Sie sind auf Seite 1von 8

PERSEPSI PERAWAT TERHADAP PRINSIP-PRINSIP ETIK DALAM

PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN DI ICU RUMAH


SAKIT TK. II PUTRI HIJAU MEDAN

Nurse Perceptions of Principles of Conduct in The Implementation of Action in ICU


Nursing Home Sick At Putri Hijau Hospital Medan
Resmi Pangaribuan
Dosen Tetap Yayasan Akper Kesdam I/BB Medan
email: resmi.pangaribuan@yahoo.co.id

Abstract
The nursing ethics were value and principles trusted by the nursing profession in carring out their
duties related to the patient with society, the relationship between nurses and mates included the organization of
the profession, as well as the regulation of nursing practice it self. The nurse perception to the ethical principles
was able to influence the behavior of a nurse in making decision of nursing action. The aim of this observation
is to explore the nurse perception to the ethichal principlesin implementation nursing action at Intensive Care
Unit level II Putri Hijau Hospital Medan, this observation was done to nurse with four respondents. The method
of phenomenological qualitative. The sample with purposive sampling. Data was collected nursing indepth
interview and then recorded by tape recorder. The results of observation reflected from six themes appearing
which were agreed in doing treatment. Patient or patient’s family have right to refuse the treatment by giving
sign of non-consent letter, to appreciate the patient and the family using traditional ways, tot the useful, and
avoiding the dangerous thing to the patient. Religion teaches good deeds, never different patients, and to take
early treatment in accordance with the cases priority, give complete information.
The conclusion of this observation was glance perception of nurses in implementing the nursing treatment.
Key words: The Nursing’s perception, Ethichal principles, Nursing action

Pendahuluan Di unit perawatan Intensive Care Unit


Etika merupakan pedoman untuk (ICU) Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan,
melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan metode asuhan keperawatan yang diberikan adalah
merupakan kesepakatan dari nilai-nilai positif menggunakan pendekatan total care. Dari hasil
untuk menghasilkan kebaikan guna perkembangan survei pendahuluan terdapat beberapa perawat
individu dan masyarakat, dan aturan apa saja yang yang kurang memperhatikan akibat yang mungkin
kita butuhkan untuk mencegah manusia berbuat timbul dari tindakan yang tidak sesuai dengan
jahat (Suhaemi, 2003). Etika keperawatan adalah prosedur. Disamping memberikan pelayanan yang
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini oleh bersifat khusus karena kondisi pasien yang kritis,
profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya perawat ICU juga sering menghadapi kejadian yang
yang berhubungan dengan pasien, masyarakat, memerlukan pertimbangan khusus terutama saat
teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, menghadapi situasi yang sulit atau bahkan dilema
dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu etik dari pasien yang dirawatnya.
sendiri. Prinsip-prinsip etika ini oleh profesi Dalam hal ini etik autonomy, seorang
keperawatan secara formal dituangkan dalam suatu pasien yang baru selesai menjalani operasi
kode etik yang merupakan komitmen profesi craniotomie dan langsung dibawa ke ruang
keperawatan akan tanggung jawab dan kepercayaan perawatan ICU, perawat langsung memberikan
yang diberikan oleh masyarakat (Berger & pertolongan langsung misalnya memberikan terapi
Williams, 1999). sesuai dengan kebutuhan pasien tanpa
Sri Lestari (2004) melaporkan bahwa memberitahukan keluarga pasien tentang tindakan
persepsi perawat terhadap prinsip-prinsip etika yang diberikan apakah keluarga pasien setuju atau
tidak setuju akan tindakan yang diberikan kepada
meliputi agama mengajarkan manusia untuk pasien.
berbuat baik, tidak membedakan, mendapatkan Pinsip non-maleficence dan beneficence
persetujuan melakukan tindakan, pasien atau (tidak mencederai/melukai pasien dan memberikan
keluarga pasien berhak menolak tindakan, manfaat) yaitu pada pasien yang ada di ICU
mendahulukan tindakan sesuai dengan prioritas mayoritas tidak sadar dan gelisah maka dipasang
masalah, melakukan tindakan untuk kebaikan, restrein, pada pemasangan restrein mengakibatkan
menghindari hal-hal yang membahayakan pasien, luka lecet pada kulit pasien yang dapat
menghargai pasien dan keluarga yang mengakibatkan kerugian bagi pasien. Pada
menggunakan cara-cara tradisional. pemberian tindakan penyedotan lendir (suction)
dari satu pasien ke pasien yang lain yang dapat

