Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Broiler was a kind of superior race from crosses of chicken nations that have high
productivity power, especially in the production of chicken meat. In an attempt was broiler
chicken rearing, the temperature, humidity and ammonia was a crucial factor in chicken
rearing in tropical regions. Broiler closed house was a system that offers a solution to
provide thermal comfort of broilers were raised. The research objectives were: first, to
model the temperature, humidity and ammonia in closed broiler houses by using
Computational Fluid Dynamics (CFD), second, to determine the distribution of
temperature, humidity and ammonia in the chicken coop. In this study design modeling of
temperature, humidity and ammonia in the broiler closed house with mathematics consists
of the room temperature, floor temperature, the temperature of the walls and roof
temperatures. Data was collected in two ways from the primary measurements obtained
using sensors include: the floor temperature, the wall temperature, the room temperature,
the temperature of the roof and the secondary wind speed and temperature, humidity
environments and available from BMG Bogor irradiation and temperature data of broilers,
the fan power and lamp as the input bondary condition for CFD simulations. Materials
used include: sensor kestrel 3000 for measuring temperature, humidity and air velocity, a
set of computers and peripherals, and thermo Copel and hybrid recorder, to measure the
temperature and humidity, wall, floor, roof, a set of broiler closed house, broilers,
anemometer was used to measuring air velocity in units of m/s (meters per second),
Impinger water used to take samples of air-free ammonia, Spectrofotometer used to
measure the intensity level of ammonia that is on stable mercury thermometer used to
measure the temperature on the temperature distribution tends litter. Rseult of simulation
increased in the outlet area of the enclosure from any accumulation of hot broiler
convection flow due to blast air into the outlet. Validation includes validation
measurements performed by comparing the actual data and validation of measurement and
simulation mesh. Validation of measurement for temperature and wind speed is good
enough. Validation mesh was used to test the accuracy of the simulation itself can find the
thermal comfort parameters of broilers. Simulation of heat transfer (temperature) has been
used to predict the distribution of temperature, humidity and ammonia in a broiler closed
house by using CFD modeling that can be used as a reference and control temperature,
humidity and ammonia. The simulation results of temperature, humidity and ammonia
broiler closed house have been validated indicate a significant correlation to the
temperature coefficient of determination (R2) 99.093% and RMSE 0.934952, humidity
coefficient of determination (R2) 99.007% and RMSE 0.966379 and ammonia coefficient
of determination (R2) 99.11% and RMSE 1.4859.
Abstrak
Ayam broiler merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-
bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam. Dalam usaha pembesaran ayam broiler tersebut, suhu,
kelembaban dan amonia merupakan faktor yang krusial dalam pembesaran ayam di
wilayah beriklim tropis. Broiler closed house merupakan suatu sistem yang
menawarkan solusi untuk memberikan kenyamanan termal terhadap ayam broiler
yang dibesarkan. Tujuan Penelitian adalah: pertama, untuk memodelkan suhu pada
broiler closed house dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD),
kedua, untuk mengetahui distribusi suhu, kelembaban dan amonia dalam kandang
ayam. Dalam rancangan penelitian ini pemodelan matematika suhu, kelembaban
dan amonia dalam kandang ayam terdiri dari suhu ruangan, suhu lantai, suhu
dinding dan suhu atap. Pengambilan data dilakukan dua cara yaitu primer
diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan sensor diantaranya: suhu lantai,
suhu dinding, suhu ruangan, suhu atap dan kecepatan angin dan sekunder suhu,
kelembaban lingkungan dan iradiasi diperoleh dari BMG Bogor dan data suhu
ayam, daya kipas angin dan lampu sebagai input bondary condition simulasi CFD.
Peralatan yang digunakan meliputi: sensor kestrel 3000 untuk mengukur suhu,
kelembaban dan kecepatan udara, satu set komputer dan peripheral, thermo copel
dan hybrid recorder, untuk mengukur suhu dan kelembaban, dinding, lantai atap,
satu set kandang, ayam broiler, anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan
udara dengan satuan m/s (meter per sekon), Air Impinger digunakan untuk
mengambil sampel amonia dari udara bebas, Spectrofotometer digunakan untuk
mengukur tingkat intensitas amonia yang ada pada kandang Termometer raksa
digunakan untuk mengukur suhu pada litter.Hasil simulasi Distribusi suhunya
cenderung meningkat pada daerah outlet kandang akibat ada akumulasi panas dari
konveksi ayam yang disebabkan hembusan aliran udara menuju outlet. Validasi
dilakukan meliputi validasi pengukuran dengan membandingkan data aktual
pengukuran dan simulasi dan validasi mesh. Validasi pengukuran untuk suhu dan
kecepatan angin cukup baik Validasi mesh digunakan untuk menguji keakuratan
dari simulasi itu sendiri dapat memenuhi parameter kenyamanan termal ayam.
Simulasi pindah panas (suhu) yang dipakai telah dapat memprediksi sebaran suhu,
kelembaban dan amonia dalam broiler closed house dengan menggunakan CFD
sehingga bisa dijadikan acuan pemodelan dan kendali suhu, kelembaban dan
amonia. Hasil simulasi suhu, kelembaban dan amonia broiler closed house telah
divalidasi menunjukkan akurasi yang korelasi signifikan untuk suhu koefisien
determinasi (R2) 99,093 % dan RMSE 0,934952, kelembaban koefisien determinasi
(R2) 99,007 % dan RMSE 0,966379 dan amonia koefisien determinasi (R2) 99,11
% dan RMSE 1.4859.
