Sie sind auf Seite 1von 8

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume I No 1 Oktober 2012


ISSN: 2302-3600

MODIFIED TOCA COLOUR FINDER (M-TCF) DAN KROMATOFOR


SEBAGAI PENDUGA TINGKAT KECERAHAN WARNA IKAN KOMET
(Carasius auratus auratus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN PROPORSI
TEPUNG KEPALA UDANG (TKU) YANG BERBEDA

MODIFIED TOCA COLOUR FINDER AND CHROMATOPHORE CELLS


AS INDICATOR OF COLOUR BRIGHTNESS LEVEL OF
GOLDFISH (Carasius auratus auratus) WITH DIFFERENT DIETARY
PROPORTIONS OF SHRIMP HEAD MEAL

Septa Indarti*, Moh. Muhaemin*dan Siti Hudaidah*

ABSTRACT†

Goldfish is one of the ornamental freshwater fish which has interesting body
colour. Efforts to increase the quality of colour needs to be done, by given the
material which can increasing brightness of colour infeed. One of
alternative to replace such materials is the shrimp head meal (SHM). The aim of
this research was determined the relationship between increased colour intensity
measured by using the Modified Toca Colour Finder (M-TCF) and the number of
chromatophore cells in the epidermal layer of goldfish due to the addition
of SHM in artificial feed. The research was conducted in Completed Randomize
Design with the additional of SHM (0; 10; 12%) were given to
30 goldfish/aquaria for 45 days of cultured. The result showed that shrimp head
meal gave significant difference by increasing colour intensity and the amount
of chromatophore cells. Nevertheless the treatment did not give significant
difference on growth. There was a positive correlation between the numbers of
chromatophore cells with the colour intensity of goldfish. Optimum absorb of
carotenoids occured in10% added of shrimp head meal.

Key words: ornamental fish, goldfish, shrimp head meal, chromatophore,


carotenoid

*
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Corresponding Author : jrtbp@yahoo.com

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


10 Modified Toca Colour Finder

Pendahuluan modified toca color finder (M-TCF)


dan jumlah sel kromatofor di lapisan
Warna tubuh yang indah dan bervariasi epidermis. Penelitian ini dilakukan
merupakan daya tarik komet sebagai untuk mengetahui hubungan
ikan hias. Warna indah pada ikan peningkatan intensitas warna yang
disebabkan oleh kromatofor (sel diukur menggunakan M-TCF dan
pigmen) yang terletak pada lapisan jumlah sel kromatofor pada lapisan
epidermis, yang memiliki kemampuan epidermis komet karena penambahan
untuk menyesuaikan dengan tepung kepala udang dalam pakan yang
lingkungan danaktifitas seksual, diberikan.
sedangkan jumlah dan letak pergerakan
kromatofor mempengaruhi tingkat Bahan dan Metode
kecerahan warna pada ikan (Sally,
1997; Lesmana dan Satyani, 2002). Komet sebagai ikan uji berasal dari
Kromatofor dapat diklasifikasikan Sukabumi, Jawa Barat yang berukuran
menjadi 5 kategori warna dasar yaitu ± 5 cm dengan berat ± 6 gram
melanofor, eritrofor, xantofor, dipelihara dalam akuarium ukuran 60 x
leukofor, dan iridofor (Anderson, 2000 40 x 40 cm dengan padat tebar 30
; Sally, 1997). ekor/akuarium. Pakan yang diberikan
Kandungan pigmen dalam pakan selama penelitian adalah pakan buatan
merupakan salah satu faktor yang dengan kandungan tepung kepala
mempengaruhi kecerahan warna ikan udang (TKU) berbeda dengan 3
(Bachtiar, 2002). Upaya untuk perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
meningkatkan kecerahan warna ikan pertama (A) adalah penambahan 0%
dengan menambahkan karotenoid yang TKU dalam pakan; perlakuan kedua
merupakan komponen pembentuk (B) adalah penambahan 10% TKU
warna merah dan kuning (Satyani dan dalam pakan dan perlakuan ketiga (C)
Sugito, 1997). Astaxantin yang adalah penambahan 12% TKU dalam
ditambahkan dalam pakan ikan pakan.
merupakan salah satu karotenoid yang Pengamatan peningkatan intensitas
dominan dan efektif untuk warna ikan uji dilakukan setiap 15 hari
meningkatkan kecerahan warna ikan, yang diamati selama 45 hari, dengan
karena ikan akan menyerapnya dari cara membandingkan warna ikan
pakan dan menggunakan langsung dengan M-TCF oleh panelis yang sehat
sebagai sel pigmen warna merah dan tidak buta warna. Pengaruh
(Gupta and Jha, 2006; Lesmana dan penambahan tepung kepala udang
Satyani, 2002). Kepala udang dalam pakan terhadap peningkatan
merupakan sumber karotenoid alami kecerahan warna ikan dianalisis dengan
terutama astaxanthin, dan sering uji sidik ragam (ANOVA) dan
ditambahkan dalam pakan ikan hias, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
udang dan krustacea untuk Terkecil (Steel dan Torrie, 1991).
meningkatkan kecerahan warnanya Hubungan antara intensitas warna dan
(Sutihat, 2003).Kecerahan warna ikan jumlah sel kromatofor dapat dihitung
dapat dan diukur dengan menggunakan rumus koefisien korelasi
membandingkan warna ikan dengan seperti berikut (Dajan, 1996):

