Sie sind auf Seite 1von 15

Peran United Nations High Commissioner For Refugee (UNHCR)

Dalam Perlindungan Warga Negara Asing (Pengungsi) Di Indonesia


(Kajian Warga Negara Asing Di Rumah Detensi Imigrasi Kota Pekanbaru)
Oleh : Princen Simatupang
Pembimbing:
Dr. Erdianto., SH.,M.Hum
Widia Edorita,SH.,MH
Alamat : Jl. Sengon VIII Blok B. 11A, Nomor 3
Email : princen.simatupang@yahoo.com
Abstrak
The development of transportation technology, information and communication
encourage the emergence of problems in international law, such as refugees.
Displacement and the easier movement of people has also become one of the
factors triggering population migration. It became part of the development and
dynamics of international law. Strategic Location of Indonesia, causing Indonesia
was the destination of refugees. is protected by the Vienna Convention of 1951 on
refugees and its 1967 Protocol regulates these refugees. Obligations of the country
of origin is no longer able to protect the basic rights of citizens will be taken over
by the international community. Efforts are needed to guarantee and ensure that
the basic rights of a person to be protected and respected. International Refugee
status granted after he declared it worthy of its status as an international refugee
by those competent provide such status. In the case of granting such a status we
know the two parties, namely the United Nations High Commissioner for Refugee
for those who have not yet ratified, and the country for which has been ratified.
Kebaradaan immigration detention centers in Indonesia, one of them in the city of
Pekanbaru, is in order to run perinta 1951 Convention.Issues that will be
examined in this study are: First, How UNHCR Role in Providing Legal
Protection for Foreign Nationals (IDPs) in Indonesia (Study foreigners in the
detention center Pekanbaru City)? Second, Do Barriers UNHCR in Providing
Legal Protection for Foreign Nationals Refugees) in Indonesia (Study WNA In
Rudenim Pekanbaru City)? Third, efforts Which Is Taken UNHCR to Address
Legal Protection for Foreign Nationals (IDPs) in Indonesia (Study WNA In
Rudenim Pekanbaru City)?This type of research is a sociological law research.
Source of data used are primary data and secondary data, data collection
techniques using interview, and literature study. In this study the authors used a
qualitative analysis, in drawing conclusions using inductive method of thinking.
Results from this study were first, Role of UNHCR participation in, and
implementation of, the Convention and refugee law, Secondly, UNHCR obstacle
is lack of co-ordination to the government as well as the difficulty in obtaining
information about the valid data Thirdly, UNHCR efforts is to promote the
application of refugee law , Suggestions of authors First, UNHCR must increase
its human resources in order to support the performance and supervision of
UNHCR to Rudenim, Second, UNHCR should memberbaiki existing coordination
in the field to the government or the detention center. Third, efforts UNHCR is by
approaching and counseling to foreigners.
Keywords: Refugees-UNHCR-House Immigration Detention

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 1


PENDAHULUAN Dalam konteks hukum
A. Latar Belakang internasional, para pencari suaka
Perkembangan teknologi mendapatkan perlindungan hukum
transportasi, informasi dan komunikasi melalui sejumlah konvensi Perserikatan
telah mendorong munculnya masalah- Bangsa-Bangsa. Misalnya,
masalah baru dalam hukum perlindungan internasional terhadap
internasional, terutama persoalan dalam pengungsi dalam konvensi Wina Tahun
penanganan pengungsi. Perpindahan 1951 dan protokol 1967. Kedua
dan pergerakan orang yang semakin instrument hukum tersebut
mudah juga menjadi salah satu faktor memberikan jaminan sejumlah hak
pemicu terjadinya migrasi penduduk. para pencari suaka (pengungsi) dan
Hal tersebut menjadi bagian dari juga kewajibannya. Salah satu hak
perkembangan dan dinamika hukum yang di Indonesia belum diakui adalah
internasional.1 bahwa setiap pencari suaka memiliki
Strategisnya letak Indonesia hak untuk tidak dikembalikan kepada
yang merupakan jalur lalu lintas orang negara asalnya. Sementara
keluar masuk warga negara asing, kewajibannya adalah menghormati
sehingga membutuhkan pengaturan hukum negara setempat, membayar
tentang hal ikhwal lalu lintas di pajak dan biaya-biaya fiskal lainnya.
Indonesia baik di darat, laut, maupun Pada hakikatnya negara
udara untuk menjaga keamanan dan memiliki tanggung jawab untuk
kedaulatan negara Indonesia, Warga melindungi setiap warga negaranya.
asing yang ingin melewati batas Namun pada kenyataannya seringkali
wilayah Indonesia harus memiliki terjadi negara tidak mampu untuk
dokumen yang sah, sesuai yang telah melaksanakan tanggung jawabnya.
diatur di dalam Undang-Undang Bahkan negara yang bersangkutan
Nomor 9 Tahun 1992 tentang justru melakukan penindasan terhadap
Keimigrasian. (Selanjutnya UU No. 9 warga negaranya, sehingga terpaksa
Tahun 1992 tentang Keimigrasian). mereka harus meninggalkan negaranya
Pada umumnya para pencari serta mencari keselamatan di negara
suaka masuk ke Indonesia tidak lain.2
melewati tempat pemeriksaan imigrasi Kewajiban negara asal yang
atau masuk secara tidak sah. Sehingga tidak mampu lagi melindungi hak-hak
hal tersebut melanggar peraturan dasar warga negaranya akan diambil
tentang keimigrasian di Indonesia, alih oleh masyarakat internasional.
namun para pencari suaka ini tidak Masyarakat internasional melakukan
dapat dikenakan hukuman karena upaya-upaya yang diperlukan guna
mereka dilindungi oleh Konvensi Wina menjamin dan memastikan bahwa hak-
Tahun 1951 tentang pengungsi jika hak dasar seseorang tetap dilindungi
para pencari suaka segera melaporkan dan dihormati. Pada status
diri mereka ke instansi yang berwenang perlindungan internasional tersebut,
dengan alasan yang layak. seseorang yang dalam kapasitasnya
sebagai pengungsi, wajib mendapatkan
1
proteksi atas hak-hak dasarnya sebagai
Wagiman, Hukum Pengungsi
Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,
2
hlm. 49. Ibid, hlm. 51.