Keywords: Prediksi Suhu, Kelembaban dan Amonia Broiler Closed House, CFD
22
Pendahuluan
Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari berbagai
ras ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam produksi
daging. Masyarakat Indonesia tingkat konsumsi daging ayam masih rendah,
begitupula kenaikan populasi dan produksi ayam broiler masih rendah. Hal ini
disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang belum baik dan efektif. Hanya
sebagian kecil dari peternakan ayam yang sudah menerapkan manajemen
pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Ini merupakan
salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam broiler.di Indonesia
memiliki kondisi lingkungan tropis, terutama suhu luar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu lingkungan kandang sehingga peluang pemeliharaan
ayam broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar.
Suhu, sanitasi, ventilasi dan kelembaban kandang ayam sangat perlu
diperhatikan. Indonesia sebagai negara tropis, memiliki suhu lingkungan yang
cukup tinggi untuk memelihara broiler karena suhu optimum untuk memelihara
ayam broiler antara 180C-240C (Rose 1997). Panas adalah energi yang merambat
atau berpindah karena ada perbedaan suhu, ada tiga cara perpindahan panas yaitu:
pertama: konduksi didefinisikan sebagai perpindahan panas dalam suatu medium
tanpa disertai perpindahan partikel dalam medium tersebut, kedua: konveksi
didefinisikan sebagai perpindahan panas dalam suatu medium yang disertai
perpindahan-perpindahan partikelnya, ketiga: radiasi didefinisikan sebagai
perpindahan panas yang tidak memerlukan medium perantara.
Prinsip kerja pemanas ruangan dikembangkan berdasarkan Hukum
Termodinamika I dan II. Perpindahan panas pada kasus pemanasan ruangan adalah
memindahkan energi dalam bentuk panas dari suatu titik yang bersuhu tinggi ke
titik yang bersuhu lebih rendah (Holman 1997; Wood dan Lawrence 1997; Cengel
2003). Untuk menghangatkan ruangan dibutuhkan suatu fluida (berupa air, udara,
atau uap) yang dipanaskan di dalam heat source/boiler yang dialirkan melalui pipa
dengan evavoration cooling yang berhubungan langsung dengan udara ruangan.
Fluida akan mengalir kembali lagi ke heat source/boiler untuk dipanaskan kembali
(COBB 2010; PCPI 2005; Alimuddin et al. 2010, 2011).
Prinsip utama dalam membangun broiler closed house adalah menyediakan
lingkungan yang sehat bagi peternakan ayam. Kualitas lingkungan yang sehat
23
menurut standar Eropa antara lain mencakup parameter kadar amonia, karbon
dioksida, debu tehirup oleh ternak, debu yang di respirasi oleh ternak, dan bakteri
yang mematikan (Leeson 2000). Parameter lain yang juga sangat penting dalam
lingkungan kandang ayam adalah suhu udara dan ventilasi dalam kandang (Bell
2001).
Di daerah iklim panas tropis pengurangan suhu udara di dalam kandang
ayam sangat penting dalam rangka untuk membatasi kerugian produksi. Meskipun
hal ini sulit untuk dicapai terutama pada kandang tertutup (broiler closed house).
Pengurangan suhu udara di dalam kandang, dilakukan dengan bantuan kipas angin
dan sistem pendingin (Bucklin et al. 2009).
Tabel 2.1 Batas ambang suhu dan kelembaban dalam Broiler Closed House
Umur-Hari Kelembaban (RH) (%) Temperatur C0(F) Temperatur
C0(F)
0 30-50 34(91) 33(91)
7 40-60 31(88) 30(86)
14 40-60 27(81) 27(81)
21 40-60 24(75) 24(75)
28 50-70 21(70) 21(70)
35 50-70 19(66) 19(66)
42 50-70 18(64) 18(64)
Sumber: (Pokhpan 2005), (COBB 2010)
Di Indonesia, baku mutu gas amonia dan hidrogen sulfida di udara dijelaskan
dalam surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
KEP 03/MENKHL/II/1991, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Baku mutu ambien dan emisi gas NH3 dan H2S
Ketentuan Gas NH3 Gas H2S
Baku mutu udara ambient 2 ppm/ 24 jam 0.03 ppm/ 30 menit
Baku mutu udara emisi - -
Ringan 5 ppm 6.25 ppm
Ketat 1 ppm 5 ppm
Sumber: Hidayatun (2007)
NH3, H2S, dan CO2 seringkali menyebabkan masalah bagi kesehatan ternak,
peternak, dan lingkungan sekitar (Hidayatun 2007). Beberapa penelitian tentang
pengaruh NH3 terhadap ternak unggas, diantaranya dapat menurunkan rata-rata
pertumbuhan, mengurangi efisisensi pakan, merusak saluran pernafasan dan
meningkatkan aktivasi virus ND (New Castle Disease).
24
Tabel 2.3 Ambang batas kadar NH3 pada manusia dan ternak
Konsentrasi (ppm) Pengaruh
5 Timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran pernafasan ayam
11 Penurunan produktivitas ayam
25 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam
36 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 menit
50 Penurunan produktivitas ayam dan bursa fabricious
Sumber: Hidayatun (2007)
ayam-ayam yang dijual di supermarket (memar itu terdapat pada sendi kaki bagian
atas). Luka dan borok pada kaki dan dada juga sering ditemukan. Kondisi
lingkungan hidup yang buruk dan padat dalam kandang memudahkan ayam
terserang berbagai penyakit. Uap amonia yang sangat kuat bisa menyebabkan sakit
pada mata hingga mengalami kebutaan. Serangan jantung (atau disebut sindrom
kematian akut), penyakit pernapasan kronis, pembengkakan hati, penyakit ginjal,
dan serangan dari bakteri dan virus telah menyebabkan angka kematian yang tinggi
pada peternakan ayam.