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 37


mengakibatkan terjadinya infeksi silang kepada Sebagai masukan bagi rumah sakit dalam
pasien kepada pasien yang satu lagi dan dapat melaksanakan prinsip etika keperawatan di
mengakibatkan munculnya penyakit baru. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawa-tan
justice (keadilan) apabila ada keluarga salah satu kepada pasien.
dari anggota yang bekerja di rumah sakit tersebut 2. Bagi Perawat
perawatannya berbeda dengan pasien lain dan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
segala administrasi di dalamnya akan sangat mudah digunakan sebagai masukan dalam
padahal perawat harus berlaku adil dalam memberikan asuhan keperawatan secara
memberikan pelayanan keperawatan dengan tidak komprehensif dan holistik pada pasien dengan
membedakan status sosial dan ekonominya akan memperhatikan teori dan prinsip etika
tetapi pelayanan keperawatan diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan keselamatan jiwa si pasien. Metode Penelitian
Prinsip veracity (kejujuran), pada kondisi pasien Jenis penelitian yang dilakukan adalah
yang mengalami krisis atau pada tahap terminal deskriptif dengan pendekatan kualitatif
perawat tidak mengatakan hal yang sesungguhnya fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah
kepada keluarga pasien sehingga dapat penelitian yang bermaksud untuk memahami
menimbulkan konflik antara perawat dengan fenomena tentang hal yang dialami subyek
keluarga pasien. Seharusnya perawat harus penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
mengatakan yang sejujurnya pada keluarga tentang atau tindakan yang dilihat secara menyeluruh dan
kondisi pasien yang sebenarnya. Prinsip dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
confidentiality (mempertahankan kerahasiaan), bahasa dalam konteks khusus yang alamiah dengan
perawat harus menjalin hubungan yang baik menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong,
dengan pasien maupun keluarganya, misalnya 2002).
apabila pasien ataupun keluarga pasien Adapun yang yang menjadi populasi pada
menanyakan tentang tindakan yang diberikan maka penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja
perawat harus memberikan keterangan yang tepat di ruang ICU Rumah Sakit Tk. II Putri Hijau
dan menjalin suatu hubungan yang baik sehingga Medan sebanyak 12 orang.
ada rasa saling percaya antara perawat dengan Besar sampel dalam penelitian ini adalah 4
pasien. Perawat harus memikul sumpah dan orang yang diambil secara purposive sampling
kewajiban dari profesinya, misalnya keluarga (sampling bertujuan) dengan kriteria perawat yang
pasien menceritakan hal-hal pribadi yang bekerja di ICU Rumah sakit TK. II Putri Hijau
menyangkut pasien yang dirawat kepada perawat Medan, pendidikan D-III Keperawatan, usia 25-30
disini perawat harus merahasiakan ini hal penting tahun, masa kerja minimal 2-3 tahun, dan bersedia
ini dari orang lain kecuali diminta keterangan yang menjadi responden
lebih lanjut demi keselamatan pasien. Prinsip Instrumen penelitian ini adalah 1.Kuesioner data
fidelity (keyakinan) dimana ada keluarga pasien demografi yang berisi pertanyaan mengenai data
yang menggunakan obat-obat tradisional, hal ini umum responden pada lember pengumpulan data,
cenderung dilarang perawat karena alasan akan 2. Panduan wawancara mendalam dengan
menimbulkan bau yang tidak enak pada ruangan mengikuti petunjuk wawancara.
dan pasien itu sendiri. Data dikumpulkan dengan tehnik wawancara
Dengan ini penulis tertarik ingin meneliti mendalam (in-depth interview), pewawancara
tentang persepsi perawat terhadap prinsip-prinsip memiliki daftar pertanyaan yang disiapkan dan
etika dalam pelaksanaan tindakan keperawatan di diyakini dapat menjadi semacam format untuk
ICU Rumah sakit TK. II Putri Hijau Medan. jawaban responden berkaitan dengan proyek
peneliti, mencatat jawabannya atau merekamnya
Perumusan Masalah dengan alat perekam. Hasil rekaman didengarkan
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan kembali kemudian diketik dan dibuat transkripnya
masalahnya adalah bagaimana persepsi perawat dalam bentuk verbatim (kata demi kata) ditambah
terhadap prinsip-prinsip etik dalam pelaksanaan dengan catatan lapangan.
tindakan di ICU Rumah sakit TK.II Putri Hijau Analisa data dalam penelitian ini, peneliti
Medan tahun 2010? mengolah dan mengorganisasikan data yang
diperoleh melalui catatan lapangan, hasil rekaman
Tujuan Penelitian dan transkrip wawancara
Untuk mengeksplorasi persepsi perawat Hasil dan Pembahasan
terhadap prinsip-prinsip etik dalam pelaksanaan Hasil wawancara
tindakan di ICU Rumah sakit Tk. II Putri Hijau Komponen prinsip-prinsip etika yang diteliti
Medan adalah prinsip autonomy, non maleficence,
beneficence, justice, veracity, confidentiality,
Manfaat fidelity. Biodata respon tersebut adalah: Responden
1. Bagi Rumah Sakit I memiliki jenjang pendidikan D-III Keperawatan,