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 2


manusia. Perlindungan hak asasi Indonesia dapat menggunakannya
merupakan hal pokok dalam untuk mengatur kedatangan orang yang
penanganan pengungsi dan pencari meminta perlindungan, seperti yang
suaka. Hal ini menjadi bagian dan dilindungi adalah Hak Asasi Manusia.
kewajiban dari masyarakat Maka terbentuklah Undang-Undang
internasional. Pada sisi lain juga Nomor 39 tahun1999 Pasal 28 (1)
menjadi kewajiban nasional suatu tentang Hak asasi Manusia dinyatakan
negara.3 bahwa setiap orang berhak untuk
Terdapat dua jenis pengungsi, mencari suaka. Undang-Undang ini
yaitu pengungsi internal (Internal juga mengatur antara lain hak asasi
Displace Person/IDP) dan pengungsi manusia, kewajiban dasar serta
lintas batas negara (refugee). penegakan pemerintah dalam
Pengungsi internal adalah pengungsi penegakan HAM, dan pembentukan
yang keluar dari wilayah tertentu dan Komisi Nasional yang mandiri.7
menempati wilayah lain tetapi masih Berdasarkan hasil wawancara
dalam satu daerah kekuasaan satu dengan Staf Rudenim Kota Pekanbaru
negara. Sedangkan pengungsi lintas dapat diketahui bahwa para pencari
batas merupakan mereka yang suaka yang berada di rumah-rumah
4
mengungsi ke negara lain. tersebut stres karena kebebasan mereka
Pengaturan internasional untuk dibatasi, bahkan ada beberapa dari
pengungsi terdapat dalam Statue of the pencari suaka yang mencoba untuk
office of the UNHCR Setelah itu melarikan diri karena mereka tidak
perlindungan dan pengaturan sabar untuk menunggu proses dari
pengungsi diakomodir dalam pihak UNHCR, kebebasan para pencari
Convention on the Status of Refugee suaka akan terus dibatasi selama para
(untuk selanjutnya disebut dengan pencari suaka tersebut masih dalam
Konvensi Wina Tahun 1951).5 Untuk proses pihak UNHCR untuk
melengkapi kekurangan-kekurangan menentukan status pengungsinya. Dan
yang ada pada Konvensi Wina Tahun pihak imigrai telah membuat kebijakan
1951 pada tahun 1967 disepakati mengenai Kartu Pengenal Bagi Warga
Protocol Relating to the Status of Asing yang akan bepergian.8
Refugee. Sebagai instrumen pendukung Berdasarkan dari latar belakang
terdapat Declaration on Territorial di atas yang membuat penulis tertarik
Asylum yang disepakati tahun 1967. 6 untuk mengangkat judul : Peran
Sebagai badan PBB untuk United Nations High Commissioner
urusan pengungsi, UNHCR For Refugee (UNHCR) Dalam
mendukung pembuatan suatu kerangka Perlindungan Warga Negara Asing
kerja nasional dimana pemerintah (Pengungsi) Di Indonesia (Kajian
Warga Negara Asing Di Rumah
3
Ibid, hlm. 50-51.
Detensi Imigrasi Kota Pekanbaru)
4
Ibid, hlm. 99-100.
5
Konvensi ini disepakati tanggal 25 Juli
7
1951 namun baru diberlakukan pada tanggal 22 Sulaiman Hamid, Hak Asasi Manusia &
April 1954. Konferensinya itu sendiri Pengungsi (Human Rights & Refugees), USU,
merupakan mandat dari Resolusi PBB Nomor Medan, 2002, hlm 3
8
429 (V). Wawancara dengan Staff Rudenim Kota
6
Wagiman, Op.cit, hlm . 89. Pekanbaru, 23 Juni 2015