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


Septa Indarti, Moh. Muhaemin dan Siti Hudaidah 11

……………………………………………………..(1)
√[ ][ ]

Tabel 1.Jenis dan jumlah bahan bakuyang digunakan dalam pembuatan pakan

Bahan Pakan Perlakuan


A B C
Tepung ikan 45,56% 35,56% 33,56%
Tepung kepala udang 0% 10% 12%
Tepung kedelai 22,78% 22,78% 22,78%
Tepung jagung 19,65% 19,65% 19,65%
Tepung tapioca 7% 7% 7%
Minyak ikan 2% 2% 2%
Minyak jagung 1% 1% 1%
Premix 2% 2% 2%
Jumlah 100% 100% 100%

Hasil dan Pembahasan Penambahan tepung kepala udang


Penambahan proporsi TKU yang dalam pakan secara nyata
berbeda dalam pakan memberikan menghasilkan peningkatan intensitas
pengaruh yang nyata terhadap warna ikan yang berfluktuasi (Tabel
peningkatan intensitas warna 2). Peningkatan intensitas warna
komet.Hasil pengukuran intensitas optimum terjadi pada ikan yang diberi
warna ikan selama penelitian berkisar pakan dengan penambahan 10% TKU.
16,93 ± 0,55 sampai 20,83 ± 0,59.

Tabel 2. Nilai rata-rata dan standar deviasi intensitas warna ikan komet selama
penelitian

Perlakuan Intensitas warna (pengamatan ke-)


0 1 2 3
A (0%) TKU 19,53±0,21 17,93±0,95 17,9±0,53 16,93±0,55a
B (10%) TKU 19,17±0,40 19,73±1,16 19,77±0,51 20,83±0,59b
C (12%) TKU 19,03±0,15 19,6±0 19,5±0,26 18,73±1,2b

Jumlah sel kromatofor yang dihitung sel/sampel, penambahan 10% TKU


pada awal penelitian menunjukkan sebanyak 428 sel/sampel, dan
bahwa jumlah rata-rata sel kromatofor penambahan 12% TKU sebanyak
pada komet yang diberi pakan tanpa 424,67 sel/sampel (Gambar 6). Pada
penambahan TKU sebanyak 423 akhir penelitian, jumlah sel kromatofor

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


12 Modified Toca Colour Finder

menunjukkan peningkatan, jumlah komet pada setiap kali pengamatan.


tertinggi didapat pada komet yang Peningkatan berat mutlak komet pada
diberi pakan dengan penambahan 10% setiap perlakuan relatif sama.
TKU dengan jumlah rata-rata sel Peningkatan tertinggi terjadi pada
kromatofor sebanyak 497,67 komet yang diberi pakan dengan
sel/sampel. Komet yang diberi pakan penambahan 10% TKU dengan berat
dengan penambahan 12% TKU mutlak sebesar 30,33 gr kemudian
sebanyak 454,67 sel/sampel dan yang diikuti komet yang diberi pakan tanpa
diberi pakan tanpa penambahan TKU penambahan (0%) TKU sebesar 28,67
sebanyak 432,67 sel/sampel (Gambar gr, dan yang diberi pakan dengan
1). penambahan 12% TKU sebesar 19 gr
Pengukuran berat ikan menunjukkan (Gambar 2).
adanya peningkatan berat mutlak

540
497,67±7,09
Jumlah Sel Kromatofor

520
Sel
500
(sel/sampel)

kromatofor
480 454,67±8,5 diawal
432,67±2,52 penelitian
460 Sel
440 kromatofor
423±3,6 428±2,62 424,67±7,23 diakhir
420 penelitian
400
A B C
Pakan

Gambar 1. Jumlah rata-rata sel kromatofor pada perlakuan penambahan tepung


kepala udang yang berbeda.

35 30,33±12,59
28,67±12,44
30
Nilai pertumbuhan

25 A (0%)
19±8,09
20 B (10%)
15
C (12%)
10

0
A B C
Persentase TKU dalam pakan

Gambar 2. Pertumbuhan berat mutlak komet pada perlakuan yang berbeda

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


Septa Indarti, Moh. Muhaemin dan Siti Hudaidah 13

Parameter kualitas air yang diukur air ditentukan oleh pH air karena pH
selama penelitian dalam batas yang terlalu asam atau basa
kelayakan untuk pemeliharaan komet mengakibatkan ikan menjadi stres.
(Tabel 3). Suhu air sangat berpengaruh Selama penelitian pH dalam kisaran
bagi kehidupan ikan karena normal, sehingga ikan dapat tumbuh
mempengaruhi pertumbuhan dan dengan baik. Oksigen terlarut
pemijahan ikan (Boyd, 1990). merupakan unsur penting dalam proses
Peningkatan suhu dapat mempengaruhi metabolisme. Jumlah oksigen terlarut
metabolisme ikan sehingga terjadi dipengaruhi suhu. Nilai oksigen
pemecahan karotenoprotein menjadi terlarut selama penelitian dalam kisaran
protein dan karoten yang kemudian normal untuk komet sehingga ikan
menghasilkan pigmen warna merah bertahan hidup dan tumbuh (Tabel 3).
(Latscha, 1990). Proses kimiawi dalam
Tabel 3. Kualitas air selama pemeliharaan komet

Kualitas air A B C Daelami (2001)


Suhu (°C) 29,2-29,5 29,7-30,0 29,4-29,8 25-32
pH 6,6-7,2 6,6-6,7 6,7-7,0 5,5-9,0
DO (ppm) 5,4-5,6 5,3-6,0 5,2-5,8 >5

Peningkatan intensitas warna yang tinggi serta sumber beta karoten


terjadi pada komet menunjukkan (Lesmana dan Satyani, 2002).
bahwa karotenoid atau pigmen warna Penambahan sumber karotenoid dalam
dalam pakan mampu meningkatkan pakan berupa tepung kepala udangbisa
intensitas warna ikan komet. Hasil meningkatkan intensitas warna
analisis pakan yang mengandung ikan.Secara umum ikan akan menyerap
tepung kepala udang yang dianalisa di karotenoid yang ada di dalam pakan
Laboratorium Analisis dan Kalibrasi secara langsung dan menggunakannya
Balai Besar Industri Agro Bogor sebagai pembentuk pigmen untuk
menunjukkan kandungan karotenoid meningkatkan intensitas warna pada
sebesar 0,30 mg/kg pakan (data tidak tubuh ikan (Torrisen, 1988).
ditunjukkan). Peningkatan intensitas Karotenoid yang didapat dari pakan
warna pada ikan dipengaruhi oleh dua akan didistribusikan dalam jaringan
faktor yaitu faktor internal dan faktor lemak tubuh ikan (Evans, 2002).
eksternal. Faktor internal adalah faktor Secara fisiologis ikan akan mengubah
yang berasal dari dalam tubuh ikan pigmen yang diperoleh dari
yang sifatnya tetap seperti umur, makanannya, sehingga menghasilkan
ukuran, genetik, jenis kelamin, dan variasi warna. Perubahan warna secara
kemampuan ikan dalam menyerap fisiologis adalah perubahan warna yang
kandungan nutrisi dalam diakibatkan oleh aktivitas pergerakan
pakan.Sedangkan faktor eksternal butiran pigmen atau kromatofor (Evan,
adalah faktor yang berasal dari luar 1993). Pergerakan butiran pigmen
tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya, secara mengumpul atau tersebar di
dan pakan yang mengandung gizi dalam sel pigmen warna, akibat dari

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


14 Modified Toca Colour Finder

rangsangan yang berbeda, seperti suhu, untuk diangkut ke sel-sel jaringan.


cahaya, dan lain-lain. Dengan demikian karotenoid dapat
Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh terserap dalam tubuh (Mara, 2010).
sistem saraf dan dua zat kimia yang Penyerapan karotenoid dalam sel-sel
dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) jaringan mempengaruhi kromatofor
epinefrin (adrenalin) merupakan dalam lapisan epidermis ikan.
neurohormon yang dikeluarkan oleh Kromatofor yang terdapat di kulit
organisme ketika terkejut atau takut memungkinkan ikan untuk mengubah
sehingga menyebabkan butiran pigmen warna. Kandungan astaxanthin dalam
berkumpul di tengah sel dan karotenoid akan meningkatkan pigmen
menyebabkan hewan tersebut warna merah pada eritroforsehingga
kehilangan warna, (2) asetilkolin warna merah yang dihasilkan akan
adalah zat kimia yang dikeluarkan sel tampak lebih jelas. Penambahan TKU
saraf menuju otot, sehingga dalam pakan meningkatkan jumlah sel
menyebabkan melanin menyebar dan kromatofor pada komet, karena
mengakibatkan warna tubuh organisme kandungan karotenoid dalam TKU
menjadi gelap (Evan, 1993). dapat meningkatkan jumlah sel
Karotenoid yang larut dalam lemak kromatofor (Gambar 4). Sel kromatofor
akan dicerna pada bagian usus oleh adalah sel pigmen memiliki bentuk
enzim lipase pankreatik dan garam yang bulat dan terletak menyebar
empedu. Enzim lipase pankreatik akan diseluruh lapisan sel epidermis kulit
menghidrolisis trigliserid menjadi ikan (Gambar 4).
monogliserid dan asam lemak. Garam Kromatofor memberikan warna yang
empedu berfungsi sebagai pengemulsi berbeda-beda dan hanya satu warna
lemak sehingga terbentuk partikel ditemukan dalam satu kromatofor. Sel-
lemak berukuran kecil yang disebut sel pigmen tersebut yaitu melanofor
micelle yang mengandung asam lemak, yang menyimpan pigmen hitam
monogliserid, dan kolesterol. (melanin), eritrofor menyimpan pigmen
Karoteniod dalam sitoplasma sel merah (pteridin), xantofor menyimpan
mukosa usus halus dipecah menjadi pigmen kuning, leukofor menyimpan
retinol kemudian diserap oleh dinding pigmen putih, dan iridofor yang tidak
usus bersamaan dengan diserapnya mengandung pigmen tetapi
asam lemak secara difusi pasif dan mengandung kristal-kristal guanine
digabungkan dengan micelle kemudian yang mampu memantulkan cahaya ke
berkumpul membentuk gelembung lalu dalam komponen warna penyusunnya
diserap melalui saluran limfatik. (Anderson, 2000 ; Sally, 1997).
Selanjutnya micelle bersama dengan Butiran pigmen yang tersebar di dalam
retinol masuk ke saluran darah dan sel menyebabkan sel menyerap sinar
ditransportasikan menuju ke hati, di dengan sempurna sehingga terjadi
hati retinol bergabung dengan asam peningkatan warna sisik yang
palmitat dan disimpan dalam bentuk menyebabkan warna sisik pada ikan
retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh menjadi lebih terang dan jelas,
sel-sel tubuh, retinil palmitat akan sedangkan butiran pigmen yang
diikat oleh protein pengikat retinol berkumpul di dekat nukleus
(PPR) yang disintesis di hati. menyebabkan penurunan warna sisik
Selanjutnya ditransfer ke protein lain, sehingga warna ikan terlihat lebih

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


Septa Indarti, Moh. Muhaemin dan Siti Hudaidah 15

gelap dan memudar. Hasil pengamatan, termasuk dalam butiran pigmen yang
diduga bahwa sel kromatofor yang tersebar di dalam sel (Gambar 4).
dijumpai pada komet selama penelitian

