Sie sind auf Seite 1von 11

Peran Protein yang Mempengaruhi Proses Pembekuan Darah

Silma Yuniarty Rammang


102014037, E1
Mahasiswi Semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
silma.2014fk037@civitas.ukrida.ac.id
Abstract

Hemophilia is a hereditary disease that is adrift on the sex chromosomes (sex linkage ). Patients have
difficulty in blood clotting during an accident, the result of blood kept out so as to cause lethal or death.
Hemophilia is controlled by recessive genes (h) are adrift on chromosome X. Its got an important role is
the blood clotting proteins that work in them, DNA replication and gene mutations. Basic building used in
DNA replication is dNTPs, dATP, dCTP, dGTP, dTTP. Deoxynucleotides which will form the new DNA
brings extra phosphate group and energy rich. Gene expression that occur in the cell requires two
processes transcription and translation. Undergo DNA transcription to produce ribonucleic acid (RNA).
Produced three major forms of RNA transcription of DNA and then all three participated in the process
of translation (protein synthesis). Proteins participate determine cell structure and function as enzymes,
which can determine the reaction takes place in the cell. Therefore, to produce proteins, genes determine
the appearance and behavior of cells and consequently, determine the appearance and behavior of an
organism. Point mutations also known as gene mutations. This mutation occurs due to a change in the
base sequence of DNA or DNA nucleotide changes in a protein that has been synthesized by the body is
derived from the surface of three base pairs.

Keywords: Hemophilia , protein , gene mutation

Abstrak

Hemofilia adalah penyakit turunan yang terpaut pada kromosom seks (sex linkage). Penderita mengalami
kesulitan dalam hal pembekuan darah pada saat mengalami kecelakaan, akibatnya darah terus keluar
sehingga dapat menimbulkan letal atau kematian. Penyakit hemofilia dikendalikan oleh gen resesif (h)
yang terpaut pada kromosom X. Yang mendapat peran penting adalah pembekuan darah, protein yang
bekerja di dalamnya, replikasi DNA dan mutasi gen. Dasar bangunan yang digunakan dalam replikasi
DNA adalah dNTP, dATP, dCTP, dGTP dTTP. Deoksinukleotida yang akan membentuk DNA baru ini
membawa kelompok fosfat ekstra dan kaya energi. Ekspresi gen yang terjadi di dalam sel memerlukan
dua proses, yaitu transkripsi dan translasi. DNA mengalami transkripsi untuk menghasilkan asam
ribonukleat (RNA). Dihasilkan tiga bentuk utama RNA transkripsi DNA dan kemudian ketiganya
berpartisipasi dalam proses translasi (sintesis protein). Protein ikut serta menentukan struktur sel, serta
berfungsi sebagai enzim, yang dapat menentukan reaksi yang berlangsung di dalam sel. Karena itu,
dengan menghasilkan protein, gen menentukan penampakan dan perilaku sel serta akibatnya, menentukan
penampakan dan perilaku suatu organisme. Mutasi titik disebut juga sebagai mutasi gen. mutasi ini terjadi
karena perubahan urutan basa pada DNA atau perubahan nukleotida pada DNA sebuah protein yang telah
disintesis oleh tubuh berasal dari permukaan tiga pasangan basa.

Kata kunci : Hemofilia, protein, mutasi gen.


Pendahuluan

Gangguan gen terkait dengan seks terutama diturunkan oleh kromosom X, tetapi ada juga
kasus penurunan terkait kromosom Y walaupun jarang dijumpai. Pria memiliki satu kromosom
X dan satu kromosom Y, sedangkan perempuan memiliki dua kromosom X. Pria dengan alel
defak atau mutan pada kromosom X adalah homozigot untuk alel tersebut. Salah satu contohnya
adalah hemofilia.1

Hemofilia adalah penyakit turunan yang terpaut pada kromosom seks (sex linkage).
Sipenderita mengalami kesulitan dalam hal pembekuan darah pada saat mengalami kecelakaan,
akibatnya darah terus keluar sehingga dapat menimbulkan letal atau kematian. Penyakit
hemofilia dikendalikan oleh gen resesif (h) yang terpaut pada kromosom X.2 Dalam hal ini juga
ada peran dari ekspresi gen yang di dalamnya terdapat regulasi regulasi dan protein, replikasi
DNA dan mutasi gen. semuanya ini di dasari atas teori Hukum Mendel.