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 3


Commissioner For Refugee
B. Rumusan Masalah (UNHCR) Dalam Mengatasi
1. Bagaimanakah Peran United Perlindungan Hukum Bagi
Nations High Commissioner For Warga Negara Asing
Refugee (UNHCR) Dalam (Pengungsi) Di Indonesia
Memberikan Perlindungan Hukum (Kajian WNA Di Rudenim
Bagi Warga Negara Asing Kota Pekanbaru).
(Pengungsi) Di Indonesia (Kajian 2. Kegunaan Penelitian
WNA di Rudenim Kota a. Bagi Penulis
Pekanbaru)? b. Bagi Dunia Akademik
2. Apakah Hambatan United Nations c. Bagi Instansi Terkai
High Commissioner For Refugee D. Kerangka Teori
(UNHCR) Dalam Memberikan 1. Teori Peranan
Perlindungan Hukum Bagi Warga Teori peran adalah sebuah sudut
Negara Asing Pengungsi) Di pandang dalam sosiologi dan
Indonesia (Kajian WNA Di psikologi sosial yang menganggap
Rudenim Kota Pekanbaru)? sebagian besar aktivitas harian
3. Apakah Upaya Yang Ditempuh diperankan oleh kategori-kategori
United Nations High yang ditetapkan secara sosial
Commissioner For Refugee (misalnya ibu, manajer, guru).
(UNHCR) Dalam Mengatasi Setiap peran sosial adalah
Perlindungan Hukum Bagi Warga serangkaian hak, kewajiban,
Negara Asing (Pengungsi) Di harapan, norma, dan perilaku
Indonesia (Kajian WNA Di seseorang yang harus dihadapi dan
Rudenim Kota Pekanbaru)? dipenuhi. Model ini didasarkan
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian pada pengamatan bahwa orang-
1. Tujuan Penelitian orang bertindak dengan cara yang
a. Untuk Mengetahui Peran dapat diprediksikan, dan bahwa
United Nations High kelakuan seseorang bergantung
Commissioner For Refugee pada konteksnya, berdasarkan
(Unhcr) Dalam Memberikan posisi sosial dan faktor-faktor lain.
Perlindungan Bagi Warga Teater adalah metafora yang sering
Negara Asing (pengungsi) Di digunakan untuk mendeskripsikan
Indonesia (Kajian Wna Di teori peran.9
Rudenim Kota Pekanbaru) Meski kata peran sudah ada di
b. Untuk mengetahui Hambatan berbagai bahasa Eropa selama
United Nations High beberapa abad, sebagai suatu
Commissioner For Refugee konsep sosiologis, istilah ini baru
(UNHCR) Dalam Memberikan muncul sekitar tahun 1920-an dan
Perlindungan Hukum Bagi 1930-an. Istilah ini semakin
Warga Negara Asing menonjol dalam kajian sosiologi
(Pengungsi) Di Indonesia melalui karya teoretis Mead,
(Kajian WNA Di Rudenim Moreno, dan Linton. Dua konsep
Kota Pekanbaru Mead, yaitu pikiran dan diri
c. Untuk Mengetahui Upaya Yang
Ditempuh United Nations High 9
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 4


sendiri, adalah pendahulu teori dalam suatu situasi tertentu agar
peran.10 dapat memenuhi harapan-harapan
2. Teori Perlindungan Hukum mereka sendiri atau harapan orang
Perlindungan hukum adalah lain menyangkut peran-peran
memberikan pengayoman terhadap tersebut.12
hak asasi manusia (HAM) yang 2. United Nation High Commissioner
dirugikan orang lain dan for Refugees adalah Komisi Tinggi
perlindungan itu diberikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
masyarakat agar dapat menikmati pengungsi yang memberikan
semua hak-hak yang diberikan perlindungan dan bantuan kepada
oleh hukum.11 pengungsi dan pencari suaka
Perlindungan hukum terhadap berdasarkan memorandum saling
warga negara asing merupakan pengertian dengan Pemerintah
suatu hal yang paling penting guna Republik Indonesia.
kelangsungan kehidupan mereka. 3. Perlindungan Hukum adalah suatu
Perlindungan adalah segala usaha perlindungan yang diberikan
yang dilakukan untuk menciptakan kepada subjek hukum sesuai
kondisi agar setiap orang dapat dengan aturan hukum, baik itu
melaksanakan hak dan yang bersifat preventif
kewajibannya baik secara wajar (pencegahan) maupun dalam
baik fisik, mental, dan sosial. bentuk yang bersifat represif
Kegiatan perlindungan membawa (pemaksaan), baik secara tertulis
akibat hukum, baik kaitannya maupun tidak tertulis dalam rangka
dengan hukum tertulis maupun menegakkan peraturan hukum.13
hukum tidak tertulis. Hukum 4. Warga Negara Asing adalah adalah
merupakan jaminan bagi kegiatan warga dari negara lain.14
perlindungan pencari suaka. 5. Indonesia adalah Negara Republik
E. Kerangka Konseptual Indonesia
1. Peran adalah serangkaian perilaku 6. Rudenim Kota Pekanbaru adalah
yang diharapkan pada seseorang Rumah Detensi Imigrasi di Kota
sesuai dengan posisi sosial yang Pekanbaru.
diberikan baik secara formal F. Metode penelitian
maupun secara informal. Peran 1. Jenis penelitian
didasarkan pada preskripsi Ditinjau dari sudut metode
(ketentuan) dan harapan peran penelitian ini dapat digolongkan
yang menerangkan apa yang dalam jenis penelitian hukum
individu-individu harus lakukan sosiologis (empiris), yaitu sebagai
12
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu
10
Hindin, Micelle J. (2007) "role Pengantar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada.
theory" in George Ritzer (ed.) The 2002. dalam
Blackwell Encyclopedia of Sociology, https://adidevi69.wordpress.com/2013/06/08/k
Blackwell Publishing, 2007, 3959-3962, onsep-peran-menurut-beberapa-ahli/
dalam
13
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran http://www.statushukum.com tentang
“Perlindungan Hukum”, diakses tanggal 3 juni
11
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT.Citra 2015.
14
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 54. http://kbbi.web.id/warga%20negara

