Sie sind auf Seite 1von 6

PENATALAKSANAAN STROKE ISKEMIK DAN HIPERTENSI PADA

PRIA 48 TAHUN DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

1
Nizra Ayu Sarah
2
Iyone Siagian

1
Peserta Kepanitraan Klinik Madya Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Email: nizraayus@gmail.com

Abstract: Stroke is defined as a clinical manifestation of cerebral dysfunction that develops


suddenly and progressively, either in the form of focal and / or global neurological deficits,
lasting 24 hours or more or directly causing death, one of which is hypertension. Family
medicine approaches are important in the management of low-fat diets, blood pressure control
and existing biopsychological factors. Implementing a holistic and comprehensive family
medicine approach in detecting internal and external risk factors and solving problems based on
Evidence Based Medicine that are family-approached and patient-centered. It is a case report
with primary data obtained through alloanamnesis, physical examination and home visits, to
supplement family data, psychosocial and environmental data. Assessment is based on a holistic
diagnosis from the beginning, the process, and the qualitative study. Patients have internal risks,
like family history of hypertension, a high-fat diet, and a lack of knowledge about hypertension.
External risk factors are lack of family support and knowledge about patient's disease.
Interventions are carried out on patients and families about their illness, diet and the importance
of preventive measures to prevent complications of the disease. Evaluation found sufficient
knowledge about the disease and blood pressure reduction. Diet is a major factor in stroke and
hypertension, also family history of hypertension. Family medicine services not only solve the
patient's clinical problems, but also seek and provide solutions to problems in the environment
that affect the health of patients and families.
Keywords: ischemic stroke, hypertension, and family medicine

Abstrak: Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral
yang timbulnya mendadak dan progresif, baik berupa defisit neurologis fokal dan/atau global,
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang salah satu
penyebabnya adalah hipertensi. Pendekatan dokter keluarga penting dalam manajemen diet
rendah lemak, kontrol tekanan darah dan faktor biopsikosial yang ada. Menerapkan pendekatan
dokter keluarga yang holistik dan komprehensif dalam mendeteksi faktor risiko internal dan
eksternal dan menyelesaikan masalah berbasis Evidence Based Medicine yang bersifat
family‐approached dan patient‐centered. Merupakan laporan kasus dengan data primer diperoleh
melalui autoanamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah, untuk melengkapi data
keluarga, data psikososial dan lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik

1
dari awal, proses, dan akhir studi secara kualitatif. Pasien memiliki risiko internal yaitu riwayat
keluarga dengan hipertensi, pola makan tinggi lemak, dan kurangnya pengetahuan tentang
hipertensi. Faktor risiko eksternal yaitu kurangnya dukungan dan pengetahuan keluarga
mengenai penyakit pasien. Dilakukan intervensi terhadap pasien dan keluarga tentang
penyakitnya, pola makan dan pentingnya tindakan preventif untuk mencegah komplikasi
penyakitnya. Pada evaluasi ditemukan pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya dan
penurunan tekanan darah. Pola makan menjadi faktor utama terjadinya stroke dan hipertensi,
riwayat keluarga dengan hipertensi. Pelayanan dokter keluarga tidak hanya menyelesaikan
masalah klinis pasien, tetapi juga mencari dan memberi solusi atas permasalahan‐permasalahan
dalam lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien dan keluarga.
Kata Kunci: stroke iskemik, hipertensi dan kedokteran keluarga