Oleh karena itu, perancangan model matematika untuk memprediksi suhu,
kelembaban dan amonia pada broiler closed house berdasarkan keseimbangan
panas. Untuk parameternya adalah :M adalah massa laju aliran udara, kg / jam, Ht
adalah transfer entalpi (kJ/kg) termasuk feses ayam (ppm), Wt adalah kelembaban
transfer rate, (kg/jam) subskrip s dan e adalah pasokan dan pembuangan udara
masing-masing.
(Rose 1997). Modeling emisi amonia dari litter ayam broiler dengan sistem ruang
melalui aliran Dinamis (Soldato et al. 2005). Besaran amonia 0-9 ppm karena dapat
diserap sepenuhnya (100% efisiensi) ke dalam udara pada broiler closed house (Ori
Lahav 2008). Simulasi pola aliran udara dan distribusi suhu pada kandang broiler
closed house menggunakan computational fluid dynamics (Suud 2010). Simulasi
amonia menggunakan CFD menghasilkan kadar amonia pada broiler closed house
kurang dari 10 ppm (Farid 2009). Kritik desain sistem informasi pada house untuk
ayam broiler dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan (Alimuddin et al. 2010).
Simulasi iklim mikro dalam struktur unggas di Kenya (Mutai et al. 2011).
Iradiasi Matahari
…………………………………………………………….……………………(2.1)
Suhu Lantai (Tfloor)
………………...………………………...(2.2)
Suhu Atap (Troof)
…………………………...(2.3)
Suhu Dinding (Twall)
…………………………...(2.4)
Kelembaban Ruangan
….(2.5)
…………
Amonia Ruangan
........................................................................................................................(2.6)
……Untuk pemodelan disimulasi CFD menggunakan persamaan untuk
memecahkan input data dari pra-pengolahan dibangun dari tiga prinsip dasar fluida
yaitu:
dengan ρ merupakan masa jenis dari fluida dan t adalah waktu sedangkan u, v, w
merupakan komponen dari vektor kecepatan dalam sumbu x, y, dan z yang
diberikan dalam persamaan berikut:
V ui vj wk ..........................................................................(2.8)
dan i, j, dan k adalah unit vektor pada sumbu x, y,dan z.
Momentum y:
Momentum z:
( w) ( w 2 ) ( vw) ( uw) p w
V .V 2
t Z y x z z z
w v u w
f z ....................................(2.11)
y y z x z x
D V2 T T T u v w
e q k k k p u xx yx zx v xy yy zy w xz yz zz
Dt 2 x x y y z z x y z x y z x y z x y z
. ..............................................(2.12)
Dengan e merupakan internal energi, k adalah konduktivitas panas, T adalah
temperatur fluida, τ merupakan tegangan geser atau shear stress, sedangkan τxy
menunjukkan adanya tegangan geser pada arah sumbu x pada bidang yang tegak
lurus dengan bidang sumbu y.
spesies hasil reaksi kimia dan S i adalah nilai net spesies yang disebarkan ke dalam
sistem simulasi yang didefinisikan oleh user. Selain itu, nilai fluks difusi massa
dari masing-masing spesies material dipengaruhi oleh tipe aliran yang terjadi dalam
sistem, yaitu laminar atau turbulen, dimana secara berturut-turut dituliskan:
J i Di ,m Yi
……………………………… (2.14)
J i Di ,m t Yi
Sct ……………………………… (2.15)
Bentuk geometri dari kandang ayam diasumsikan sebagai plat datar tipis
yang tidak mempengaruhi aliran dalam simulasi. Plat datar tipis tersebut dibagi
dalam tiga area yang menggambarkan perbandingan jumlah ayam dalam tiap area
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Dua area inlet udara berada pada evaporative
pad bagian depan didefinisikan sebagai environment pressure. Exhaust fan
didefinisikan sebagai outlet velocity. Hubungan perbedaan tekanan (Pa) dan debit
aliran tidak didefinisikan karena sudah diwakili dengan data kecepatan angin dan
arah aliran didefinisikan tegak lurus terhadap permukaan fan. Keterbatasan definisi
exhaust fan disebabkan karena data spesifikasi exhaust fan yang digunakan di
kandang tidak tersedia baik di modul engineering database software CFD Lab
2009 ataupun tercatat di broiler closed house tempat penelitian.
32
Daerah separasi
Drag force aliran
Gambar 2.4 menggambarkan udara masuk dari dua ujung evaporatif pad
karena adanya hisapan dari exhaust fan yang bekerja. Terjadi desakan udara pada
ujung evaporative pad sehingga timbul drag force. Drag force adalah gaya dari
fluida yang mendesak suatu benda pada arah aliran fluida tersebut (Cengel dan
Turner 2001).
Aliran udara masuk yang tertahan itu disebabkan adanya sudut pada ruang
pemisah antara evaporative pad dan kandang. Pemberian ruang pemisah berfungsi
untuk mengeliminir efek wind chill (PCPI 2005). Efek wind chill adalah penurunan
suhu yang drastis dirasakan oleh ayam karena hembusan angin yang terlalu
kencang. Akibat timbulnya drag force pada sudut di ruang pemisah, menyebabkan
adanya flow separation atau pemisahan aliran. Pemisahan aliran adalah fenomena
33
ketika aliran fluida berpisah dari permukaan benda setelah sebelumnya aliran
mengikuti kontur permukaan benda tersebut. Area pemisahan ini tergantung dari
beberapa faktor seperti bilangan reynold dan kekasaran permukaan benda. Makin
besar tekanan akibat drag force maka makin besar pula daerah pemisahan aliran
yang terjadi (Cengel dan Turner 2001).