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 5


usaha melihat pengaruh berlakunya a) Kitab Undang – Undang
hukum positif terhadap kehidupan Hukum Perdata;
masyarakat. Sifat peneilitian ini b) Kitab Undang – Undang
bersifat deskriptif, yaitu penelitian Hukum Acara Perdata;
yang memberikan gambaran secara c) Keputusan Presiden No. 18
jelas dan juga terperinci mengenai Tahun 2000 tentang Pedoman
permasalahan yang diteliti oleh pelaksanaan pengadaan
penulis. Barang/jasa pada instansi
2. Lokasi Penelitian pemerintah;
Untuk memperoleh data yang d) Keputusan Presiden No. 80
diperlukan dalam penelitian ini Tahun 2003 tentang Pedoman
maka penelitian tersebut dilakukan Pelaksanaan Pengadaan
di Rumah Detensi Imigrasi Kota Barang/Jasa Instansi
Pekanbaru. Pemerintah;
3. Populasi dan Sampel e) Peraturan Presiden No. 95
a. Populasi Tahun 2007 tentang perubahan
Populasi adalah sekumpulan objek ke tujuh atas Keputusan
yang hendak diteliti berdasarkan Presiden No. 80 tahun 2003
lokasi penelitian yang telah tentang Pedoman Pelaksanaan
ditentukan sebelumnya Pengadaan Barang/Jasa Instansi
sehubungan dengan penelitian Pemerintah;
ini.15 f) Peraturan Presiden No. 54
b. Sampel Tahun 2010 tentang Pengadaan
Untuk mempermudah penulis Barang/Jasa Pemerintah;
dalam melakukan penelitian maka g) Peraturan Presiden No. 35
penulis menentukan sampel, di Tahun 2011 tentang perubahan
mana sampel adalah himpunan Atas Peraturan Presiden No. 54
bagian atau sebagian dari populasi Tahun 2010 tentang Pengadaan
yang dapat mewakili keseluruhan Barang/Jasa Pemerintah; dan
objek penelitian. h) Peraturan Presiden No. 70
4. Sumber Data Tahun 2012 tentang Perubahan
a. Data Primer adalah data yang ke Dua Atas Peraturan Presiden
penulis dapatkan atau diperoleh No. 54 Tahun 2010 tentang
secara langsung melalui Pengadaan Barang/Jasa
responden di lapangan. Pemerintah.
b. Data sekunder adalah data yang 2. Bahan Hukum Sekunder,
sudah ada sebelumnya atau yaitu semua publikasi tentang
merupakan data jadi atau baku. hukum yang bukan merupakan
c. Data Sekunder dibagi menjadi dokumen-dokumen resmi yang
tiga jenis, yaitu :16 meliputi buku-buku teks, kamus
1. Bahan Hukum Primer hukum.17

15 17
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Edisi
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta :2002,hlm.44. Pertama Cetakan keenam, Kencana Prenada
16
Ibid., hlm. 31 Media Group, Jakarta, hlm.141

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 6


3. Bahan Hukum Tertier, yaitu 1. Rumah Detensi Imigrasi Pada
bahan hukum yang memberikan Umumnya
petunjuk atau penjelasan Rumah Detensi Imigrasi atau
terhadap bahan hukum primer yang disingkat dengan rudenim
dan sekunder adalah unit pelaksana teknis yang
5. Teknik Pengumpulan Data menjalankan fungsi keimigrasian
a. Wawancara (Interview) sebagai tempat penampungan
adalah interaksi dimana sementara bagi orang asing yang
pewawancara mengajukan melanggar Undang-Undang
pertanyaan seputar masalah Imigrasi. Orang asing yang berdiam
penelitian kepada responden. di rudenim disebut dengan deteni.
b. Studi Kepustakaa adalah Rudenim dibangun karena
Mengkaji, menelaah dan meningkatnya lalu lintas orang, baik
menganalisis berbagai literatur yang keluar maupun yang masuk ke
yang berhubungan dengan Indonesia, sehingga berpotensi
permasalahan yang sedang timbulnya permasalahan keimigra-
diteliti. sian terhadap kedatangan dan
6. Analisa Data keberadaan orang asing di Indonesia
Setelah penulis mengumpulkan yang memerlukan upaya penindakan
data-data dan bahan hukum yang bagi orang asing yang melanggar
digunakan untuk penelitian yang ketentuan yang berlaku. Untuk
sedang diteliti selanjutnya data mengefektifkan dan mengefisienkan
tersebut dianalisis secara kualitatif penindakan tersebut diperlukan
artinya data yang berdasarkan adanya sarana dan prasarana
uraian kalimat atau data tidak pendukung seperti rudenim.19
dianalisis dengan menggunakan 2. Rumah Detensi Imigrasi Kota
statistik atau matematika ataupun Pekanbaru
sejenisnya, yaitu apa yang Sesuai dengan sertifikat bukti
dinyatakan responden secara Nomor/tanggal sertifikat
tertulis ataupun lisan dan perilaku 247/530/2401/2005 tanggal 24
nyata yang diteliti dan dipelajari November 2005, barang
sebagai sesuatu yang utuh.18 inventarisasi Rumah Detensi
Sedangkan metode berpikir yang Imigrasi Pekanbaru yang terletak
digunakan penulis yaitu deduktif, di jalan O.K.M. Jamil No. 2A
yakni pengerucutan dari bagian Pekanbaru, adalah Sebidang tanah
umum yang merupakan yang luasnya 2630 m² dan
permasalahan umum kepada diatasnya berdiri bangunan yang
permasalahan yang lebih khusus. luasnya 800 m² yang terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA bangunan Kantor Rumah Detensi
A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Imigrasi Pekanbaru seluas 400 m²
Detensi Imigrasi (Rudenim) Kota dan bangunan tempat
Pekanbaru penampungan Pencari Suaka dan

18 19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian \
Hukum, UI,Press, Jakarta : 1982,hlm.32. https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Detensi_I
migrasi