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 38


memiliki masa kerja di ICU selama 4 tahun, berupa administrasi yang bisa ditandatangani
responden menganut agama Katholik, dan suku kalau tidak setuju karena kalau sudah ada
Batak. Responden II memiliki jenjang pendidikan persetujuan tidak mau dilakukan tindakan kita
D III Keperawatan, memiliki masa kerja di ICU sudah ada pegangan karena suatu hari
selama 4 tahun, responden menganut agama Islam keluarga menuntut kita sudah ada bukti”.
dan suku Jawa. Responden III memiliki jenjang
pendidikan D III Keperawatan, memiliki masa
kerja di ICU selama 5 tahun, responden menganut Responden IV
agama Kristen Katholik dan suku Batak. “.....kita beri informasi jadi kalau pasien juga
Responden IV, memiliki jenjang pendidikan D III menolak kita harus menghargai pendapat
Keperawatan, memiliki masa kerja di ICU selama tersebut yang penting kita sudah beri informasi
4,5 tahun, responden menganut agama Kristen kalau nggak mau ya udah. Yang dapat
Protestan dan suku Batak. menentukan suatu tindakan itu ya kita
Tema yang muncul tentang persepsi perawat mendapat persetujuan dari pasien kalau tidak
terhadap prinsip-prinsip etika dalam tindakan setuju jangan jangan dilakukan kita tidak bisa
keperawatan memaksa karena itu hak pasien”.
Dari hasil wawancara dengan empat orang
responden, keenam tema tersebut adalah: Pasien atau keluarga pasien berhak menolak
1. Mendapatkan persetujuan dalam melakukan tindakan dengan menandatangani
tindakan dan pasien atau keluarga pasien PernyataanPenolakan
berhak menolak tindakan dengan Responden I
menandatangani pernyataan penolakan “....Kalau pasien atau keluarga tidak setuju
tindakan. terhadap tindakan yang diberikan itu hak
Responden I keluarga pasien yang penting kita sebagai
“.......Pandangan saya sebagai seorang perawat seorang perawat sudah memberikan informasi
apabila keluarga pasien menolak atau tidak yang jelas kepada keluarga pasien”.
setuju terhadap tindakan keperawatan atau Responden II
medis yang kita lakukan terhadap pasien itu “....sebelum kita memberikan terapi kita
adalah hak pasien suatu misal dengan pasien beritahukan dulu. Salah satu contoh kecil
trauma capitis yang masuk tadi perlu dalam pemberian infus, mungkin sekali cucuk
penanganan secara cepat dilakukan tindakan tidak dapat kemudian harus dicucuk lagi dan
suatu misal scaning untuk mengetahui adanya kita beri penjelasan bahwa infus itu penting,
perdarahan atas anjuran dokter dan apabila jika pasien menolak kita berikan SIO, surat
terjadi perdarahan perlu dilakukan tindakan persetujuan jadi jika ada sesuatu terjadi kita
operasi yaitu craniotomie yang sudah terlebih bisa pertanggung jawabkan ke depan”.
dahulu dianjurkan oleh dokter yang menangani Responden III
pasien maka perlu kita tanyakan apakah pasien “....Contoh, kita kasi suatu berupa administrasi
setuju atau tidak setuju dilakukan tindakan yang bisa ditandatangani kalau tidak
operasi kalu tidak setuju itu hak keluarga atau setujukarena sudah ada persetujuan tidak mau
pasien”. dilakukan tindakan kita sudah ada pegangan
Responden II karena suatu hari keluarga menuntut kita sudah
“.....ya, kalau si pasien atau keluarga pasien ada bukti”.
menolak pemberian terapi maka kita Responden IV
menyetujuinya karena itu hak pasien untuk “....sewaktu dia menolak kita harus beri dia
menolak tindakan yang kita lakukan walau kita SIO dan harus ditandatangani tetapi kita beri
tau itu penting, darurat, emergensi yang harus penjelasan dulu”.
diberikan kepada pasien tersebut. Ya ...demi ini
diantara perawat, dan sikeluarga pasien 2. Melakukan tindakan untuk kebaikan,
memang ada prosedurnya setiap apapun menghindari hal yang membahayakan
tindakan yang akan kita berikan wajib Responden I
diberitahukan kepada pasien atau keluarga bisa “....sebagai seorang perawat kita harus
menolaknya. memberikan pelayanan yang baik terhadap
Responden III pasien yaitudengan memberikan informasi yang
“....apabila pasien atau keluarga pasien tidak tepat, mencegah infeksi, mencegah terjadinya
menyetujui tindakan tersebut kita harus cedera dan juga harus serta menerapkan sapa,
memberikan penjelasan kepada pasien sentuh, dan memberikan perhatian kepada
terhadap tindakan yang kita laksanakan kalau pasien sehingga pasien merasa diperhatikan
pasien tidak setuju kita tidak boleh memaksa, dengan apa yang kita berikan. Kita harus cuci
kalau toh setelah diberi keterangan menolak tangan terlebih dahulusetelah kita memegang
ya...kita harus terima. Contoh, kita kasi suatu pasien apabila perlu menggunakan hanscoen