PENDAHULUAN pada pria daripada wanita, namun 60%


Stroke menjadi suatu masalah utama kematian terjadi pada wanita.2
di berbagai negara, karena merupakan
penyebab utama kecacatan pada orang Hipertensi adalah keadaan tekanan
dewasa. Menurut WHO, kematian akibat darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
penyakit pembuluh darah lebih banyak diastolik lebih dari 90 mmHg.5 Prevalensi
dibanding penyakit lain, yaitu sekitar 15 juta hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
tiap tahun atau sekitar 30% dari kematian pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar
total pertahunnya, dan 4,5 juta diantaranya 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung
disebabkan oleh stroke. Di negara ASEAN (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
penyakit stroke juga merupakan masalah (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
kesehatan utama yang menyebabkan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di
kematian.1 Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
Dari data South East Asian Medical persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan
Information Centre (SEAMIC) diketahui atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen.
bahwa angkat kematian terbesar terjadi di Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
Indonesia yang kemudian diikuti secara sendiri. Responden yang mempunyai
berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei. tekanan darah normal tetapi sedang minum
Di Indonesia diperkirakan terdapat 500.000 obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi
orang yang terkena serangan stroke setiap prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
tahunnya., dengan insidensi sekitar 234 per 26,5 persen.3
100.000 penduduk. Dari jumlah tersebut
sepertiga dapat pulih kembali, sepertiga Komplikasi yang terjadi pada
lainnya mengalami gangguan fungsional hipertensi terdiri dari stroke, infark miokard,
ringan sampai sedang, dan sepertiga sisanya gagal ginjal, dan ensefalopati (kerusakan
mengalami gangguan berat hingga otak).6 Stroke merupakan suatu sindrom
mengharuskan penderita terus menerus di klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
tempat tidur. Insidensi stroke cenderung otak secara lokal atau global yang dapat
meningkat ketika melewati umur 30 tahun. menimbulkan kematian atau kelainan yang
95% penderita stroke di atas umur 45 tahun, menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab
dan dua per tiga penderita stroke berumur di lain kecuali gangguan vascular.4
atas 65 tahun. Stroke terjadi lebih banyak

2
World Health Organization (WHO) menggunakan garam pada masakannya.
menekankan bahwa kunci untuk pasien. Pasien juga mengaku jarang
meningkatkan status kesehatan dan berolahraga. Saat libur atau waktu luang
mencapai Millenium Development Goals pasien memilih untuk beristirahat di
(MDGs) 2015 adalah dengan memperkuat rumah. Pasien merupakan perokok dan
sistem pelayanan kesehatan primer (Primary juga sering minum alkohol.
Health Care). Perlu adanya integrasi dari
Community Oriented Medical Education Pasien tinggal bersama istrinya, Ny.
(COME) ke Family Oriented Medical MP dan ketiga anaknya. Istri pasien
Education (FOME), salah satunya adalah merupakan Ibu Rumah Tangga, Pasien
dengan pelayanan Kedokteran Keluarga memiliki 5 orang anak. Kedua anaknya
yang melaksanakan pelayanan kesehatan telah menikah sedangkan 3 orang anaknya
holistik meliputi usaha promotif, preventif, masih sekolah dan tinggal dengan pasien.
kuratif, dan rehabilitatif dengan pendekatan Keuangan sehari‐hari yang digunakan
keluarga.5 berasal dari hasil bekerja pasien. Pola
pengobatan pasien dan anggota keluarga
Dengan adanya prinsip utama ini bersifat kuratif yakni pasien berobat
pelayanan dokter keluarga secara holistik, apabila terdapat keluhan yang dirasa
perlulah diketahui berbagai latar belakang mengganggu aktivitas.
pasien yang menjadi tanggungannya, serta Riwayat keluarga dengan penyakit
dapat selalu menjaga kesinambungan yang sama yaitu ibu pasien yang memiliki
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penyakit hipertensi.
pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan
pelayanan kedokteran yang seperti ini, Istri pasien mengatakan bahwa
banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah pasien mempunyai riwayat hipertensi dan
satu diantaranya yang dipandang mulai mengonsumsi obat anti hipertensi
mempunyai peranan amat penting adalah sekitar 1 tahun yang lalu. Namun pasien
melakukan kunjungan rumah (home visit) dan keluarganya tidak begitu mengetahui
serta melakukan perawatan pasien di rumah tentang penyakit hipertensi dan cara
(home care) terhadap keluarga yang menurunkannya sehingga pasien tidak
membutuhkan.6 rutin minum obat sehingga tekanan
darahnya menjadi tidak terkontrol.
KASUS
Tn. SMH, 48 tahun, seorang Pasien saat ini menggunakan kursi
karyawan swasta datang ke Puskesmas roda. Pasien sudah tidak bekerja selama 2
pada bulan Juli tahum 2018 dengan bulan. Pasien juga tidak dapat mandi dang
keluhan suara serak secara tiba-tiba sejak 1 anti baju sendiri sehingga aktivitas sehari-
hari sebelum datang ke puskesmas. Karena hari pasien terganggu dan ketergantungan
pasien tidak ada keluhan lain selain serak, dengan orang lain.
pasien kemudian diberikan obat radang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Namun, serak tidak sembuh dan 2 minggu keadaaan umum pasien tampak sakit
kemudian kedua tangan pasien mulai sedang, suhu 37,5oC, tekanan darah 110/70
melemah dan sulit digerakan diikuti mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit,
dengan sulit berjalan secara tiba-tiba. Lalu frekuensi nafas 19 x/menit, berat badan 72
pasien dilarikan ke Rumah Sakit dan kg, tinggi badan 171 cm dengan Indeks
dirawat inap selama 1 minggu. Massa Tubuh (IMT) yaitu 24,65 kg/m2.
Pasien memiliki kebiasaan sejak Status generalis dalam batas normal. Pada
remaja yaitu mengkonsumsi makanan status lokalis regio manus dekstra et
berlemak dan berminyak seperti gorengan sinistra dan regio pedis dekstra et sinistra
dan daging. Pasien juga sering ditemukan adanya kelemahan otot