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 7


deteni seluas 400 m² yang terdiri sedang menunggu permohonannya
dari 18 kamar. Namun sampai saat diterima atau ditolak.20
ini belum ada serah terima hibah Seorang pencari suaka yang telah
tanah tersebut dari Kantor Wilayah diakui statusnya sebagai pengungsi
Kementerian Hukum dan HAM akan menerima kewajiban-
Riau ke Rumah Detensi Imigrasi kewajiban yang ditetapkan dan
Pekanbaru. Pada saat ini harus dipatuhi oleh pengungsi, serta
pelaksanaan pembangunan sarana hak-hak dan perlindungan atas hak-
olahraga,berupa lapangan futsal haknya itu yang diakui oleh hukum
sudah selesai dibangun dan internasional dan nasional.
diterimanya Berita acara serah Seorang pengungsi adalah
terima hibah pada tanggal 21 sekaligus seorang pencari suaka.
Februari 2014. Pada saat ini telah Sebelum seseorang diakui statusnya
dilakukan penginputan hibah sebagi pengungsi, pertama-tama ia
lapangan futsal kedalam aplikasi adalah seorang pencari suaka. Status
Simak BMN dan akan dilaporkan sebagai pengungsi merupakan tahap
kedalam CALT BMN pada berikut dari proses kepergian atau
semester I tahun 2014. beradanya seseorang diluar negeri
B. UNHCR Sebagai Organ PBB kewarganegaraan atau tempat
Yang Menaungi Masalah tinggalnya biasanya yang terdahulu.
Pengungsi. Sebaliknya seorang pencari suaka
Menurut hukum internasional belum tentu merupakan pengungsi.
pengungsi dan suaka sebenarnya Ia baru diakui setelah statusnya
mempunyai perbedaan. Pengungsi demikian oleh instrumen
menurut Konvensi 1951 tentang internasional dan nasional.
pengungsi adalah orang-orang yang C. Kedudukan Warga Negara Asing
berada diluar negara kebangsaannya di Negara Lain
atau tempat tinggalnya sehari-hari, Warga Asing pencari suaka mulai
yang mempunyai ketakutan timbul dan sering terjadi di negara-
beralasan akan mendapat negara asal Amerika Latin, sehingga
penganiayaan dikarenakan, ras, kebiasaan-kebiasaan ini dapat
agama, kebangsaan, keanggotaan digolongkan dalam kebiasaan
dalam kelompok sosial tertentu atau internasional dalam region tertentu.
pendapat politik tertentu, berada Sebenarnya suaka berasal dari
diluar negara kebangsaanya, yang bahasa Yunani yaitu “Asylon” atau
tidak dapat, atau dikarenakan “Asylum” dalam bahasa latin, yang
ketakutan itu tidak mau meminta artinya tempat yang tidak dapat
perlindungan dari negaranya itu. dilanggar dimana seseorang yang
Sedangkan Pencari suaka adalah dikejar-kejar mencari tempat
seseorang yang telah mengajukan berlindung.
permohonan sebagai pengungsi, dan

20
UNHCR, Melindungi Pengungsi dan Peran
UNHCR, Media Relation & Public
Information, Geneva, hlm 10

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 8


Masalah permintaan suaka ini negara-negara peserta konvensi.
dan pemberian suaka bukanlah Namun sampai dengan saat ini
muncul pada beberapa tahun saja. Konvensi 1951 tersebut belum
Masalah ini sama tuanya dengan diratifikasi oleh Indonesia. Dengan
sejarah kelahiran umat manusia atau belum menjadi pihak pada Konvensi
dengan kata lain praktek permintaan Tahun 1951 dan Protokol 1967,
dan pemberian suaka ini sudah ada maka Pemerintah Indonesia juga
sejak ratusan tahun bahkan ribuan tidak mempunyai kewenangan untuk
tahun yang lalu, jadi tidak hanya memberikan penentuan status
zaman sekarang, tetapi di zaman pengungsi atau yang biasa disebut
primitif pun suaka ini sudah dikenal dengan “Refugee Status
dimana-mana. Kadang-kadang suku Determination”(RSD), sehingga
primitif ada seseorang pengaturan permasalahan mengenai
meninggalkan sukunya atau pengungsi ditetapkan oleh UNHCR
kampung halamannya untuk (Badan PBB yang mengurusi soal
memohon perlindungan pada suku pengungsi) sesuai dengan mandat
lain.21 yang diterimanya berdasarkan
D. Kedudukan Indonesia dalam Statuta UNHCR Tahun 1950.23
Penanganan Warga Negara Asing
(Pengungsi) PEMBAHASAN
Perlindungan terhadap pengungsi A. Peran United Nations High
pada dasarnya merupakan tanggung Commissioner For Refugee
jawab setiap negara. Masalah (UNHCR) Dalam Memberikan
pemberian perlindungan kepada Perlindungan Hukum Bagi Warga
pengungsi atau pencari suaka telah Negara Asing (Pengungsi) Di
menjadi masalah internasional. Indonesia (Kajian WNA di
Sudah sejak lama negara-negara Rudenim Kota Pekanbaru)
menerima dan menyediakan 1. Peran United Nations High
perlindungan bagi warga negara Commissioner For Refugee
yang menjadi korban penindasan (UNHCR) Dalam Memberikan
atau kekerasan di negara asal tempat Perlindungan Hukum Bagi
tinggalnya.22 Tradisi tersebut telah Warga Negara Asing
dibentuk dalam sebuah konvensi Perlindungan pengungsi wajib
internasional tentang pengungsi diberikan oleh negara-negara yang
yaitu Convention Relating to The telah menandatangani konvensi
Status of Refugees Tahun 1951, 1951 wajib melindungi pengungsi
konvensi tersebut mengatur hak dan yang berada dibawahnya menurut
kewajiban pengungsi. Disamping ketentuan yang tertulis dalam
itu, mengatur juga kewajiban dokumen tertulis. Peran UNHCR
juga adalah melengkapi peran
21
Sulaiman Hamid, Hak Asasi Manusia &
Pengungsi (Human Rights & Refugees),USU,
Medan, 2002, hlm 41
22 23
Kajian historis soal pengungsi dari situs Atik Krustiyati, Kebijakan Penanganan
www.iom.org dalam bukunya Wagiman, Pengungsi di Indonesia, Kajian Dari Konvensi
Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika, Pengungsi tahun 1951, UBAYA, 2012, hlm
Jakarta, 2012, hlm 52. 174.