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 39


apabila menggunakan alat suntik kepada pasien sampai satu minggu atau dua minggu tidak kita
cukup hanya sekali pakai kemudian dibuang ganti akhirnya demam”.
untuk mencegah infeksi silang baik dari
perawat ke pasien maupun dari alat ke pasien. 3. Agama Mengajarkan berbuat Baik
Sebagai seorang perawat harus perlu Sumber agama merupakan dasar dalam
pemantauan setiap waktu dan setiap jam agar memberikan pelayanan kepada pasien. Hal itu
tidak terjadi kecelakaan yang bisa berarti bahwa berbuat baik dianggap
menghilangkan nyawa pasien dan harus melaksanakan perintah Tuhan, dimana perintah
menggunakan alat yang steril dan tersebut dianggap sebagai moral yang baik dan
meminimalakan terjadinya dekubitus maka benar. Berikut pernyataan responden tentang
pasien perlu kita rawat dengan baik”. agama mengajarkan berbuat baik.
Responden II Responden I
“...Contoh kecil,masalah pemasangan kateter “...Kita harus menganggap pasien itu seperti
ikutan sesuai dengan prosedur tiga hari sekali keluarga kita untuk kita jaga dan juga kita
itu biasanya kita ganti kateternya dengan yang kasihi seperti yang diajarkan oleh agama
baru untuk mencegah infeksi.Kemudian lagian manusia itu sama dihadapkan Tuhan”.
masalah penyangga tempat tidur kadang Responden II
pasien di ICU ini gelisah,coma, tidak semua “...bila kita merawat pasien dengan cinta dan
pasien composmentis, itu harus kita kasih sayang itu merupakan bagian dari iman
perhatikan.Untuk mencegah terjadinya infeksi untuk melayani sesama yang memerlukan
dengan adanya pembatasan pengunjung dan pertolongan kita, dalam agama juga kita
untuk memasuki ruangan tidak boleh memakai diajarkan kita sesama manusia harus tolong
baju khusus dan tentang alat-alat yang kita menolong, menghargai. Didalam ajaran agama
gunakan harus kita perhatikan kesterilan muslim menolong sesama itu adalah Ibadah,
alatnya”. dan semua agama mengajarkannya jadi kita
Responden III sebagai seorang perawat memang kewajiban
“...Kita harus melakukan tindakan dengan hati- kita menolong pasien dengan kasih sayang dan
hati dan sungguh-sungguh kepada pasien kita mendapat pahal kedepannya”.
jangan sampai terjadi decubitus seperti pasien Responden III
di ICU ini akan bedrest minimal sekali empat “...Kita harus merawat pasien itu dengan kasih
jam dimiringkan terus kita harus lebih teliti melayani sesama yang memerlukan, ya..dalam
melihat kondisi pasien dan pasien iti tidak bisa agama kita harus menolong sesama dengan
bilang apa yang dirasakan karena tidak semua iklas”.
kondisi pasien itu baik dan juga kita harus Responden IV
menjaga kesterilan alat yang kita gunakan “...Sebagai seorang perawat itu kita harus
kepada pasien itu”. merawat pasien dengan kasih, ikhlas, jadi
Responden IV dalam melaksanakan tindakan itu kita harus
“...Dalam pelaksanaan keperawatan kita harus berdasarkan kasih dan dalam agama juga
melaksanakan yang terbaik bagi pasien.Sebagai diajarkan salingtolong menolong dan
seorang perawat kita harus hati-hati melakukan menghargai sesama manusia dan lagian kita
tindakan sehingga jangan pasien merasa berbuat baik itu menambah pahala”.
dirugikan misalnya sebelum dan sesudah
melakukan tindakan kita harus mencuci tangan 4. Tidak Membeda-bedakan pasien dan
untuk menghindari terjadinya infeksi dan kita mendahulukan tindakan sesuai prioritas
menghindari infeksi penyakit pasien terhadap masalah
kita.Kalau pake jarum suntik sekali pake buang Dalam konteks ini prinsip justice (keadilan)
jangan berulang-ulang,kalau memasang kateter ditetapkan yaitu tidak membedakan-bedakan
harus dengan hati-hati jangan sampai terjadi pasien, dan memastikan pasien mendapat apa
infeksi pada saluran kemihnya,dan penyangga yang seharusnya didapatkan. Dengan
tempat tidur jangan pasien sampai terjatuh melakukan prioritas tindakan dengan tepat
gara-gara penyangga tempat tidur sudah rusak maka dapat pula terdeteksi adanya suatu
dan tidak layak pakai.Pasien disinikan rata- masalah lebih dini sehingga dapat mencegah
rata tidak sadar dan pada saat mensuction terjadinya kondisi yang lebih buruk atau
jangan sampai kita jolok-jolok yang dapat menghindari terjadinya hal yang
menyebabkan iritasi kan merugikan membahayakan.
pasien,decubitus juga rajin kita miring- Berikut pernyataan responden tentang tidak
miringkan, jangan dia datang jadi decubitus membeda-bedakan pasien:
karena kita malas memiringkan dan plebitis Responden I
juga jangan terjadi, plebitis juga jangan infus “...Dalam merawat pasien kita harus berlaku
adil terhadap pasien dengan memandang