3
sehingga pasien sulit menggerakkan kedua terjadi perubahan sistem kardiovaskular,
tangan dan kakinya. katup mitral dan aorta mengalami sklerosis
dan penebalan, miokard menjadi kaku dan
Diagnosis dari pasien ini adalah lambat dalam berkontraksi. Kemampuan
stroke iskemik. Tatalaksana yang diberikan pompa jantung harus bekerja lebih keras
pada pasien ini meliputi edukasi pada pasien sehingga terjadi hipertensi.7,8
dan anggota keluarga yang lain yaitu istri
dan anak pasien yang tinggal bersama Masalah kesehatan yang dibahas pada
dengan pasien mengenai penyakit yang kasus ini adalah seorang pria berusia 48
diderita pasien, terapi serta perubahan gaya tahun yang menderita stroke iskemik sejak 2
hidup yang harus dilakukan pasien untuk bulan lalu dan mempunyai riwayat
mencegah penyakit menjadi semakin berat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
dan komplikasi penyakit serta pemberian Kunjungan dilakukan untuk pendekatan dan
medikamentosa berupa Aspilet 1x80 mg, perkenalan terhadap pasien serta
amlodipine 1x10mg, valsartan 1x80mg, menerangkan maksud dan tujuan
simvastatin 1x20mg. kedatangan diikuti dengan anamnesis
tentang keluarga dan perihal penyakit yang
PEMBAHASAN telah diderita. Dari hasil kunjungan tersebut,
Diagnosis klinik pada pasien ini sesuai konsep Mandala of Health, dari segi
adalah stroke iskemik dan memiliki riwayat perilaku kesehatan pasien masih
hipertensi. Pada pasien ini dilakukan mengutamakan kuratif daripada preventif,
pemeriksaan tensi darah dan didapatkan memiliki pengetahuan yang kurang tentang
110/70 mmHg. Sebelum terkena stroke istri penyakit‐penyakit yang ia derita serta
pasien mengatakan bahwa tensi darah pasien kurangnya dukungan dan pengetahuan
tidak terkontrol hingga systole mencapai keluarga tentang penyakit yang diderita
160 dengan diastole 100. Hipertensi pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip utama
dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, pelayanan dokter keluarga yang secara
dimana stroke merupakan penyakit yang holistik memerlukan berbagai latar belakang
sulit disembuhkan dan mempunyai dampak pasien yang menjadi tanggungannya, serta
yang sangat luas terhadap kelangsungan dapat selalu menjaga kesinambungan
hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh
sistolik dan distolik terbukti berpengaruh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan
pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita pelayanan kedokteran yang seperti ini,
dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg kunjungan (home visit) dan perawatan
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk pasien di rumah (home care) terhadap
terjadinya infark otak dibanding dengan keluarga pasien dipandang mempunyai
tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, peranan amat penting.6
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180
mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang Ada beberapa langkah atau proses
stroke iskemik dibandingkan dengan dengan sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
tekanan darah kurang 140 mmHg. Akan Pertama adalah awareness (kesadaran),
tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun dimana orang tersebut menyadari stimulus
risiko stroke hanya 1,5 kali daripada tersebut. Kemudian dia mulai tertarik
normotensi.4 (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang‐nimbang baik atau tidaknya
Berdasarkan Joint National stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu,
Committee VIII (JNC VIII), termasuk dia akan mencoba melakukan apa yang
hipertensi apabila tekanan darah sistolik dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada
≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik tahap akhir adalah adoption, berperilaku
≥100 mmHg. Hipertensi pada lansia baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
disebabkan karena proses penuaan dimana dan sikapnya.9 Ketika intervensi dilakukan,

