasi, kondisi, sedangkan pada 6 pasien yang
Ketorolak + Meloksicam + Amitriptilin diberikan obat antinyeri tunggal tidak
ada perbaikan kondisi pada 1 pasien, mengalami perbaikan kondisi. Dan pada 6
Paracetamol + Gabapentin ada perbaikan pasien yang diberikan obat antinyeri
kondisi pada 1 pasien, Paracetamol + kombinasi mengalami perbaikan kondisi.
Gabapentin + Ketorolak ada perbaikan Sehingga dari 20 pasien terdapat 14 pasien
kondisi pada 1 pasien, Paracetamol + (70%) mengalami perbaikan kondisi dan
Kaltrofen supp ada perbaikan kondisi pada pada 6 pasien (30%) tidak mengalami
1 pasien dan Paracetamol + Ketorolak ada perbaikan kondisi.
perbaikan kondisi pada 2 pasien.
Outcome terapi yang terlihat pada DAFTAR PUSTAKA
hasil penelitian ini, penggunaan obat
BMJ Group and The Royal Pharmaceutical
antinyeri kombinasi lebih efektif
Society. 2016. British National
dibandingkan penggunaan obat antinyeri
Formulary 70 Edition
tunggal, hal ini dilihat dari adanya
(BNF). Diunduh : 1 Mei 2018.
perbaikan kondisi yang terlihat pada semua
Bril, V., England, J., Franklin, G. M. 2011.
pasien yang menggunaan obat antinyeri
Evidence Based Guideline
kombinasi, berbeda dengan penggunaan
Treatment of Painful Diabetic
obat antinyeri tunggal yang tidak terjadi
Neuropathy Report of the
perbaikan kondisi pada 6 pasien. Adanya
American Academy of Neurology,
perbedaan dalam pencapaian efek terapi
the American Association of
dapat terjadi karena mekanisme nyeri
Neuromuscular and
merupakan multiple mechanism. Multiple
Electrodiagnostic Medicine, and
mechanism ini merupakan mekanisme
the American Academy of
kompleks yang menyebabkan adanya
Physical Medicine and
individualitas sifat nyeri pada setiap pasien
Rehabilitation. Neurology.
dan menyebabkan terapi nyeri menjadi
76:1758-1765.
kompleks (Woolf, 2004).
Darsana, I. N. 2014. Korelasi Positif
Kadar Asam Urat Serum Tinggi
KESIMPULAN
dengan Neuropati Diabetik
Dari penelitian yang dilakukan
Perifer pada Penderita DM Tipe 2
pada 20 pasien diabetik neuropati yang
di Rumah Sakit Umum Sanglah
86
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Denpasar [Tesis]. Universitas Nifedipin [Tesis]. Program
Udayana Denpasar. Pascasarjana Magister Ilmu
Freeman, R., Durso-Decruz, E., Emir, B.. Biomedik dan Program Pendidikan
2008. Efficacy, Safety, and Dokter Spesialis Obstetri
Tolerability of Pregabalin Ginekologi UNDIP Semarang.
Treatment for Painful Diabetic Kamenov, Z. A., Rumyana, A. P.,
Peripheral Neuropathy Findings Rumyana, T. G. 2010. Earlier
from Seven Randomized, Development of Diabetic
Controlled Trials Across a Range Neuropathy in Men Than in
of Doses. Diabetes Care. 31:1448- Women with Type 2 Diabetes
1454. Mellitus. Gender Medicine.
Halawa, M. R., Karawagh, A., Zeidan, A., 7(6):600-615.
Mahmoud, A. E., Sakr, M., KEMENKES RI. 2014. Pusat Data dan
Hegazy. A. 2010. Prevalence Informasi. Jakarta, Kementerian
of painful diabetic peripheral Kesehatan Republik Indonesia.
KEMENKES RI. 2016. Pusat Data dan
neuropathy among patients
Informasi. Jakarta, Kementerian
suffering from diabetes Kesehatan Republik Indonesia.
mellitus in Saudi Arabia. Current
Medical Research & Khardori, R. 2013. Changing Paradigms in
Opinion. 26(2):337- 343. Type 2 Diabetes Mellitus. Indian
Hall, G. C., Morant, S. V., Carroll, D., Journal of Endocrinology and
Gabriel, Z. L., McQuay, H. J. 2013. Metabolism. 17:68-71.
An Observational Descriptive Lestari, L. K. T., Thomas, E. P.,
Study of The Epidemiology and Purnaputra, I. G. N. 2016. Terapi
Treatmentof Neuropathic Pain in Insulin Menurunkan
A UK General Population. BMC Kejadian Nyeri Neuropati
Family Practice. 14(28):1-10. Diabetik Dibandingkan Dengan
Hayat, S. A., Patel, B., Khattar, R. S., Oral Anti-Diabetes Pada
Malik, R. 2004. Diabetic Penderita Diabetes Melitus
Cardiomyopathy Mechanisms, Tipe 2. Jurnal kedokteran. 47:67-
Diagnosis and Treatment. Clinical 74.
Science. 107:539-557. Prasetyo, M. A. 2011. Pengaruh
Hutapea, F. S., Kembuan, M. A. H. N., Penambahan Alpha Lipoic Acid
Maja, J. P. S. 2016. Gambaran Terhadap Perbaikan Penderita
Klinis Neuropati pada Polineuropati Diabetika [Tesis].
Pasien Diabetes Melitus di Universitas Diponegoro Semarang.
Poliklinik Neurologi RSUP Prof. Priyantono, T. 2005. Faktor-faktor Resiko
Dr. R. D. Kandou periode Juli yang Berpengaruh Terhadap
2014 – Juni 2015. Jurnal E-clinic. Timbulnya Neuropati pada
4(1):1-5. Diabetes Melitus Tipe 2 [Tesis].
Jusuf, J. 2008. Efektivitas dan Efek Universitas Diponegoro
Samping Ketorolac Sebagai Semarang.
Tokolitik pada Ancaman Subekti, I. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Persalinan Prematur Dalam Edisi 6, Neuropati Diabetic.
Tinjauan Perbandingan dengan Jakarta, Departemen Ilmu
87
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3 AGUSTUS 2018 ISSN 2302 - 2493
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Suyono, S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Neuropati Diabetic Edisi
6. Jakarta, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tesfaye, S., and Selvarajah, D. 2012.
Advances in the epidemiology,
pathogenesis and management
of diabetic peripheral neuropathy.
Diabetes Metabolism research
and Reviews. 28(1):8–14.
Vinik, A. I., Park, T. S., Stansberry, K. B.,
Pittenger, G. L. 2000. Diabetic
Neuropathies.Diabetologia.
43:957-973.
Waspadji, S. 2014. Buku Ajarr Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 6,
Komplikasi Kronik Diabetes.
Jakarta, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Woolf CJ. 2004. Pain Moving from
Symptom Control Toward
Mechanism Spesific
Pharmacologic
Management. Annals of Internal
Medicine. 140:441-451.

88

Das könnte Ihnen auch gefallen