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 40


pasien itu sebagai keluarga kita sendiri yang medis dengan keluarga pasien demi
harus kita jaga dan kita rawat dan perlu kita kesembuhan pasien tersebut”.
hormati, kita kasihi dengan tulus iklas baik Responden II
kaya atau miskin ataupun berbeda agama “Yah.. kita tetap akan beritahu tentang kondisi
karena semua manusia dihadapan Tuhan pasien apalagi pasien sudah pada tahap
sama”. terminal kita harus lebih hati–hati lagi dengan
Responden II kata lain kita tidak perlu menutup-nutupi
“...Dimana- mana memang kita harus berlaku kondisi si pasien karena keluarga perlu
adil, ya apalagi terhadap pasien, dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk
merawat pasien kita tidak boleh membedakan menghadapi kondisi si pasien tersebut’’.
pasien itu kaya, miskin, suku, aliran
kepercayaan itu tidak boleh. Saya merawat Responden III
pasien itu sebagai orang dengan memandang “Pastinya kita memberitahukan keluarga
pasien itu dengan memandang pasien itu orang bahwa kondisi pasien sudah pada tahap
yang betul-betul membutuhkan pertolongan, terminal, gimanapun kondisi pasien harus
kita hormati pasien sebagai orang yang diberitahu karena kalau ada apa – apa kita
bermartabat yang sama dihadapan Tuhan yang juga nantinya yang disalahkan”.
saya sarankan seperti saat ini dengan Berikut pernyataan responden tentang
penggunaan Jankesmas perawat yang kita confidentially
beriakn sam dengan orang yang bisa bayar Responden III
perawatan dengan penuh jadi kita tidak boleh “Pastinya kita memberitahukan keluarga
membeda-bedakannya”. bahwa kondisi pasien sudah pada tahap
Responden III terminal,gimanapun kondisi pasien harus
“...Kita merawat pasien tidak bisa membeda- diberitahu karena kalau ada apa – apa kita
bedakan pasien itu kaya atau miskin suku atau juga nantinya yang disalahkan. Memang kita
aliran manapun, ya kita sebagai perawat harus sebagai seorang perawat kita harus menjaga
betul–betul merawat pasien itu karena kita itu kerahasiaan pasien salah satunya tidak
sama–sama diciptakan Tuhan”. menceritakan kepada pasien dengan tidak
menceritakn penyakit pasien kepada oarang
Responden IV lain tentang apa penyakit pasien karena
“...Kita harus melakukan tindakan itu didalam sumpah perawat ada tertulis segala
sebaiknya kita tidak melihat status pasien itu kerahasiaan pasien tidak boleh diceritakan
apalagi seperti di Rumah Sakit Putri Hijau ini kepada oarang lain kecuali diperlukan oleh
sangat jelas penggunaan Jankesmas dan juga hukum”.
kalau status yang bisa bayar penuh kita jangan Responden IV
lansung servis habis . “...Saya sebagai seorang perawat ada kalanya
Mendahulukan tindakan sesuai prioritas kita perlu memberitahukan sesuatu kepada
masalah orang lain tapi ada kalanya kita tidak perlu
Berikut pernyataan perawat tentang menceritakan sesuatu/kerahasiaan pasien
mendahulukan tindakan sesuai prioritas kepada orang lain, jadi kesimpulannya kita
masalah. tidak boleh menceritakan kerahasiaan kepada
Responden III orang lain”.
“... Dalam merawat pasien kita harus dapat
membedakan dan memprioritaskan masalah 6. Menghargai pasien atau keluarga yang
maksudnya kita memprioritaskannya sesuai menggunakan cara-cara tradisional
dengan kebutuhannya yang jelasnya Dengan menghormati budaya pasien ini juga
penanganan yang emergensi dulu itu intinya”. diperlukan sikap menerima pasien apa adanya,
sehingga meskipun perawat tidak sepaham
1. Memberikan informasi dan dngan budaya pasien tetapi tetap
mempertahankan kerahasiaan menghormatinya sebagai bagian dari diri
Prinsip ini merupakan prinsip confidentialy dan pasien. Berikut pernyataan responden tentang
juga veracity dan ini harus dimiliki oleh menghargai pasien atau keluarga yang
perawat. Berikut pernyataan responden tentang menggunakan cara-cara tradisional .
veracity tersebut . Responden III :
Responden I “...Kalau ada pasien atau keluarga yang
“Kita harus menjelaskan tentang tindakan meminta untuk menggunakan obat tradisional
apapun yang kita lakukan demi kesembuhan itu hak pasien. Jadi hak pasien untuk
dokter atau perawat, disamping itu juga dengan mempercayai obat tradisional, misalnya air
menjelaskan tindakan apa yang diberikan yang diberi doa, kia tidak bisa menghalangi
diharapkan kerja sama yang baik antara tim