4
keluarga juga turut serta mendampingi dan memiliki diabetes atau penyakit ginjal
mendengarkan apa yang disampaikan pada kronik, maka target terapi tekanan darah
pasien. adalah <150/90 mmHg. Target ini untuk
mengurangi risiko terjadinya stroke, gagal
Edukasi yang diberikan berupa cara jantung dan penyakit jantung koroner (PJK).
mengontrol tekanan darah, makanan yang Terapi lini pertama meliputi empat golongan
perlu dihindari untuk mengontrol penyakit, obat, yaitu diuretik tiazid, calcium channel
dan pentingnya pemeriksaan tekanan darah blocker (CCB), angiotensin converting
dan mengendalikannya dengan obat serta enzyme (ACE) inhibitor, dan angiotensin
juga disarankan untuk banyak minum air receptor blocker (ARB).7 Pemberian
putih, minimal 2.5 liter/hari.9 Selain itu juga amlodipine pada pasien sudah tepat karena
edukasi kepada anak pasien tentang termasuk dalam golongan ACE inhibitor.
kemungkinan adanya faktor genetik dan
pencegahan terjadinya penyakit hipertensi Penyumbatan pembuluh darah
dan tetap membantu pasien melakukan merupakan 80% kasus dari kasus stroke.
terapi sederhana di rumah demi Penyumbatan sistem arteri umumnya
meningkatkan kekuatan otot agar tehindar disebabkan oleh terbentuknya trombus pada
dari komplikasi stroke. ateromatous plaque pada bifurkasi dari arteri
karotis. Erat hubungannya dengan
Tingginya prevalensi depresi pasca aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan
stroke dikarenakan pasien stroke mengalami arteriolosclerosis. Suatu penyumbatan total
banyak faktor resiko yang dapat dari aliran darah pada sebagian otak akan
mencetuskan terjadinya depresi secara menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang
psikologis. Berdasarkan hasil penelitian bersangkutan pada saat itu juga. Bila
Nurlia, Ratna dan Lestari, faktor-faktor anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka
resiko tersebut adalah kejadian stressor yang sel tersebut dengan sel penyangganya yaitu
membuat pasien terkena stroke, sel glia akan mengalami kerusakan
ketidakmampuan fisiknya baik untuk ireversibel sampai nekrosis beberapa jam
memenuhi aktivitas sehari-hari maupun kemudian yang diikuti perubahan
untuk kembali bekerja, biaya yang permeabilitas vaskular disekitarnya dan
dibutuhkan selama perawatan dan siapan masuknya cairan serta sel-sel radang.4
orang yang akan merawat pasien di rumah.
Pasien stroke tidak hanya mengalami faktor Aspilet merupakan obat yang
resiko secara psikologis tetapi juga diberikan pada pasien pasca stroke yang
fisiologis. Pasien mengalami iskemik pada jenisnya merupakan antiplatelet sehingga
jaringan otaknya mengakibatkan mencegah terbentuknya trombus pada
menurunnya bionegikamin. Bionegikamin pembulu darah. Thrombo aspilets
merupakan prekusor pengeluaran serotonin mempunyai kandungan Asam asetilsalisilat
yang merupakan antidepresan.10 yang menghambat aktivitas enzim siklo-
oksigenase melalui proses asetilisasi yang
Mobilisasi dini terstruktur bersifat ireversibel. Dengan kerja tersebut
menyebabkan dua dampak positif kepada obat ini dapat mencegah proses
pasien. Dampak pertama, dapat mengurangi pembentukan tromboksan A2 sehingga
katabolisme dalam tubuh yang mencegah terjadinya penimbunan platelet
menyebabkan berkurangnya prekusor dan pencegahan terhadap proses pembekuan
bionegikamin. Dampak kedua, orang yang darah.7 Pemberian aspilet pada pasien sudah
merawat menjadi teman menumpahkan tepat karena termasuk dalam antiplatelet
beban pasien. Pasien stroke mengalami yang berguna untuk mencegah stroke
tekanan psikologis yang berat.10 berulang pada pasien. Pemberian aspilet
Penatalaksanaan hipertensi pada pada pasien juga didukung dengan
pasien 40 tahun atau lebih yang tidak pemberian valsartan, yaitu obat hipertensi