Gambar 4.Sel kromatofor pada awal (kiri) dan pada akhir (kanan) penelitian

Peningkatan warna komet mulai dan intensitas warna komet ditunjukkan


tampak pada hari ke-15 masa dengan adanya penambahan jumlah sel
pemeliharaan, karena karotenoid kromatofor terjadi bersamaan dengan
dalam TKU telah diserap dan peningkatan intensitas warna komet
diakumulasi sehingga mempertajam selama 45 hari pemeliharaan. Semakin
warna merah pada badan komet. banyak kromatofor yang terdapat di
Semakin lama waktu pemeliharaan lapisan epidermis maka warna ikan
semakin meningkat intensitas warna akan semakin jelas dan semakin tajam
ikan. Pada komet yang diberi pakan (Lesmana dan Satyani, 2002).
tanpa penambahan TKU, semakin lama Tepung kepala udang merupakan salah
waktu pemeliharaan semakin menurun satu bahan pakan yang mengandung
intensitas warnanya, karena tidak ada protein, kalsium karbonat, khitin,
karotenoid yang diakumulasi dalam karotenoid dan abu, sehingga TKU
tubuh komet.Pada ikan yang diberi dapat digunakan sebagai sumber
pakan dengan penambahan 12% TKU, protein dalam pembuatan pakan yang
terlihat bahwa karotenoid dalam pakan dapat mempercepat pertumbuhan ikan.
tidak terakumulasi maksimal, karena Pertumbuhan akan terjadi jika jumlah
warna ikan kurang intens (Tabel 2). nutrisi pakan yang dicerna dan diserap
Penambahan tepung kepala udang yang oleh ikan lebih besar dari jumlah nutrisi
dapat diserap optimum untuk yang diperlukan untuk pemeliharaan
peningkatan intensitas warna komet tubuhnya. Selektifitas TKU dalam
sebanyak 10%. pakan tidak berpengaruh terhadap
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,93 pertumbuhan berat mutlak komet,
menggambarkan tingkat asosiasi yang hanya berpengaruh terhadap
kuat antara variabel jumlah sel peningkatan intensitas warna dan
kromatofor dan intensitas warna komet. jumlah sel kromatofor komet.
Adanya korelasi yang sangat tinggi dan Penambahan 10% TKU dalam pakan
positif antara jumlah sel kromatofor secara spesifik akan meningkatkan

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012


16 Modified Toca Colour Finder

intensitas warna dan jumlah sel Lesmana dan Satyani, D. 2002. Agar
kromatofor, karena jumlah nutrisi Ikan Hias Cemerlang. Penebar
pakan yang diberikan lebih banyak Swadaya. Jakarta.
dicerna dan diserap untuk
meningkatkan intensitas warna ikan Mara, K. I. 2010. Pengaruh
tersebut. Penambahan Tepung Kepala
Udang dalam Pakan Buatan
Terhadap Peningkatan Warna
Daftar Pustaka Ikan Rainbow Merah
(Glossolepis incises
Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Weber).Skripsi. Fakultas
Consumer. Hoffman-La Roche, Matematika dan Ilmu
Cambridge Ontario. Canada. Pengetahuan Alam. Universitas
Bachtiar, Y. 2002. Mencermelangkan Negeri Jakarta. Jakarta.
Warna Koi. Agromedia Pustaka. Sally, E. 1997. Pigment Granula
Jakarta. Transport in Cromatophores.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Departement of Biology Bucknell
Warm Water Fish Pond. University, Lewisburg.
University Aquaculture Satyani, D. dan Sugito, S. 1997.
Experiment Station. Alabama. Astaxanthin sebagai Sumber
Dajan, A. 1996. Pengantar Metode Pakan untuk Peningkatan Warna
Statistik Jilid II. PT Pustaka Ikan Hias. Warta Penelitian
LP3ES Indonesia. Jakarta. Perikanan Indonesia 3(1): 6-8
Evan, D. H. 1993. The Physiology of Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991.
Fishes.CCR Press.London. Prinsip dan Prosedur Statistika.
Evans, M. E. 2002. Pigmentation in Gramedia Pustaka Utama.
Marine Fish. Dikutip dari Jakarta.
www.media.com. Diakses pada Sutihat, A. 2003. Pengaruh Astaxanthin
tanggal 21 Desember 2010 pukul Dalam Pakan Buatan Terhadap
16.41 WIB. Peningkatan Warna dan
Gupta, S. K. and Jha, A. K. 2006. Use Pertumbuhan Ikan Rainbow
of Natural Carotenoids for Merah. Skripsi. Fakultas
Pigmentation in Fishes. Central Matematika Dan Ilmu
Institute of Fisheries Education, Pengetahuan Alam, Universitas
Seven Bunglows. India. Negeri Jakarta. Jakarta.
Latscha, T. 1990. Carotenoids, their Torrissen, J. and Ronald, W. 1998.
Nature and Significants in Pigmentation of Salmonoid
Animal Feeds. Hoffman-La Carotenoid Deposition and
Roche. Basel. Switzerland. Metabolism. Aquatic Sciences
Vol. I. Washington.

e-JRTBP Volume 1 No 1 Oktober 2012

Das könnte Ihnen auch gefallen