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 41


selama itu tidak mengganggu perawatan dan memaksakan sesuatu kepada orang lain berarti
terapi medis, itu boleh – boleh aja”. mengabaikan martabatnya sebagai manusiayang
Responden IV sanggup untuk mengambil sikapnya sendiri
“...kia harus menghargai pasien atau keluarga (Suseno, 1997). Pada dasarnya hal ini merupakan
yang menggunakan obat – obat tradisional pelaksanaan prinsip autonomy (kebebasan untuk
selagi itu tidak menggangu perawatan ya sah – menentukan diri sendiri)yang dalam bentuk
sah saja .” nyatanya adalah pemberian informed consent. Pada
pemberian informed consent ini maka perawat
Pembahasan memberi penjelasan dengan lengkap dengan cara
Diskusi tema yang didapatkan berdasarkan hasil yang dapat dimengerti oleh pasien, tanpa adanya
penelitian yang dilakukan pada empar orang tendensi lain. Informasi yang diberikan semata-
responden tentang persepsi perawat terhadap mata agar pasien atau keluarga mengerti tentang
prinsip-prinsip etika dalam pelaksanaan tindakan prosedur dari suatu tindakan, mampu
keperawatan, didapatkan data yang menunjukkan mencernadengan baik informasi yang diberikan,
bahwa sebagian besar persepsi perawat dan akhirnya dapat mampu mengambil keputusan
mencerminkan penerapan beberapa prinsip-prinsip yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Berikut
dan teori etika dalam pelaksanaan tindakan. Hal ini pernyataan responden tersebut:
diperjelas dengan teidentifikasinya tema-tema “....sebelum kita memberikan terapi kita
dominan yang muncul. Pembahasan tema tersebut beritahukan dulu. Salah satu contoh kecil
adalah sebagai berikut: dalam pemberian infus, mungkin sekali cucuk
1. Mendapatkan persetujuan dalam melakukan tidak dapat kemudian harus dicucuk lagi dan
tindakan dan pasien atau keluarga pasien kita beri penjelasan bahwa infus itu penting,
berhak menolak tindakan dengan jika pasien menolak kita berikan SIO, surat
menandatangani pernyataan penolakan persetujuan jadi jika ada sesuatu terjadi kita
tindakan. bisa pertanggung jawabkan ke depan”.

Prinsip tersebut merupakan prinsip 2. Melakukan tindakan untuk kebaikan,


perawat saat akan melakukan suatu tindaka. menghindari hal yang membahayakan
Sebelum melakukan tindakan, perawat harus
memberitahukan tindakan yang akan dilakukan Prinsip ini merupakan pemahaman yang
kepada pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip menyokong dalam tindakan keperawatan, karena
menghargai pasien sebagai orang yang bermartabat area layanan keperawatan adalah manusia dengan
dan mampu untuk menentukan apa yang terbaik kondisi yang memerlukan bantuan atau dalam
bagi dirinya sendiri (Autonomy) kondisi menderita. Johnstone (1994), menyebutkan
Berikut pernyataan responden tersebut: bahwa adalah tugas dari setiap insan untuk
“....apabila pasien atau keluarga pasien tidak melakukan kebaikan kepada orang lain.
menyetujui tindakan tersebut kita harus Terkandung dalam prinsip ini adalah menghindari
memberikan penjelasan kepada pasien kemungkinan atau kerusakan melakukan tindakan
terhadap tindakan yang kita laksanakan kalau yang diperlukan untuk menghindari kerugian,
pasien tidak setuju kita tidak boleh memaksa, melakukan tindakan dengan kemungkinan tinggi
kalau toh setelah diberi keterangan menolak mampu melindungi dari kerusakan, tindakan yang
ya...kita harus terima. Contoh, kita kasi suatu dilakukan tidak akan menimbulkan resiko,
berupa administrasi yang bisa ditandatangani keuntungan yang didapat dari tindakan harus lebih
kalau tidak setuju karena kalau sudah ada besar dari pada kerugian atau biaya yang
persetujuan tidak mau dilakukan tindakan kita digunakan. Berikut penjelasan responden tersebut:
sudah ada pegangan karena suatu hari “..dalam pelaksaan keperawatan kita harus
keluarga menuntut kita sudah ada bukti”. melaksanakn yang terbaik bagi pasien. Sebagai
seorang perawat kita harus hati-hati melakukan
Pasien atau keluarga pasien berhak menolak tindakan sehingga jangan pasien merasa
tindakan dengan menanda-tangani Pernyataan dirugikan misalnya sebelum dan sesudah
Penolakan melakukan indakan kita harus mencuci tangan
untuk menghindari terjadinya infeksi dan kita
Hal ini sesuai dengan prinsip menghormati menghindari infeksi penyakit pasien terhadap
pribadi yang mempunyai otonomi. Sebagai kita. Kalau pake jarum suntik sekali pakai
individu, disamping bebas menentukan atau buang jangan berulang-ulang, kalau memasang
memilih tindakan yang akan dilakukan, maka kateter harus dengan hati – hati jangan sampai
pasien atau keluarga berhak pula menolak suatu terjadi infeksi pada saluran kemihnya, dan
tindakan yang akan dilakukan kepadanya. Dalam penyangga tempat tidur sudah rusak dan tidak
melaksanakan suatu tindakan, maka tidakboleh layak pakai. Pasien disinikan rata-rata tidak
memaksakan kepada orang lain. Karena sadar dan pada saat menscution jangan sampai

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 42


kita jolok-jolok yang dapat menyebabkan iritasi “..dimana-mana memang kita harus berlaku
kan merugikan pasien, dekubitus juga rajin kita adil, ya apalagi terhadap pasien, dalam
miring-miringkan, jangan dia datang jadi merawat pasien kita tidak boleh. Saya merawat
dekubitus karna kita malas memiringkannya pasien itu sebagai seorang dengan memandang
dan plebitis juga jangan terjadi, plebitis juga pasien itu orang yang betul-betul membutuhkan
jangan infus sampai satu minggu atau dua pertolongan, kita hormati pasien sebagai orang
minggu tidak kita ganti akhirnya dia demam”. yang bermartabat yang sma dihadapan Tuhan
3. Agama mengajarkan berbuat baik yang sya sarankan seoerti saat ini dengan
Hal ini merupakan pemahaman yang penggunaan jankesmas perawatan yag kita
dianut oleh responden, diman dari sudut berikan sama dengan orang yang bisa bayar
pandang agama apapun, sumber agama perawatan dengan penuh jadi kita tidsk boleh
merupakan daar dalam memberikan pelayanan membeds-bedakannya
kepada pasien, Hal itu berarti bahwa berbuat Mendahulukan tindakan sesuai dengan
baik dianggap melaksanakan perintah Tuhan, priorotas masalah .
dimana perintah tersebut dianggap sebagai Prinsip ini merupakan cara berpikir yang
moral yang baik dan benar. Sedangkan larangan kritis, untuk memutuskan tindakan–tindakan
Tuhan adalah sebagai hal yang salah dan buruk. yang penting, terutama yang mengancam jiwa,
Presepsi yang demikian mencerminkan pola memerlukan penanganan yang segera untuk
berpikir yang berpedoman pada teori etika menyelamatkan pasien. Dengan cara berpikir
teologi yang merupakan teori dari deontologi yang demikian, maka dapat menyusun prioritas
klasik (Johstone, 1994). Pada dasarnya aturan– tindakan sesuai dengan prioritasmasalah,
aturan etis yang penting diterima oleh semua tentunya perawat jugamempertimbangkan
agama, maka pandangan moral yang dianut oleh tindakan untuk melakukan yang terbaik bagi
agama–agama besar pada dasarnya hampir pasien yang dirawatnya dengan
sama. Agama berisi topik–topik etis dan memperhitungkan keuntungan bagi pasien
memberi motivasi serta inspirasi pada (Johnstone, 1994).
penganutnya untuk melaksanakan nilai-nilai Prinsip melakukan tindakan sesuai dengan
dan norma-norma dngan penuh kepercayaan prioritas masalah ini juga menekankan untuk
(Bartens, 2000). Berikut pernyataan bersikap adil terhadap pasien dengan tidak
respondensnya : membedakan pasien berdasarkan status yang
“..bila kita merawat pasien dengan cina dan menyertainya, tetapi berdasarkan prioritas
kasih sayang itu merupakan bagian dari kebutuhan dari pasien. Dengan melakukan
elayani sesama yang memerlukan pertolongan prioritas tindakan dengan tepat maka daat pula
kita, dalam agama juga kita diajarkan kita terdeteksi adanya suatu masalah lebih dini
sesama manusia harus tolong menolong, sehingga dapat mencegah terjadinya kondisi
menghargai. Didalam ajaran agama muslim yng lebih buruk atau menghindari terjadinya hal
menolong sesama itu adalah ibadah, dan yang membahayakannya. Berikut pernyataan
semua agama mengajarkan jadi kita responden tersebut :
menolong pasien dengan kasih ayang dan kita “..dalam merawat pasien kita harus dapat
mendapat pahal kedepannya”. membedakan dan memprioritaskan masalah
maksudnya kita memprioritaskannya sesuai
4. Tidak membeda-bedakan pasien dan dengan kebutuhannya yang jelasnya
mendahulukan tindakan sesuai prioritas penanganan yang emrgensi dulu itu intinya”.
masalah.
Prinsip tersebut merupakan prinsip perawat 5. Memberikan infrmasi dan mempertahankan
untuk memberikan pelayanan pa melakukan kerahasiaan
diskriminasi. Hal ini seseuai dengan prinsip
menghargai individu sebagaimana adanya tanpa Prinsip ini merupakan prinsip
membedakan agama,suku,ras,bangsa dan confidentialy dan juga veracity dan ini harus
sebagainya dan bersikap adil bagi semua psien dianut oleh perawat dimana perawat harus
yang menjadi tanggung jawabnya (Thompson, memberikan informasi yang lengkap dan
2000). Dalam memberikan pelayan perawat mampu mempertahankan kerahasiaan pasien
tidak diskriminatif, melainkan memberiakn dalam hal-hal yang sudah ditentukan. Berikut
bantuan secara adil sesuai dengan keperluan penyampaian responden tersebut
pasien untuk mencapai derajat kesehatan yang “pastinya kita memberitahukan kelurga
optimum. Dalam konteks ini prinsip Ijustice bahwa kondisi pasien sudah pada tahap
(keadilan) diterapkan yaitu tidak membeda- terminal, imanapun kondisi pasien harus
bedakan pasien, dan memastikan pasien diberitahu karena kalau ada apa-apa kita
mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. juga nantinya yang disalahkan. Memang kita
Berikut pernyataan responden tersebut : sebagai seorang perawat kita harus menjaga