5
yang bekerja dengan menghambat efek 3. Kementerian Kesehatan Republik
angiotensin II yang menyebabkan pembuluh Indonesia. Situasi dan analisis lanjut
darah menyempit. Dengan begitu, pembuluh usia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
darah dapat melebar dan menjadi rileks, Lansia; 2014.
sehingga tekanan darah turun dan jantung 4. Heart International Cardiovascular
Disease statistic [internet].
akan lebih mudah memompa darah ke Greenville Ave: American Heart
seluruh tubuh.7 Association; 2013. Tersedia dari
Faktor pendukung dalam http://www.american heart.org
penyelesaian masalah pasien adalah adanya 5. World Health Organization. The World
Health Report 2008: Primary health
niat, dukungan dan perhatian dari keluarga
care (now more than ever); 2014.
yang tinggal bersama pasien yang harus 6. Nugraheni W, Hartono R. Analisis pola
menerapkan pola hidup sehat dan juga layanan kesehatan rawat jalan pada
mengontrol konsumsi obat hipertensi serta tahun pertama implementasi program
membantu terapi mobilisasi pada pasien. jaminan kesehatan nasional (JKN).
Sehingga sangat diperlukan peran dokter Media Litbangkes. 2017:27;9-16.
keluarga untuk memberikan edukasi pada 7. James PA. 2014 Evidence-based Guideline
keluarga pasien yang memiliki peran utama for the management of high blood
dalam kesembuhan pasien. pressure in adults: report from the
panel members appointed to the Eight
Joint National Committee (JNC 8).
SIMPULAN JAMA. 2014; 311(5):507‐20.
Pasien hipertensi memiliki risiko 8. Herlinah L, Winarsih W, Rekawati E.
lebih tinggi mengalami stroke iskemik, Hubungan dukungan keluarga dengan
salah satunya akibat gaya hidup yang salah. perilaku lansia dalam pengendalian
Pasien dalam kasus adalah pria usia 48 hipertensi. Jurnal Keperawatan
Komunitas. 2013; 1(2):108‐15.
tahun dengan stroke iskemik dengan riwayat
9. Notoatmodjo. Pendidikan dan perilaku
hipertensi. Penanganan dan upaya kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
pencegahan komplikasi berupa perubahan 2005.
perilaku untuk mengontrol tekanan darah, 10. Ikaningtyas N, Sitorus R, Sukmarini L.
serta mengubah gaya hidupnya dengan Efektivitas Mobilisasi Dini Terstruktur
mengurangi makan makanan yang tinggi Terhadap Pencegahan Depresi dan
natrium (garam) dan lemak jenuh. Adanya Spastisitas Otot pada Pasien Stroke
dukungan dari keluarga dalam hal Iskemik di Rumah Sakit Panti Waluyo
pengobatan pasien menyebabkan terjadinya Solo. Jurnal Kesehatan. 2015; 2(2):73-
perubahan perilaku dan perbaikan klinis 8.2
pasien. Pelayanan dokter keluarga tidak
hanya menyelesaikan masalah klinis pasien
tetapi juga mencari dan memberi solusi atas
permasalahan‐permasalahan yang ada dalam
aspek biopsikososial yang mempengaruhi
kesehatan pasien maupun keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gubitz G, Sandercock P. Extracts from
clinical evidence.Acute ischemic
stroke. BMJ 2000; 320: 692
2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (2013). Riset Kesehatan
Dasar (RIskesdas 2013),Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen