Sie sind auf Seite 1von 8

TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI SEKITAR STASIUN TUGU

YOGYAKARTA

STUDY TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) AROUND TUGU STATION


YOGYAKARTA

Buni Lukito Hadi Fahma


Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat
bunilukitohadifahma@yahoo.co.id
Submited: 12 Agustus 2014, Revised: 29 Agustus 2014, Accepted: 8 September 2014

ABSTRACT
Tugu train station is a place that causing lot of attraction and generate the travel for the people that have been used the
railway as their transportation mode. The railway user whether come and go to the Tugu train station definitely need
good media to help them go to the Tugu station. They are travelling in Tugu station area using many kind of modes such
as using private vehicle, public transportation or by walking. Because of that reason, it should need a better controlling
with a purpose to create a comfortable feeling in Tugu train station area. This research was conducted to study the
concept of Transit Oriented Development (TOD) in the area of Tugu train station. The purpose of this study is to
provide an alternative location of the stops for Transjogja more easily accessible by train service users and facilitate the
conduct of modal transfer. The method used in this research is quantitative descriptive. This method describes the
circulation of people and vehicles, especially Transjogja in Tugu Station area, perform calculations on the needs of the
number of additional fleet Transjogja passing Tugu station area and parking capacity calculation in Tugu Station area
and stop placement plan for Transjogja. The conclusion from this research is required stop are close to Tugu. Location
of stop can be made near the police station Malioboro.
Keywords: Tugu Station, TOD, Transjogja

ABSTRAK
Stasiun Tugu merupakan tempat yang banyak menimbulkan tarikan dan bangkitan perjalanan. Para pengguna
jasa kereta api memerlukan alat transportasi untuk menuju Stasiun Tugu. Masyarakat melakukan perjalanan di
area stasiun Tugu dengan menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum maupun berjalan kaki. Hal ini
memerlukan pengaturan yang lebih baik guna menambah kenyamanan masyarakat di area Stasiun Tugu.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari konsep Transit Oriented Development (TOD) di area Stasiun Tugu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif letak tempat pemberhentian atau halte Transjogja
yang lebih mudah dijangkau oleh pengguna jasa kereta api dan memudahkan dalam melakukan perpindahan
moda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode ini menjelaskan
sirkulasi orang dan kendaraan terutama Transjogja di area Stasiun Tugu, melakukan perhitungan tentang
kebutuhan jumlah armada tambahan Transjogja yang melewati area Stasiun Tugu dan penghitungan kapasitas
parkir diarea Stasiun Tugu serta penempatan rencana halte atau tempat pemberhentian baru untuk Transjogja.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah diperlukan halte/tempat pemberhentian yang dekat dengan Stasiun Tugu.
Letak halte/tempat pemberhentian dapat dibuat di dekat pos polisi Malioboro.
Kata kunci: Stasiun Tugu, TOD, Transjogja

PENDAHULUAN
Salah satu fasilitas publik yang diperlukan memerlukan tempat pemberhentian yang nyaman
masyarakat Yogyakarta dalam melakukan dan dekat dengan stasiun. Salah satu cara dalam
pergerakan adalah stasiun kereta api. Stasiun memperbaiki keterpaduan antar moda
bukanlah tempat tujuan akhir perjalanan transportasi yaitu dengan menerapkan konsep
masyarakat. Stasiun merupakan tempat transit Transit Oriented development (TOD). Konsep
masyarakat yang menggunakan kereta api untuk TOD merupakan pendekatan pengembangan kota
mencapai tujuan akhir perjalanan masyarakat. yang memaksimalkan penggunaan angkutan
Banyak cara yang digunakan masyarakat menuju massal seperti Transjogja, serta dilengkapi
Stasiun Tugu, diantaranya dengan kendaraan jaringan pejalan kaki atau sepeda dan pada
pribadi dan angkutan umum, salah satunya adalah tempat pemberhentian kendaraan umum
Transjogja. Perjalanan menggunakan kendaraan dilengkapi dengan fasilitas parkir terutama
pribadi akan membutuhkan lahan parkir sehingga sepeda. Konsep TOD ini nantinya tidak
memerlukan pengaturan tata guna lahan di sepenuhnya mengadopsi seperti kota-kota besar
Stasiun Tugu. Sementara penggunaan Bus di luar negeri akan tetapi disesuaikan dengan
Transjogja sebagai moda transportasi publik juga kondisi di Yogyakarta saat ini.

Transit Oriented Development (TOD) di Sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta, Buni Lukito Hadi fahma 145
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 2. Pada koridor jaringan bus/BRT dengan
terkait lokasi tempat pemberhentian atau halte frekuensi tinggi
Transjogja yang letaknya cukup jauh dari stasiun 3. Pada jaringan pengumpan bus yang
sehingga menyulitkan bagi pengguna jasa kereta api waktu tempuhnya kurang dari 10 menit
untuk melakukan perpindahan moda menggunakan dari jaringan utama angkutan massal
Transjogja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh
memberikan alternatif letak tempat pemberhentian
suatu kawasan maka perlu diambil langkah
atau halte Transjogja yang lebih mudah dijangkau
untuk menghubungkan dengan angkutan
oleh pengguna jasa kereta api dan memudahkan
massal, disamping itu yang juga perlu menjadi
dalam melakukan perpindahan moda. Adapun
pertimbangan adalah frekuensi angkutan
manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
umum yang tinggi.
memberikan masukan kepada pihak pengambil
keputusan, sehingga kendaraan yang ada baik D. Halte
pribadi maupun angkutan umum yang ada di Tempat perhentian bus atau halte bus atau
lingkungan Stasiun Tugu Yogyakarta dapat shelter atau stopan bus (dari bahasa Inggrisnya
terintegrasi dengan wilayah Stasiun Tugu bus stop) adalah tempat untuk menaikkan dan
Yogyakarta. menurunkan penumpang bus, biasanya
ditempatkan pada jaringan pelayanan angkutan
TINJAUAN PUSTAKA
bus. Di pusat kota ditempatkan pada jarak 300
A. Stasiun sampai 500 m dan di pinggiran kota antara 500
sampai 1000 m.
Stasiun kereta api adalah tempat untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang yang E. Parkir
menggunakan jasa transportasi kereta api.
Definisi parkir adalah keadaan tidak bergerak
Menurut pasal (1) PM No. 29 Tahun 2011
suatu kendaraan yang bersifat sementara (PP
tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun
Nomor 43 Tahun 1993), termasuk dalam
Kereta Api, stasiun kereta api merupakan
pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang
prasarana kereta api sebagai tempat
berhenti pada tempat-tempat tertentu baik
pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.
yang dinyatakan dengan rambu ataupun tidak
Pada pasal (2) disebutkan stasiun kereta api
serta tidak semata-mata untuk kepentingan
menurut jenisnya terdiri dari:
menaikkan dan menurunkan orang dan barang.
1. stasiun penumpang,
Dalam pedoman teknis fasilitas parkir Dirjen
2. stasiun barang, dan
Perhubungan Darat Tahun 1996, parkir
3. stasiun operasi.
berdasarkan tata letaknya dikenal parkir badan
B. Angkutan Umum jalan (on street parking) dan parkir diluar
badan jalan (off street parking).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Tabel 1. Jenis Kendaraan dan Satuan Ruang
Jalan, angkutan orang (penumpang) dengan Parkir
menggunakan kendaraan bermotor dibedakan
Satuan Ruang
menjadi dua macam yaitu angkutan umum Jenis Kendaraan
Parkir (m²)
dalam trayek dan angkutan umum tidak dalam
1.a. Mobil penumpang
trayek.
golongan I 2,30 x 5,00
C. Transit Oriented Development (TOD) 1.b. Mobil penumpang
golongan II 2,50 x 5,00
Secara umum, transportasi berkelanjutan 1.c. Mobil penumpang
adalah suatu transportasi yang mendorong golongan III 3,00 x 5,00
penggunaan teknologi ramah lingkungan A. Bus/Truk 3,40 x 12,50
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
B. Sepeda Motor 0,75 x 2,00
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
adalah dengan menggunakan konsep Transit
Oriented Development (TOD) untuk F. Pemilihan Moda
mengurangi mobilitas penduduk antar
Oppenheim (1995), menyatakan bahwa moda
kawasan di perkotaan melalui sistem
utama transportasi perkotaan adalah kendaraan
pengembangan terpadu.
pribadi, angkutan umum (termasuk bus dan
TOD harus ditempatkan: kereta api), termasuk “paratransit” (taksi dan
1. Pada jaringan utama angkutan massal lain sebagainya), berjalan kaki dan bersepeda.

146 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 16, Nomor 3, September 2014
Warpani (2002) menyatakan bahwa di Kereta Api Indonesia (Persero) dan Dinas
beberapa tempat kendaraan roda dua Perhubungan Provinsi Daerah Istimewa
digunakan sebagai kendaraan umum (ojek) Yogyakarta. Dalam penelitian ini, data
dengan lintasan bebas seperti taksi. Oleh sebab tersebut masuk kedalam data sekunder.
itu kendaraan roda dua belum dapat diabaikan Data yang dibutuhkan diantaranya data
dalam telah pembebanan jaringan jalan di jumlah kapasitas dan armada Transjogja,
Indonesia. jumlah kapasitas parkir Stasiun Tugu
Yogyakarta baik disisi timur maupun
METODE PENELITIAN selatan stasiun.
A. Persiapan dan Pendahuluan Penelitian D. Pengolahan Data
Tahap ini dilakukan kegiatan berupa studi Proses pengolahan data dilakukan dengan
literatur, mengidentifikasi masalah dan berbagai perangkat baik secara manual maupun
menetapkan batasan studi. Studi literatur dengan bantuan komputer sebagai alat bantu
dilakukan dengan membaca penelitian pengolahan data.
terdahulu, buku-buku dan artikel yang
E. Analisis Data
berkaitan dengan penelitian ini.
Proses analisis dilakukan dengan
B. Pelaksanaan Penelitian
menyesuaikan data sekunder yang telah
Dalam penelitian ini dibutuhkan data-data yang diperoleh kemudian diolah dan disesuaikan
terdiri dari pengumpulan data-data primer dengan teori yang ada secara deskriptif
maupun sekunder. Data primer didapat dengan kuantitatif sehingga mendapatkan hasil yang
melakukan pengamatan dan penghitungan kemudian dapat ditarik kesimpulan dan saran.
orang dan kendaraan yang keluar masuk
Stasiun Tugu dan jumlah bus Transjogja yang HASIL DAN PEMBAHASAN
melewati area Stasiun Tugu Yogyakarta. Data
sekunder diperoleh dengan membaca buku- A. Karakteristik Stasiun Tugu
buku, artikel, dokumen dari instansi terkait dan Dimas A.P. (2009) menyatakan Stasiun Tugu
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Yogyakarta berada ditengah pusat kota
penelitian ini seperti data mengenai RTRW,
Yogyakarta, disekitarnya terdapat berbagai
data jaringan jalan disekitar Stasiun Tugu, data
angkutan umum yang melewati Stasiun Tugu, macam pusat kegiatan masyarakat seperti
data Transjogja yang melewati Stasiun Tugu, pertokoan, pusat perbelanjaan, objek wisata,
Site Plan Stasiun Tugu dan jadwal kereta api. penginapan, stasiun kereta api, perkantoran,
pemukiman dan lain sebagainya. Hal ini
C. Teknik Pengumpulan Data menyebabkan banyaknya pergerakan orang
Teknik pengumpulan data yang dilakukan disekitar wilayah Stasiun Tugu baik penduduk
adalah: lokal maupun turis yang sedang berkunjung ke
Yogyakarta.
1. Observasi
Area dalam stasiun dapat digunakan untuk
Teknik pengumpulan data ini diawali berbagai macam kegiatan. Diantaranya untuk
dengan observasi awal dilapangan untuk area stasiun, fasilitas publik, kios pedagang
mengidentifikasi segala permasalahan- dan pemukiman.
permasalahan yang spesifik, seperti
kondisi parkir di Stasiun Tugu dan lain
sebagainya.
2. Survei lapangan
Proses pengumpulan data primer dengan
melakukan penghitungan orang dan
kendaraan yang keluar masuk Stasiun
Tugu dan jumlah bus Transjogja yang
melewati area Stasiun Tugu Yogyakarta.
3. Permohonan data ke Instansi terkait
Pengumpulan data ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang dimiliki
yang tercatat di instansi yang terkait,
diantaranya DAOP VI Yogyakarta PT. Gambar 1. Layout Stasiun Tugu

Transit Oriented Development (TOD) di Sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta, Buni Lukito Hadi fahma 147
Tabel 2. Pemanfaatan Lahan di Stasiun Tugu menjemput, dan keperluan lainnya
Yogyakarta sebanyak 2.128 orang dengan rata-rata
Luas Area orang yang masuk ke stasiun dalam 15
No. Pemanfaatan Lahan menit sebanyak 177 orang. Sedangkan
(m²)
1. Pemukiman 50.190 untuk jumlah orang yang keluar dari
stasiun selama 3 jam pengamatan
2. Kios Pedagang 3.396 sebanyak 855 orang dengan rata-rata 71
3. Area Stasiun 102.749 orang yang keluar dari stasiun dalam
4. Fasilitas Publik 11.834 waktu 15 menit.
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta tahun, 2009 2. Sirkulasi Transjogja
B. Karakteristik Lalulintas di Simpul Stasiun Data hasil survei selama 3 jam mulai
Tugu pukul 18:00 WIB - 21:00 WIB di Stasiun
Stasiun Tugu Yogyakarta dikelilingi oleh Tugu diperoleh data sebagai berikut:
jalan-jalan yang selalu ramai dilewati Tabel 4. Sirkulasi Transjogja di Sekitar
kendaraan maupun orang. Jalan-jalan tersebut Stasiun Tugu per 15 Menit
diantaranya Jalan Tentara Pelajar (jalan lokal)
Halte P. Halte Pasar
di sebelah utara, Jalan P. Mangkubumi dan Waktu
Mangkubumi Kembang
Jalan Abubakar Ali (jalan kolektor sekunder)
18.00-18.15 3 2
di sebelah timur, Jalan Pasar Kembang dan
18.16-18.30 3 2
Jalan Malioboro (jalan kolektor sekunder) di
18.31-18.45 3 2
sebelah selatan, dan Jalan Letjen Suprapto dan
18.46-19.00 3 0
Jalan Jlagran Lor (jalan arteri sekunder) di
19.01-19.15 1 2
sebelah barat.
19.16-19.30 2 1
C. Bus Transjogja 19.31-19.45 2 0
19.46-20.00 2 0
Data yang didapat dari Dinas Perhubungan
20.01-20.15 2 2
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
20.16-20.30 2 2
jumlah armada Transjogja pada tahun 2013
20.31-20.45 3 0
sebanyak 54 bus. Jumlah ini tidak berkumpul
20.46-21.00 1 1
dalam satu trayek saja melainkan terbagi
dalam 8 trayek yaitu 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B, Jumlah 27 14
Sumber: Hasil Survei, 2014
4A dan 4B. Kapasitas satu unit bus Transjogja
sebanyak 41 penumpang yang terbagi menjadi Jumlah armada Transjogja yang melewati
22 penumpang duduk dan 19 penumpang halte di jalan P. Mangkubumi dalam
berdiri. Jam operasional Transjogja dimulai kurun waktu 3 jam sejumlah 27 armada.
pukul 05:30 WIB - 21:30 WIB. Sedangkan armada Transjogja yang
D. Pergerakan Orang dan Bus Transjogja melewati halte Pasar Kembang berjumlah
14 armada.
1. Demand
3. Kebutuhan Angkutan Umum
Data hasil survei selama 3 jam mulai (Transjogja)
pukul 18:00 WIB - 21:00 WIB di Stasiun
Tugu diperoleh data sebagai berikut: Untuk melakukan penghitungan jumlah
armada tambahan Transjogja yang
Tabel 3. Pergerakan Orang di Stasiun dibutuhkan dapat dilakukan dengan dua
Tugu cara:
Aktifitas a. Penghitungan jumlah armada
Rata-rata per 15’
Pergerakan Orang tambahan berdasarkan jumlah rit dan
Orang Orang Orang Orang jumlah perjalanan bus
Datang Keluar Datang Keluar
................................... (1)
2.128 855 177 71
Sumber: Hasil Survei, 2014
Keterangan:
Data aktifitas pergerakan orang keluar JA : Jumlah Armada
masuk Stasiun Tugu selama 3 jam, JR : Jumlah Rit (Rit/hari)
dimana jumlah orang yang masuk baik JPB : Jumlah Perjalanan Bus (rit/hari)
itu akan pergi menggunakan kereta api, WP : Waktu Perjalanan (menit)

148 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 16, Nomor 3, September 2014
......... (2) jumlah armada Transjogja untuk
menampung potensi demand adalah
12.
.......... (5)
......... (3)
17
= 18,5 ~ 19
= 13,58 ∼ 14
= 12
Berdasarkan perhitungan di atas,
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui jumlah waktu perjalanan
diketahui jumlah waktu perjalanan ideal Transjogja trayek 3A dalam
ideal Transjogja trayek 1A dalam satu rit adalah 56 menit. Jumlah
satu rit adalah 52 menit. Jumlah perjalanan bus Transjogja trayek 3A
perjalanan bus Transjogja trayek 1A adalah 17 rit/hari, maka penambahan
adalah 19 rit/hari, maka penambahan jumlah armada Transjogja untuk
jumlah armada Transjogja untuk menampung potensi demand adalah
menampung potensi demand adalah 14.
12.
b. Penghitungan jumlah armada
......... (4) tambahan berdasarkan keadaan
20 eksisting jumlah Transjogja yang
melewati halte P. Mangkubumi dan
= 11,5 ~ 12 halte Pasar Kembang

Berdasarkan perhitungan di atas, Asumsi penelitian ini bahwa armada


diketahui jumlah waktu perjalanan Transjogja terisi sebanyak 60%.
ideal Transjogja trayek 2A dalam Daya tampung armada Transjogja
satu rit adalah 48 menit. Jumlah untuk mengangkut potensi demand
perjalanan bus Transjogja trayek 2A dari kawasan Stasiun Tugu sebesar
adalah 20 rit/hari, maka penambahan 40% dari kapasitas bus.

Tabel 5. Kebutuhan Armada Tambahan Transjogja Terhadap Potensi Demand Stasiun Tugu per 15 menit
Daya Tampung Demand yang belum Armada tambahan
Waktu Demand
Transjogja (40%) terakomodasi yang dibutuhkan
15' 149 82 67 2
15' 149 82 67 2
15' 149 82 67 2
15' 149 49 100 3
15' 149 49 100 3
15' 149 49 100 3
15' 149 33 116 3
15' 149 33 116 3
15' 149 66 83 2
15' 149 66 83 2
15' 149 49 100 3
15' 149 33 116 3
Jumlah Armada 31
Sumber: Hasil Survei, 2014

Jumlah armada Transjogja yang maka kapasitas bus yang tersisa


melewati wilayah Stasiun Tugu pada sebanyak 40 % yaitu 82 penumpang
15 menit pertama sebanyak 5 (lima) untuk lima bus Transjogja. Demand
unit dengan total kapasitas 205 (dua yang ada sebanyak 149 orang maka
ratus lima) penumpang. Diasumsikan jumlah demand yang belum
berdasarkan hasil pengamatan setiap terakomodasi oleh Transjogja yang
armada yang melewati wilayah ada adalah 67 (enam puluh tujuh)
tersebut telah terisi sebanyak 60 %, orang. Untuk menampung jumlah

Transit Oriented Development (TOD) di Sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta, Buni Lukito Hadi fahma 149
demand penumpang yang belum c. Beralihnya pengguna kendaraan
terakomodasi maka dibutuhkan pribadi dapat mengurangi konsumsi
armada tambahan sebanyak 2 (dua) bahan bakar minyak yang semakin
unit. Maka selama 3 jam pengamatan terbatas jumlahnya.
dibutuhkan 31 unit armada tambahan
d. Mengurangi polusi udara disekitar
Transjogja.
area Stasiun Tugu Yogyakarta.
E. Kondisi Parkir Eksisting dan Parkir
Alternatif pengaturan parkir ini dapat
Rencana di Stasiun Tugu
menimbulkan efek negatif:
Parkir kendaraan roda empat dan roda dua a. Ketidaktersediaan parkir bagi
pada sisi selatan terlihat belum terdapat pengguna kendaraan pribadi yang
pembatas antara parkir roda empat dan roda dapat menimbulkan ketidakteraturan
dua. Pada sisi timur ini juga terdapat parkir parkir kendaraan.
kendaraan ekspedisi yang melakukan bongkar
b. Menyulitkan pengguna yang daerah
muat dikawasan Stasiun Tugu. Akses parkir
asal atau tujuannya belum terdapat
pada sisi selatan ini kadang terganggu oleh
akses Transjogja.
pejalan kaki yang melintas di lokasi parkir
dikarenakan belum tersedianya area untuk 2. Kapasitas parkir di Stasiun Tugu dibuat
pejalan kaki. maksimal. Keuntungan dari alternatif ini
adalah:
Luas parkir sisi timur dibagi menjadi 2.844 m²
a. Daya tampung kendaraan pribadi
untuk mobil, 844 m² untuk motor dan 846 m²
yang parkir di Stasiun Tugu dapat
untuk motor yang menginap. Sementara itu
lebih optimal.
luas parkir pada sisi selatan dibagi menjadi
b. Pengaturan parkir diwilayah Stasiun
1060 m² untuk mobil dan 687 m² untuk motor.
Tugu lebih tertata rapi.
Kondisi eksisting untuk kapasitas parkir mobil
disisi timur Stasiun Tugu berjumlah 107 Dampak negatif dari alternatif ini adalah:
kendaraan. Kapasitas parkir motor disisi timur a. Alternatif rencana ini dapat
berjumlah 302 motor. Parkir inap motor disisi menimbulkan semakin banyak orang
timur Stasiun Tugu dapat menampung 271 yang menggunakan kendaraan
motor. pribadi di kawasan tersebut.
b. Dengan banyaknya penggunaan
Kapasitas parkir mobil disisi selatan Stasiun
kendaraan pribadi maka beban jalan
Tugu berjumlah 39 kendaraan. Parkir motor
di sekitar area Stasiun Tugu semakin
disisi selatan dapat menampung 264 motor.
besar.
Untuk memaksimalkan konsep TOD pada c. Semakin meningkatnya polusi udara
Stasiun Tugu, terdapat dua alternatif dalam di area Stasiun Tugu.
perencanaan pengaturan kapasitas parkir di
F. Transit Oriented Development (TOD)
Stasiun Tugu Yogyakarta.
Konsep Transit Oriented Development (TOD)
1. Kapasitas parkir di Stasiun Tugu dengan
bisa berjalan jika adanya kesinambungan
daya tampung paling kecil. Keuntungan
antara moda kereta api, kendaraan pribadi dan
dari alternatif ini adalah:
angkutan umum (Transjogja). Kaitannya
a. Akses parkir menjadi lebih luas
dengan Transjogja adalah perlunya
sehingga sirkulasi keluar masuk
keterpaduan dalam perpindahan moda dari
kendaraan lebih lancar.
kereta api dan Transjogja. Hal ini
b. Pengguna kendaraan pribadi yang membutuhkan pelayanan angkutan umum yang
menggunakan parkir di stasiun Tugu baik, dalam hal ini Transjogja. Transjogja
beralih menggunakan moda harus dapat mengakomodir demand yang ada
Transjogja. Pengaturan ini dapat dikawasan tersebut. Agar dapat mengakomodir
dilakukan jika telah didukung oleh demand dengan baik diperlukan halte/tempat
ketersediaan armada Transjogja pemberhentian yang dekat dengan Stasiun
dalam memenuhi demand yang ada Tugu. Letak halte/tempat pemberhentian dapat
dan perubahan letak shelter dibuat didekat pos polisi Malioboro. Dengan
Transjogja yang lebih dekat dengan kondisi yang ada sulit untuk membuat rencana
Stasiun Tugu sehingga para halte didalam kawasan stasiun baik itu di
pengguna kendaraan tertarik untuk wilayah parkir timur maupun selatan. Hal ini
beralih moda pada Transjogja. dikarenakan keterbatasan lahan yang ada.

150 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 16, Nomor 3, September 2014
dengan meminimalkan kapasitas parkir agar
penggunaan kendaraan pribadi di wilayah Stasiun
Tugu beralih menggunakan Transjogja.

SARAN

Rencana Halte Adanya konsep pengembangan kawasan yang


Transjogja berorientasi pada TOD diharapkan dukungan dan
peran serta masyarakat dan instansi terkait untuk
pengembangan kawasan dengan konsep TOD.
Selain itu diharapkan juga adanya pengembangan
angkutan massal yang berbasis TOD.

DAFTAR PUSTAKA
Dimas, A.P. 2009. Pengembangan Stasiun Penumpang
Gambar 2. Rencana Halte Transjogja Tugu (Yogyakarta) dengan Konsep Keterpaduan
Berwawasan Bisnis dan Lingkungan. Thesis. MSTT
Penempatan rencana halte baru ini Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
dimaksudkan agar 3 trayek Transjogja rute 1A,
2A dan 3A dapat difokuskan disatu tempat Oppenheim, N., Urban Travel Demand Modeling, Wiley,
pemberhentian terdekat dengan lokasi Stasiun New York.
Tugu. Halte rencana dibuat sebelum zebracross Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia
dan ada jarak dari persimpangan jalan menuju Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Jalan Malioboro agar tidak mengganggu arus Angkutan Jalan. Jakarta.
lalulintas kendaraan yang akan menuju Jalan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik
Malioboro. Jarak dari Stasiun Tugu menuju Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
halte rencana ± 300 m. Dari tempat dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta.
pemberhentian tersebut penumpang dapat Republik Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan No.
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki 29 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis
diarea pejalan kaki yang telah disediakan tanpa Bangunan Stasiun Kereta Api. Jakarta.
harus berjalan terlalu jauh.
Republik Indonesia. Keputusan Direktur Jenderal
Penyesuaian jadwal kedatangan dan Perhubungan Darat Nomor 272 Tahun 1996 tentang
keberangkatan kereta api dengan bus Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
Transjogja perlu diatur, sehingga pada jam-jam Jakarta.
sibuk di Stasiun Tugu seluruh potensi demand Warpani, S, 2002, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan
dapat tercover oleh armada Transjogja yang Jalan. Bandung: ITB.
ada. Penambahan jumlah armada Transjogja
juga diperlukan untuk mengakomodir potensi
demand tersebut.

KESIMPULAN
Agar dapat mengakomodir potensi demand
dengan baik, maka diperlukan penambahan jumlah
armada Transjogja sebanyak 31 unit dan membuat
sebuah halte/tempat pemberhentian yang dekat
dengan Stasiun Tugu. Letak halte/tempat
pemberhentian dapat dibuat didekat pos polisi
Malioboro. Perencanaan halte baru juga agar dapat
mengakomodir Transjogja untuk 3 rute yang ada.
TOD dapat berjalan dengan baik di Stasiun Tugu
jika terdapat kesinambungan antar moda baik itu
kereta api, kendaraan pribadi dan angkutan umum
(Transjogja). Untuk itu diberikan pula dua alternatif
pengaturan parkir baik itu dengan meningkatkan
kapasitas parkir agar memudahkan pengguna
kendaraan pribadi yang berada disekitar
StasiunTugu melakukan perpindahan moda dan

Transit Oriented Development (TOD) di Sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta, Buni Lukito Hadi fahma 151
152 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 16, Nomor 3, September 2014

Das könnte Ihnen auch gefallen