Penurunan kecepatan aliran terjadi pada daerah separasi. Di luar daerah
separasi, kecepatan aliran udara bertambah karena adanya pertemuan antara dua
aliran udara dari kedua ujung evaporative pad. Ketika aliran udara menabrak sudut
dinding pemisah meyebabkan aliran terdesak pada daerah pertemuan dua aliran
udara. Pada area ini kecepatan aliran udara bertambah karena berkurangnya daerah
efektif aliran.
Exhaust fan
Evaporative Pad
Gambar 2. 5 Cut plot tampak samping profil temperatur udara pada kandang
Suhu Optimun dan Tidak Optimun di Broiler Closed House Periode Starter
Tabel 2.4 Suhu Kondisi optimun periode Starter (Umur 1-18 Hari) pagi jam 09.00
Material Suhu Nilai
0
Suhu Lingkungan 32,4 C
Atap Seng 35.50 C
Lantai Tanah 33 0 C
Panas Ayam 40 0 C
Dinding kiri, kanan 33 0 C
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Radiasi 343W/m2
Kipas angin 8.800 watt
Lampu 18 watt
Kecepatan angin 1,8 m/s
Gambar 2. 6 Suhu pada pagi jam 09.00 untuk starter (umur 1-18 hari)
Tabel 2. 5 Suhu tidak optimun starter (umur 1-18 hari) siang jam 12.00
Material Suhu Nilai
0
Suhu Lingkungan 35,20 C
Atap Seng 38.80 C
Lantai Tanah 34 0 C
Panas Ayam 40 0 C
Dinding kiri, kanan 34,5 0 C
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Radiasi 400 W/m2
Kipas angin 8.800 watt
Lampu 18 watt
Kecepatan angin 1,7 m/s
index ayam mengindikasikan makin rentannya ayam mengalami heat stress. Tetapi
kecenderungan ini dieliminir dengan kecepatan udara yang tinggi pada daerah inlet
yang menghasilkan suhu efektif terbaik untuk ayam. Tingkat RH yang tinggi di
bagian area inlet akan bertambah jika dioperasikannya evaporative pad cooling.
Kondisi ini tidak baik untuk performansi ayam karena litter yang mengandung
amonia dari kotoran ayam sulit menguap sehingga pengaturan kepadatan ayam
pada area ini dibuat lebih rendah daripada pada area dua di bagian tengah kandang.
Dengan pengaturan kepadatan tersebut diharapkan kandungan amonia udara pada
area satu tidak terlalu tinggi.
Tabel 2. 6 Kelembaban tidak optimun periode Starter (Umur 1-18 Hari) jam 09.00
Material Kelembaban Nilai
Kelembaban Lingkungan 90 %
Atap 25%
50-75%
Dinding Kiri dan Kanan
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Kecepatan angin 1,8 m/s
Letak Geografis 6° 18' 00" LS; 106°
Gambar 2. 8 Kelembaban tidak optimun periode starter (Umur 1-18 Hari) jam
09.00
Gambar 2.8 di atas menjelaskan pola aliran kelembapan (RH) pada bidang
X-Z secara merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan
distribusi kelembaban yang diindikasikan dengan warna – warni, pada warna
merah menjelaskan daerah kelembaban (RH) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling mencapai 90%, nilai kelembaban tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa partikel udara dengan temperatur
38
200C sehingga menyebar ke seluruh ruangan di dalam broiler closed house. Pada
daerah mendekati zona keluar (fan) mulai terjadi penurunan kelembaban hal ini
dapat disebabkan naiknya nilai temperatur di daerah saluran ke luar kandang.
Tabel 2. 7 Kelembaban optimun periode Starter (Umur 1-18 hari) jam 12.00
Material Kelembaban Nilai
Kelembaban Lingkungan 70 %
Atap 24 %
Dinding Kiri dan Kanan 50-75%
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Kecepatan angin 1,7 m/s
Letak Geografis 6° 18' 00" LS; 106°
Gambar 2. 9 Kelembaban optimun untuk starter (umur 1-18 hari) jam 12.00
Gambar 2.9 menjelaskan pola aliran kelembaban (RH) pada bidang X-Z
secara merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi
kelembaban yang diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah
menjelaskan daerah kelembaban (RH) terbesar di mulai dari daerah evaporating
cooling mencapi 70%, nilai kelembaban tersebut dipengaruhi oleh zona injeksi
evaporating cooling yang membawa partikel udara dengan temperatur 200C
sehingga menyebar ke seluruh ruangan di dalam broiler closed house. Pada daerah
mendekati zona keluar (fan) mulai terjadi penurunan kelembaban hal ini dapat
disebabkan naiknya nilai temperatur di daerah saluran ke luar kandang.