Hukum Mendel

Hukum Mendel I : Hukum Segregasi

Alel memisah (segregasi) masing-masing ke dalam gamet, maka ½ gamet membawa satu
anggota dari pasangan gen, dan ½ gamet lainnya membawa satu anggota dari pasangan gen yang
lainnya. Sebagai dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosong
homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar
ke dalam gamet-gamet yang berbedah. Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan
monohibrid (persilangan dengan satu tanda beda).3

Hukum Mendel II : Hukum pengelompokan secara bebas

Pasangan gen berbeda yang sedang segregasi akan memisah dan mengelompokan secara
bebas. Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dengan dua atau lebih tanda yang
beda atau sifat yang dapat dikenal.3

Replikasi DNA

Secara semikonservatif replikasi DNA menunjukkan bahwa DNA anakan yang terdiri
atas pasangan untaian DNA induk dan DNA hasil sintesis baru. Hal ini memberi gambaran
bahwa untaian DNA induk berperan sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untaian DNA
baru. Kita ketahui bersama bahwa, molekul DNA untai ganda terdiri atas dua untai molekul
DNA yang berpasangan secara komplementer yaitu antara basa nukleotida A dengan T, dan
antara C dengan G. Oleh sebab itu, proses replikasi DNA harus diawali dengan pemutusan
(denaturasi) ikatan antara untai DNA yang satu dengan untai komplementernya. Hal ini
dimaksudkan agar masing-masing untai DNA tersebut dapat bertindak sebagai template, sebab
proses pemasangan nukleotida-nukleotida baru dengan cetakannya akan terhalangi jika kedua
untai itu masih berada keadaan berikatan. Dapat dikatakan bahwa, salah satu bagian yang sangat
penting dalam proses replikasi DNA adalah denaturasi antara untai DNA yang satu dengan
untaian komplementernya.4

Denaturasi yang terjadi pada saat awal replikasi DNA adalah proses enzimatis. Oleh
karena molekul DNA adalah biomolekulyang sangat vital bagi jasad, maka denaturasi DNA
terjasi secara parsial dan bertahap. Denaturasi awal terjadi pada bagian DNA yang di kenal
sebagai titik awal replikasi. Ikatan hydrogen antara A-T dan C-G akan terputus dan diikuti
dengan pembukaan untaian DNA. Untaian DNA membuka dan membentuk struktur yang disebut
sebagai garpu replikasi (replication fork). Garpu replikasi akan bergerak sehingga molekul DNA
induk akan membuka secara bertahap. Replikasi berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk, pengawalan (inisiasi) sintesis DNA, pemanjangan
untaian DNA, dan pengakhiran (terminasi) sintesis DNA. 4

Dasar bangunan yang digunakan dalam replikasi DNA adalah deoksiribonukleosida


trifosfat (dNTP), meliputi deoksiadenosin trifosfat (dATP), deoksisitidin trifosfat (dCTP),
deoksiguanosin trifosfat (dGTP) dan deoksitimidin trifosfat (dTTP). Deoksinukleotida yang akan
membentuk DNA baru ini membawa kelompok fosfat ekstra dan kaya energi. Replikasi diawali
dengan membuka pilinan salah satu ujung DNA akibat kerja enzim. Pilinan memisah menjadi
benang atau untaian tunggal karena ikatan hidrogen yang lemah. Selanjutnya masing-masing
benang ini berperan sebagai template tempat menempelnya benang kedua berikutnya. Jadi,
benang pertama menjadi template benang baru dan benang kedua juga menjadi template benang
kedua yang baru juga. Kedua untaian double heliks membuka dan masing-masing menentukan
untaian anak yang baru, dengan memasangkan basanya.5
Gambar 1. Replikasi DNA

Sumber : Kroschwitz, 1990

Setelah proses double heliks memisah atau tidak membentuk pilinan, dNTP mulai
mendekati rantai yang terpisah, kemudian mengikatkan diri mengikuti aturan bas. Adenine
membentuk ikatan hidrogen dengan timin dan sitosin membentuk ikatan hidrogen dengan
guanin. Enzim polimerase menghubungkan nukleotida-nukleotida ini membentuk rantai yang
baru. 5

Replikasi bahan genetika ditentukan oleh beberapa komponen utama yaitu:4

1. DNA cetakan (template) yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi
2. Molekul deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP. Deoksiribonukleotida
terdiri atas tiga komponen yaitu: basa purin atau pirimidin, gula 5-karbon(deoksiribosa) dan
gugus fosfat.
3. Enzim DNA polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalis proses polimerisasi
nukleotida menjadi untai an DNA polimerase I, DNA polimerase II, dan DNA polimerase
III. Pada eukariotik terdapat lima macam DNA polimerase, DNA polymerase α, DNA
polimerase δ, DNA polimerase ε, DNA polimerase β, DNA polimerase γ.
4. Enzim primase, yaitu enzim yang mengkatalis sintesis primer untuk memulai replikasi
DNA. Pada bakteri E. coli kompleks enzim disebut primosom yang terdiri atas beberapa
macam protein.
5. Enzim pembuka ikatan untaian DNA induk, yaitu enzim helikase dan enzim lain yang
membatu proses tersebut yaitu enzim girase.
6. Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka, yaitu protein SSB
(Single Strand Binding protein).
7. Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung fragmen-fragmen
DNA.

Ekspresi Gen dan Sintesis Protein

Ekspresi gen yang terjadi di dalam sel memerlukan dua proses, yaitu transkripsi dan
translasi. DNA mengalami transkripsi untuk menghasilkan asam ribonukleat (RNA). Dihasilkan
tiga bentuk utama RNA transkripsi DNA dan kemudian ketiganya berpartisipasi dalam proses
translasi (sintesis protein). RNA messenger (mRNA) membawa informasi genetik dari inti ke
sitoplasma, tempat translasi berlangsung pada ribosom, tempat asam amino tersebut disatukan
dalam ikatan peptida untuk membentuk protein. Selama translasi, urutan basa pada mRNA
dibaca tiga-tiga (setiap set yang terdiri dari tiga basa terdapat sebuah kodon). Urutan kodon
pada mRNA mendapat urutan asam amino pada protein. 6
Protein ikut serta menentukan struktur sel, serta berfungsi sebagai enzim, yang dapat
menentukan reaksi yang berlangsung di dalam sel. Karena itu, dengan menghasilkan protein,
gen menentukan penampakan dan perilaku sel serta akibatnya, menentukan penampakan dan
perilaku suatu organisme. Pengaturan ekspresi gen pada pada eukariotik hanya memungkinkan
ekspresi sebagian kecil genom dalam suatu waktu, sehingga gen dapat menjalani perkembangan
dan diferensiasi.6
Ada dua sistem pengendalian ekspresi gen yaitu pengendalian positif dan pengendalian
negative. Pengendalian (regulasi) pada suatu operon melibatkan aktivitas suatu gen regulator.
Pengendalian positif pada suatu operon artinya operon tersebut dapat diaktifkan oleh produk
ekspresi gen regulator. Sebaliknya, pengendalian negatif berarti operon tersebut dinonaktifkan
oleh produk ekspresi gen regulator. Produk gen regulator juga ada dua macam yaitu aktivator
dan repressor. Aktivator yang berperan dalam pengendalian positif dan represor yang berperan
dalam pengendalian secara negatif. 4
Produk gen regulator (activator atau represor) bekerja dengan cara menempel pada sisi
pengikatan protein regulator pada daerah promoter gen yang di aturnya. Pengikatan aktivator
atau repressor pada promoter ditentukan oleh keberadaan suatu molekul efektor yang biasanya
berupa molekul kecil, seperti asam amino, gula, atau metabolit serupa lainnya. Molekul efektor
yang mengaktifkan ekspresi suatu gen disebut induser, sedangkan yang bersifat menenkan
ekspresi suatu gen disebut repressor.4

Mutasi Titik

Mutasi titik disebut juga sebagai mutasi gen. mutasi ini terjadi karena perubahan urutan
basa pada DNA atau perubahan nukleotida pada DNA sebuah protein yang telah disintesis oleh
tubuh berasal dari permukaan tiga pasangan basa (triplet). Masing-masing triplet merupakan
kodon yang dibawa dari bagian sense rantai DNA. Triplet merupakan suatu bacaan yang
dimengerti oleh tubuh sehingga menghasilkan asam amino.dalam kata lain mutasi titik dapat
terjadi apabila hanya satu basa pada DNA yang mengalami perubahan, mengalami perubahan
satu basa pada kodon mRNA.6,7

a. Mutasi diam (silent mutation)


Mutasi ini terjadi akibat adanya redundansi kode genetika. Mutasi ini tidak
dipengaruhi oleh pengkodean protein. Perubahan pada pasangan basa dapat
mentransformasi satu kodon ke kodon yang lain yang ditranslasi menjadi asam amino
yang sama. Contonya, jika CCG termutasi menjadi CCA, kodon mRNA yang
sebelumnya GGC akan menjadi GGU, perubahan kodon dari CGA menjadi CGG tidak
dipengaruhi oleh protein karena kedua kodon ini menentukan arginin dan glisin akan
tetap dimasukkan ke lokasi yang terkait pada protein. Perubahan lain dari pasangan
nukleotida tunggal mungkin dapat mengubah asam amino tetapi memberikan efek yang
kecil pada protein. Asam amino yang baru mungkin mempunyai sifat yang sama dengan
asam amino yang digantikannya atau asam amino baru tersebut mungkin berada pada
daerah protein di mana urutan-urutan asam amino yang tepat tidak begitu berpengaruh
pada fungsi protein. 6,8
Namun begitu, substansi pasangan basa yang paling menarik adalah subtansi yang
menyebabkan perubahan di dalam suatu protein yang bisa dideteksi. Perubahan asam
amino tunggal di dalam area penting suatu protein. Kadang-kadang mutasi seperti ini
mengarah pada perbaikan protein atau protein yang memiliki kemampuan baru yang
meningkatkan kesuksesan organism mutan atau turunannya. Tetapi kebanyakan adalah
mutasi bersifat menggangu, menciptakan protein yang tidak bermanfaat dan protein
kurang aktif yang menghalangi fungsi seluler.8
b. Mutasi salah-arti (missense mutation)
Mutasi ini adalah mutasi subsitusi biasanya kodon yang berubah tetap mengkode
suatu asam amino dan karenanya masuk akal (sense), walaupun tidak selalu arti yang
benar. Tetapi jika suatu mutasi titik mengubah satu kodon untuk satu asam amino
menjadi kodon stop, translasi akan dihentikan sebelum waktunya dan polipeptida
hasilnya akan lebih pendek dibandingkan polipeptida yang dikode oleh gen normal.
Perubahan yang mengubah kodon asam amino menjadi sinyal stop disebut mutasi tanpa
arti (nonsense mutation) dan hampir semua mutasi tanpa-arti mengarah pada protein
fungsional.8
c. Insersi dan delesi
Insersi dan delesi merupakan penambahan atau pengurangan satu atau lebih
pasangan nukleotida pada suatu gen. mutasi ini memiliki efek yang seringkali lebih
berbahaya terhadap protein yang dihasilkan daripada efek yang ditimbulkan substitusi.
Karena mRNA dibaca sebagai suatu rangkaian tingkat nukleotida selama translasi, maka
insersi atau delesi nukleotida dapat mengubah kerangka baca pesan genetik.8
Mutasi seperti ini disebut mutasi pergeseran kerangka (frameshift mutation), yang
terjadi bila jumlah nukleotida yang dimasukkan atau dihilangkan bukan kelipatan tiga.
Semua nukleotida yang terletak pada arah downstream dari delesi atau insersi akan
dikelompokan menjadi kodon secara tidak wajar dan hasilnya adalah salah-arti yang
meluas dan cepat atau lambat akan menghasilkan tanpa-arti terminasi sebelum waktunya.
Kecuali pergeseran kerangka tersebut sangat dekat dengan ujung gen, pergeseran ini akan
menghasilkan protein yang hampir bisa dipastikan tidak akan fungsional.8
Gambar 2. Kategori dan konsekuensi dari mutasi titik

Sumber: Biologi jilid edisi 5

Mutasi dapat dihasilkan dengan beberapa cara. Kesalahan selama replikasi, perbaikan,
atau rekombinasi DNA dapat mengarah pada terjadinya substitusi, insersi atau delesi pasangan
basa, sama seperti terjadinya mutasi yang mempengaruhi rentangan DNA yang lebih panjang.
Mutasi-mutasi yang dihasilkan oleh kesalahan-kesalahan seperti itu disebut mutasi spontan
(spontaneous mutation).8

Hemofilia

Hemofilia adalah penyakit turunan yang terpaut pada kromosom sex (sex linkage). Gen
hemofilia tidak terdapat pada kromosom Y karena gen hemofilia berada pada bagian yang tidak
homolog. Penderita hemofilia dalam proses pembekuan darah sangat sulit sehingga dapat
menimbulkan kematian. Penyakit hemofilia dikendalikan oleh gen resesif (h) yang terpaut
kromosom X.2

Dalam proses pembekuan darah dibutuhkan peran protein. Kerusakan pembuluh darah
mencetus tiga urutan peristiwa untuk memperbaiki cedera dan mencegah kehilangan darah.
Vasokonstriksi untuk menunrunkan aliran darah, penggumpalan trombosit di tempat cedera dan
agregasi protein fibrin membentuk suatu jaringan yang tidak larut, atau bekuan darah di tempat
robekan. Hemostasis, mempertahankan volume darah yang konstan, memerlukan pengaktifan
koagulasi darah yang cepat, lokalisasi bekuan ke tempat robekan pembuluh darah, dan
penghentian proses secara cepat apabila bekuan telah terbentuk. Protein yang terlibat dalam
pengaktifan pembekuan darah.6

Hemofilia dibagi menjadi tiga macam:2

1. Hemofilia A
Hampir 80% penyakit hemofilia termasuk jenis ini. Penyakit ini ditandai dengan tidak
adanya zat globin antihemofilia.
2. Penderita ini ditandai dengan tidak adanya komponen plasma trombloplastin. Penderita
ini ± 20%.
3. Penderita jenis ini hanya 10%. Penderita hemofilia C tidak mampu membentuk zat
plasma terombloplastin. Salah satu contohnya pada kerajaan Eropa, hasil penenlitian
menunjukkan bahwa Ratu Victoria dari Inggris menderita hemofilia.

Seorang wanita dapat bergenotip sebagai berikut:2

HH = XHXH = Homozigot dominan = Normal

Hh = XHXh = Heterozigot = carrier = Pembawa sifat hemofilia

hh = XhXh = homozigot resesif = penderita hemofilia

Seorang laki-laki dapat bergenotip sebagai berikut:2

XHY = laki-laki normal

XhY = laki-laki penderita hemofilia


Ciri dari penyakit gen resesif terkait pada kromosom X adalah dengan fakta bahwa lebih
banyak pria yang terkena daripada wanita. Wanita sebagai carrier tampak sehat tetapi ia
memabawa penyakit ini dalam populasi. Dari keturunannya, anak perempuannya memiliki
kemungkinan 50% menjasi carrier dan 50% menderita gangguan. Pria penderita hemofilia tidak
menurunkan penyakitnya kepada anak laki-lakinya, tetapi semua anak perempuannya akan
menjadi carrier.

Gambar 3. Peta silsilah Ratu Victoria dan keturunannya yang menderita hemofilia

Sumber: Biology discovering life, 1991

Kesimpulan

Berdasarkan skenario E, seorang anak berumur 5 tahun terjatuh dari sepeda dan
kepalanya membentur batu sehingga berdarah. Karena darahnya tidak juga berhenti sampai lebih
dari satu jam, maka ibunya menjadi panik dan membawah ke dokter. Dari kasus ini dapat
disimpulkan bahwa anak tersebut menderita hemofilia karena pengalami pendarahan yang sangat
lama. Pada proses pembekuan darah sangat memerlukan bantuan protein. Tapi dalam kasus ini
tidak adanya suatu protein yang sangat diperlukan untuk menggumpulkan darah anak itu atau
kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit. Faktor inilah yang diperlukan untuk memecah trombosit
menjadi trombokinase pada proses pembekuan darah. Adanya muatasi gen pada defisit F VIII
dan F IX, maka pembekuan darah terlambat.
Daftar Pustaka :

1. James J. Baker C. Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Erlangga;


2006. p. 101
2. Karmana O. Biologi sel. Jakarta: Erlangga; 2008. p. 133-4
3. Yunus R. Haryanto B. Abadi C. Teori Darwin dalam pandangan sains. Depok: Gema
Insani; 2006. p. 71
4. Yuwono T. Biologi molekuler. Jakarta: Erlangga; 2010. p. 40-99
5. Sumardjo D. Pengantar kimia. Jakarta: EGC; 2006. p. 326
6. Marks DB. Marks AD. Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2008. p.
143-98
7. Ariebowo M. Biologi molekuler. Jakarta: Erlangga; 2006. p. 110
8. Jane B. Reece G. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2006. p. 334-5

Das könnte Ihnen auch gefallen