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 43


kerahasiaan pasien salah satunya tidak f. Faktor pembawaan
menceritakan kepada pasien dengan tidak g. Faktor fisik dan kesehatan
menceritakan penyakit pasien kepada orang h. Faktor proses mental
lain tentang apa penyakit pasien karena Apabila dihubungkan antara teori dengan hasil
didalam sumpah perawat ada tertulis segala yang didapatkan pada wawancara, hasilnya
kerahasiaan pasien tidak boleh diceritakan dominan sama dengan teori hal ini dipengaruhi
kepada oarang lain kecuali deperlukan oleh faktor usia yng tidak jauh beda (responden I
hukum”. usia 25 tahun, responden II usia 26 tahn, responden
III usia 25 tahun dan responden IV usia 28 tahun ).
6. Menghargai pasien atau keluarga yang Faktor lama bekerja di ICU (responden I lsm
menggunakan cara-cara tradisional bekerja 4 tahun, responden III lama bekerja 5 tahun
Prinsip ini merupakan bagian dari prinsip dan responden IV lama bekerja 4 ½ tahun ).
mengahargai individu yang mempunyai
kebebasan untuk menentukan diri sendiri. Saran
Dalam memberi kebebasan pasien ini, perawat Saran untuk rumah sakit untuk meningkatkan
memberikannya sebatas tidak menggangu pelayanan kesehatan baik Bio-psiko-sosial-dan
pengobatan yang dilakukan oleh tim medis. Hal spiritual. Meningkatkan mutu pelayanan dan
ini terjad karena dalam kontrak anatara pasien pemahaman perawat khususnya yang bertugas di
dengan rumah sakit, pasien menyerahkan ruang ICU.
pengobatan kepada tim medis. Oleh karena itu
perawat sebagai anggota tim medis dalam Daftar Pustaka
memberikan pengobatan (Thompson, 2000). Arikunto, (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta:
Menurut Johnstone (1994), yang termasuk Rineka Cipta
budaya yang harus dihormati adalah Berger, (1999). Fundamental of Colaborating for
kepercayaan, orientasi nilai, dan bagaimana optimal health. California: Appletion & Lange
orang memberi arti . dengan menghargai pasien Bugin,B, (2003) Analisa Data penelitian kualitatif.
atau keluarga menggunakan cara pengobatan Jakarta: Raja grafindo.
tradisional , berarti kita juga bersikap Djojodibroto, (1997). Kiat mengelola Rumah sakit.
menghormati pasien dalam menentukan diri Jakarta: Hipocrates
sendiri, karena kita memberi kesempatan Dorothy,Y, (1999). Dasar-dasar Riset
kepada pasien untuk melakukan apa yang Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC
diinginkan oleh pasien untuk melakukan ritual Johnstone, (1994) Bioethics a nursing perspektif.
sesuai kepercayaannya, sejauh tidak menggangu Sydney: WB Saunders
proses pengobatan . Dengan menghormati K. Bertens, (1993) Etika. Jakarta: PT. Gramedia
budaya pasien itu juga diperlkan sikap Utama
menerima pasien apa adanya, sehingga Lemeshow, (1997). Besar sampel dalam penelitian
meskipun perawat tidak sepaham dengan kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada
budaya pasien tetapi tetap menhghormatinya Universitas Press
sbagai bagian dari diri pasien. Berikut Moeleong, (2000). Metodologi Penelitian
pernyataan responden tersebut : Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
“.. kalau ada pasien atau keluarga yang Suhaemi, E, (2003). Etika Keperawatan: Aplikasi
meminta untuk menggunakan obat tradisional pada praktisi. Jakarta: EGC.
itu hak pasien. Jadi hak pasien untuk Soekidjo Notoadmojo, (2005). Metodologi
mempercayai obat tradisional, misalnya air Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
yang diberi doa, kita tidak bisa menghalangi Cipta
selama itu tidak menggangu perawatan dan Sri Lestari, (2004). Artikel Penelitian vol. 5 no. X.
terpi medis, itu boleh-boleh saja”. Bandung.
Suseno, (1987) Etika Dasar, masalah-masalah
Simpulan dan Saran pokok filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Simpulan Tarmizi, T, (2003). Medical Ethics. Jakarta: PT.
Faktor–faktor yang mempengaruhi presepsi Gramedia Utama.
adalah : Thompson, (2000). Nursing Ethics. London:
a. Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara hidup, Churchill livingstone
cara berfikir, kesiapaan mental,kebutuhan dan Widayatun (1999) Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.
wawasan) Gramedia Utama
b. Faktor politik, ekonomi, sosial, budaya Juanda Brahma (2008) Prinsip Etik,
c. Faktor usia http://etika.blogspot.com, dibuka 26 April
d. Faktor kematanagn 2009
e. Faktor lingkungan sekitar

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 1, No. 1 Juni 2016 44

Das könnte Ihnen auch gefallen