Tabel 2. 8 Amonia optimum periode starter (umur 1-18 hari) pada jam 12.00
Material Amonia Nilai
Kecepatan kipas angin 7,24-7,48 m/s
Luas =A 120 mx12m
Ekskreta Ayam 0.12-0.96 g NH3 / ekor/hari (3,45 ppm)
Evavorating cooling 200C -20,60C
320C
Suhu Lantai
Kecepatan angin lantai 1,6 m/s
Suhu dinding 28 0C
Suhu atap 29 0C
Setpoin ppm <10 ppm
Gambar 2. 10 Amonia optimun periode starter (umur 1-18 hari) pada jam 12.00
Gambar 2.10 menjelaskan pola aliran amonia pada bidang x-z secara merata
yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi amonia yang
diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah menjelaskan daerah
kandungan mass fraction gas amonia (9.16 ppm) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling, besarnya kandungan gas amonia tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa udara menyebar ke seluruh
ruangan kandang. Pada daerah mendekati zona keluar (fan) nampak terlihat nilai
amonia menjadi bertambah hal ini bisa disebabkan udara yang membawa gas
amonia sudah mulai terbuang kelingkungan yang disebabkan oleh aliran hisap
(suction) dari kipas yang di pasang di sisi ujung kandang membawa gas amonia
sudah mulai terbuang kelingkungan yang disebabkan oleh aliran hisap (suction)
dari kipas yang di pasang di sisi ujung kandang.
Tabel 2. 9 Amonia tidak optimum periode starter (umur 1-18 hari) pada jam 16.00
Material Amonia Nilai
Kecepatan kipas angin 6,24-6,48 m/s
Luas=A 120 mx12m
Suhu Lantai 360C
Feses Ayam 0.12-0.96 g/ekor/hari (4,015 ppm)
Kecepatan angin lantai 1,7 m/s
Evaporating cooling 200C -20,60C
Suhu Lantai 350C
Kecepatan angin lantai 1,7 m/s
Suhu dinding 28 0C
Suhu atap 29 0C
Setpoin ppm <10 ppm
41
Gambar 2. 11 Amonia tidak optimum untuk starter (umur 1-18 hari) pada jam 16.00
Gambar 2.11 menjelaskan pola aliran amonia pada bidang x-z secara merata
yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi amonia yang
diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah menjelaskan daerah
kandungan volume fraction gas amonia (13.54 ppm) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling, besarnya kandungan gas amonia tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa udara menyebar ke seluruh
ruangan kandang. Pada daerah mendekati zona keluar (fan) nampak terlihat nilai
amonia menjadi bertambah hal ini bisa disebabkan udara yang membawa gas
amonia sudah mulai terbuang kelingkungan yang disebabkan oleh aliran hisap
(suction) dari kipas yang di pasang di sisi ujung kandang.
Suhu Optimun dan tidak Optimun di Broiler Closed House Periode Grower
Tabel 2. 10 Suhu optimum periode Grower (umur 19-30 hari) pagi jam 09.00
Material Temperature Nilai
Suhu Lingkungan 31,300 C
Atap Seng 34.4 0 C
Lantai Tanah 32 0 C
Panas Ayam 40 0 C
Dinding kiri, kanan 33 0 C
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Radiasi 315 W/m 2
Kipas Angin 8800 watt
Lampu 18 watt
Kecepatan angin 1,75m/s
Gambar 2. 12 Suhu optimum periode grower (19-30 hari) pagi jam 09.00
42
Gambar 2. 14 Kelembaban tidak optimum untuk grower (Umur 19-30 hari) jam
09.00
Gambar 2.14 menjelaskan pola aliran kelembapan (RH) pada bidang X-Z
secara merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi
kelembaban yang diindikasikan dengan warna – warni, pada warna merah
menjelaskan daerah kelembaban (RH) terbesar di mulai dari daerah evaporating
cooling mencapai 85%, nilai kelembaban tersebut dipengaruhi oleh zona injeksi
evaporating cooling yang membawa partikel udara dengan temperatur 200C
sehingga menyebar ke seluruh ruangan di dalam broiler closed house. Pada daerah
mendekati zona keluar (fan) mulai terjadi penurunan kelembaban hal ini dapat
disebabkan naiknya nilai temperatur di daerah saluran ke luar kandang.
Tabel 2. 13 Kelembaban optimum untuk Grower (umur 19-30 hari)
pada jam 12.00
Material Kelembaban Nilai
Kelembaban Ruangan 70 %
Atap 22 %
Dinding Kiri dan Kanan 50-75%
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Kecepatan angin 1,8 m/s
Letak Geografis 6° 18' 00" LS; 106°
44
Gambar 2. 15 Kelembaban optimun untuk grower (umur 19-30 hari) pada jam
12.00
Pada Gambar 2.15 terlihat pola aliran kelembapan (RH) pada bidang X-Z
secara merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi
kelembaban yang diindikasikan dengan warna – warni, pada warna merah
menjelaskan daerah kelembaban (RH) terbesar di mulai dari daerah evaporating
cooling mencapai 70%, nilai kelembaban tersebut dipengaruhi oleh zona injeksi
evaporating cooling yang membawa partikel udara dengan temperatur 200C
sehingga menyebar ke seluruh ruangan di dalam broiler closed house. Pada daerah
mendekati zona keluar (fan) mulai terjadi penurunan kelembaban hal ini dapat
disebabkan naiknya nilai temperatur di daerah saluran ke luar kandang.
Gambar 2. 16 Amonia optimum periode grower (umur 19-30 hari) jam 12.00
Gambar 2.16 menjelaskan pola aliran amonia pada bidang x-z secara merata
yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi amonia yang
diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah menjelaskan daerah
kandungan mass fraction gas amonia (9.16 ppm) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling, besarnya kandungan gas amonia tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa udara menyebar ke seluruh
ruangan kandang. Pada daerah mendekati zona keluar (fan) nampak terlihat nilai
amonia menjadi bertambah hal ini bisa disebabkan udara yang membawa gas
amonia sudah mulai terbuang kelingkungan yang disebabkan oleh aliran hisap
(suction) dari kipas yang di pasang di sisi ujung kandang.
Tabel 2.15 Amonia tidak optimum periode grower (umur 19-30 hari) jam 16.00
Material Amonia Nilai
Kecepatan kipas angin 6,24-6,48 m/s
Gambar 2. 17 Amonia tidak optimum periode grower (umur 19-30 hari) jam 16.00
46
Gambar 2.17 menjelaskan pola aliran amonia pada bidang x-z secara merata
yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi amonia yang
diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah menjelaskan daerah
kandungan volume fraction gas amonia (13.54 ppm) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling, besarnya kandungan gas amonia tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa udara menyebar ke seluruh
ruangan kandang. Pada daerah mendekati zona keluar (fan) nampak terlihat nilai
amonia menjadi bertambah hal ini bisa disebabkan udara yang membawa gas
amonia sudah mulai terbuang kelingkungan yang disebabkan oleh aliran hisap
(suction) dari kipas yang di pasang di sisi ujung kandang.
Suhu Optimun dan Tidak Optimun di Broiler Closed House Periode Finisher
Tabel 2.16 Simulasi suhu optimum periode finisher (31-38 hari) jam 09.00
Material Temperature Nilai
Suhu Lingkungan 310 C
Atap Seng 30. 0 C
Lantai Tanah 32 0 C
Panas Ayam 40 0 C
Dinding kiri, kanan 34.5 0 C
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Radiasi 310 W/m2
Kipas angin 8.800 watt
Lampu 18 watt
Kecepatan angin 1,6 m/s
Gambar 2.18 Suhu optimun periode finisher (umur 31-38 hari) jam 09.00
47
Tabel 2.17 Simulasi suhu tidak optimum periode finisher (31-38 hari) jam 12.00
Gambar 2.19 Suhu tidak optimum periode finisher (31-38 hari) jam 12.00
Gambar 2.19 dilihat dari atap-lantai ini menjelaskan potongan sumbu x-z
terhadap sumbu y. Waktu siang di atas menjelaskan penyebaran suhu ruangan
200C-400C suhu lingkungan (ambient temperature) 34.50 C,suhu atap 300 C,suhu
lantai 320C, suhu ayam 40 0C, suhu dinding kiri dan kanan 34.50C, suhu
evavorating cooling 200C -20,60C, daya kipas angin 8.800 Watt, lampu 18 watt dan
kecepatan angin 1,6 m/s. Suhu ruangan yang panas terdapat ditengah dan suhu
lantai karena dipengaruhi oleh litter dan ayam broiler.
48
49
Gambar 2. 20 Kelembaban tidak optimum periode finisher (umur 31-38 hari) jam
09.00
Gambar 2.20 menjelaskan pola aliran kelembaban (RH) pada bidang X-Z
secara merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi
kelembaban yang diindikasikan dengan warna – warni, pada warna merah
menjelaskan daerah kelembaban (RH) terbesar di mulai dari daerah evaporating
cooling mencapai 84%, nilai kelembaban tersebut dipengaruhi oleh zona injeksi
evaporating cooling yang membawa partikel udara dengan temperatur 200C
sehingga menyebar ke seluruh ruangan di dalam broiler closed house. Pada daerah
mendekati zona keluar (fan) mulai terjadi penurunan kelembaban hal ini dapat
disebabkan naiknya nilai temperatur di daerah saluran ke luar kandang.
Tabel 2.19 Kelembaban optimum periode finisher (umur 31-38 Hari) jam 12.00
Material Kelembaban Nilai
Kelembaban Ruangan 75 %
Atap 22 %
Dinding Kiri dan Kanan 50-75%
Suhu=Tevaporative cooling 200C -20,60C
Kecepatan angin 1,7 m/s
Letak Geografis 6° 18' 00" LS; 106°
50
Gambar 2. 21 Kelembaban optimun periode finisher (umur 31-38 hari) jam 12.00
Gambar 2.21 di atas menjelaskan pola aliran kelembapan (RH) pada bidang
X-Z secara merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan
distribusi kelembaban yang diindikasikan dengan warna – warni, pada warna
merah menjelaskan daerah kelembaban (RH) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling mencapai 75%, nilai kelembaban tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa partikel udara dengan temperatur
200C sehingga menyebar ke seluruh ruangan di dalam broiler closed house. Pada
daerah mendekati zona keluar (fan) mulai terjadi penurunan kelembaban hal ini
dapat disebabkan naiknya nilai temperatur di daerah saluran ke luar kandang.
Gambar 2. 22. Amonia optimum periode grower (umur 31-38 hari) pada jam 12.00
Gambar 2.22 menjelaskan pola aliran amonia pada bidang x-z secara merata
yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi amonia yang
diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah menjelaskan daerah
kandungan mass fraction gas amonia (9.16 ppm) terbesar di mulai dari daerah
evaporating cooling, besarnya kandungan gas amonia tersebut dipengaruhi oleh
zona injeksi evaporating cooling yang membawa udara menyebar ke seluruh
ruangan kandang. Pada daerah mendekati zona keluar (fan) nampak terlihat nilai
amonia menjadi bertambah hal ini bisa disebabkan udara yang membawa gas
amonia sudah mulai terbuang menumpuk sekitar fan kelingkungan yang
disebabkan oleh aliran hisap (suction) dari kipas yang di pasang di sisi ujung
kandang.
Tabel 2. 21 Amonia tidak optimum periode finisher (umur 31-38 hari) jam
16.00
Material Amonia Nilai
Kecepatan kipas angin 7,24-7,48 m/s
Luas=A 120 mx12m
Suhu Lantai 330C
Feses Ayam 0.12-0.96 g/ekor/hari (3,2 ppm)
Kecepatan angin lantai 1,5 m/s
Evaporating cooling 200C -20,60C
Suhu Lantai 320C
Kecepatan angin lantai 1,5 m/s
Suhu dinding 28 0C
Suhu atap 29 0C
Setpoin ppm <10 ppm
Gambar 2.23 Amonia tidak optimum periode finisher (umur 31-38 hari) pada jam 16.00
52
Gambar 2.23 menjelaskan pola aliran amonia pada bidang X-Z secara
merata yang terjadi di dalam kandang, terlihat nampak perbedaan distribusi
amonia yang diindikasikan dengan warna–warni, pada warna merah menjelaskan
daerah kandungan mass fraction gas amonia (10.62 ppm) terbesar di mulai dari
daerah evaporating cooling, besarnya kandungan gas amonia tersebut dipengaruhi
oleh zona injeksi evaporating cooling yang membawa udara menyebar ke seluruh
ruangan kandang. Pada daerah mendekati zona keluar (fan) nampak terlihat nilai
amonia menjadi bertambah sebesar (12.82166 ppm) hal ini bisa disebabkan udara
yang membawa gas amonia sudah mulai terbuang kelingkungan yang disebabkan
oleh aliran hisap (suction) dari kipas yang di pasang di sisi ujung kandang.
………………………………………………………….…(2.16)
Dimana merupakan nilai rerata lingkungan hasil pengamatan, yi prediksi ke-i.
…………………..………………………………………(2.17)
RMSE = Root mean squared error
Y = Data riil
Y´ = Data peramalan
n = Banyaknya waktu data peramalan
30
25
20
15
10
5
0
27 28 29 30 31 32 33 34
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120
Pengukuran RH (Persen)
54
10.0000
8.0000
6.0000
4.0000
2.0000
0.0000
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000
Pengukuran NH3 (ppm)
Dari hasil simulasi suhu kelembaban dan amonia broiler closed house
mengetahui kondisi karakteristik lingkungan dengan sebaran (suhu, kelembaban
dan amonia) pada broiler closed house dan acuan peletakkan sensor suhu
kelembaban amonia, heater, humidifiyer dan kipas angin pada broiler closed house.
Penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan pemodelan dan kendali lingkungan
(suhu, kelembaban, dan amonia) broiler closed house dengan mengetahui kondisi
lingkungan tidak optimal dan optimal.
55
Simpulan
1. Prediksi suhu rata-rata 300C, kelembaban 60 % dan amonia < 10 ppm pada
broiler closed house.
2. Kondisi sebaran suhu panas terletak pada bagian tengah, kelembaban yang
tinggi terletak pada dekat evavorating cooling antara kiri dan kanan dan
amonia yang ttinggi pada ujung dekat kipas angin dalam broiler closed
house sehingga bisa dijadikan acuan peletakan sensor suhu kelembaban
dan amonia serta heater, humidifiyer dan kipas angin.
3. Hasil simulasi suhu, kelembaban dan amonia broiler closed house telah
divalidasi menunjukkan akurasi yang korelasi signifikan untuk suhu
koefisien determinasi (R2) 99,093 % dan RMSE 0,934952, kelembaban
koefisien determinasi (R2) 99,007 % dan RMSE 0,966379 dan amonia
koefisien determinasi (R2) 99,11 % dan RMSE 0.2565. Nilai R2 yang
realatif tinggi menunjukkan bahwa kinerja model valid yang baik dalam
mensimulasikan suhu, kelembaban dan amonia.
4. Kondisi lingkungan tidak optimun yaitu suhu terjadi jam 12.00 siang,
kelembaban terjadi jam 09.00 pagi, jam 16.00 sore dan amonia pagi, siang
dan sore periode starter, grower dan finisher sehingga pengetahuan awal
sebelum mengendalikan di lingkungan broiler closed house
Saran
Dalam hasil simulasi dan validasi ini dijadikan sebagai acuan model dan
simulasi kendali lingkungan suhu, kelembaban dan amonia pada broiler closed
house pada penelitian berikutnya.
Daftar Pustaka
Alimuddin, Seminar KB, Subrata IMD, Sumiati. 2011. Critical Information Design
for House Broilers Used by Artificial Neural Network Journal IDTEK
Fakultas Teknik UVRI, ISSN : 1907-0780, Vol Edisi Oktober 2011.
Alimuddin, Seminar KB, Subrata IMD, Sumiati. 2010. Critical Information Design
for House Broilers Used by Artificial Neural Network Proceeding
Konferensi Internasional AFITA, 4-7 oktober 2010, Bogor.
Alimuddin, Seminar KB, Subrata IDM, Sumiati. 2011. Pemodelan Suhu pada
Closed untuk Ayam Broiler dengan CFD, Prosiding Seminar Nasional
56
Liu Z, Wang L, Beasley BD, Oviedo DVM, Edgar O. 2007. Modeling ammonia
emissions from broiler litter with a dynamic flow-through chamber
system, American Society of Agricultural and Biological Engineering,
Amerika.
Mutai EBK, Otieno PO, Gitau AN, Mbuge DO and Mutuli DA. 2011. Simulation
of the Microclimate in Poultry Structures in Kenya, Research Journal of
Applied Sciences, Engineering and Technology 3(7): 579-588, ISSN:
2040-7467.
Ori L & Tsabar M & Albert JH & Sharon M & Juan CR & Connie L & David MB.
2008. A New Approach for Minimizing Ammonia Emissions from Poultry
Houses, Water Air Soil Pollut, 191:183–197, Springer.
[PCPI] PT Charoen Pokhpand Indonesia, Tbk. 2005. Manual Manajemen Broiler
CP 707, Jakarta
Roni F. 2000. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia.
Jakarta
Rose PS. 1997. Principles of Poultry Science, page 117, Cab International, New
York, US.
Sun Y, Lin YL, Zhao K, Lu YW. 2007. Mathematical Modeling of Gas-solid Flow
in Turbine Reactor, Agricultural Engineering International: the CIGR
Ejournal. Manuscript FP 06 006.Vol. IX. February .
Soldatos AG. Arvanitis KG, Daskalov PI, Pasgianos GD and Sigrimis NA. 2005.
Nonlinear robust temperature–humidity control in livestock buildings,
National Technical University of Athens, Department of Electrical and
Computer Engineering, Division of Signals, Systems and Robotics,
Zographou, 15773 Athens, Greece.
Suud HM. 2009. Simulasi Pola Aliran Udara dan Distribusi Suhu pada Kandang
Closed House Menggunakan Computional Fluid Dynamic, Skripsi
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem FATETA, IPB.
Van FN, Vosse De, Van SAA, Segal A And Janssen JD. 1989. A Finite Element
Analysis Of The Steady Laminar Entrance Flow In A 90" Curved Tube,
International Journal For Numerical Methods In Fluids, Vol. 9,275-287,
Netherlands
Woods RL dan Lawrence KL. 1997. Modeling and Simulation of Dynamic System,
Prentice Hall, Inc, United States of America.
Wesseling P. 2001. Principles of Computational Fluid Dynamics, 53 Springer
Series in Computational Mathematics 29, DOI 10.1007/978-3-642-05146-
3_2, © Springer-Verlag Berlin Heidelberg
Yani A. 2007. Analisis dan simulasi Distribusi Suhu Udara pada Kandang Sapi
Perah Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
58
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keseimbangan Panas untuk Broiler Closed House dengan Ventilasi Alami
Ruang Udara (ASAE, 2003). .............................................................................................. 25
Gambar 2.2 Pemodelan Kandang Ayam Tertutup (Broiler Closed House)........................ 27
Gambar 2.4 Cut Plot Contour dan Vektor Aliran Udara pada Inlet ................................... 32
Gambar 2. 5 Cut Plot Tampak Samping Profil Temperatur Udara pada Kandang ............. 34
Gambar 2. 8 Kelembaban tidak optimun periode starter (umur 1-18 Hari) jam 09.00 ....... 37
Gambar 2. 9 Kelembaban optimun untuk Starter (umur 1-18 Hari) jam 12.00 .................. 38
Gambar 2. 10 Amonia optimun periode starter (Umur 1-18 Hari) pada Jam 12.00 .......... 40
Gambar 2. 14 Kelembaban tidak optimum untuk Grower (Umur 19-30 Hari) Jam 09.00 43
Gambar 2. 15 Kelembaban optimun untuk Grower (Umur 19-30 Hari) pada Jam 12.00 . 44
Gambar 2. 16 Amonia optimum periode grower (Umur 19-30 Hari) Jam 12.00 .............. 45
Gambar 2. 17 Amonia tidak optimum periode grower (Umur 19-30 Hari) Jam 16.00 ...... 45
Gambar 2. 19 Kelembaban tidak optimum periode finisher (umur 31-38 Hari) jam 09.00 49
Gambar 2. 20 Kelembaban optimun periode finisher (umur 31-38 Hari) jam 12.00.......... 50
Gambar 2. 23 Validasi Suhu Ruangan Simulasi dan Pengukuran ..................................... 53
Gambar 2. 21 Validasi simulasi Kelembaban CFD dengan Pengukuran di Lapangan ....... 54
Gambar 2. 22 Validasi simulasi Amonia CFD dengan Pengukuran di Lapangan .............. 54
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batas Ambang Suhu dan Kelembaban dalam Broiler Closed House ................. 23
Tabel 2.2 Baku Mutu Ambien dan Emisi Gas NH3 dan H2S .............................................. 23
Tabel 2.3 Ambang Batas Kadar NH3 pada Manusia dan Ternak ........................................ 24
Tabel 2.4 Suhu kondisi optimun periode starter (umur 1-18 hari) Pagi Jam 09.00 ........... 35
Tabel 2. 5 Suhu tidak optimun Starter (umur 1-18 hari) Siang Jam 12.00 ......................... 36
Tabel 2. 7 Kelembaban optimun periode starter (umur 1-18 Hari) jam 12.00................... 38
Tabel 2. 10 Suhu optimum Periode Grower (19-30 Hari) Pagi Jam 09.00 ........................ 41
Tabel 2. 11 Simulasi suhu tidak optimun periode grower pada jam 12.00 ......................... 42
Tabel 2. 9 Kelembaban tidak optimum Periode Grower (Umur 19-30 Hari) ..................... 43
Tabel 2. 10 Kelembaban optimum untuk Grower (Umur 19-30 Hari) pada Jam 12.00 .... 43
Tabel 2. 14 ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 15 Kelembaban tidak optimum Periode Finisher (Umur 31-38 Hari) jam 09.00 . 49
Tabel 2. 20 .......................................................................................................................... 51