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 9


negara dan berkontribusi terhadap Mendukung penyertaan dalam,
perlindungan pengungsi dengan: dan pelaksanaan dari, konvensi
Mendukung penyertaan dalam, dan hukum pengungsi.
dan pelaksanaan dari, konvensi Menjamin agar pengungsi
dan hukum pengungsi. diperlakukan sesuai standard dan
Menjamin agar pengungsi hukum internasional yang diakui.
diperlakukan sesuai standard dan Menjamin agar pengungsi
hukum internasional yag diakui. diberikan suaka dan tidak dipaksa
Menjamin agar pengungsi untuk kembali ke negara darimana
diberikan suaka dan tidak dipaksa mereka lari.
untuk kembali ke negara darimana Mendukung diterapkannya
mereka lari. prosedur-prosedur yang sesuai
Mendukung diterapkannya untuk menentukan apakah
prosedur-prosedur yang sesuai seseorang adalah pengungsi
untuk menentukan apakah menurut definisi konvensi 1951
seseorang adalah pengungsi dan/atau menurut defenisi yang
menurut definisi konvensi 1951 ditentukan dalam perangkat
dan/atau menurut defenisi yang konvensi regional.
ditentukan dalam perangkat Mencari solusi
konvensi regional.Mencari solusi permanen/berkelanjutan terhadap
permanen/berkelanjutan terhadap masalah pengungsi.
masalah pengungsi.24 B. Hambatan United Nations High
2. Peran United Nations High Commissioner For Refugee
Commissioner For Refugee (UNHCR) Dalam Memberikan
(UNHCR) Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Warga
Perlindungan Hukum Bagi Negara Asing (Pengungsi) Di
Warga Negara AsingDi Indonesia (Kajian WNA Di
Rudenim Kota Pekanbaru Rudenim Kota Pekanbaru)
Hasil wawancara dengan Bapak UNHCR dalam memberikan
Aji, yang bertugas sebagai status bagi para pengungsi, sehingga
pegawai Administrasi Rudenim pelaksanaan kewenangan UNHCR
Kota Pekanbaru menyatakan dilapangan tidak maksimal karena
bahwa, keberadaan kantor faktanya dilapangan banyak para
UNHCR yang berada di jakarta pencari suaka yang sampai saat ini
menunjukkan bahwa UNHCR belum mendapatkan status
turut berperan serta dalam pengungsi dan hak-hak para pencari
pengawasan dan perlindungan suaka tidak mampu ditegakkan oleh
terhadap pengungsi warga asing di UNHCR karena Indonesia belum
Indonesia.25 termasuk Negara peratifikasi
Konvensi 1951 dan Protokol 1967
tentang Pengungsi. Dan terhadap
24
UNHCR, Penandatanganan Dapat Membuat hal-hal umum yang diatur dan
Seluruh Perbedaan, Divisi Perlindungan diterapkan pada konvensi 1951 dan
Internasional Swiss, Tanpa tahun, hlm 6. Protokol 1967 tentang pengungsi
25
Hasil Wawancara dengan Bapak Aji, Staff
serta didalam Anggaran Dasar
Administrasi Rudenim Kota Pekanbaru, Hari
Jumat Tanggal 24 Juli 2015

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 10


UNHCR mengenai tugas-tugas 3. Kapasitas tidak sebanding
UNHCR. dengan pekerjaan yang harus
Alasan Indonesia belum diselesaikan, kapasitas (jumlah
meratifikasi Konvensi Pengungsi personil) yang sedikit dan harus
tahun 1951 bahwa pemerintah menyelesaikan pekerjaan yang
Indonesia menilai ketentuan- berat dan banyak
ketentuan dalam Konvensi 4. Banyaknya pengungsi yang tidak
Pengungsi tahun 1951 masih berat sabar untuk menunggu
untuk dilaksanakan, terutama penempatan ke Negara tujuan
ketentuan yang terdapat pada Pasal ataupun ke Negara ketiga
17 mengenai Hak untuk bekerja bagi 5. Respon yang terkadang kurang
para pengungsi dan Pasal 21 baik dialami oleh pengungsi dari
mengenai Hak untuk mempunyai warga local yang mengakibatkan
rumah bagi para pengungsi. Selain pemerintah sulit untuk
itu dalam penanganan pengungsi di melakukan penanganan dengan
Indonesia sudah ada Undang- cepat dan tepat.
Undang Nomor 6 Tahun 2011 C. Upaya Yang Ditempuh United
Tentang Keimigrasian yang Nations High Commissioner For
mengatur mengenai orang asing. Refugee (UNHCR) Dalam
Dari hasil penelitian yang didapat Mengatasi Perlindungan Hukum
bahwa sudah ada Rancangan Bagi Warga Negara Asing
Peraturan Presiden dalam bentuk (Pengungsi) Di Indonesia (Kajian
Naskah Akademik yang mengatur WNA Di Rudenim Kota
secara spesifik mengenai pengungsi Pekanbaru).
dan belum ada tahap lanjutan untuk 1. Melibatkan UNHCR dengan
legislasi ke DPR, sehingga pengungsi dan pencari Suaka26
pemerintah Indonesia belum Indonesia adalah salah satu
meratifiksai Konvensi 1951 dan negara yang belum menjadi
lebih memfokuskan untuk anggota Konvensi Pengungsi 1951
mempersiapkan rancangan tersebut. maupun Protokol 1967 dan juga
tidak mempunyai mekanisme
Adapun hambatan yang dihadapi penentuan status pengungsi. Oleh
oleh UNHCR dan pemerintah dalam karena itu, UNHCR memproses
hal ini pemerintah Indonesia dalam sendiri setiap permohonan status
menangani permasalahan pengungsi pengungsi di Indonesia. Setiap
di Indonesia antara lain : pencari suaka akan diwawancarai
1. Seberapa lama aparat yang dengan didampingi seorang
membantu disana bisa menjamin penerjemah yang berkompeten,
penampungan sementara memberikan keputusan yang
2. Koordinasi yang kurang dari beralasan untuk meluluskan
informan yang ada dilapangan permohonan calon pengungsi atau
kepada pihak pemerintah, serta tidak, dan memberikan kesempatan
sulitnya mendapat data yang kepada setiap pemohon tersebut
valid soal informasi yang ada
(datanya sering berubah-ubah) 26
http://arwanarsyad.blogspot.com/2011/03/unh
cr-dan-pengungsi-di-indonesia.html

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 11


untuk mengajukan banding jika Pengungsi dan Protokol 1967
permohonannya ditolak. Bagi sudah terdapat dalam daftar
mereka yang ternyata memang Rancangan Aksi Nasional Hak
pengungsi, UNHCR berupaya Asasi Manusia, 2004-2009.
mencarikan solusi yang UNHCR sangat mendukung
berkelanjutan baginya, yang Pemerintah dalam rencananya
biasanya berupa pemukiman menuju ratifikasi Konvensi 1951
kembali ke negara lain untuk mana dan Protokol 1967.
UNHCR bekerja sama erat dengan 3. UNHCR melaksanakan mandatnya
negara-negara tujuan. mengenai warga tanpa memiliki
2. Mempromosikan penerapan kewarganegaraan di Indonesia
hukum pengungsi UNHCR telah mengawali
UNHCR mendukung serangkaian pelaksanaan kegiatan
dikembangkannya suatu kerangka peningkatan kemampuan untuk
nasional untuk membantu membantu Indonesia maupun
pemerintah Indonesia dalam negera-negara lainnya di kawasan
menangani datangnya orang-orang ini untuk menginstitusionali-
yang mencari perlindungan. sasikan kesiapan darurat bencana.
Untuk itu, UNHCR dalam Untuk itu, UNHCR telah semakin
diskusinya dengan pemerintah memfokuskan kegiatannya untuk
menerapkan 10 point Rencana mendukung terciptanya kerjasama
Aksi untuk menangani mereka antar negara di kawasan Asia
yang memerlukan perlindungan Tenggara. Upaya-upaya ini telah
dalam suatu pergerakan penduduk membantu Komite
secara besar-besaran, dan ini Penanggulangan Bencana ASEAN
adalah langkah yang sangat tepat dalam menangani bencana
untuk meningkatkan kapasitas
didalam pemerintah tersebut PENUTUP
sehingga hal ini akhirnya dapat A. Kesimpulan
dipertanggunjawabkan dengan 1. Peran United Nations High
dukungan dari UNHCR. Untuk Commissioner For Refugee
mencapai hal ini, UNHCR bekerja (UNHCR) Dalam Memberikan
erat dengan organisasi lain di Perlindungan Hukum Bagi Warga
Indonesia seperti dengan Negara Asing (Pengungsi) Di
Internasional Organisation for Indonesia (Kajian WNA di
Migration (IOM). UNHCR dengan Rudenim Kota Pekanbaru) adalah
giat mendukung diterapkannya Mendukung penyertaan dalam, dan
suatu hukum pengungsi oleh para pelaksanaan dari, konvensi dan
pembuat kebijakan maupun hukum pengungsi. Menjamin agar
pembuat hukum serta mengadakan pengungsi diperlakukan sesuai
lokakarya mengenai hukum standard dan hukum internasional
pengungsi bagi petugas-petugas yag diakui. Menjamin agar
imigrasi, pengacara, LSM dan para pengungsi diberikan suaka dan
mahasiswa dengan bekerjasama tidak dipaksa untuk kembali ke
dengan lembaga-lembaga terkait. negara darimana mereka lari.
Konvensi 1951 mengenai Mendukung diterapkannya

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 12


prosedur-prosedur yang sesuai Mempromosikan penerapan
untuk menentukan apakah hukum pengungsi, Melibatkan
seseorang adalah pengungsi UNHCR dengan pengungsi dan
menurut definisi konvensi 1951 pencari Suaka serta UNHCR
dan/atau menurut defenisi yang melaksanakan mandatnya
ditentukan dalam perangkat mengenai warga tanpa memiliki
konvensi regional. Mencari solusi kewarganegaraan di Indonesia
permanen/berkelanjutan terhadap B. Saran
masalah pengungsi. 1. Untuk menunjang peran
2. Hambatan United Nations High UNHCR dalam melindungi
Commissioner For Refugee warga negara asing, UNHCR
(UNHCR) Dalam Memberikan harus menambah SDM nya agar
Perlindungan Hukum Bagi Warga dapat menunjang kinerja serta
Negara Asing (Pengungsi) Di pengawasan UNHCR terhadap
Indonesia (Kajian WNA Di Rudenim. Serta dengan
Rudenim Kota Pekanbaru) adalah menempatkan stafnya di
Seberapa lama aparat yang Rudenim, tidak hanya melalui
membantu disana bisa menjamin kantor di Jakarta
penampungan sementara, 2. Untuk mengatasi hambatan
Koordinasi yang kurang dari yang dialami oleh UNHCR,
informan yang ada dilapangan UNHCR harus memberbaiki
kepada pihak pemerintah, serta Koordinasi yang ada dilapangan
sulitnya mendapat data yang valid kepada pihak pemerintah atau
soal informasi yang ada (datanya pihak rudenim.
sering berubah-ubah), Kapasitas 3. Upaya yang dapat dilakukan
tidak sebanding dengan pekerjaan UNHCR untuk melindungi
yang harus diselesaikan, kapasitas warga negara asing pencari
(jumlah personil) yang sedikit dan Suaka adalah dengan
harus menyelesaikan pekerjaan melakukan pendekatan dan
yang berat dan banyak, Banyaknya penyuluhan kepada warga
pengungsi yang tidak sabar untuk asing.
menunggu penempatan ke Negara,
serta Respon yang kurang baik DAFTAR PUSTAKA
dialami oleh pengungsi dari warga A. Buku
local yang mengakibatkan Bahder Johan Nasution, 2012,
pemerintah sulit untuk melakukan Negara Hukum dan Hak Asasi
penanganan dengan cepat dan Manusia, CV. Mandar Maju,
tepat. Bandung.
3. Upaya Yang Ditempuh United Beni Ahmad Saebani, Metode
Nations High Commissioner For Penelitian Hukum, Pustaka
Refugee (UNHCR) Dalam Setia, Bandung, 2008
Mengatasi Perlindungan Hukum Hamid Sulaiman, 2002, Hak Asasi
Bagi Warga Negara Asing Manusia & Pengungsi (Human
(Pengungsi) Di Indonesia (Kajian Rights & Refugees), USU,
WNA Di Rudenim Kota Medan.
Pekanbaru) adalah dengan

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 13


Krustiyati, Atik, 2012, Kebijakan Konvensi Tahun 1951 tentang
Penanganan Pengungsi di Pengungsi
Indonesia, Kajian Dari Peraturan Menteri Hukum dan
Konvensi Pengungsi tahun Ham RI, No. M. 05. IL. 02.01.
1951, UBAYA, Surabaya. Tahun 2006 Tentang Rumah
Majda El Muhtaj, 2009, Dimensi- Detensi
Dimensi HAM : Mengurai Hak UNHCR, Melindungi Pengungsi
Ekonomi, Sosial, dan Budaya, dan Peran UNHCR, Media
Rajawali Pres, Jakarta. Relation & Public Information,
Max Boli Sabon, 2008, Hak Asasi Geneva
Manusia, Penerbit Universitas C. Jurnal/Kamus/Wawancara
Atma Jaya (PUAJ), Jakarta.
Mauna, Boer, 2005, Hukum Sigit Riyanto, Prinsip Non-
Internasional Pengertian Refoulement Dan Relevansinya
Peranan dan Fungsi Dalam Era Dalam Sistem Hukum
Dinamika Globaliisasi Edisi Ke Internasional, artikel pada
2, Alumni, Jakarta. Mimbar Hukum, Fakultas
Raharjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum Universitas Gajah
Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Mada, Volume 22, Nomor 3,
Bandung. Oktober 2010
Soeprapto, Enny,2002, Makalah Tim Penyusun Kamus Pusat
Implementasi Prinsip Pembinaan dan Pengembangan
Humaniter dalam Penanganan Bahasa Kamus Besar Bahasa
Masalah Pengungsi Dan Indonesia,1988, Balai Pustaka,
Internally Displaced Persons Jakarta.
(IDPs), Jakarta Hasil wawancara dengan Kepala
Sunggono, Bambang, 2005, Divisi Tata Usaha Rumah
Metode Penelitian Hukum, PT. Detensi Imigrasi Pekanbaru
Raja Grafindo, Jakarta Hasil Wawancara dengan Bapak
Suhartono, Irawan, 2002, Metode Aji, Staff Administrasi
Penelitian Sosial, PT.Remaja Rudenim Kota Pekanbaru
Rosdakarya, Bandung, Wawancara dengan Abu, Warga
Soekanto, Soerjono, 2006, negara afganistan, Jumat
Pengantar Penelitian Hukum, Wawancara Via Telefon dengan
Universitas Indonesia, Jakarta. staff UNHCR
Strake, J.G2009, Pengantar D. Website
Hukum Internasional Edisi Ke http://www.statushukum.com
2, Sinar Grafika,Jakarta tentang “Perlindungan Hukum”,
Waluyo, Bambang, 2002, https://id.wikipedia.org/wiki/Ruma
Penelitian Hukum Dalam h_Detensi_Imigrasi\
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta. http://www.zonasiswa.com/2014/1
Wagiman, 2012, Hukum 1/perwakilan-diplomatik-
Pengungsi Internasional, Sinar tingkatan-tugas.html
Grafika, Jakarta. http//www.unhcr.ch
B. Peraturan Perundang- www.ham.go.id/index.phpi
Undangan

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 14


http://www.unhcr.or.id/id/tentang-
unhcr
http://arwanarsyad.blogspot.com/2
011/03/unhcr-dan-pengungsi-
di-indonesia.html

JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015 15

Das könnte Ihnen auch gefallen